2. Diagnosa medis : SGB 3. Dasar pemikiran Guillain – Barre Syndrome (GBS) adalah sindrom klinis yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti ditunjukkan oleh awitan akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput myelin pada saraf perifer dan kranial (Smeltzer, 2002). Pendapat lain mengatakan bahwa Guillain – Barre Syndrome (GBS) adalah suatu demielinasi polineuropati akut yang dikenal dengan beberapa nama lain yaitu polyneuritis idiopatik, paralisis asenden landry, dan polineuropati inflamasi akut. Gambaran utama GBS adalah paralisis motorik asendens secara primer dengan segala gangguan fungsi sensorik. GBS adalah gangguan neuron motorik bagian bawah dalam saraf perifer, final common pathway untuk gerakan motorik juga (Price, S. A, 2006). Pasien pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk terus dilakukan observasi tanda tanda vital. Ventilator harus disiapkan disamping pasien sebab paralisa yang terjadi dapat mengenai otot-otot pernapasan dalam waktu 24 jam.
Pasien dengan SGB terpasang Trakheostomi, terdapat sputum kental berwarna
kuning, karena kemampuan batuk tidak ada sputum harus dikeluarkan dengan cara di sedot mengunakan suction.
4. Analisa data SGB
Terpasang trakeostomi reflek batuk menurun
akumulasi sputum di jalan nafas
jalan masuknya o2 terhambat
dapat dibebaskan dengan tindakan suction
5. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Suction (Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah membersihakan jalan nafas melalui penghisapan sekret/mucus pada trakeostomi dan mulut untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. 6. Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresijalan nafas. 7. Data fokus Ny. F. tahun diruang UGD terpasang trakeostomi, terdapat sekret di jalan nafas menyumbat dengan konsistensi kental berwarna kuning, terdengar suara grok grok ,RR 24x/menit, Nadi 104x/menit, SpO2 94%
8. Prinsip tindakan dan rasional
Prinsip-prinsip tindakan yang harus diperhatikan dalam melakukan suction terbagi 3: a. Asianotik Tindakan tidak menyebabkan sianotik - Tidak boleh dilakukan terlalu lama. Lama waktu penghisapan sekret selama waktu diri sendiri masih kuat menahan nafas (diilustrasikan pada diri sendiri) - Berikan oksigen terlebih dulu - Berikan O2 100% untuk suport selama 2 menit b. Atraumatik Tindakan tidak menyebabkan trauma - Jika klien mengguankan trakeostomi maka perhatikan tekanannya, untuk menghindari O2 terhisap oleh suction dan mencegah terjadinya cedera di area penghisapan - Perhatikan ukuran suction - Hiperoxigenasi c. Aseptik Tindakan menggunakan prinsip steril - Gunakan close suction - Handscoondan alat suction steril 9. Tujuan tindakan Membersihkan secret di jalan nafas 10. Bahaya yang m ungkin terjadi a. Perdarahan saluran nafas b. Henti nafas selama dan pasca suction. 11. Evaluasi a. Sekret yang keluar banyak b. Jalan nafas bersih c. Kebutuhan oksigenasi terpenuhi 12. Kepustakaan a. Doenges E. Marlynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. b. Barbara C Long. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Alih bahasa, Brahm U Pendit. Edisi 6.Jakarta: EGC. c. Lewis RA. Chronic Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy. Available from : URL : http://emedicine.medscape.com/article/1172965overview. diakses tanggal 7 Juni 2018 d. Muttaqin, A. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.