Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EVOLUSI DAN PALEONTOLOGI

“PALEONTOLOGI”

OLEH
NAMA : WINFRIDA P.Y KOTA RADJA
NIM : 1606050103 KELAS :C
SEMESTER : IV

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ PALEONTOLOGI” yang berkaitan dengan mata kuliah EVOLUSI DAN
PALEONTOLOGI.
Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari setiap tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.

Kupang, 25 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2
II.1 PENGERTIAN PALEONTOLOGI ................................................ 2
II.2 KONSEP DASAR PALEONTOLOGI ............................................. 2
II.3 RUANG LINGKUP PALEONTOLOGI ......................................... 4
II.4 ILMU YANG BERKAITAN ........................................................... 5
II.5 SEJARAH PERKEMBANGAN ....................................................... 7
II.6 APLIKASI ....................................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 15
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Paleontologi pada dasarnya berada diantara batas biologi dan geologi dan saling
berbagi dengan arkeologi yang batasnya sulit untuk ditentukan. Sebagai pengetahuan,
paleontologi juga berkembang menjadi beberapa sub bagian, beberapa diantaranya
mengfokuskan pada perbedaan organisme fosil sedangkan lainnya menghususkan pada
ekologi dan sejarah lingkungannya, seperti iklim masa purba. Tubuh fosil dan jejak fosil
adalah merupakan bukti utama dari kehidupan masa lampau, dan bukti geokimia dapat
membantu untuk mengetahui evolusi dari kehidupan sebelum organisme yang cukup besar
tinggal sebagai fosil. Memperkirakan umur dari sisa sisa adalah hal yang penting akan tetapi
sulit, kadangkala lapisan batuan yang bersebelahan dimungkinkan dilakukan penanggalan
radometrik yang memberikan umur absolut dengan akurasi dalam 0.5%, akan tetapi seringkali
para ahli paleonotologi bergantung pada umur relatif dalam menentukannya melalui
biostratigrafi.
Untuk mengklasifikasi organisme purba pada umumnya sangat sulit, kebanyakan organisme
purba tidak cocok dengan “Taksonomi Linnean” yang biasa dipakai untuk
mengklasifikasikan kehidupan organisme dan para ahli paleontologi lebih sering
menggunakan klasifikasi “Cladistic” untuk menggambarkan evolusinya melalui “family
trees”. Taksonomi Linnaean adalah bentuk khusus dari klasifikasi biologi (taksonomi) yang
dibuat oleh Carl Linnaeus sebagaimana disusun dalam bukunya “Systema Naturae” (1735)
serta hasil penelitiannya pada tahun tahun berikutnya. Dalam taksonomi dari Linneaeus
terdapat 3 Kingdom yang dibagi menjadi Kelas dan kemudian dibagi lagi menjadi Orde,
Famili, Genus, dan Spesies serta tingkatan yang lebih rendah dari Spesies.Klasifikasi
organisme yang didasarkan pada taksonomi secara tradisional merupakan klasifikasi ilmiah.
Istilah ini khususnya digunakan untuk membedakan dengan Sistematika Cladistic.
Klasifikasi Cladistic adalah suatu cara mengklasifikasi spesies dari organisme
kedalam kelompok yang disebut dengan “clades”. Clades adalah satu kelompok yang terdiri
dari organisme dan semua keturunannya. Dalam istilah sistimatika biologi, clade adalah satu
cabang tunggal dari pohon kehidupan (tree of life). Ide dasarnya adalah sekelompok
organisme harus dikelompokan secara bersama dan diberi nama taksonomi untuk klasifikasi
biologinya. Dalam sistimatika cladistic, clade hanya diterima sebagai satuan dimana
organisme nenek moyang dan semua keturunannya. Sebagai contoh, burung, dinosaurus,
buaya dan semua keturunannya (masih hidup atau sudah punah) kebanyakan dari mereka
sangat umum merupakan bentuk suatu clide dari nenek moyangnya.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari paleontologi ?
2. Apakah konsep dasar dari paleontologi ?
3. Apa sajakah ruang lingkup dari paleontologi ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan paleontologi ?
5. Apa saja aplikasi dari paleontologi ?
I.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian paleontologi.
2. Mengetahui konsep dasar paleontologi.
3. Mengetahui ruang lingkup paleontologi.
4. Mengetahui ilmu yang berkaitan dengan paleontologi.
5. Mengetahui aplikasi dari paleontologi.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN PALEONTOLOGI


Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang
pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta
lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama umur bumi atau dalam skala waktu geologi
terutama yang diwakili oleh fosil. Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba untuk
menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk mengamati
gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di
jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang terawetkan di
dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, sebagai sumber utama
penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab
jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil. Pengamatan paleontologi sudah
didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi, dan ilmu ini baru berkembang pada abad
ke 18 setelah Georges Cuvier menerbitkan hasil pekerjaannya dalam “Perbandingan
Anatomi” dan kemudian berkembang secara cepat pada abad ke 19. Fosil yang dijumpai di
China sejak tahun 1990 telah memberi informasi baru tentang yang paling awal terjadinya
evolusi binatang-binatang, awal dari ikan, dinosaurus dan evolusi burung dan mamalia.

II.2 KONSEP DASAR


1. Taksonomi
Taksonomi adalah pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan ciri fisik
tertentu. Dalam penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa apabila
tingkatan taksonominya belum diketahui. Unit terkecil dalam taksonomi adalah
spesies, sedangkan unit tertinggi adalah kingdom. Diantara unit-unit baku dapat
ditambahkan super jika terletak di atas unit baku, contoh: super kingdom, merupakan
unit yang lebih tinggi dari kingdom. Jika ditambahkan sub terletak di bawah unit
baku, contoh: sub filum, terdapat di bawah unit filum.
2. Spesifikasi Nama
Deskriptif, Pemberian nama di dasarkan pada ciri fisik, dapat berupa: a.
Bentuk tubuh: Turritella angulata, memperlihatkan bentuk tubuh turreted (meninggi)
dan menyudut pada kamarnya. b. Struktur: Tubipora musica, memperlihatkan struktur
tubuh berpipa (tube) dan terangkai seperti alat musik (musica). c. Geografis:
Pemberian nama yang didasarkan pada lokasi dimana fosil tersebut pertama kali
diketemukan. Contoh: Fussulina sumatrensis, Fussulina yang diketemukan di
sumatera. d. Personal: Mencantumkan nama penemunya. Contoh: Discoater martinii,
Martini adalah penemu fosil tersebut
3. Filogeni
Filogeni adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan suatu
organisme dengan organisme lainnya. Hubungan tersebut ditentukan berdasarkan
morfologi hingga DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi
dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang
berangsur-angsur dari suatuorganisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan
tempat. Jadi evolusi sendirimerupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.
Metode Penyusunan Filogeni terdiri dari metode:
a) Fenetik, Metode penyusunan filogeni dengan pendekatan analisa numerik.
Pendekatan tersebut meliputi penghitungan Indeks ketidaksamaan, Indeks
keanekaragaman, Analisa pola dan berbagai indeks yang lain. Dalam pendekatan
fenetik semua subyek dan faktor yang dianalisispunya kedudukan yang sama.
b) Kladistik, Metode ini muncul atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan
selalu mengambil jalan yang paling singkat. Dalam kladistik setiap ciri fisik
mempunyai tingkatan yang berbeda.
4. Metode identifikasi
a) Morfologi. Pendekatan morfologi berupa deskriptif kualitatif. Meliputi bentuk
tubuh, struktur yang biasanya berkembang, dan sebagainya.
b) Biometri. Pendekatan secara kuantitatif, yaitu berdasarkan ukuran tubuh dari
suatu organisme.

II. 3 RUANG LINGKUP PALEONTOLOGI


Pada dasarnya ruang lingkup paleontologi berkisar tentang segala sesuatu yang telah
hidup di masa lalu atau bisa dikatakan organisme purba (baik hewan, tumbuhan, protista,
jamur maupun bakteri) yang hingga kini sudah punah dan hanya tertinggal fosil-fosil, jejak
peradaban, lingkungannya dan peninggalan-peninggalan lainnya. Sehinggga kita hanya
meneliti dari jejak-jejak yang tertinggal. Secara umum paleontologi dapat digolongkan
menjadi dua yaitu Paleobotani (tumbuhan purba) dan Paleozoologi (hewan purba). Jadi ruang
lingkup paleontologi terbagi dalam paleobotani dan paleozoologi.
1. Paleobotani (Tumbuhan purba)
Paleobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany yang berarti ilmu
tentang tumbuhan) adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari fosil
tumbuhan. Kajian Paleobotani meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan
sejarah evolusi dunia tumbuhan. Tujuan mempelajari Paleobotani adalah: a. Untuk
rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil tumbuhan dari
suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada kolom geologis
lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang ada dari waktu ke waktu,
atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya, khususnya mengenai kapan
kelompoktumbuhan tersebut mulai muncul di muka bumi, kapan perkembangan
maksimalnya, dan kapan kelompok tumbuhan tersebut punah. b. Untuk keperluan analisa
pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu. c. Untuk analisa endapan dari masa
karbon ( khususnya yang mengandung sisa tumbuhan ), yang berpotensi dalam presiksi
sifat- sifat batubara. Dengan demikian dapat diketahui macam batubara serta dari
tumbuhan apa batubara tersebut berasal. d. Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai
aspek-aspek perubahan iklim. Dengan cara ini maka dimungkinkan untuk
merekonstruksi lingkungan masa lampau beserta perubahanperubahan yang terjadi, dan
juga untuk mempelajari hubungan antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni
lingkungan tersebut. Salah satu perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan
pendekatan ini adalah perubahan ternperatur rata-rata.
2. Paleozoologi (Hewan vertebrata dan invertebrata purba)
Paleozoologi (berasal dari bahasa Yunani: paleon = tua dan zoon = hewan) adalah
cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang bertujuan untuk menemukan dan
mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari sistem geologi atau arkeologi, untuk
menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi lingkungan dan ekologi prasejarah. Jadi
tujuan dari mempelajari paleozoologi adalah: a. Rekonstruksi sejarah kehidupan pada
masa lampau baik di bidang hewan dan perkembangan manusia. Proses rekonstruksi
kehidupan dilakukan melalui rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan dalam
lapisan/strata batuan yang berlainan sehingga dapat diketahui perkiraan waktu
munculnya dan kehidupan makhluk yang telah menjadi fosil tersebut. b. Analisa pola dan
suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada masa purba di mana kondisi
bumi yang dinamis sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang
ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan spesies dan vegetasi tanaman c. Analisa
mengenai aspek-aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini bermanfaat untuk
merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan, mempelajari bagaimana
hubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut. d. Analisa
kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi, proses evolusinya melalui
masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin. e. Analisa proses adaptif
yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan kondisi lingkungan, makhluk yang
mampu beradapatasi akan terus bertahan walaupun peiode waktu geologi terus berjalan
sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka zona
adaptif yang baru yaitu suatu kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baru yang
memberikan banyak kesempatan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.

II.4 HUBUNGAN PALEONTOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA


Paleontologi berkaitan erat tentang fosil dan perkembangan makhluk hidup hingga
sekarang. Sehingga paleontoligi berhubungan erat dengan ilmu evolusi. Tapi sampai
sekarang, ilmu tentang evolusi banyak sekali terdapat pro dan kontra, banyak yang setuju
dengan ilmu ini, tetapi lebih banyak yang menolaknya. Tapi dalam hal ini, paleontology
sangat berkaitan dengan evolusi, bahkan sangat menunjang, untuk membuktikan
kebenarannya. Sebagai satu cabang ilmu yang memiliki ruang lingkup kajian yang sangat
luas, paleontologi tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki kaitan yang sangat erat dengan
cabang keilmuan yang lain antara lain adalah :
1. Biostratigrafi
Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil
yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan
bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama
dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen yang
berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal lingkungan
sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung dan napal
sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan
spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada
waktu yang sama. Amonit, graptolit dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak
digunakan dalam biostratigrafi. Mikrofosil seperti acritarchs, chitinozoa, conodonts, kista
dinoflagelata, serbuk sari, sapura dan foraminifera juga sering digunakan. Fosil berbeda
dapat berfungsi dengan baik pada sedimen yang berumur berbeda; misalnya trilobit,
terutama berguna untuk sedimen yang berumur Kambrium. Untuk dapat berfungsi
dengan baik, fosil yang digunakan harus tersebar luas secara geografis, sehingga dapat
berada pada bebagai tempat berbeda. Mereka juga harus berumur pendek sebagai spesies,
sehingga periode waktu dimana mereka dapat tergabung dalam sedimen relatif sempit,
Semakin lama waktu hidup spesies, semakin tidak akurat korelasinya, sehingga fosil
yang berevolusi dengan cepat, seperti amonit, lebih dipilih daripada bentuk yang
berevolusi jauh lebih lambat, seperti nautoloid.
2. Kronostratigrafi
Kronostratigrafi merupakan cabang dari stratigrafi yang mempelajari umur strata
batuan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan utama dari kronostratigrafi adalah
untuk menyusun urutan pengendapan dan waktu pengendapan dari seluruh batuan
didalam suatu wilayah geologi, dan pada akhirnya, seluruh rekaman geologi Bumi. Tata
nama stratigrafi standar adalah sebuah sistem kronostratigrafi yang berdasarkan interval
waktu paleontologi yang didefinisikan oleh kumpulan fosil yang dikenali (biostratigrafi).
Tujuan kronostratigrafi adalah untuk memberikan suatu penentuan umur yang berarti
untuk interval kumpulan fosil ini.
3. Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil.
Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari empat
millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk
mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang dapat
dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti kaca
pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas, sulit untuk
menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau tidak,
sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas.

4. Palinologi
Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan
fosilnya, diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa, dan
scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat pada
sedimen dan batuan sedimen.

II.5 SEJARAH PERKEMBANGAN PALEONTOLOGI


II.5.1 Ilmu Paleontologi diawali oleh :
• Strabo (58 SM – 25 M), melihat kenampakan seperti beras pada batu gamping
yang digunakan untuk membangun piramid. Fosil tersebut kemudian dikenal
sebagai Nummulites.
• Abbe Giraud de Saulave (1777), Law of Faunal Succession (Hukum Urut-urutan
fauna). Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan umurnya. Fosil pada formasi
terbawah tidak serupa dengan formasi yang di atasnya.
• Chevalier de Lamarck (1774 – 1829), Pencetus Hipotesa Evolusi, organisme
melakukan perubahan diri untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
• Baron Cuvier (1769 – 1832), Penyusun sistematika Paleontologi (Taksonomi),
Taksonomi adalah suatu cara pengelompokan dari kehidupan tumbuhan atau
binatang berdasarkan sifat hubungan genetiknya. Urutan taxonomi adalah :
Kingdom, Phyllum, Sub phyllum, Klas, Ordo, Genus dan Species. Ahli anatomi
berkebangsaan perancis ini, mendokumentasikan suksesi spesies fosil di lembah
paris, pada setiap stratum yang ditandai dengan suatu kelompok spesies fosil yang
unik dan makin dalam/makin tua stratum-nya maka kehidupan flora dan faunanya
makin berbeda dengan kehidupan modern.
• William Smith (1769 – 1834), Law of Strata Identified by Fossils ( Hukum
Mengenali Lapisan Dengan Fosil Kemenerusan suatu lapisan batuan dapat
dikenali dari kandungan fosilnya.
• Charles Robert Darwin (1809 – 1882), Perubahan makhluk hidup disebabkan oleh
adanya faktor seleksi alam.
II.5.2 Tokoh Paleontologist lainnya
Perkembangan ilmu paleontologi tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh, antara lain :
• Gerald T. Todd
Ahli paleontologi evolusionis, mengakui fakta ini dalam artikel “Evolusi Paru-
Paru dan Asal Usul Ikan”: Ketiga subdivisi ikan bertulang muncul pertama kali dalam
catatan fosil pada saat yang kira-kira bersamaan. Secara morfologis mereka telah
sangat beragam, dan mereka memiliki tubuh yang sangat terlindung.
• Robert L. Carrol
Seorang ahli paleontologi evolusionis dengan spesialisasi di bidang
paleontologi vertebrata, mengakui bahwa “reptil-reptil awal sangat berbeda dengan
amfibi dan nenek moyang mereka belum dapat ditemukan.”

II.6 APLIKASI PALEONTOLOGI DI BIDANG GEOLOGI


Paleontologi merupakan salah satu dari cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang kehidupan dari masa lampau yang didasarkan pada fosil tanaman atau hewan yang
kemudian terbagi atas :
1. Makropaleontologi :
Yaitu ilmu yang mempelajari fosil-fosil dengan ukuran yang relatif besar
sehingga untuk mempelajarinya tidak terlalu rumit dan susah, karena fosil yang kita
amati bisa secara langsung kita pelajari tanpa bantuan lup atau mikroskop.
2. Mikropalentologi :
Yaitu ilmu yang mempelajari fosil-fosil yang berukuran relatif lebih kecil
sehingga dalam pengamatan kita mesti memakai alat bantu seperti mikroskop
binokuler ataupun mikroskop elektron untuk dapat mengamati fosil tersebut.

Pada pembahasan kali ini lebih menekankan aplikasi dari makropaleontologi itu
sendiri terhadapa bidang Geologi. Kita ketahui di bumi ini tersebar berbagai macam fosil,
baik itu yang ukurannya besar maupun kecil. Pada makropaleontologi yang mempelajari fosil
yang ukurannya relatif besar, memiliki berbagai manfaat dalam pengaplikasiannya di bidang
geologi.
Kegunaan fosil dalam kaitannya dengan ilmu geologi yaitu :
1. Mementukan umur relatif batuan
Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang
terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu jaman tertentu
mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain dari fosil yang terkandung dalam
batuan yang berasal dari jaman geologi yang lain.
2. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat lain. Dengan
diketahui fisil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa daerah yang
disitu ditemukan fosil yang sama, maka lapisan batuan pada daerah tersebut terbentuk
pada masa yang sama.
3. Mengetahui evolusi makhluk hidup
Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan yang
berbedabeda umurnya berkesimpulan bahwa batuan yang lebih tua mengandung fosil yang
lebih sedikit, bentuknya lebih primitip. Semakin muda umur batuannya, isi fosilnya
semakin banyak dan strukturnya semakin canggih. Dari sini kemudian para ahli tersebut
berkesimpulan bahwa organisme yang pernah ada di bumi kita ini mengalami
perkembangan, mulai dari sederhana menunju ke bentuk yang lebih kompleks dalam
waktu yang sangat lama. Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh ahli biologi sebagai
teori evolusi organisme.
4. Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang mengandung
fosil terbentuk.
Ada beberapa kegunaan fosil, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun kepentingan
ekonomis. Dari segi ilmu pengetahuan fosil mengandung berbagai informasi yang dapat
digunakan untuk mengetahui bentuk-bentuk kehidupan di masa lampau dan lingkungan hidup
tempat mahluk-mahluk purba ini pernah hidup. Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang ada
kaitannya dengan fosil adalah taksonomi. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan kekerabatan antarmahluk hidup baik yang telah punah maupun yang masih ada.
Kegunaannya dalam segi tertentu antara lain:
1. dari segi taksonomi : fosil mengandung informasi morfologis sehingga ilmuwan dapat
mengenal dan memberinya nama serta mengtahui hubungannya dengan organisma lain
berdasarkan morfologi tersebut.
2. dari segi etiologi (ilmu tentang perilaku) : fosil memberi informasi tentang cara hidup
suatu organisma yang dulu pernah hidup dan sekarang telah punah.
3. dari segi evolusi : fosil memberi informasi tentang proses evolusi yang terjadi di Bumi.
4. dari segi ekologi : fosil memberi informasi dan pemahaman tentang sifat dan
perkembangan ekosistem dan tentang interaksi antara hewan dan tumbuhan dengan
lingkungannya di masa purba.
5. dari segi lingkungan : organisma tertentu distribusi dan keragamannya terbatas pada
lingkungan tertentu (disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan). Keadaan lingkungan
purba seperti salinitas, suhu, dan tingkat oksigen dapat diketahui melalui perbandingan
antara organisma hidup dengan fosil.
6. segi kimiawi : susunan biokomia tubuh organisma yang satu berbeda dengan organisma
lain dan melalui studi isotopik dapat diketahui suhu dan salinitas purba tempat organisma
tersebut pernah hidup.
7. segi sedimentologis : fosil biasanya ditemukan berjenjang sesuai dengan lapisan
pengendapan. Berdasarkan hal ini dapat diketahui proses sedimentasi yang telah terjadi di
masa purba.
8. segi diagenetik : fosil memberi informasi tentang proses yang terjadi dalam sekuen
sedimen yang menyertai kematian, proses terkuburnya organisma sampai pada saat
penemuan organisma yang telah memfosil tersebut.
9. segi stratigrafi : fosil dapat memandu kolom stratigrafi yang ditentukan oleh batas waktu
(time boundaries).
10. segi susunan pengendapan (way up) : urut-urutan sedimen dikenali melalui fosil yang
ada di tiap lapisan umur sedimen. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa pengendapan
terjadi dari bawah ke atas.
Adapun Foraminifera yang merupakan salah satu fosil yang sangat bermanfaat dalam bidang
Geologi. Foraminifera terdiri atas ukuran yang berbeda, adapun foram besar dan foram kecil.
Aplikasi dari foraminifera tersebut antara lain:
1. Fosil indeks
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Data penelitian
menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun
yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian
spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera
mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga
diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera
yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari
sumur minyak yang dalam. Fosil indeks yaitu fosil yang dipergunakan sebagai penunjuk
umur relatif. Umumnya fosil ini mempuyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran
lateral luas, serta mudah dikenal. Contohnya : Globorotalina Tumida penciri N18 atau
Miocen akhir.
2. Paleoekologi dan Paleobiogeografi
Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi). Karena
spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang
ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan
masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan
untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai
masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Sebuah
contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai
sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan
untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil foraminifera
diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah perconto
mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah
punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan
masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies
plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan
foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae,
Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang. Aspek kimia
cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat kimia perairan
tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil
tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan
lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang
foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut
di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar
perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus
laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di
masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).
3. Eksplorasi Minyak
Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies foraminifera
dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula
spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau tertentu.
Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan
yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur
geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terbentuk.
4. Biostratigrafi
merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang terkandung
didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizon
tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama dengan horizon
lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen yang berumur sama dapat
terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai
contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih
bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua
sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama. Amonit, graptolit
dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak digunakan dalam biostratigrafi.
5. Lithostratigrafi merupakan ilmu geologi yang berhubungan dengan penelitian mengenai
strata lapisan batuan. Fokus utama dari penelitian ini mencakup geokronologi, geologi
perbandingan, dan petrologi. Secara umum suatu strata dapat berupa batuan beku atau
batuan sedimen bergantung bagaimana pembentukan batuan tersebut. Lapisan batuan
sedimen terbentuk oleh pengendapan sedimen yang berhubungan dengan proses
pelapukan, peluruhan zat organik (biogenik) atau melalui presipitasi kimiawi. Lapisan ini
dapat dibedakan karena memiliki banyak fosil dan juga penting untuk penelitian
biostratigrafi. Lapisan batuan beku dapat memiliki karekter plutonik atau vulkanik
bergantung pada kecepatan pembekuan dari batuan tersebut. Lapisan ini umumnya sama
sekali tidak memiliki fosil dan merepresentasikan aktivitas intrusi dan ekstrusi yang
terjadi sepanjang sejarah geologi daerah tersebut.
6. Paleoklimatologi merupakan ilmu mengenai perubahan iklim yang terjadi dalam seluruh
rentang sejarah bumi. Fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk iklim pada saat
itu. Contohnya :
Globigerina Pachyderma penciri iklim dingin.
7. Fosil bathymetry/fosil kedalaman
Yaitu fosil yang dipergunakan untuk menentukan lingkungan kedalaman pengendapan.
Umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar. Contohnya : Elphidium spp
penciri lingkungan transisi.
8. Fosil horizon/fosil lapisan/fosil diagnostic
Yaitu fosil yang mencirikan khas yang terdapat pada lapisan yang bersangkutan. Contoh :
Globorotalia tumida penciri N18.
9. Fosil lingkungan
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai penunjuk lingkungan sedimentasi. Fosil
foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan pengendapan Fosil
benthonik ini sangat berharga untuk penentuan lingkungan purba.
Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara umum adalah :
– Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak dijumpai
genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan
bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran.
– Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides, Proteonina, Ephidium,
Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan Triloculina.
– Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna, Robulus, Nonion,
Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia.
– Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera, Bulimina, Nonion,
Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina Contohnya : Radiolaria sebagai
penciri lingkungan laut dalam.
10. Paleoceanography
Mengetahui tempat kehidupan masa lampau dengan kehadiran fosil tersebut.
11. Paleoenvironment
Dengan adanya kehadiran fosil ini dapat mengetahui iklim dan kondisi lingkungannya,
hal ini disebabkan persebaran mahluk hidup tersebut dipengaruhi oleh iklim dan
lingkungannya.
BAB III
PENUTUP III.1
KESIMPULAN
1. Pengertian Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk
kehidupan yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi
satu dengan lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama
umur bumi atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil.
2. Konsep dasar paleontologi mencakup Taksonomi, Konsep Spesies, Filogeni
dan Metode Identifikasi.
3. Ruang lingkup paleontologi mencakup Paleobotani (Tumbuhan purba), dan
Paleozoologi (Hewan vertebrata dan invertebrata purba).
4. Ilmu yang berkaitan dengan paleontologi Biostratigrafi, Kronostratigrafi,
Mikropaleontologi, dan Palinologi.
5. Sejarah perkembangan paleontologi bermula dari Strabo (58 SM – 25 M),
Abbe Giraud de Saulave (1777), Chevalier de Lamarck (1774 – 1829), Baron
Cuvier (1769 – 1832), William Smith (1769 – 1834), dan Charles Robert
Darwin (1809 – 1882).
6. Aplikasi dari ilmu paleontologi yaitu Makropaleontologi : Yaitu ilmu yang
mempelajari fosil-fosil dengan ukuran yang relatif besar dan .
Mikropalentologi : Yaitu ilmu yang mempelajari fosil-fosil yang berukuran
relatif lebih kecil sehingga dalam pengamatan kita mesti memakai alat bantu
seperti mikroskop binokuler ataupun mikroskop elektron untuk dapat
mengamati fosil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, A. 2001. “Geologi Dan Paleontologi Vertebrata Daerah Patiayam dan
Sekitarnya di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Skripsi Sarjana. Departemen Teknik
Geologi Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral. Bandung: Institut Teknologi
Bandung. (Tidak Diterbitkan).

Setiyabudi, Erick et al. 2012. Penelitian Fosil Vertebrata di Situs Paleontologi Semedo,
Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Laporan Penelitian,
Bandung: Museum Geologi.

Stearns, Stephep C dan Rolf .f. Hoekstrat. 2003. Evolution an Introduction. USA : Oxford
University.

http://sukmanotes.blog.uns.ac.id/2010/10/20/paleontologi (Diakses pada pukul 15.00 hari


Jumat, 26 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai