Contoh Kasus Hukum Perdata
Contoh Kasus Hukum Perdata
Kasus Perceraian
Seorang istri yang hendak mengajukan gugatan cerai pada suaminya di Pengadilan Agama
(PA) dengan data sebagai berikut :
Nama : Rani Anggraeni
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Menikah
Anak : 1 anak laki-laki, umur 4 tahun
Permasalahan / Kronologis
Rani Anggraeni menikah di Jakarta dengan suaminya 6 tahun yang lalu (th 2005). Dikaruniai
1 orang putra berumur 4 tahun. Sudah lama sebenarnya Rani mengalami kekerasan dalam
rumah tangga, Suaminya adalah mantan anak orang kaya yang tidak jelas kerjanya apa dan
sering berprilaku sangat kasar pada Rani, seperti membentak, berkata kotor, melecehkan dan
yang terparah adalah sering memukul. Sehingga akhirnya Rani sering tidak tahan sampai
berpikir untuk bercerai saja. Adanya musyawarah dan pertemuan keluarga sudah diadakan
beberapa kali tapi tetap tidak merubah prilaku suaminya tersebut. Bahkan sedemikian
parahnya dimana si suami melepas tanggung-jawabnya sebagai seorang suami dan ayah
karena sudah 2 tahun ini si suami tidak memberikan nafkah lahir untuk sang Istri dan
anaknya. Sampai akhirnya, Rani merasa terancam jiwanya dimana terjadi kejadian pada
bulan April 2011, Rani dipukul / ditonjok matanya sampai biru yang berujung pada kekerasan
terhadap anak semata wayangnya juga. Setelah kejadian itu Rani memutuskan untuk bercerai
saja.
Proses Perceraian dilakukan sesuai Pasal 1 Bab I Ketentuan Umum PP No 9/1975 tentang
Pelaksanaan UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Tahap-tahap :
Bila yang mengajukan gugatan cerai si suami (beragama Islam) maka Pengadilan Agama
adalah Pengadilan Agama di wilayah yang sesuai dengan wilayah tempat tinggal si istri.
Catatan :
Jadi Pengadilan Agama yg berwenang memproses perkara perceraian adalah Pengadilan
Agama yg sesuai dari wilayah si istri, bukan-lah harus Pengadilan Agama yg sesuai dari KTP
si istri / suami atau bukanlah berdasarkan Pengadilan Agama sesuai wilayah dimana mereka
dulu menikah (baik yang mengajukan cerai istri maupun suami). Bila Rani tinggal di Luar
Negeri, gugatan diajukan di PA wilayah tempat tinggal suami. Bila Rani dan suami tinggal di
luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama di wilayah tempat anda berdua
menikah dulu, atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 73 UU No 7/89 tentang
Peradilan Agama)
Di Jakarta ada 5 Pengadilan Agama (PA), untuk menentukan secara tepat PA mana yang
berwenang memproses perkara cerai antara lain :
· Pengadilan Agama Jakarta Pusat ; Jl. K.H. Mas Mansyur, Gg. H. Awaludin II/2, Tanah
Abang, Jak-Pus.
· Pengadilan Agama Jakarta Selatan ; Jl. Harsono RM No. 1, Ragunan, Pasar Minggu, Jak-
Sel (Samping Gedung Pertanian arah Kebun Binatang).
· Pengadilan Agama Jakarta Timur ; Jl. Raya PKP, No. 24, Kelapa Dua Wetan, Ciracas,Jak-
Tim.
· Pengadilan Agama Jakarta Utara ; Jl. Plumpang Semper, No. 3, Tanjung Priok, Jak-Ut
· Pengadilan Agama Jakarta Barat ; Jl. Flamboyan II, No. 2, Cengkareng, Kalideres, Jak-
Bar.
Maka Rani harus mengetahui persis alamat tempat tinggalnya yang saat ini ia tinggali, yakni
alamat tepatnya di bilangan Tanah Abang ( Jakarta Pusat ). Jadi pengadilan yang tepat
mengadili perkara cerai Rani adalah PA Jakarta Pusat. Rani mencari alamat PA Jakarta Pusat,
yaitu di Jl. K.H. Mas Mansyur, Gg. H. Awaludin II/2, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Foto kopi Surat Nikah 2 (dua) lembar, masing-masing dibubuhi materai, kemudian
dilegalisir
Foto kopi Akte Kelahiran anak-anak (bila punya anak), dibubuhi materai, juga
dilegalisir
Dari hasil informasinya itu, Rani menentukan untuk tidak menggunakan jasa seorang pengacara,
karena :
1. Rani punya banyak waktu untuk menghadiri sidang perceraiannya; dan
2. Rani tidak punya banyak uang untuk menyewa seorang pengacara yang mungkin
bisa mengeruk biaya sekitar Rp 5jt – 10jt lebih.
3. Umumnya penggunaan jasa pengacara digunakan pada orang yang waktunya sempit
(sibuk bekerja) dan adanya hak dan kewajiban yang mungkin sulit dipertahankan dalam
proses perceraian.