Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam bilangan
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3 Undang-Undang Pendidikan
Nasional Nomor 10 Tahun 2003). Undang-Undang Pendidikan Nasional tersebut
adanya upaya untuk mengembangkan kemampuan anak agar mereka lebih
berilmu, cakap, kreatif, bertanggung jawab dan tidak menutup kemungkinan
berlaku bagi anak yang mengalami berkebutuhan khusus.
Dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan anak agar berilmu,
cakap, kreatif, bertanggung jawab, Lembaga sekolah selain bertindak sebagai
pelaksana pendidikan, memiliki andil besar dalam mengembangkan kemampuan
anak. Lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan pendidikan secara
merata, berkualitas, dan tidak diskriminatif. Hal tersebut tercantum dalam UU No.
20 tahun 2003 pasal 5 yang menyebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Berdasarkan UU
tersebut dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus sama seperti anak
lainnya yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak untuk mengembangkan
kemampuannya agar berilmu, cakap, kreatif dan bertanggung jawab.
Anak yang berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan yang berkualitas
untuk meningkatkan potensi diri secara optimal. Berbagai potensi tersebut dapat
diwujudkan apabila layanan dan pendidikan anak berkebutuhan khusus diberikan
dengan metode dan media belajar yang sesuai dengan karakteristik anak
berkebutuhan khusus. Salah satu peningkatan potensi yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah anak tunarungu di sekolah khusus anak tunarungu.
Menurut Somad & Hernawati (1995 : 26), anak tunarungu menurut artian
kata tersebut tuna berarti kurang/ rugi dan rungu. Anak dikatakan tunarungu

1
2

apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara,


tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama
melalui indera pendengarannya yang disebabkan kerusakan dan
ketidakberfungsian organ pendengaran sebagian atau keseluruhan, sehingga
menghambat proses informasi bahasa baik menggunakan atau tidak menggunakan
alat bantu dengar. Kehilangan pendengaran yang dialami seseorang
mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang
menyandangnya. Seorang tunarungu terisolasi dalam kesunyian dan keterasingan
dalam hidupnya. Ia sulit berkomunikasi secara lisan dengan orang lain baik secara
ekpresif dan reseptif. Sering pula anak tunarungu dikaitkan dengan anak
tunawicara yang berhubungan dengan ketidakmampuan berbahasa. Anak
tunarungu dalam proses komunikasi dan menanggapi komunikasinya berupa
visualis yang diwujudkan dengan bahasa isyarat. Kemampuan penalaran anak
tunarungu dapat dikembangkan seperti halnya anak normal dengan metode
pengajaran yang tepat sesuai dengan kecerdasannya yang dimiliki terentang dari
kecerdasan di bawah rata-rata hingga diatas rata-rata. Anak tunarungu memiliki
hambatan pada pendengarannya, oleh sebab itu anak tunarungu sangat
mengandalkan penglihatannya untuk untuk menerima informasi. Sehingga muncul
sebutan anak tunarungu merupakan insan permata, yaitu seseorang yang sangat
mengandalkan indera penglihatannya dalam menerima informasi. Sebagai insan
permata anak membutuhkan media pembelajaran yang bersifat visual atau dapat
dilihat, sehingga membantu anak untuk memahami informasi yang disampaikan.
Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan
sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
matematika juga dapat menjadikan anak menjadi manusia yang berfikir logis,
kritis, rasional dan percaya diri. Tetapi matematika sering dianggap oleh anak
sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dalam penerapannya, baik teori
maupun konsep-konsepnya, sehingga menyebabkan prestasi belajar matematika
bagi anak belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari
nilai harian, tugas-tugas dan nilai semester yang hasilnya belum sesuai dengan
yang diharapkan baik oleh guru maupun oleh anak. Permasalahan siswa tunarungu
3

di dalam pembelajaran matematika adalah kesulitan mengolah hal abstrak.


Sebagai contoh pada pembelajaran matematika yang membutuhkan kemampuan
abstraksi yaitu penggunaan cara atau rumus, subjek sering kebingungan ataua
terbalik dalam menyelesaikan soal operasi hitung pengurangan.
Salah satu konsep yang dibahas dalam pembelajaran matematika yaitu
operasi hitung. Berdasarkan kompetensi dan kompetensi dasar sekolah dasar luar
biasa tunarungu (2006 : 104) menyatakan siswa dapat melakukan perhitungan
bilangan sampai tiga angka dan kompetensi dasarnya adalah melakukan
penjumlahan dan pengurangan tiga angka. Kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika perlu dikuasai untuk ketahap operasi hitung selanjutnya yaitu
perkalian dan pembagian. Siswa dikatakan terampil atau menguasai apabila dapat
mengerjakan soal matematika pengurangan secara terampil dengan cara
penyelesaian secara bersusun. Manfaat belajar matematika menurut Tarigan (2006
: 13-14) tentang operasi hitung berupa penjumlahan dan pengurangan yang
penerapannya pada kehidupan sehari-hari bermanfaat mengembangkan pemikiran
matematis yang berpikir atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat,
jujur dan efektif. Pembelajaran matematika di SLB adalah memahami konsep
bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Sesuai
pendapat di atas, kemampuan matematika mengajarkan anak untuk menggunakan
nalar dan keterampilan siswa berhitung. Kemampuan berhitung seperti
memecahkan masalah keuangan dalam jual beli dan menabung penting untuk
mengajarkan kemampuan berpikir matematis anak secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur dan efektif. Untuk itu kemampuan berhitung dasar yaitu
pengurangan harus dikuasai anak tunarungu kelas III.
Pengajaran di kelas biasanya menggunakan media papan tulis dan metode
mengajarkan dengan demontrasi oleh guru kelas. Permasalahan saat pembelajaran
adalah subjek sering bertanya cara menyelesaikan soal pengurangan dan
terkadang fokus subjek terganggu dengan bercerita dengan teman sebelahnya.
Pembelajaran menjadi kurang efektif karena sering diulang-ulang. Pemilihan
metode dan media pembelajaran menentukan ketercapaian hasil belajar siswa.
Modifikasi pembelajaran disesuaikan dengan modalitas belajar siswa yang dapat
4

mengoptimalkan kemampuan siswa, yang hal tersebut berpengaruh pada kondisi


kelas yang kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Oleh karena itu perlu
penerapan metode dan media yang efektif untuk mengajarkan penyelesaian soal
matematika pengurangan dengan mudah.
Salah satu media dan metode yang efektif untuk mengajarkan penyelesaian
soal matematika kepada anak tunarungu adalah dengan media permainan. Media
permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk
mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan
membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan
emosional. Permainan seringkali dianggap negatif oleh orangtua, karena jika anak
sudah ada dalam dunia bermainnya sering kali lupa waktu. Bermain pada
dasarnya merupakan kegiatan eksperimental learning, dimana anak mengalami
dan merasakan langsung. Dengan merasakan secara langsung pembelajaran akan
lebih mudah diserap, dipahami, dan diingat lebih lama.
Penggunaan media yang bersifat konkret dan menarik sangat relevan dan
membantu mempermudah bagi anak tunarungu untuk menerima pembelajaran
matematika dengan materi abstrak. Media permainan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Intelligence Stick. Pemilihan media permainan Intelligence
Stick dikarenakan mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Kelebihan dari media Intelligence Stick adalah dapat memecahkan operasi hitung
yang mendasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sesuai dengan modalitas belajar anak tunarungu dengan visualisasi media
Intelligence Stick dapat diilustrasikan atau dicontohkan dengan permainan
Intelligence Stick yang memiliki nilai sebagai bilangan.
Berdasarkan hasil observasi sementara di SLB Citeureup ditemukan pada
saat proses pembelajaran matematika berlangsung, guru menggunakan pendekatan
konvensional yang kurang melibatkan anak dalam membangun interaksi belajar
mengajar. Kurangnya keterlibatan tersebut membuat anak menjadi pasif, bosan
dan jenuh saat proses pembelajaran matematika berlangsung sehingga mereka
memilih melakukan aktivitas lain seperti mengobrol dan melamun. Sehingga tidak
heran bila muncul sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa pelajaran
matematika adalah pelajaran yang membosankan, membuat kantuk dan jenuh.
5

Disamping itu, guru dalam pembelajaran matematika kurang membimbing anak


dalam membangun pengetahuan para siswa melainkan hanya sebatas menyuruh
siswa untuk meniru dengan apa yang dicontohkan guru sebelumnya. Hal ini
membuat siswa terutama yang kurang mengerti dengan materi yang disampaikan
tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Dengan pembelajaran tanpa media, anak beranggapan bahwa matematika
merupakan pembelajaran yang sulit sehingga anak merasa malas belajar
matematika. Dengan penggunaan media, diharapkan anak akan mengikuti
pelajaran matematika dengan gembira dan minat belajar mereka akan lebih besar.
Anak akan merasa senang, tertarik dan bersikap positif terhadap pelajaran
matematika.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, peneliti ingin
menguji keefektivan media permainan Intelligence Stick dalam meningkatkan
kemampuan operasi hitung pengurangan anak tunarungu dalam judul : “Media
Permainan Intelligence Stick untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung
Pengurangan Pada Peserta Didik Tunarungu”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
permasalahan anak sebagai berikut :
1. Anak belum mengenal lambang bilangan.
2. Anak belum bisa menghitung pengurangan jika hanya dengan
lambang bilangan.
3. Anak kesulitan melakukan penghitungan pengurangan di atas 10 jika
hanya menggunakan jari tangan.
4. Metode pengajaran sebelumnya dengan metode ceramah membuat
anak bingung bagaimana melakukan operasi hitung pengurangan.
5. Perlunya mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang
berbasis permainan.

1.3 Batasan Masalah


6

Agar penelitian tidak meluas atau keluar dari tujuan dan penelitian dapat
dilakukan lebih mendalam, maka penulis memberi batasan dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Subjek yang diteliti difokuskan pada anak kelas III di SLBN A
Citeureup Cimahi yang memiliki hambatan pendengaran.
2. Materi yang diajarkan pada anak yaitu operasi hitung pengurangan 1
sampai 20.
3. Kemampuan mengerjakan soal operasi hitung pengurangan 1 sampai
20 pada siswa tunarungu melalui permainan Intelligence Stick.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah "Apakah
penggunaan media permainan Intelligence Stick dapat meningkatkan kemampuan
operasi hitung pengurangan peserta didik tunarungu kelas 3 SDLB?”

1.5 Tujuan Penelitian


1.5.1 Tujuan Umum
Mengacu pada rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya maka
secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
penggunaan media permainan Intelligence Stick dalam meningkatkan
kemampuan operasi hitung pengurangan pada peserta didik tunarungu.
1.5.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
a. Mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam menyelesaikan
operasi hitung pengurangan sampai bilangan 20.
b. Mengetahui kemampuan anak dalam menyelesaikan soal operasi
hitung pengurangan sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
media permainan Intelligence Stick.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
7

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat :


1. Menjadi bahan pertimbangan penggunaan media pembelajaran bagi
guru dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung pada peserta
didik tunarungu melalui media permainan Intelligence Stick.
2. Membantu peserta didik tunarungu dalam menyelesaikan operasi
hitung pengurangan, dengan media permainan Intelligence Stick
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang media bagi penulis
dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung pengurangan dan
penggunaannya pada peserta didik tunarungu melalui media
permainan Intelligence Stick
1.6.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan :
1. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memilih media permainan
Intelligence Stick dalam proses pembelajaran langsung untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
2. Sebagai masukan untuk orangtua dan guru tentang media yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung
pengurangan dan penggunaanya.
3. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media
pembelajaran yang variatif dalam proses pembelajaran.

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi


BAB I PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan merupakan gambaran awal dari ketertarikan
peneliti melakukan penelitian ini. Bab I terdiri dari; latar belakang, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
Bab II berisi kajian pustaka atau landasan teori yang dilakukan
oleh peneliti yang mencakup anak tunarungu meliputi pengertian anak
tunarungu, karakteristik anak tunarungu dan klasifikasi anak tunarungu; media
8

pembelajaran yang meliputi pengertian media pembelajaran, landasan


penggunaan media pembelajaran, manfaat media pembelajaran, jenis media
pembelajaran, memilih media pembelajaran dan criteria memilih media
pembelajaran; pembelajaran matematika yang meliputi pengertian
pembelajaran matematika dan media pembelajaran matematika; media
permainan Intelligence Stick yang meliputi pengertian media permainan
Intelligence Stick dan manfaat media permainan Intelligence Stick serta
kemampuan operasi hitung
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III berisi metode penelitian yang terdiri metode penelitian
yang digunakan, vriable penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian
dan teknik pengolahan data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang berupa hasil
kemampuan operasi hitung pengurangan dari variabel-variabel penelitian
diantaranya penerapan media permainan Intelligence Stick dan kemampuan
hitung operasi pengurangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan
yang telh diuraikan dalm bab sebelumnya disertai saran-saran dari kesimpulan
yang telah diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai