PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Oleh:
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Oleh:
Disetujui Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
melimpahkam rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulisan skripsi dengan judul
akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi yang tiada terhingga dalam usaha
2. Ibu Eti Ariani, SE., M.M., selaku Ketua Program Studi Manajemen
3. Bapak Yulius Wahyu Setiadi, SE., M.M., selaku Pembimbing yang telah
6. Ayah, Ibu dan Keluarga Besar tercinta, terima kasih atas kasih sayang, doa,
motivasi, nasihat dan semangat selama ini, sehingga semua proses perkuliahan
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan dan
Penulis
PENDAHULUAN
memiliki tujuan yang ingin dicapai pada tujuan tersebut juga pasti ada sebuah
masalah yang harus dihadapi oleh perusahaan Oleh karena itu sumber daya manusia
penting dan berpengaruh bagi kelangsungan dan keberhasilan organisasi titik apapun
bentuk dan tujuan dari sebuah organisasi tentu akan selalu melibatkan sumber daya
manusia. dengan demikian sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai faktor yang
sangat strategis dalam Setiap kegiatan organisasi. tingkat kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki oleh organisasi secara langsung akan meningkatkan kualitas
organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia memegang peran vital dalam sebuah
Apabila sumber daya manusia dalam organisasi dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik, maka organisasi tersebut akan mampu menjalankan roda organisasi secara
maksimal.Dengan kata lain, manajemen sumber daya manusia sangat berperan dalam
kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu sumber daya manusia
harus mendapatkan perhatian yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya
lainnya karena memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang dapat mempengaruhi
keberhasilan organisasi.
pemerintah, karena setiap pegawai akan membantu pekerjaan di kantor cepat selesai
dengan hasil yang baik. Akan tetapi setiap pegawai lapas mempunyai kinerja yang
berbeda – beda, hal itu bergantung kepada semangat dan kegairahan kerja setiap
pegawai lapas itu sendiri, Di dalam melaksanakan kegiatan kerja pegawai tidak
akan terlepas dari semangat dan kegairahan kerja sehingga dengan demikian
pegawai tersebut akan selalu mampu melaksanakann pekerjaan dengan baik. Yang
pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat
diharapkan lebih cepat dan lebih baik., jika setiap pegawai itu mempunyai semangat
kerja yang tinggi, maka pegawai itu akan melaksanakan pekerjaan itu dengan lebih
giat dan setiap pegawai akan mempunyai kesenangan yang mendalam terhadap
pekerjaan.
dikatakan bahwa pegawai tersebut tidak mempunyai semangat kerja. Semangat kerja
pegawai terkadang dianggap sepele oleh pemimpin akan tetapi semangat kerja
pegawai sangatlah penting dalam diri setiap pegawai , karena kalau setiap pegawai
mempunyai semangat kerja yang tinggi setiap pegawai akan mengeluarkan semua
kinerja pegawai juga akan menjadi lebih baik serta dapat menyelesaikan tugas
yang tinggi. Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga
Pegawai Lapas kelas IIA Curup sebagai pegawai lapas yang membina
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
kepada narapidana perlu memiliki beban kerja dapat mempengaruhi semangat kerja.
Beban kerja sebagai pegawai Lapas Kelas IIA Curup juga perlu dipertimbangkan
karena beban kerja salah satu yang dapat mempengaruhi semangat kerja.Beban kerja
pada Lapas Kelas IIA curup adanya narapidana yang susah dibimbing dan diberi
nasihat kemudian ada narapidana yang melanggar aturan seperti berkelahi dan keluar
dari lapas tanpa seizin pegawai lapas.sehingga pegawai lapas harus lebih ekstra dalam
baik beban kerja, maka komitmen organisasi akan meningkatkan dan semangat kerja
pegawai lapas juga meningkat. beban kerja yang efektif yang diberikan pada tiap
individu akan memberikan pengaruh yang signfikan dan akan cenderung untuk dapat
Semangat kerja dapat dilihat dari beberapa indikasi yaitu : 1) Disiplin kerja, 2)
banyaknya tindak pidana umum yang masuk dan menjadi tanggung jawab
Selain beban kerja disiplin kerja juga berpengaruh dalam semangat kerja
pegawai lapas Kedisiplinan juga tidak kalah penting dalam meningkatkan kinerja
pegawai lapas. Seorang pegawai Lapas Kelas IIA Curup yang mempunyai tingkat
kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh
atasan. Demikian juga pegawai Lapas Kelas IIA Curup yang mempunyai kedisiplinan
akan mentaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang
tinggi tanpa ada rasa paksaan. Pada akhirnya petugas yang mempunyai kedisiplinan
yang tinggi akan mempunyai kinerja yang baik dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan target yang telah ditetapkan. Di samping itu dapat dilihat dari tingkat
kedisiplinan pegawai lapas juga masih kurang. Hal ini terlihat dari adanya petugas
yang sering datang terlambat masuk kerja adanya sebagian, petugas tidak mengikuti
apel pada saat datang/pulang, masih adanya sebagian petugas yang meninggalkan
tugas pada jam kerja tanpa keterangan yang jelas. Hal ini berakibat pada rendahnya
kinerja yang dimiliki petugas yang terlihat dari sering terjadinya keterlambatan dalam
bekerja.
dituntut tanggung jawab yang tinggi namun juga senantiasa dihadapkan dengan risiko
bahaya keselamatan dan kesehatan. Beban tugas yang besar itu mengharuskan
pegawai lapas memiliki motivasi dan kedisiplinan yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal. Motivasi memegang peranan
yang penting dalam pelaksanaan kerja pegawai lapas. Motivasi menjadi pendorong
seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh
karena itulah tidak heran jika petugas yang mempunyai motivasi yang tinggi biasanya
mempunyai kinerja yang tinggi pula. Untuk itu motivasi petugas perlu dibangkitkan
agar pegawai lapas dapat menghasilkan kinerja yang terbaik. motivasi merupakan
Motivasi merupakan suatu dorongan atau daya penggerak yang timbul dalam
diri individu untuk melakukan sesuatu, motivasi timbul karena adanya rangsangan
berupa kebutuhan baik materil mau pun non materil yang harus dipenuhi untuk
mencapai kepuasan.
dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan
sesuatu atau berbuat sesuatu. Motivasi karyawan dapat dipengaruhi faktor minat, gaji
yang diterima, kebutuhan akan rasa aman, hubungan antarpersonal dan kesempatan
untuk bekerja.
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari pegawai Lapas Kelas IIA
Curup (Sunar Mulyanto) bahwa motivasi yang terjadi pada Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Curup tersebut ialah kurangnya semangat pegawai lapas untuk
kurang memahami sepenuhnya apa yang harus dikerjakan, dan melaksanakan tugas-
tugas setelah ada perintah. Hal ini berakibat pada rendahnya kinerja yang dimiliki
pekerjaan.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, sehingga judul yang diangkat
dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Beban Kerja,Disiplin Kerja Dan Motivasi
Kerja Terhadap Semangat Kerja Pegawai Lapas Curup Kelas IIA Curup”
Pengaruh beban kerja,Disiplin Kerja dan Motivasi kerja terhadap Semangat kerja
Pegawai Lapas Kelas IIA curup, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang
akan di bahas
2. Disiplin Kerja Masih kurangya diisplin kerja pegawai lapas Lapas Kelas IIA
a.Adanya petugas yang sering datang terlambat masuk kerja adanya sebagian,
c. Adanya sebagian petugas yang meninggalkan tugas pada jam kerja tanpa
3. Motivasi kerja
pengaruh beban kerja,disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap semangat kerja
1. Apakah ada pengaruh beban kerja terhadap semangat kerja pegawai lapas
2. Apakah ada pengaruh disiplin kerja terhadap semangat kerja pegawai lapas
3. Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadapa semanagt kerja pegawai lapas
4. Apakah ada pengaruh beban kerja,disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai
intansi
STUDI PUSTAKA
karyawan dapat ditingkatkan. Untuk itu pimpinan perlu mencari cara dan solusi guna
menimbulkan semangat kerja para karyawan. Hal itu penting, sebab semangat kerja
sehingga pekerjaan lebih cepat dapat diselesaikan dan hasil yang lebih baik dapat
dicapai.
pasukan, akan tetapi sekarang mempunyai arti yang lebih luas dan dapat dirumuskan
sebagai sikap bersama para pekerja terhadap satu sama lain, terhadap atasan, terhadap
diartikan sebagai suatu kondisi mental, atau perilaku individu tenaga kerja dan
kerja untuk beerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
pegawai menunjukkan sejauh mana pegawai bergairah dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya di dalam organisasi. Menurut beliau, semangat kerja dapat dilihat
dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu, target kerja, gairah kerja serta
merupakan terjemahan dari kata morale yang artinya moril atau semangat juang.
Semangat kerja (work morale) adalah sikap seorang pegawai terhadap pekerjaannya,
suasana pekerjaan. Apabila para pekerja Nampak senang, optimis, ramah tamah
rendah/tidak baik. Maka dapat dikatakan bahwa semangat kerja adalah kemauan
(2) Kepuasan para pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh
(3) Terdapatnya suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-
(4) Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan
bersama;
lainnya; dan
(6) Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala
sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir dalam pekerjaan.
2.1.1.2 Unsur-unsur Semangat kerja
2. Kepatuhan karyawan pada perintah atasan serta taat pada tata tertib
yang berlaku;
dengan hati-hati;
perusahaan.
Indikasi semangat kerja yang tinggi menurut Widjaja A.W (1990: 71),
antara lain:
3. Kebosanan;
4. Perpindahan pegawai;
5. Keluhan;
6. Pemogokan;
8. Masalah disiplin;
umum, cara yang dapat ditempuh manajemen untuk meningkatkan moral atau
1. Memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dalam porsi yang wajar tetapi
semua pihak;
disiplin, dapat juga dinyatakan sebagai tingkat pemenuhan seseorang dengan aspek
intrinsik dari pekerjaan, seperti keberagaman pekerjaan dan adanya tantangan kerja,
Tingkat semangat kerja yang tinggi dapat diartikan dengan kepuasaan kerja,
organisasi dan fokus dalam pencapaian kerja daripada pencapaian pribadi. Sebaliknya
atas, dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan
seseorang dalam melakukan pekerjaan secara giat dan baik serta berdisiplin tinggi
untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Jadi semangat kerja merupakan salah
satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh pimpinan organisasi, sebab
menyangkut masalah kejiwaan para pegawai untuk mau berusaha lebih baik guna
mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu, didalam mengelola pegawai dalam
organisasi harus diciptakan suatu komunikasi kerja yang baik antara pimpinan dan
bawahan agar tercipta suatu komunikasi kerja yang serasi dan selaras. Dengan
meningkatnya semangat kerja para pegawai tersebut diharapkan akan mencapai
kinerja yang lebih baik dibidang pekerjaan mereka masing-masing sehingga akan
Sekalisekali para karyawan perlu diajak berunding, Pemberian insentif yang terarah,
yang dirasakan para karyawan. Apabila karyawan merasa bergairah, bahagia, optimis
semangat kerja yang tinggi tetapi apabila karyawan suka membantah, menyakiti hati,
kelihatan tidak tenang maka karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang
rendah.
1. Absensi
Karena absensi menunjukkan ketidakhadiran karyawan dalam tugasnya. Hal ini
termasuk waktu yang hilang karena sakit, kecelakaan, dan pergi meninggalkan
pekerjaan karena alasan pribadi tanpa diberi wewenang. Yang tidak diperhitungkan
sebagai absensi adalah diberhentikan untuk sementara, tidak ada pekerjaan, cuti yang
2. Kerja sama
Kerja sama dalam bentuk tindakan kolektif seseorang terhadap orang lain.
Kerjasama dapat dilihat dari kesediaan karyawan untuk bekerja sama dengan rekan
kerja atau dengan atasan mereka berdasarkan untuk mencapai tujuan bersama. Selain
itu, kerjasama dapat dilihat dari kesediaan untuk saling membantu di antara rekan
organisasi.
3. Kepuasan kerja
4. Kedisiplinan
Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai peraturan
organasasi dalam bentuk tertulis maupun tidak. Dalam prakteknya bila suatu
selesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu
diperoleh satu kesimpulan saja mengenai definisi yang tepat, Cain (2007).
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan
Menurut Menpan (1997) dalam Dhania (2010), pengertian beban kerja adalah
sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi
atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Salah satu
tokoh yang mengemukakan definisi beban kerja adalah Gopher & Doncin (1986).
Gopher & Doncin mengartikan beban kerja sebagai suatu konsep yang timbul akibat
tugas, individu diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut pada suatu tingkat
tertentu.
tujuan organisasi. Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwa positif negatifnya
beban kerja merupakan masalah persepsi. Persepsi beban kerja didefinisikan sebagai
mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Persepsi terhadap beban
kerja berkaitan dengan faktor atribut peran dan pekerjaan. Hal ini dikarenakan
bagaimana persepsi terhadap beban kerja merupakan hal yang erat hubungannya
dengan suatu pekerjaan, dan dimana individu memberikan penilaian beban kerja
mengenai sejumlah tuntutan tugas atau kegiatan yang membutuhkan aktivitas mental
dan fisik yang harus ia selesaikan dalam waktu tertentu, apakah memiliki dampak
Menurut Heizer dan Render (1996:98), standar tenaga kerja adalah jumlah
waktu yang diperlukan rata-rata tenaga kerja, untuk mengerjakan aktivitas kerja
khusus dalam kondisi kerja yang normal, atau dengan kata lain standar tenaga kerja
maka dapat di nyatakan bahwa beban kerja merupakan sejauh mana kapasitas
kepadanya, yang dapat diindikasikan dari jumlah pekerjaan yang harus dilakukan
oleh pegawai, dan waktu/batasan waktu yang dimiliki oleh pekerja dalam
mengenai pekerjaan yang diberikan kepadanya. Jadi beban kerja adalah sebuah proses
waktu tertentu.
c. Pemanfaatan Waktu.
a. Beban Kerja Fisik Menurut (Wulandari, 2017), kerja fisik adalah kerja yang
memerlukan energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber
tenaga. Kerja fisik disebut juga ”manual operation‟ dimana performansi kerja
sepenuhnya akan tergantung pada upaya manusia yang berperan sebagai sumber
tenaga maupun pengendali tenaga. Disamping itu juga (Wulandari, 2017) bahwa
penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode objektif, yaitu metode
b. Beban Kerja Mental/Psikis Menurut (Wulandari, 2017) setiap aktivitas mental akan
selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dalam proses mental dari suatu
informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan atau
proses mengingat informasi yang diterima untuk mengingat informasi yang lampau.
Evaluasi beban kerja mental merupakan poin penting didalam penelitian dan
kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik ditempat kerja, sebagaimana
lingkungan kerjanya. Organisasi tidak hanya akan menilai beban kerja secara fisik,
pekerjaan pendek dan berulang pada waktu yang relative hampir sama. Pekerjaan
yang relative memiliki siklus pendek dan berulang cenderung akan membuat
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :
1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
2) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir,
dan wewenang.
b. Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal.
Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif
maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (Jenis kelamin, umur,
ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi,
berikut :
1. Waktu kerja, yang diberikan terkadang menjadi masalah pegawai dalam
melaksanakan tugas dan oleh karena itu pegawai disini dibebankan dengan
3. Faktor internal tubuh, faktor yang berasal dari dalam tubuh pekerja atau
karyawan itu sendiri dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut
strain atau ketegangan. Berat ringannya tersebut dapat dinilai baik secara
4. Faktor eksternal tubuh, beban yang berasal dari luar tubuh pekerja/karyawan
Suatu aturan yang di terapkan pada perusahaan yang harus di patuhi karyawan
terutama dalam peraturan disiplin kerja karyawan. Disiplin kerja merupakan suatu
sikap yang harus dimiliki setiap karyawan yang benarbenar tercipta dari diri sendiri
Disiplin kerja menurut Mulyadi (2015:48), “disiplin adalah rasa sikap hormat
atau mental karyawan terhadap peraturan yang dibuat dan diterapkan pada
perusahaan”.
Menurut Simamora (2006:610), “disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau
bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur yang menunjukkan
“Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan
Pada dasarnya ada beberapa cara yang baik dalam melaksanakan disiplin kerja
karyawan pada suatu organisasi. Mulyadi (2015:60), cara melaksanakan disiplin kerja
karyawan yaitu:
1) Peraturan atau tata tertib tentang jam kerja dalam satu hari terdiri dari, jam masuk
2) Peraturan atau tata tertib tentang seragam kerja, dan seragam kerja tersebut sudah
di fasilitasi oleh perusahaan, dan sikap atau tingkah laku didalam pekerjaan.
Menurut Sutrisno (2013) disiplin adalah sikap kesediaan adalah sikap dan
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
diberikan kepadanya”.
Sedangkan Rivai (2009) berpendapat bahwa “disiplin kerja adalah suatu alat
yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
Hasibuan (2014), bahwa disiplin kerja adalah keinginan dan kesadaran untuk
dapat disimpulkan disiplin kerja adalah adanya kesadaran yang tumbuh dari diri
bebrasal dari kata Latin “disiplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan
dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun
dikemukakan oleh beberapa ahli seperti disebuutkan diatas dapatlah dikatakan bahwa
pegawai yang tidak mematuhi segala peraturan dan ketentuan yang berlaku pada
melanggar disiplin.
kesungguhan tim kerja dalam suatu organisasi.Disiplin kerja sangat diperlukan untuk
tenaga kerja.
kesediaan dan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala peraturan
dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk semua pegawai yang ada didalam
peraturan dan tata tertib yang berlaku tanpa paksaan dari pihak lain.Setiap pegawai
peraturan dan mematuhi norma yang berlaku dalam organisasi,maka hal ini akan
menjadi modal utama yang amat penting dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
adalah:
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah
perbuatan dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.
Hal ini untuk pembinaan disiplin bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat
Bagi karyawan yang melanggar disiplin,maka perlu ada kebranian pimpinan untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan tindakan yang sesuai dengan tinndakan
Karena karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi,
sekalipun.
Menurut Mangkunegara (2017) macam-macam dsiplin kerja terdiri daei dua jenis
,yaitu:
1. Disiplin Preventif
Adalah suatu upaya yang mengerakkan pegawai mengikuti dan memetuhi pedoman
untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif pegawai dapat
2. Disiplin Korektif
yang berlaku pada suatu perusahaan. Pada displin korektif,pegawai yang melanggar
disiplin perlu diabari sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi
Selanjutnya kebebasan yang bertanggung jawab dari peran disiplin diri akan
meningkatakan kemampuan yang mandiri dan profesional yang pada gilirannya akan
menambah gairah kerja dan rasa percaya diri yang tinggi terhadap tugas.
Disiplin yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses
belajar yang terus menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pimpinan
bersikap positif dan terbuka. Selain faktor kepemimpinan, gaji , kesjahteraan , dan
sistem penghargaan bagi karyawan merupakan faktor yang tidak boleh dilupakan.
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku
Sikap adalah mental dan perilaku karyawan yang berasal dari kesadaran atau kerelaan
berlaku sebagai suatu acuan dalam bersikap dan mengetahui tujuan dan manfaat dari
peraturan tersebut.
spesifik terhadap karyawan yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Sedangkan
kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan
1. Tujuan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang
pekerjaannya.
kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan
Hasibuan (2016) memberikan definisi disiplin kerja yang baik adalah kesadaran
1) Tujuan kemampuan
Dimensi ketaatan pada standar kerja diukur dengan menggunakan tiga indikator
yaitu:
Dimensi ketaatan pada peraturan krja diukur dengan dua indikator yaitu :
5) Etika kerja
bekerja efektif, dan terintegritas dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan. Motivasi adalah suatu yang pokok yang menjadikan dorongan bagi
manusia memiliki kategori kebutuhan pokok seperti kebutuhan fisiologi, rasa aman,
sosial, ego,dan perwujudan diri. Kebutuhan tersebut membentuk suatu hirarki dan
masing-masing akan aktif jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi.
minuman, tempat tinggal dan sejenisnya. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan
keamanan. Kebutuhan sosial antara lain memberi dan menerima kasih sayang dan
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga
elemen utama dalam definisi tersebut adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah elemen
upaya secara bersamaan. Upaya yang diarahkan dan konsisten dengan tujuan-tujuan
organisasi merupakan jenis upaya yang seharusnya kita lakukan. Terakhir, motivasi
memiliki dimensi ketekunan. Dimensi ini merupakan ukuran mengenai seberapa lama
bertahan melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai tujuan
mengarahkan para karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan tugasnya masing–
potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan
kebersamaan.Ada dua aspek motivasi, yaitu segi pasif dimana motivasi tampak
sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong, dan dari segi statis dimana motivasi
tampak sebagai satu usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi Pengaruh
Motivasi Kinerja dan...-Kusuma, Yordy Wisnu tenaga kerja agar secara produktif
merupakan sesuatu faktor yang mendorong seseorang baik dari dalam diri seseorang
maupun dari luar, untuk berperilaku melakukan sesuatu aktivitas kerja. Dorongan dari
dalam dapat berupa kepuasan akan kebutuhan-kebutuhan yang ingin terpenuhi dan
dorongan dari luar dapat berupa suatu tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai
dalam waktu tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemberian faktor
yang lebih tinggi dengan karyawan yang ada saat ini, sehingga menghasilkan laba
dengan pekerjaan. Faktor motivasi ini dapat dikatakan sebagai faktor intrinsik yang
berasal dari dalam diri seseorang (Hasibuan, 2008:110), yang meliputi : 1) Prestasi
(Advancement)
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif.
1. Motivasi Positif,
standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena
umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. Alat motivasi (daya
2. Material Incentive,
Material incentive adalah dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja
merupakan upah atau gaji yang wajar tetapi juga jaminan yang dapat dinilai dengan
b) Non Material Incentive, Non material incentive yaitu segala jenis insentif yang
3. Motivasi Negatif,
Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka
akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam
jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk
jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. Dalam prakteknya kedua jenis
harus sesuai dengan perjanjian, penggunaan harus tepat dan seimbang agar dapat
meningkatkan semangat kerja serta dapat meraih prestasi kerja yang diinginkan. Yang
menjadi masalah ialah kapan motivasi positif atau motivasi negatif dapat efektif
untuk jangka panjang sedangkan motivasi negatif sangat efektif untuk jangka pendek.
Akan tetapi pimpinan harus konsisten dan adil dalam menerapkannya. Hasibuan
(2008:150).
dan dihargai oleh karyawan lain dan pimpinan terhadap prestasi kerja.
pelatihan.
selesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu
dan Sastra (2017) yang menyatakan bahwa dengan adanya beban kerja yang efektif
yang diberikan pada tiap individu akan memberikan pengaruh yang signfikan dan
akan cenderung untuk dapat meningkatkan semangat kerja individu para
adalah :
H1 : Diduga ada pengaruh yang siginifikan antara beban kerja terhadap semangat
setelah kedisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali. Masalah semangat
kerja adalah masalah yang sangat penting dan setiap usaha kerja sama kelompok
orang dalam mencapai tujuan tertentu dari kelompok tersebut. Pada hakikatnya
semangat kerja dan gairah kerja (moral kerja) bersifat subyektif dalam arti
menjelaskan bahwa disiplin kerja yang tinggi mengarah kehasil kerja yang lebih
baik dan memuaskan, dimana kedisiplinan itu sendiri sangat erat sekali
hubungannya dengan semangat kerja. Oleh karena itu apabila seorang pegawai
sudah memiliki dasar kedisiplinan yang kuat secara tidak langsung pegawai sudah
memiliki semangat kerja yang tinggi dan apabila pegawai kurang memiliki
kedisiplinan yang kuat otomatis pegawai tersebut tidak akan memiliki semangat
diteliti oleh Ayu Sulasari (2012), dengan judul Pengaruh Disiplin Kerja terhadap
Semangat kerja Karyawan Pada KSP Tunas Artha Mandiri Nganjuk. Hasil
Penelitian ini juga diteliti oleh Achmad Yani (2015) dengan hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja terhadap
semangat kerja.
H2 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja terhadap semangat
pegawai dalam kantor. Listiyanto dan Setiaji (2007) menyatakan bahwa motivasi
kerja pegawai (Nugroho, 2011). Apabila motivasi baik maka semangat kerja akan
meningkat, begitu pula apabila motivasi tidak baik maka semangat kerja akan
memperhatikan tingkat semangat kerja pegawainya. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan dari Jackson (2006:153) yang menyebutkan bahwa semangat kerja
pekerja di China sangat dipengaruhi oleh motivasi para pekerjanya dalam bekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Zameer, Ali, Nisar & Amir (2014) menyatakan
terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai pada kantor industri minuman
I Gde Made Kusuma Jaya, I Gde Adnyana Sudibya, dan I Nyoman Sudharma.,.
H3:Diduga ada pengaruh yang siginifikan antara beban kerja terhadap semangat
Semangat Kerja
Beban kerja,disiplin kerja dan motivasi kerja merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam semangat kerja pegawai. Tinggi rendahnya beban kerja dapat
keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan
mengarah kesemangat dan motivasi yang rendah untuk bekerja. Tenaga kerja akan
merasa bahwa dirinya “tidak maju-maju”, dan merasa tidak berdaya untuk
kurang puas terhadap hasil yang dicapai.beban kerja yang sesuai membuat pegawai
akan menjalankan tugasnya dengan baik maka pegawai akan semangat dalam
bekerja serta akan tercipta disiplin kerja dan bertanggung jawab untuk cepat
yang diberikan pemimpin membuat pegawai semangat dalam bekerja dan motivasi
aktualisasi diri juga diikuti dalam menjalankan tugas dan fungsinya penuh.
H4:Diduga ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja,disiplin kerja dan
motivasi kerja terhadap semangat kerja pada pegawai Lapas Kelas IIA Curup
Tabel 2.2
Hasil Peneitian yang Relevan
H2
Disiplin Kerja (X2) Semangat Kerja (Y)
H3
H4
X1 : Beban Kerja
X2 : Disiplin Kerja
X3 : Motivasi Kerja
Y : Semangat Kerja
:
Pengaruh Antar Variabel X dan Y
Adapun definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini seperti
Menurut
Nitisemito
(dalam
Darmawan,
2013:80)
2. Beban kerja Beban Kerja adalah 1.Waktu Kuesioner Likert
sekumpulan atau sejumlah kerja
(X1) kegiatan yang harus di 2.Jumlah
selesaikan oleh seseorang
pekerjaan
dalam menyelsaikan tugas
di lapas 3.Faktor
internal tubuh
4.Faktor
eksternal
tubuh
Menurut
Tiyasiningsih
(2016:9)
3. Disiplin kerja disiplin kerja adalah bentuk 1,Tujuan Kuesioner Likert
pengendalian diri pegawai kemampuan
(X2) untul mentatati peraturan 2.Tingkat
yang ada dilapas kewaspadaan
karyawan
3.Ketaatan
pada standar
kerja
4.Ketaatan
pada
peraturan
kerja
5.Etika kerja
Menurut
Hasibuan
(2016)
4. Motivasi Motivasi kerja adalah 1.Kebutuhan Kuesioner Likert
dorongan yang tumbuh diri fisik
Kerja (X3) sendiri,baik yang berasal 2.Kebutuhan
dari dalam maupun luar rasa aman
dirinya untuk melakukan dan
suatu pekerjaan dengan keselamatan
semangat tinggi 3.Kebutuhan
menggunakan kemampuan akan
dan keterampilan yang penghargaan
dimiliki untuk 4.Kebutuhan
menyelasaikan tugas di perwujudan
lapas diri.
Menurut
Hasibuan
(2008:123)
2.5 Hipotesis
H1 : Diduga ada pengaruh yang siginifikan antara beban kerja terhadap semangat
H2 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja terhadap semangat
H4: Diduga ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara beban kerja,disiplin
kerja dan motivasi kerja terhadap semangat kerja pada pegawai Lapas Kelas IIA
Curup
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam proposal ini peneliti mengambil tempat penelitian pada Lapas Kelas
a. Populasi
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
seluruh pegawai negeri sipil (PNS) 90 orang dan honorer 1 orang pada Lapas
b. Sampel
Sampel merupakan sebgaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
jenuh yaitu seluruh karyawan Lapas Kelas IIA Curup dengan alasan karena
populasi kurang dari 100, maka sampel diambil dari keseluruhan populasi yang
subjek kurang dari 100,lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15%
atau 20-25%. Berdasarkan pendapat diatas,maka seluruh anggota populasi dalam hal
ini adalah seluruh karyawan Lapas Kelas IIA Curup yang berjumlah 91 orang untuk
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Observasi
Kegiatan untuk mencari data dengan jalan mengamati secara langsung data-
data yang telah berhasil dihimpun untuk selanjutnya dipilih relevansinya dengan
penelitian.
2. Kuesioner
pertanyaan kepada responden dengan harapan mereka akan memberikan respon atau
daftar pertanyaan tersebut. Angket (kuesioner) adalah cara untuk mengumpulkan data
dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk mereka isi Sunyoto,
(2012). Kuesioner ini menggunakan skala likert, skala likert ialah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial atau variabel penelitian. Setiap pertanyaan diberi alternatif
dengan skor nilai. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudahkan dalam mengolah
dan menganalisa data yang masuk dari responden. dimana masing-masing jawaban
Tabel 3.1
Instrument Skala Likert
No Alternatif Jawaban Bobot Nilai
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Netral (N) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2013:86)
No Variabel Indikator Butir Jumlah
1 Semangat kerja (Y) 1.Absensi 1 1
2.Kerja sama 2 1
3.Kepuasan kerja 3 1
4.Kedisiplinan 4 1
Nitisemito (dalam Darmawan
2013:80)
2 Beban kerja (X1) 1.Waktu kerja 1 1
2.Jumlah pekerjaan 2 1
3.Faktor internal tubuh 3 1
4.Faktor eksternal tubuh 4 1
Tiyasiningsih (2016:9)
3 Disiplin kerja (X2) 1.Tujuan kemampuan 1 1
2.Tingkat kewaspadaan karyawan 2 1
3.Ketaatan pada standar kerja 3 1
4.Ketaatan pada peraturan kerja 4 1
5.Etika kerja 5 1
Hasibuan (2016)
4 Motivasi kerja (X3) 1.Kebutuhan fisik 1 1
2.Kebutuhan rasa aman dan 2 1
keselamatan 3 1
3.Kebutuhan sosial 4 1
4.Kebutuhan perwujudan diri
Hasibuan (2008:123)
diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun
langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi menjadi
responden terhadap variabel yang digunakan penelitian ini. Metode ratarata (mean)
∑ fx
Rxy=¿
N
Dimana:
N = Jumlah sampel
Selanjutnya dihitung juga skala interval jawaban responden yang bertujuan untuk
memudahkan interprestasi hasil dengan rumus Cooper dan Emory (2006). Skala
U−L
interval: =
K
Dimana:
Dari rumus diatas, maka skala interval yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
5−1 4
Skala interval =
5
= 5
= 0.80
Jadi jarak (skala) setiap kelas interval sebesar 0,80, dari skala interval
kriteria.
Tabel 3.3
Skala Interval
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi
yang jelas dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
Dalam uji inferensial ini mencakup uji instrument, uji regresi, dan uji signifikansi.
Pengujian dalam analisis inferensial ini peneliti menggunakan SPSS 25 for windows.
yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian
yang diharapkan. Adapun hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pada
kuesioner tersebut. Salah satu cara mengukur validitas adalah dengan melakukan
kolerasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel
dengan salah satu uji signifikansi dengan membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini adalah jumlah sampel
(Ghozali, 2013:52).
(Correlated Item Total Correlation) dengan r tabel untuk degree of freedom (df) =
n – k, dalam hal ini n adalah jumlah sampel k adalah jumlah variabel independen.
Hasil validitas dapat dilihat pada output Alpha Cronbach pada kolom
Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung > r tabel dan nilai
positif, maka butir pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Imam
Ghozali, 2005).
2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot
(pengukuran sekali saja). Disini pengukuran hanya dilakukan dengan pertanyaan lain
atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas
Ghozali,2005) :
untuk mengetahui layak tidaknya model regresi tersebut. Model regresi yang
1. Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak. Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau ketiganya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan untuk
(K-S) dengan bantuan SPSS for Windows versi 25. Data dikatakan terdistribusi
normal jika nilai p > 0,05. Besarnya tingkat K-S dengan tingkat signifikan diatas 0,05
berarti dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal (Ghozali, 2011: 160-165).
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model
2. Uji Multikolinearitas
antara variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Deteksi untuk mengetahui ada
tidaknya gejala multikolinearitas dalam model regersi penelitian ini dapat dilakukan
dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), dan nilai tolerance. Gejala
multikolinearitas tidak terjadi apabila nilai VIF tidak lebih besar dari 10 serta nilai
tolerance lebih dari 0,10, Ghozali, (2011). 54 a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu
estimasimodel regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual veriabel variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90) maka hal ini
dari nilai tolerance dan variance inflation model (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan
VIF < 10 , maka dapat diartikan bahwa terdapat gangguan multikolinearitas pada
3. Uji Heteroskedastisitas
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi
uji glejser atau absolute residual dari data. Jika tingkat signifikansi berada diatas 5%
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas tetapi jika berada dibawah 5% berarti terjadi
heteroskedastisitas.
Analisis regresi linear berganda adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan
secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu
(Sarwono, 2013).
maka untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan alat analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu
variabel dengan variabel lain. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini
Sugiyono (2013)
Di mana:
Y = Semangat Kerja
X1 = Beban Kerja
X2 = Disiplin Kerja
X3 = Motivasi Kerja
kontribusi dari seluruh variabel bebas yaitu Kualitas Pelayanan (X1), Kualitas Produk
(X2), Kepercayaan (X3) terhadap variabel terikat yaitu Loyalitas Pelanggan (Y).
dengan sempurna atau terdapat suatu kecocokan yang sempurna (variabel independen
yang dipakai dapat menerangkan dengan baik variabel dependen). Namun jika
koefisien determinasi adalah nol (0) berarti variabel independen tidak berpengaruh
terhadap hipotesis kita dapat memutuskan apakah hipotesis dapat diterima (data tidak
memberikan bukti untuk menolak) atau ditolak (data memberikan bukti untuk
menolak hipotesis).
1. Uji – f (Simultan)
variabel bebas yaitu Kualitas Pelayanan (X1), Kualitas Produk (X2) dan Kepercayaan
(X3) terhadap variabel terikatnya yaitu Loyalitas Pelanggan (Y). Pada taraf keyakinan
R 2 /K
F.test = (1−R)/¿ ¿
(Sugiyono, 2013)
a. Perumusan Hipotesis
kerja,disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap semangat kerja pegawai lapas kelas
IIA Curup
Ha : ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara antara antara Beban
kerja,disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap semangat kerja pegawai lapas kelas
IIA Curup
b. Kriteria Pengujian Selanjutnya hasil hipotesis di uji dengan ketentuan sebagai
berikut :
pengaruh variabel Beban kerja, Disiplon kerja dan motivasi kerja terhadap variabel
2) Jika fsign> (𝛼 = 0,05) Ho diterima, Ha ditolak berarti tidak ada pengaruh secara
bersamaan variabel Beban kerja, Disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap variabel
terikatnya yaitu Semangat kerja. Nilai fsign dari uji F dapat dilihat dari hasil
Uji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan nilai t
tabel tingkat keyakinan 95% atau 𝛼 = 0,05. Uji – t digunakan untuk menguji apakah
variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai variabel terikat
bi
: t= Sbi
Sugiyono (2013)
Keterangan :
t = nilai t hitung
bi = koefisien regresi
a. Perumusan hipotesis
dependen (Y).
b. Kriteria Pengujian
1) Jika t sign < (𝛼= 0,05) HO ditolak, Ha diterima. Artinya secara parsial ada
pengaruh signifikan variabel Beban kerja (X1) , Disiplin kerja (X2) dan motivasi
2) Jika t sign > (𝛼= 0,05) HO diterima, Ho ditolak. Artinya secara parsial tidak ada
pengaruh signifikan variabel Beban kerja (X1) , Disiplin kerja (X2) dan Motivasi
Nilai tsign dari uji t dapat dilihat dari hasil pengelolaan dari program SPSS 25 for
windows.
DAFTAR PUSTAKA
Hendriani, S., & Efni, Y. (2019).Pengaruh Beban Kerja Dan Mutasi Terhadap
Semangat Kerja Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening
Pada Ditreskrimum Polda Riau. Jurnal Psikologi, 15(1), 43-56.
Hendriani, S., & Efni, Y. (2019). Pengaruh Beban Kerja Dan Mutasi Terhadap
Semangat Kerja Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening
Pada Ditreskrimum Polda Riau. Jurnal Psikologi, 15(1), 43-56.
Adha, R. N., Qomariah, N., & Hafidzi, A. H. (2019). Pengaruh Motivasi Kerja,
Lingkungan Kerja, Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dinas
Sosial Kabupaten Jember. Jurnal Penelitian Ipteks, 4(1), 47-62.
Nabawi, R. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Beban Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister
Manajemen, 2(2), 170-183.
Pramudia, A., Budi, N., Mokodompit, E. A., & Ramdhani, F. (2019). Pengaruh
Beban Kerja dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Kendari. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 11(2).
Tjiabrata, F. R., Lumanauw, B., & Dotulong, L. O. (2017). Pengaruh Beban Kerja
dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Sabar Ganda
Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi, 5(2).
Liyas, J. N., & Primadi, R. (2017). Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pada Bank Perkreditan Rakyat. Al-Masraf: Jurnal Lembaga
Keuangan dan Perbankan, 2(1), 17-26.
Syafrina, N., & Manik, S. (2020). Pengaruh Motivasi Terhadap Semangat Kerja
Pegawai Honorer Pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Pelalawan. Jurnal Niara, 13(1), 209-217.
Wati, I., & Murtani, A. (2020). Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja Dan Kinerja
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada 212 Mart
Medan). Jurnal Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 1(1), 387-394.
Sari, E. R., & Logahan, J. M. (2020). Pengaruh Semangat Kerja Dan Disiplin Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Garuda
Zebec. JMBA Jurnal Manajemen dan Bisnis, 6(2), 1-7.
Baihaqi, A., & Hepiyanto, H. (2020). PENGARUH KEPEMIMPINAN, DAN
LINGKUNGAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA DINAS
PETERNAKAN KABUPATEN PASURUAN. JOURNAL
MANAGEMENT AND BUSINESS APPLIED, 1(2), 1-9.
Hendriani, S., & Efni, Y. (2019). Pengaruh Beban Kerja Dan Mutasi Terhadap
Semangat Kerja Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening
Pada Ditreskrimum Polda Riau. Jurnal Psikologi, 15(1), 43-56.
36 s/d 40 th ≥ 41 th
4 s/d 6 th > 9 th
III. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Beri jawaban atas pernyataan berikut ini sesuai dengan pendapat anda, dengan cara
memberi tanda () pada kolom yang tersedia.
Keterangan pilihan jawaban anda
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat setuju
No Pernyataan SS S N TS STS
Waktu kerja
1 Saya harus bekerja cepat untuk menyelsaikan pekerjaan
saya
Jumlah Pekerjaan
2 Jumlah untuk pegawai yang ada saat ini sudah cukup
untuk menangani pekerjaan yang ada
Faktor internal Tubuh
3 Saya terhindar dari stres karena jumlah pekerjaan yang
saya terima sesuai dengan kemampuan saya
Faktor Eksternal Tubuh
4 Ruang kerja yang nyaman membuat saya lebih semangat
dalam bekerja
A. Pernyataan yang berhubungan dengan Beban Kerja (X1)
Tujuan Kemampuan
1 Saya selalu hadir tepat waktu ditempat kerja
Tingkat Kewaspadaan karyawan
2 Saya selalu hati-hati dalam bekerja
Ketaatan pada standar kerja
3 Saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab
saya
Ketaatan pada Peraturan Kerja
4 Saya selalu mematuhi semua peraturan yang telah
ditetapkan
Etika kerja
5 Saya memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam
bekerja
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 Total_X1
** * **
X1.1 Pearson Correlation 1 .661 .458 .713 .794**
Sig. (2-tailed) .000 .011 .000 .000
N 30 30 30 30 30
** **
X1.2 Pearson Correlation .661 1 .204 .557 .704**
Sig. (2-tailed) .000 .279 .001 .000
N 30 30 30 30 30
*
X1.3 Pearson Correlation .458 .204 1 .332 .564**
Sig. (2-tailed) .011 .279 .073 .001
N 30 30 30 30 30
X1.4 Pearson Correlation .713** .557** .332 1 .736**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .073 .000
N 30 30 30 30 30
** ** ** **
Total_X1 Pearson Correlation .794 .704 .564 .736 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
UJI REABILITAS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.784 .792 4
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1.1 3.90 .803 30
Inter-Item Correlation Matrix
X1.2 4.00 .910 30
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
X1.3 3.97 .928 30
X1.1 1.000 .661 .458 .713
X1.4 3.90 .885 30
X1.2 .661 1.000 .204 .557
X1.3 .458 .204 1.000 .332
X1.4 .713 .557 .332 1.000
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X1.1 11.87 4.257 .803 .629
X1.2 11.77 4.530 .570 .742
X1.3 11.80 5.131 .374 .841
X1.4 11.87 4.326 .667 .691
Scale Statistics
UJI VALIDITAS
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 Total_X2
**
X2.1 Pearson Correlation 1 .495 .351 .125 .342 .659**
Sig. (2-tailed) .005 .057 .509 .064 .000
N 30 30 30 30 30 30
** * **
X2.2 Pearson Correlation .495 1 .256 .439 .565 .761**
Sig. (2-tailed) .005 .172 .015 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30
*
X2.3 Pearson Correlation .351 .256 1 .377 .264 .665**
Sig. (2-tailed) .057 .172 .040 .159 .000
N 30 30 30 30 30 30
* * **
X2.4 Pearson Correlation .125 .439 .377 1 .528 .701**
Sig. (2-tailed) .509 .015 .040 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30
** **
X2.5 Pearson Correlation .342 .565 .264 .528 1 .744**
Sig. (2-tailed) .064 .001 .159 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30
Total_X2 Pearson Correlation .659** .761** .665** .701** .744** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
UJI RELIABILITAS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.741 .749 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2.1 3.90 .845 30
X2.2 4.00 .743 30
X2.3 3.93 .907 30
X2.4 4.20 .847 30
X2.5 4.07 .740 30
Item-Total Statistics
Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
X2.1 16.20 5.752 .436 .344 .722
X2.2 16.10 5.541 .611 .459 .659
X2.3 16.17 5.592 .423 .239 .730
X2.4 15.90 5.541 .495 .399 .699
X2.5 16.03 5.620 .589 .429 .668
Scale Statistics
Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Total_X3
X3.1 Pearson Correlation 1 .228 .292 .293 .106 .517**
Sig. (2-tailed) .225 .117 .116 .579 .003
N 30 30 30 30 30 30
* *
X3.2 Pearson Correlation .228 1 .407 .225 .419 .744**
Sig. (2-tailed) .225 .026 .231 .021 .000
N 30 30 30 30 30 30
* ** *
X3.3 Pearson Correlation .292 .407 1 .524 .364 .793**
Sig. (2-tailed) .117 .026 .003 .048 .000
N 30 30 30 30 30 30
X3.4 Pearson Correlation .293 .225 .524** 1 .099 .582**
Sig. (2-tailed) .116 .231 .003 .603 .001
N 30 30 30 30 30 30
* *
X3.5 Pearson Correlation .106 .419 .364 .099 1 .631**
Sig. (2-tailed) .579 .021 .048 .603 .000
N 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
Total_X3 Pearson Correlation .517 .744 .793 .582 .631 1
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
UJI RELIABILITAS
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X3.1 4.07 .691 30
X3.2 3.80 .961 30
X3.3 3.87 .900 30
X3.4 4.03 .669 30
X3.5 3.77 1.165 30
Item-Total Statistics
Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
X3.1 15.47 7.016 .302 .127 .661
X3.2 15.73 5.444 .498 .264 .576
X3.3 15.67 5.333 .592 .415 .532
X3.4 15.50 6.810 .385 .306 .635
X3.5 15.77 5.220 .380 .233 .654
Scale Statistics
Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Total_Y
* **
Y1 Pearson Correlation 1 .389 .472 .197 .682**
Sig. (2-tailed) .034 .008 .296 .000
N 30 30 30 30 30
Y2 Pearson Correlation .389* 1 .526** .022 .641**
Sig. (2-tailed) .034 .003 .908 .000
N 30 30 30 30 30
** ** **
Y3 Pearson Correlation .472 .526 1 .615 .904**
Sig. (2-tailed) .008 .003 .000 .000
N 30 30 30 30 30
**
Y4 Pearson Correlation .197 .022 .615 1 .674**
Sig. (2-tailed) .296 .908 .000 .000
N 30 30 30 30 30
** ** ** **
Total_Y Pearson Correlation .682 .641 .904 .674 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Item-Total Statistics
Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
Y1 12.83 2.626 .447 .253 .643
Y2 12.93 2.685 .371 .435 .687
Y3 12.93 1.995 .800 .671 .406
Y4 13.10 2.438 .349 .506 .721
Scale Statistics