1.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.1 Memahami ragam alat serta terampil menggunakan alat-alat
di Laboratorium Kimia Dasar
Sub CPMK NKIM6004.1.1 Mendeskripsikan jenis dan fungsi alat-alat dalam
Laboratorium Kimia Dasar
Sub-CPMK NKIM6004.1.2 Mengoperasikan alat-alat dalam Laboratorium Kimia Dasar
1
B. Beaker glass
Alat ini digunakan untuk menyimpan zat kimia sementara, melarutkan zat kimia padatan,
memanaskan larutan, mengambil dan memindahkan larutan. Tanda volume yang ada pada
badan gelas merupakan taksiran volume larutan secara kasar. Alat ini dapat pula
digunakan untuk pengukuran volume larutan untuk penggunaan yang tidak diperlukan
akurasi tinggi.
C. Erlenmeyer
Erlenmeyer selalu digunakan sebagai peralatan untuk teknik titrasi yaitu sebagai wadah
bahan atau larutan yang akan dititrasi. Bagian mulut Erlenmeyer kecil dan ramping dapat
mereduksi jumlah pelarut yang hilang saat pengupan dan mudah ditutup sehingga
digunakan pada proses rekristalisasi. Fungsi lainnya untuk menyimpan dan melarutkan,
tetapi tidak digunakan untuk memindahkan larutan karena bagian mulutnya rata.
Terdapat dua jenis Erlenmeyer yaitu (1) Erlenmeyer tanpa tutup, dipakai untuk titrasi
larutan yang tidak mudah menguap, dan (2) Erlenmeyer dengan tutup, dipakai untuk
titrasi larutan yang mudah menguap, misalnya pada titrasi iodometri atau menggunakan
pelarut organik yang mudah menguap. Penutup umumnya dari bahan kaca atau juga
dapat digunakan bahan karet.
D. Batang pengaduk
Alat ini terbuat dari bahan kaca berbentuk batang, digunakan untuk mengaduk suatu
campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia atau saat
melarutkan padatan, dipakai juga sebagai alat bantu pada prosedur dekantasi.
E. Spatula
Bermacam-macam bentuknya seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2. Terbuat dari
porselin, tanduk atau stainless steel. Spatula yang terbuat dari poselin/tanduk digunakan
untuk mengambil zat yang berbau atau oksidator, yang terbuat dari stainless steel
digunakan untuk mengambil zat padat lainnya.
2
Gambar 1.2. Berbagai Bentuk Spatula
F. Sendok
Bentuknya bermacam-macam. Terbuat dari plastik, stainless steel, gelas atau tanduk.
Digunakan untuk mengambil zat padat dari botol reagen.
G. Penjepit
Penjepit yang digunakan untuk memegang tabung reaksi pada pemanasan terbuat dari
kayu atau stainless steel berukuran kecil disebut penjepit tabung reaksi. Penjepit untuk
memegang cawan atau krus, terbuat dari batang besi berukuran besar berbentuk gunting
disebut penjepit cawan atau krus.
H. Corong
Alat ini digunakan untuk membantu memasukan cairan kedalam suatu wadah yang
mulutnya sempit, seperti botol, labu ukur, buret, botol reagen dan lampu spiritus, juga
digunakan dalam prosedur penyaringan. Umumnya terbuat dari bahan kaca, terdapat
juga corong berbahan plastik.
I. Gelas ukur
Merupakan gelas berskala yang tersedia dalam berbagai ukuran yaitu 2-2000 mL.
Tingkat ketelitiannya relatif rendah, tetapi lebih tinggi daripada beaker glass, sehingga
penggunaannya tidak disarankan untuk mengukur dengan akurasi tinggi.
3
J. Pipet tetes
Alat ini digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam volume kecil yang
tidak memerlukan akurasi tinggi. Cara penggunaan yang tepat:
1. Atur posisi pipet vertikal, jari tengah memegang badan pipet untuk mengatur posisi
pipet sedangkan ibu jari dan jari telunjuk mengatur tekanan pada bola dan tekan
perlahan untuk menghasilkan tetesan yang baik.
2. Jangan meletakkan pipet mendatar selama sedang digunakan.
3. Untuk mengambil cairan yang bersifat volatil (mudah menguap) seperti etanol,
aseton, dietil eter, maka sebelum mengambil, isap cairan tersebut dengan pipet tetes
beberapa kali sehingga gelas pipet menjadi dingin karena gelas pipet yang hangat
dapat menyemprotkan cairan yang akan diambil walaupun bola karet belum ditekan.
L. Pipet ukur
Berupa suatu tabung silinder panjang dengan penampang lubang seragam pada bagian
memanjang yang berskala. Teknik pemakaiannya sama dengan pipet volume, hanya
volume yang dipindahkan dapat sebagian saja, disesuaikan dengan keperluan yang
ditunjukan melalui skala yang ada.
M. Filler/bola hisap
Digunakan untuk menghisap cairan dari beaker glass ke dalam pipet. Satu bola dengan
ujung pendek di atas dan ujung panjang bawah (berupa pipet sempit). Ujung bawah
bercabang sedikit ke samping. Sebelum dipakai menghisap, bola dikosongkan dengan
4
menekan bola dan ujung atas pipa (A). Pipet yang
digunakan dimasukan melalui ujung bawah dan jangan
sampai melebihi pipa cabang. Tekan pipa bawah bola
(S) untuk membiarkan cairan terhisap ke atas (jangan
sampai larutan apapun masuk bola). Lepas tekanan,
dan hisapan akan berhenti. Cairan dapat dikeluarkan
dengan menekan pipa cabang (E). Setelah
menggunakan bola hisap ini, bola harus segera
dilepaskan dari pipetnya dan membiarkan udara
masuk bola kembali.
O. Buret
Buret adalah suatu tabung silinder panjang dengan ujung atas terbuka, dan ujung bawah
dilengkapi keran pengatur tetesan dari gelas atau plastik. Penunjuk volume dari 0 sampai
angka tertentu, berupa skala sepanjang tabung. Berdasarkan ketelitian/pembagian skala,
ada 2 jenis buret yaitu (1) buret makro dengan pembagian skala 0,05-0,10 ml dan (2)
buret mikro dengan pembagian skal 0,01 ml. Berdasarkan bentuknya ada 3 macam yaitu
(1) lurus dengan katup dari karet, (2) bengkok dan (3) lurus dengan kran dari gelas.
P. Timbangan (neraca)
Timbangan dipakai untuk mengukur berat suatu bahan. Beberapa jenis timbangan yang
sering digunakan di laboratorim kimia diantaranya timbangan triple beam, timbangan
pembeban atas dan timbangan analitis digital. Pemilihan jenis timbangan disesuaikan
dengan akurasi dan kapasitas pengukuran yang diperlukan. Timbangan analitis digital
terdapat dalam berbagai jenis dan merek yang dapat dibedakan berdasarkan kemampuan
beban maksimum yang dapat ditimbang. Sebagai contoh, timbangan analitis digital AE-50
5
menunjukkan beban maksimum yang ditimbang adalah 50 gram termasuk dengan wadah.
Artinya timbangan tersebut maksimal dapat digunakan untuk pengukuran berat sebesar
50 g. Kelebihan kapasitas mengakibatkan kerusakan pada sistem mekanik timbangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang adalah:
1. Jangan menimbang langsung pada piring timbangan, gunakan kaca arloji, botol atau
kertas timbang
2. Jangan menimbang bahan yang basah
3. Lakukan penimbangan pada ruang yang bersih dan kering
4. Sebelum dan sesudah memakai neraca analitik ini, bersihkan ruang neraca dengan
kuas yang telah tersedia.
5. Perhatikan posisi timbangan, atur kedudukan neraca dengan memutar- mutar knop
kanan kiri dibagian bawah alat, hingga gelembung udara waterpas tepat ditengah-
tengah lingkaran.
6. Hubungkanlah dengan aliran listrik yang tersedia/biasanya dengan menggunakan
stabilisator. Dan periksalah apakah voltasenya sudah sesuai.
R. Cawan porselen
Terdapat 2 jenis cawan yaitu cawan penguapan dan krus, umumnya terbuat dari bahan
porselen. Cawan biasa digunakan untuk mengeringkan bahan atau menguapkan cairan
(Gambar 1.3)
6
S. Mortar
Alat ini berfungsi menghaluskan zat padat (lihat Gambar 1.3).
Gambar 1.3. Cawan Penguapan, Cawan Krus, Mortal dan Pastle (Kanan ke kiri)
T. Kaki tiga
Bentuknya seperti gambar dan terbuat dari besi. Digunakan untuk
menyimpan/ menahan alat-alat yang dipanaskan di atas Bunsen atau
lampu spiritus.
U. Kawat kasa
Bentuknya seperti pada gambar. Terbuat dari kawat nich-home.
Kawat kasa digunakan untuk melindungi gelas piala, labu,
Erlenmeyer dari kontak langsung dengan nyala pembakar
ditempatkan di atas kaki tiga.
7
W. Botol reagen
Botol ini digunakan untuk menyimpan larutan, menghindari penguapan atau oksidasi
selama penyimpanan. Botol reagen umumnya memiliki tutup berulir atau sumbat dari
plastik maupun gelas.
Y. Desikator
Desikator atau eksikator digunakan sebagai tempat untuk menyimpan bahan, umumnya
untuk bahan padatan yang telah kering dan dipakai untuk mengindari adanya kontak
bahan dengan uap air. Pada bagian dasar dalam desikator ditempatkan bahan pengering,
umumnya silica gel yang memiliki kemampuan menarik kelembaban. Pengering yang siap
digunakan mempunyai warna biru. Bila kandungan air pada bahan pengering tinggi,
bahan akan bewarna merah muda sehingga perlu dipanaskan pada suhu ±105ºC
beberapa jam sehingga menjadi berwarna biru kembali.
Z. Corong Pisah
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu
campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda yang tak
bercampur. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah
bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya.
Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca
borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong
pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L.
8
1.3 Tugas
Carilah di tempat yang telah ditentukan alat-alat yang diberi nomor dan lengkapi tabel
berikut:
No. Nama Alat Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
9
B. Pemahaman karakteristik alat
a. Jawablah dengan singkat pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkan tiga perbedaan antara beaker glass dan erlenmeyer?
2. Jelaskan mengapa batang pengaduk terbuat dari kaca?
3. Berapa satuan terkecil dan faktor koreksi yang tertera pada buret 50 mL, pipet ukur
10 mL dan gelas ukur 50 mL?
4. Menurut Anda dapatkah buret juga digunakan untuk mengambil larutan dengan
tepat? Jelaskan alasannya!
5. Alat mana yang lebih tepat antara gelas ukur 10 mL dengan pipet ukur 10 mL untuk
mengambil suatu larutan tepat 10 mL ? Jelaskan alasannya!
6. Bolehkan kita melakukan reaksi kimia di dalam gelas ukur? Jelaskan alasannya!
10
PERCOBAAN 2
PENELUSURAN KARAKTERISTIK BAHAN KIMIA DAN KESELAMATAN KERJA DI
LABORATORIUM KIMIA
2.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.2 Memahami karakter dan sifat bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam Praktikum Kimia Dasar I
Sub CPMK NKIM6004.2.1 Mendeskripsikan karakteristik bahan kimia dalam
Laboratorium Kimia Dasar menggunakan SDS (Safety Data
Sheets)
Sub-CPMK NKIM6004.2.2 Mendeskripsikan cara penanganan dan penyimpanan
bahan kimia dalam Laboratorium Kimia Dasar
berdasarkan karakteristiknya
Sub-CPMK NKIM6004.2.3 Mendeskripsikan kesalahan dalam penanganan dan
penyimpanan bahan kimia dalam Laboratorium Kimia
Dasar
Sub-CPMK NKIM6004.2.4 Mendeskripsikan cara menangani kecelakaan akibat
kesalahan penanganan dan penyimpanan bahan kimia
dalam Laboratorium Kimia Dasar
Masing-masing bahan kimia memiliki karakteristik dan kadar bahaya (hazard) yang
berbeda-beda. Beberapa zat mungkin beracun, dapat menyebabkan kebakaran (mudah
terbakar), atau bahkan mudah meledak. Untuk mengetahui karakterisik suatu bahan kimia
dapat kita tempuh melalui beberapa cara yaitu (1) memahami simbol dan data yang
terdapat di label kemasan bahan kimia, (2) membaca di handbook yang memuat
karakteristik berbagai bahan kimia (mirip seperti katalog produk), seperti The Merck
Indeks atau (3) browsing mengenai Safety Data Sheet (SDS) bahan tersebut melalui situs
resmi yang disarankan seperti www.merckmillipore.com.
11
Pada percobaan ini, Anda akan mempelajari bagaimana mencari data tentang karakteristik
beberapa bahan kimia yang digunakan di laboratorium kimia dasar meliputi sifat-sifatnya
dan bagaimana menanganinya dengan berpedoman pada Safety Data Sheet (SDS) serta
memahami prinsip-prinsip keselamatan kerja di laboratorium kimia melalui studi kasus.
a. b. c. d.
e. f. g. h.
3. Cari informasi karakteristik untuk masing-masing bahan kimia berikut di SDS melalui
situs yang telah disarankan dan presentasikan dalam bentuk power point maksimal 10
slide.
a. HCl
b. NaOH
c. H2SO4
d. CH3COOH
e. NH3
f. CHCl3
g. NaCl
12
C. Kesalahan dalam penanganan dan penyimpanan bahan kimia berbahaya dalam
Laboratorium Kimia Dasar
Tentukan letak kesalahan dan bahaya yang ditimbulkan akibat kesalahan yang terdapat
pada ilustrasi kondisi di laboratorium kimia berikut ini, kemudian sarankan apa yang
seharusnya dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
Gambar 1:
Gambar 2: Gambar 3:
13
Gambar 4: Gambar 5:
Gambar 6: Gambar 7:
14
PERCOBAAN 3
KETERAMPILAN PENGGUNAAN ALAT UKUR DAN PENULISAN ANGKA PENTING
3.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.1 Memahami ragam alat serta terampil menggunakan alat-
alat di Laboratorium Kimia Dasar
Sub CPMK NKIM6004.1.3 Mengoperasikan teknik penimbangan bahan padat, cair,
dan larutan menggunakan neraca manual dan digital
Sub-CPMK NKIM6004.1.4 Mengambil dan memindah larutan menggunakan pipet
tetes, pipet ukur, dan pipet volume
Sub-CPMK NKIM6004.1.5 Mengukur volume larutan menggunakan gelas ukur, pipet
ukur, dan pipet volume
Sub-CPMK NKIM6004.1.6 Mengukur titik didih air dan suatu larutan menggunakan
termometer
Sub-CPMK NKIM6004.1.7 Mengaplikasikan kaidah angka penting dalam menuliskan
data hasil pengukuran (penimbangan massa, pengukuran
volume, pengukuran temperatur)
Sub-CPMK NKIM6004.1.8 Mengevaluasi tingkat ketelitian Beakerglass, Erlenmeyer,
gelas ukur, pipet ukur
Sub-CPMK NKIM6004.1.9 Membersihkan dan menyimpan alat-alat gelas
Pemilihan jenis timbangan pada skala penggunaan laboratorium tergantung pada derajat
keakuratan yang diperlukan dalam pengukuran. Beberapa jenis timbangan yang biasa
digunakan dalam pengukuran skala laboratorium adalah timbangan triple beam yang
memiliki derajat keakuratan ± 0,01g, timbangan triple beam (centogram) dan timbangan
pembeban atas yang memiliki derajat keakuratan ± 0,001g, timbangan analitis digital, dan
timbangan analitis digital “mettler”. Satuan standar untuk pengukuran massa pada sistem
15
SI adalah kilogram (kg) dan gram (g) pada sistem metrik. Berikut ini adalah beberapa
faktor konversi dalam satuan massa.
1 g = 1000 mg 1 oz. = 28.35 g
1 kg = 1000 g 1 lb. = 454 g
Pada penggunaan skala laboratorium, volume suatu zat dapat diukur antara lain dengan
menggunakan pipet volum, pipet ukur dan gelas ukur. Pemilihan masing-masing alat
tersebut tergantung dari penggunaan dan derajat keakuaratan pengukuran yang
diperlukan. Satuan untuk volume pada sistem metrik adalah liter (L) dan mililiter (mL).
Cara lain untuk satuan mL adalah sentimeter kubik (cc). Berikut ini adalah beberapa faktor
konversi untuk satuan volume.
1L = 1000 mL 1 qt. = 0,96 L
1 mL = 1 cm3 = 1 cc 1 gal. = 3,79 L
1L = 0,26 gal 1 fl. oz. = 29,6 mL
Aturan umum pembacaan angka penting adalah perkiraan digit angka terakhir dari
penandaan skala terkecil dalam suatu alat ukur. Perkiraan pengukuran adalah sebesar
±0,1 dari skala terkecil alat ukur. Digit angka perkiraan terakhir termasuk angka penting.
16
1. Beaker glass
Skala terkecil dalam contoh ini adalah 10 mL, sehingga perkiraan
pembacaan volume bisa sampai sepersepuluh dari 10 mL, yaitu
1 mL. Perkiraan pembacaan volume yang diukur bisa sampai
digit ketelitian ±1 mL. Volume dalam beaker glass ini 47 ±1 mL.
Bisa jadi anda membaca angka 46 mL dan teman anda 48 mL. Dua
jawaban ini benar selama kesalahan pembacaan dalam rentang
47 ± 1 mL. Jadi, berapa banyak angka penting dari pengukuran ini? Jawabannya adalah 2
angka penting. 4 adalah angka pasti, sedangkan angka 7 adalah angka perkiraan.
2. Gelas ukur
Dalam pembacaan volume larutan dalam pengukuran akan
ditemukan keadaan permukaan cairan membentuk lengkungan
yang disebut meniskus. Dalam pembacaannya, untuk larutan
bening ambillah keadaan meniskus bawah. Sedangkan untuk
larutan berwarna ambillah meniskus atas. Skala terkecil untuk
alat ini adalah 1 mL, sehingga perkiraan pembacaan volume yang
diukur bisa sampai digit ketelitian ±0,1 mL. Pembacaan yang benar untuk volume ini
yaitu 36,5 ±0,1 mL. Jadi, berapa banyak angka penting dari pengukuran ini? Jawabannya
adalah 3 angka penting. 3 dan 6 adalah angka pasti, sedangkan angka 5 adalah angka
perkiraan.
3. Buret
17
Skala terkecil untuk buret adalah 0,1 mL, sehingga perkiraan
pembacaan volume yang diukur bisa sampai ketelitian digit terakhir
±0,01 mL. Volume dalam buret ini adalah 20,38 ±0.01 mL. Jadi, berapa
banyak angka penting dari pengukuran ini? Jawabannya adalah 4
angka penting. 2, 0 dan 3 adalah angka pasti, sedangkan angka 8
adalah angka perkiraan.
Bahan
3.4. Prosedur Kerja
A. Menimbang zat
Ambilah gelas arloji dan bahan yang disediakan (diketahui massa masing-masing bahan
tersebut sama), kemudian tentukan massa dari bahan tersebut dengan menggunakan
timbangan triple beam dan timbangan analitis digital dengan cara sebagai berikut:
18
Gambar 3.1 Timbangan triple beam Gambar 3.2 Pembacaan hasil pengukuran
dengan timbangan triple beam.
19
1. Tekan dan lepas plat kontrol dengan hati- hati pada posisi “ON”, pada layar display
akan terlihat 8.8.8.8.8.8.8.8 --------- 0, 0000
2. Letakkan gelas arloji diatas piring timbang sehingga layar display yang semula
muncul 0,0000 akan berubah, menunjukkan angka yang menyatakan besarnya gelas
arloji kosong. Catat angka penting massa gelas arloji.
3. Tekan dan lepas plat kontrol untuk “re-zero”, layar display akan tampat 0,0000. Lalu
masukkan bahan yang ditimbang/ dikehendaki. Catat hasilnya, kemudian ambil dan
anda sudah selesai menimbang.
4. Tekan plat kontrol pada posisi “OFF”
20
2. Kempiskan bagian bola dengan menekan tanda A, untuk mengeluarkan udara.
3. Dengan hati-hati masukkan ujung atas pipet kedalam filer pipet (Gambar 4.5).
4. Tempatkan ujung bawah pipet pada cairan yang akan dipipet. Pastikan ujung
bawah pipet selalu berada pada permukaan cairan.
5. Dengan jempol dan jari telunjuk anda, tekan tanda “S.” Cairan akan naik ke dalam
pipet.
6. Dengan jari anda aturlah tekanannya. Penuhi pipet dengan cairan sampai melebihi
tanda batas. Lepaskan katup, cairan akan tetap berada dalam pipet.
7. Tarik pipet dari cairan. Ketukkan ujung bawah pipet pada dinding gelas piala
dengan pelan untuk membuang kelebihan cairan.
8. Tepatkan meniskus pada garis batas dengan menekan dengan hati-hati tanda “E.”
Ketukkan ujung bawah pipet pada dinding gelas piala dengan pelan untuk
membuang kelebihan cairan.
9. Pindahkan cairan dari pipet ke dalam labu atau erlenmeyer dengan menekan tanda
“E.” . Keluarkan beberapa tetes cairan pada ujung bawah pipet dengan
mengetukkan ujung bawah pipet pada labu atau erlenmeyer dengan pelan.
Gambar 4.4 Filer pipet/bola hisap Gambar 4.5 Penggunaan filer pipet
pada pipet volum
21
D. Membersihkan Peralatan Laboratorium
Bersihkan peralatan laboratorium yang akan dan telah anda gunakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Cucilah peralatan gelas pertama kali dengan air kran, kemudian tambahkan alconox
atau detergen. Gunakan sikat untuk membersihkan peralatan dari pengotor.
2. Jika peralatan sulit dibersihkan dengan sikat (seperti ujung corong atau pipet),
larutkan sedikit alconox atau detergen dengan air dalam gelas piala kemudian
alirkan pada peralatan tersebut.
3. Bilaslah peralatan dengan air kran sampai bersih dari sisa sabun.
4. Cucilah peralatan dengan sedikit air suling (ulangi sampai minimal dua kali) . Jika
peralatan yang anda gunakan seperti pipet, gunakan botol cuci yang berisi air
suling.
5. Keringkan peralatan di atas tissu kering atau dimasukkan dalam oven pengering.
22
3.5 Lembar Pengamatan
A. Menimbang Zat
Nama Alat Massa bahan
Massa bahan =
Massa bahan =
Erlenmeyer
Beaker glass
23
5. Bolehkah anda mengambil cairan ke dalam pipet volum dengan menggunakan
mulut? Kapan anda harus menggunakan filer pipet untuk mengambil dan
memindahkan cairan dalam pipet volum?
24
PERCOBAAN 4
PERUBAHAN MATERI DAN REAKSI KIMIA
5.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam pembelajaran
Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah penulisan karya
ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.1 Menganalisis terjadinya perubahan materi secara fisika
atau kimia berdasarkan gejala makroskopik yang
ditimbulkan melalui percobaan
Sub-CPMK NKIM6004.3.2 Menganalisis terjadi atau tidaknya suatu reaksi kimia
berdasarkan gejala makroskopik yang ditimbulkan
melalui percobaan
Sub-CPMK NKIM6004.3.11 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI
25
Bahan:
1. Kristal natrium klorida, NaCl (s) 7. Larutan kalium iodida, KI (aq)
2. Pita magnesium, Mg (s) 0,1M
3. Larutan asam klorida, 8. Padatan natrium karbonat,
HCl (aq) 2M Na2CO3 (s)
4. Kapur barus (naftalena) 9. Larutan kalium permanganat
5. Gula pasir berasam, KMnO4 (aq, H+)
6. Larutan timbal(II) nitrat, 0,01M
Pb(NO3)2 (aq) 0,1M 10. Indikator fenolftalein, PP
11. Es Batu
Bahan
1. Kristal natrium klorida, NaCl (s)
2. Pita magnesium, Mg (s)
3. Larutan asam klorida, HCl (aq) 2M
4. Kapur barus (naftalena)
5. Gula pasir
6. Larutan timbal(II) nitrat, Pb(NO3)2 (aq) 0,1M
7. Larutan kalium iodida, KI (aq) 0,1M
8. Padatan natrium karbonat, Na2CO3 (s)
9. Larutan kalium permanganat berasam, KmnO4 (aq, H+) 0,01M
10. Indikator fenolftalein, PP
11. Es batu
5.4. Prosedur Kerja
A. Perubahan Materi
A.1. Perubahan pada kristal NaCl
1. Ambil seujung sendok kristal NaCl dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan kristal NaCl tersebut ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL air dan
larutkan hingga homogen.
3. Amati peristiwa yang terjadi dalam larutan selama proses pelarutan kristal NaCl dalam
air.
4. Tuang larutan yang dihasilkan ke dalam cawan penguapan.
5. Uapkan larutan di atas lampu spiritus hingga kering.
6. Amati wujud fisik zat yang tertinggal pada cawan setelah proses penguapan selesai.
26
A.2. Perubahan pada pita Mg
1. Potong pita Mg sepanjang 1 cm dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan pita Mg tersebut ke dalam tabung reaksi dan tambahkan larutan HCl 1 M
hingga mencapai setengah tinggi tabung.
3. Amati peristiwa yang terjadi dalam larutan hingga pita Mg habis.
4. Tuang larutan yang dihasilkan ke dalam cawan penguapan
5. Uapkan larutan di atas lampu spiritus hingga kering.
6. Amati wujud fisik zat yang dihasilkan pada cawan setelah proses penguapan selesai.
B. Reaksi Kimia
B.1. Reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI
1. Ambil 1 mL larutan Pb(NO3)2 0,1M dalam salah satu tabung reaksi dan 1 mL larutan KI
0,1M dalam tabung reaksi yang lain.
2. Amati wujud fisik masing-masing larutan tersebut.
3. Campurkan kedua larutan tersebut dan amati kembali peristiwa yang terjadi.
27
4. Pegang bagian bawah tabung reaksi tersebut.
28
Wujud fisik zat yang menempel pada
bagian bawah kaca arloji setelah proses
pemanasan selesai
B. Reaksi Kimia
B.1. Reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI
Aspek yang diamati/diukur Hasil pengamatan pengukuran
Wujud fisik larutan Pb(NO3)2
30
1. Bagaimana peristiwa yang terjadi dalam tabung reaksi selama proses pemanasan gula
pasir?
2. Bagaimana wujud fisik zat yang dihasilkan pada bagian dasar tabung reaksi jika
dibandingkan dengan wujud fisik gula pasir di awal?
3. Zat apakah yang dihasilkan pada dasar tabung reaksi tersebut?
4. Apakah dalam pemanasan gula pasir dihasilkan zat baru?
5. Termasuk ke dalam perubahan apakah pemanasan gula pasir?
B. Reaksi Kimia
B.1. Reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI
1. Peristiwa apakah yang menunjukkan bahwa ketika larutan Pb(NO3)2 dicampurkan ke
dalam larutan KI terjadi reaksi kimia?
2. Zat apakah yang dihasilkan pada reaksi kimia tersebut?
3. Tuliskan persamaan reaksi kimia dari peristiwa tersebut.
5.7 Tugas
1. Semua pengamatan dan analisis yang telah Anda lakukan dalam percobaan di atas
bertujuan untuk menunjang aspek makroskopik dalam memahami suatu peristiwa.
Lakukan kajian literatur untuk menjelaskan aspek sub-mikroskopik yang terjadi
dalam masing-masing percobaan tersebut.
2. Tuliskan semua percobaan yang telah Anda lakukan ke dalam bentuk persamaan
reaksi untuk menunjang aspek simbolik.
3. Berikan 3 contoh perubahan fisika dan kimia yang terjadi di lingkungan sekitar Anda
dan jelaskan analisis Anda terhadap masing-masing perubahan tersebut
menggunakan aspek makroskopik, sub-mikrskopik dan simbolik.
31
PERCOBAAN 5
PEMISAHAN CAMPURAN BERDASARKAN PERBEDAAN SIFAT FISIKA
KOMPONEN PENYUSUNNYA
Bahan
32
1. Campuran garam dapur-pasir
2. Serbuk kapur barus berwarna, C10H8 (s)-pewarna (s)
3. Campuran air-iod, I2 (aq)
4. Kloroform
5. Campuran air-teh
6. Es batu
33
C. Pemisahan iod dari campuran iod-air menggunakan teknik ekstraksi dengan
pelarut kloroform
1. Ambil 10 mL campuran iod-air dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam corong pisah 50 mL.
3. Ambil 10 mL kloroform dan amati wujud fisiknya.
4. Tambahkan kloroform tersebut ke dalam campuran dalam corong pisah.
(Penambahan kloroform dilakukan di dalam almari asam)
5. Tutup corong pisah dan lakukan pengocokan untuk mengekstraksi iod dari pelarut air
ke dalam pelarut kloroform seperti contoh pada Gambar 6.3.
(Pengocokan akan mengakibatkan temperatur dan tekanan dalam corong pisah
naik, untuk menguranginya buku kran secara pelahan kemudian tutup kembali
seperti contoh pada Gambar 6.4)
6. Letakkan corong pisah pada ring yang telah terpasang pada statif dan biarkan
campuran di dalamnya membentuk dua lapisan.
7. Amati wujud fisik lapisan yang terbentuk dalam corong pisah.
8. Buka tutup corong pisah, kemudian buka kran untuk mengalirkan lapisan bagian
bawah ke dalam Beakerglass penampung.
9. Tutup kembali kran sebelum lapisan bagian atas ikut mengalir keluar.
10. Kumpulkan larutan yang tersisa dalam corong pisah dan yang ditampung dalam
Beakerglass penampung ke dalam masing-masing botol yang telah disediakan.
34
6.5 Lembar pengamatan
A. Pemisahan campuran garam dapur-pasir-air menggunakan teknik dekantasi,
filtrasi dan evaporasi
Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujudfisik campuran garam dapur-pasir
35
Wujud fisik lapisan bagian atas setelah
proses pengocokan selesai
Wujud fisik lapisan bagian bawah
setelah proses pengocokan selesai
36
C. Pemisahan iod dari campuran iod-air menggunakan teknik ekstraksi dengan
pelarut kloroform
1. Lebih besar manakah massa jenis air dibanding kloroform?
2. Campuran apakah yang berada pada lapisan bagian bawah dalam corong pisah?
3. Campuran apakah yang berada pada bagian atas pada corong pisah?
4. Mengapa warna campuran air-iod menjadi lebih pudar?
5. Mengapa warna kloroform berubah menjadi ungu?
6. Mengapa iod dapat dipisahkan dari pelarut air menggunakan pelarut kloroform
menggunakan teknik ekstraksi?
6.7 Tugas
Berikan contoh aplikasi masing-masing teknik pemisahan yang sudah Anda lakukan
di atas dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di laboratorium atau industri.
PERCOBAAN 6
PENENTUAN VOLUME MOLAR GAS HIDROGEN
7.1. Tujuan
37
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam pembelajaran
Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah penulisan karya
ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.6 Menentukan volume molar gas hidrogen melalui
percobaan
Alat:
1. Gelas ukur 4. Termometer
2. Ember/baskom 5. Neraca analitik
3. Barometer
38
7.4. Prosedur Percobaan
1. Timbang dengan teliti pita magnesium yang telah digosok.
2. Isilah gelas ukur dengan larutan HCl 2 M sampai setengahnya, kemudian tambahkan
air sampai penuh.
3. Tutup dengan kertas, baliklah gelas ukur dalam ember yang telah berisi air,
kemudian ambil kertasnya.
4. Amati ada tidaknya gelembung udara dalam gelas ukur. Jika ada gelembung udara,
langkah 2– 3 di atas diulang.
5. Masukkan pita magnesium ke dalam gelas ukur dari arah bawah.
6. Tunggu sampai pita magnesium habis bereaksi, dan biarkan suhu larutan sama
dengan suhu kamar.
7. Atur tinggi permukaan air dalam gelas ukur agar sama dengan permukaan air dalam
ember.
8. Catat volume gas hidrogen yang terbentuk.
9. Catat suhu ruangan dan tekanan barometer.
10. Ulangi langkah 1 – 9 di atas sebanyak 2 kali.
39
Tabel 7.1 Daftar Tekanan Uap air dalam mm Hg pada berbagai suhu (oC)
Suhu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(o C)
15 12,79 12,97 13,95 13,03 13,13 13,20 13,29 13,37 13,46 13,550
0 3 6 9 2 8 2 0 4
16 13,63 13,72 13,81 13,90 13,98 14,07 14,16 14,25 14,36 14,441
7 4 2 1 9 9 9 9 0
17 14,53 14,62 14,71 14,81 14,90 15,00 15,09 15,19 15,28 15,383
3 5 8 2 6 0 3 0 6
18 15,48 15,57 15,67 15,77 15,87 15,97 16,07 16,17 16,27 16,378
0 8 6 4 4 4 4 5 6
19 16,48 16,58 16,68 16,79 16,87 17,00 17,10 17,21 17,32 17,431
1 4 8 2 4 3 8 6 3
20 17,53 17,64 17,75 17,86 17,97 18,09 18,20 18,31 18,42 18,541
9 8 8 8 8 0 2 1 7
21 18,65 18,77 18,88 19,00 19,11 19,23 19,35 19,47 19,59 19,711
5 0 5 1 8 6 4 2 2
22 19,83 19,95 20,07 20,19 20,32 20,44 20,56 20,69 20,82 20,947
2 3 5 8 1 5 9 5 0
23 21,07 21,20 21,33 21,45 21,58 21,72 21,85 21,98 22,11 22,249
4 2 0 9 9 0 1 3 6
24 22,38 22,51 22,65 22,78 22,92 23,06 23,20 23,34 23,48 23,622
3 8 3 9 6 4 2 1 1
25 23,76 23,90 24,04 24,19 24,35 24,48 24,62 24,77 24,92 25,068
3 5 8 2 8 1 7 3 0
26 25,21 25,36 25,51 25,66 25,81 25,97 26,12 26,28 26,43 26,590
7 6 7 8 9 2 5 0 5
27 26,74 26,90 27,06 27,22 27,38 27,54 27,70 27,86 28,02 28,193
7 5 3 2 2 2 4 6 9
28 28,35 28,53 28,69 28,85 29,02 29,19 29,36 29,53 29,70 29,879
9 2 0 7 5 5 4 5 6
29 30,05 30,22 30,40 30,57 30,75 30,93 31,11 31,29 31,47 31,652
2 6 1 8 4 2 1 0 1
30 31,83 32,01 32,20 32,38 32,57 32,75 32,94 33,13 33,32 33,514
4 7 1 6 2 9 6 1 4
31 33,70 33,89 34,09 34,28 34,48 34,67 34,87 35,07 35,27 35,473
6 8 2 6 2 8 5 3 3
32 35,67 35,87 36,07 36,28 36,48 36,69 36,90 37,11 37,32 37,530
4 5 9 4 9 5 8 0 3
40
4. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan yang telah Anda lakukan.
5. Tentukan volume 1 mol gas H2 pada kondisi percobaan 1
mol Mg = ........................................................mol
1 mol Mg 1mol H2
mol H2 yang terbentuk = ................ .....mol
................ mol H2 yang terbentuk untuk ............................ mL gas hidrogen yang terukur.
Maka volume 1mol gas H2 pada kondisi percobaan 1:
mol Mg = ........................................................mol
1 mol Mg 1mol H2
mol H2 yang terbentuk = ................ .....mol
................ mol H2 yang terbentuk untuk ............................ mL gas hidrogen yang terukur.
Maka volume 1mol gas H2 pada kondisi percobaan 2:
41
PERCOBAAN 7
PENENTUAN RUMUS GARAM TERHIDRAT (CuSO4.xH2O)
9.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.7 Menentukan rumus kimia suatu senyawa hidrat melalui
percobaan
Reaksi (1) berlangsung bolak-balik. CuSO4 anhidrat berwarna putih. Apabila tembaga (II)
sulfat anhidrat disimpan dalam uap akan terbentuk CuSO4.5H2O yang berwarna biru. Pada
percobaan ini akan ditentukan (a) % berat air dalam suatu garam hidrat dimana molekul
42
airnya dapat dihilangkan dengan cara pemanasan dan (b) menentukan rumus molekul
garam hidratnya.
43
9.6 Lembar Pengamatan
No. Sampel Percobaan 1 Percobaan 2
1. Massa cawan (g)
Penimbangan ke-1 ……………….. ………………..
Penimbangan ke-2 ……………….. ………………..
2. Massa cawan + garam hidrat (g) ……………….. ………………..
3. Massa cawan + garam anhidrat (g)
a. Pemanasan 1 ……………….. ………………..
b. Pemanasan 2 ……………….. ………………..
c. Pemanasan 3 (bila diperlukan) ……………….. ………………..
9.8 Pertanyaan
1. Bagaimana membedakan hidrat dengan hidroksida?
44
2. 1500 gram garam Epsom (hidrat magnesium sulfat) dipanaskan untuk
menghilangkan semua air yang terikat sehingga diperoleh massa konstan sebesar
731 gram. Bagaimanakah rumus molekul garam Epsom tersebut?
3. Hitung % berat air dalam hidrat asam oksat, H2C2O4. 2H2O.
45
PERCOBAAN 8
PEMBUATAN LARUTAN
4.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.2 Memahami karakter dan sifat bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam Praktikum Kimia Dasar I
Sub CPMK NKIM6004.2.5 Mengaplikasikan cara penghitungan jumlah bahan padat
atau larutan pekat yang digunakan untuk membuat suatu
larutan dengan molaritas tertentu
Sub-CPMK NKIM6004.2.6 Memilih alat-alat yang dibutuhkan dalam membuat
larutan dari bahan padat atau larutan pekat
Sub-CPMK NKIM6004.2.7 Membuat larutan dari bahan padat dan larutan pekat
dengan molaritas tertentu
46
Apabila pembuatan larutan berasal dari larutan yang lebih pekat dan diketahui
konsetrasinya, maka dapat dilakukan pengenceran dengan mengikuti persamaan:
M1 V1 = M2 V2
Dengan
M1 = molaritas sebelum pengenceran (larutan yang diketahui konsentrasinya),
V1 = volume larutan yang akan diencerkan (larutan yang diketahui konsentrasinya),
M2 = molaritas setelah pengenceran (larutan yang dibuat),
V2 = volume larutan yang akan dibuat.
47
Alat-alat: Bahan:
1. Beaker glass 100 mL 1. Padatan NaOH (s)
2. Labu takar 100 mL 2. Larutan HCl pekat (aq) (36%),
3. Kaca arloji massa jenis = 1,19 g/cm3
4. Batang pengaduk 3. Akuades
5. Botol akuades
6. Pipet ukur 10 mL
7. Bola hisap
8. Botol reagen larutan NaOH (aq) (3
buah)
9. Gelas ukur 5 mL
10. Botol Reagen larutan HCl (aq) 0,1
M
48
a. Ambil larutan induk NaOH pada percobaan pertama sesuai dengan perhitungan yang
Anda kerjakan (lihat LKM) dengan menggunakan pipet ukur 10 mL.
b. Masukkan dalam labu takar 100 mL.
c. Tambahkan akuades hingga tanda batas, tutup labu takar dan lakukan pengocokan
beberapa kali hingga larutan homogen.
d. Tempatkan dalam botol reagen NaOH berkode B.
e. Hitung konsentrasi larutan NaOH yang Anda peroleh.
49
4.5 Analisa Data
1. Menghitung Konsentrasi Larutan Induk NaOH
Berat NaOH yang ditimbang = ............ g
Massa molekul relatif NaOH = 40
Volume larutan = ............ mL
massa NaOH 1000
M NaOH x
Mr NaOH V
Jadi molaritas larutan induk NaOH (Larutan A) = .......... M
2. Menghitung volume larutan induk NaOH yang diambil (V1) untuk membuat larutan NaOH
dengan pengenceran 10 x dari larutan induk
Diketahui: V2 = 100 mL
M1/M2 = 1/10
Ditanya: V1
Jawab: V1 x M1 = V2 x M2
V1 =
Jadi ...................................................................................................................
3. Menghitung konsentrasi larutan NaOH dengan faktor pengenceran 10 dari larutan induk
NaOH
Jawab: V1 x M1 = V2 x M2
M2 =
Jadi ............................................................................................................
4. Menghitung volume larutan induk NaOH yang diambil (V1) untuk membuat larutan NaOH
dengan faktor pengenceran 25 dari larutan induk
Diketahui:
Ditanya:
Jawab:
50
Jadi .......................................................................................................
5. Menghitung konsentrasi larutan NaOH hasil pengenceran 25 x larutan induk NaOH
Jawab:
Jadi ...............................................................................................................
6. Mengitung volume HCl pekat untuk membuat larutan HCl 0,01 M
Jadi ........................................................................................................................
51
52
PERCOBAAN 9
PENENTUAN PEREAKSI PEMBATAS
10.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.8 Mengidentifikasi pereaksi pembatas dan pereaksi
berlebih secara kualitatif melalui percobaan
Kedua pereaksi dan natrium klorida larut dalam air, tetapi barium fosfat tidak dapat larut,
sehingga reaksi kimia di atas dapat kita tulis sebagai:
53
6 Na+(aq) + 2 PO43-(aq)+ 3 Ba2+(aq) + 6Cl-(aq)Ba3(PO4)2(s) + 6 Na+(aq) + 6 Cl-(aq)
Persamaan ion total menjadi:
2 PO43-(aq)+ 3 Ba2+(aq) Ba3(PO4)2(s)
Berdasarkan persamaan di atas, dua mol ion fosfat dari 2 mol Na3PO4(Mr = 164 g/mol) atau
328g, bereaksi dengan 3 mol ion barium klorida dari 3 mol BaCl2 (Mr = 208 g/mol) atau624g
jika reaksi berlangsung sempurna. Persamaan tersebut juga memperkirakan bahwa akan
terjadi pembentukan 1 mol Ba3(PO4)2 (Mr = 601,96 g/mol) atau 601,96 g.
54
5. Saring residu yang diperoleh menggunakan erlenmeyer dan kertas saring yang telah
ditimbang. Cuci endapan yang tersisa di gelas beaker dengan filtrat dan saring menjadi
satu dengan residu sebelumnya.
6. Pipet filtrat masing-masing sebanyak 5 mL dalam 2 tabung reaksi, beri label pada
masing-masing gelas piala dengan GI dan GII. Simpan untuk percobaan selanjutnya.
7. Cuci endapan pada kertas saring dengan etanol.
8. Keringkan endapan yang diperoleh di oven.
9. Setelah kering, dinginkan dan timbang endapan yang diperoleh.
10. Tambahkan 2 tetes larutan Ba2+ 0,5 M (dari BaCl2 0,5 M) ke dalam GI. Amati apakah
terbentuk endapan?
11. Tambahkan 2 tetes larutan PO43- 0,5 M (dari Na3PO4 0,5 M) ke dalam GII. Amati apakah
terbentuk endapan?
55
1.6 Analisa Data
1. Apa yang terjadi ketika larutan barium klorida ditambahkan ke dalam larutan natrium
sulfat? Jelaskan fenomena yang terjadi.
2. Tentukan pereaksi pembatas pada reaksi campuran garam tersebut. Mengapa
demikian?
3. Hitunglah jumlah mol pereaksi pereaksi pembatas.
4. Hitunglah konsentrasi pereaksi pembatas pada percobaan ini.
5. Dari percobaan yang anda peroleh, tentukan berapa persen kesalahan yang terjadi?
(Bertanyalah kepada laboran mengenai konsentrasi pereaksi pembatas sebenarnya).
6. Berikan saran sebagai perbaikan pada percobaan ini untuk memperkecil persen
kesalahan percobaan yang diperoleh!
56
PERCOBAAN 10
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
8.1. Tujuan Percobaan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran.
Sub CPMK NKIM6004.3.10 Menganalisis hubungan antara jenis zat terlarut terhadap
kenaikan titik didih larutan melalui percobaan.
Sub CPMK NKIM6004.3.13 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI.
57
Konsentrasi larutan yang digunakan pada percobaan kenaikan titik didih adalah molalitas
(m). Kenaikan titik didih larutan (ΔTb) merupakan selisih antara titik didih larutan (Tb larutan)
dengan pelarut murni (Tbpelarut murni) yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini.
ΔTb = Tblarutan – Tbpelarut murni
ΔTb = m x Kb (untuk larutan non elektrolit)
ΔTb = m x Kb x i (untuk larutan elektrolit)
Keterangan: i = 1 + (n – 1)α
i = (faktor van hoff)
Dalam percobaan ini, Anda akan menentukan hubungan antara konsentrasi molal dan jenis
suatu zat terlarut terhadap kenaikan titik didih pelarutnya.
8.3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Lampu spiritus 2. Larutan gula, C12H22O11(aq) 1 m
2. Korek api 3. Larutan natrium klorida, NaCl(aq) 1 m
3. Kaki tiga 4. Akuades
4. Kasa asbes
5. Empat buah beakerglass 500 mL
6. Gelas arloji
7. Neraca analitik
8. Batang pengaduk
9. Termometer 150oC
10. Gelas ukur 100 mL
58
8.4. Prosedur Kerja
A. Pengukuran Titik Didih Air
1. Ukurlah 200 mL akuades dan masukkan ke dalam beakerglass 500 mL.
2. Panaskan akuades tersebut hingga mulai mendidih dan ukur titik didihnya.
3. Catat sebagai titik didih pelarut murni (Tbpelarut murni).
59
perhitungan teoritis. Apakah terjadi perbedaan yang signifikan pada hasil keduanya?
Jelaskan! (diketahui Kb air = 0.52)
8.7 Pertanyaan
Diskusikan dan jawablah pertanyaan berikut pada lembar jawaban terpisah!
1. Apa pengaruh konsentrasi terhadap titik didih larutan? Jelaskan!
2. Bagaimana larutan elektrolit mempengaruhi kenaikan titik didih larutan?
3. Sebutkan penerapan sifat koligatif larutan (khususnya kenaikan titik didih) dalam
kehidupan sehari-hari!
4. Mengapa antibeku yang digunakan di mobil juga “antididih”? Zat terlarut apakah yang
ada dalam antibeku? Mengapa penting untuk mengecek secara berkala antibeku di
dalam radiator mobil?
PERCOBAAN 11
PENENTUAN KALOR REAKSI SUATU REAKSI KIMIA
11.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI
60
Sub CPMK NKIM6004.3.12 Menentukan kalor reaksi netralisasi berdasarkan data
hasil percobaan kalorimetri
61
Alat Bahan
1. Kalorimeter 1. Air
2. Erlenmeyer 2 buah 2. Larutan asam klorida, HCl (aq) 2M
3. Termometer 2 buah 3. Lautan ammonium hidroksida,
4. Timbangan NH4OH (aq) 2,05 M
5. Pembakar spiritus 4. Larutan asam asetat, CH3COOH (aq) 2
6. Kasa asbes M
5. Larutan natrium hidroksida, NaOH
(aq) 2,05 M
62
14. Hitunglah kalor yang diterima oleh kalorimeter yaitu selisih antara kalor yang
dilepas oleh air panas dan kalor yang diterima air dingin.
15. Hitunglah tetapan kalorimeter.
B. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NaOH (aq)
1. Dinginkan kedua Erlenmeyer yang telah digunakan.
2. Masukkan 20 mL larutan HCl 2 M ke dalam kalorimeter dan 20 mL larutan NaOH 2,05
M dalam erlenmeyer.
3. Ukur suhu larutan HCl 2 M tiap menit selama 5 menit.
4. Pada menit ke-6 masukan larutan NaOH ke dalam larutan HCl dengan cepat,
kemudian ukur suhunya tiap menit selama 5 menit.
5. Ekstrapolasikan ketiga grafik tersebut pada menit ke-6.
6. Hitunglah kalor netralisasi per mol air yang dihasilkan jika kerapatan larutan 1,03
g/mL dan kalor jenisnya adalah 3,96 J/g.K.
C. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NH4OH (aq)
Ikuti cara pengerjaan pada percobaan kalorimeter HCl – NaOH, tetapi ganti larutan NaOH
dengan larutan NH4OH 2,05 M. Untuk perhitungan gunakan kerapatan larutan 1,105
g/cm3 dan kalor jenisnya adalah 3,96J/g.K.
D. Penentuan kalor netralisai larutan CH3COOH (aq) dan larutan NaOH (aq)
Ikuti cara pengerjaan pada percobaan kalorimeter HCl – NaOH, tetapi ganti larutan HCl
dengan latutan CH3COOH 2 M. Untuk perhitungan gunakan kerapatan larutan 1,098
g/cm3 dan kalor jenisnya adalah 4,02 J/g.K.
63
Massa kalorimeter + air dingin + air panas = ..........................g
Massa air dingin = ..........................g
Massa air panas = ..........................g
Volume air panas = ..........................g
Menit ke- Suhu air dingin Suhu air panas
B. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NaOH (aq)
Volume larutan HCl = ................... mL
Volume larutan NaOH = ....................mL
Menit ke- Suhu larutan HCl Suhu campuran larutan HCl dan
larutan NaOH
C. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NH4OH (aq)
Volume larutan HCl = ................... mL
Volume larutan NH4OH = ....................mL
Menit ke- Suhu larutan HCl Suhu campuran larutan HCl dan
larutan NH4OH
D. Penentuan kalor netralisai larutan CH3COOH (aq) dan larutan NH4OH (aq)
Volume larutan CH3COOH = ................... mL
Volume larutan NH4OH = ....................mL
Menit ke- Suhu larutan Suhu campuran larutan CH3COOH
CH3COOH dan larutan NH4OH
64
11.6. Analisis Data
A. Penentuan tetapan kalorimeter
1. Berdasarkan data buatlah grafik hubungan antara waktu versus suhu untuk air
dingin, air panas dan campuran dalam satu gambar (sumbu x = waktu dan sumbu y
= suhu). Kemudian ekstrapolasi ketiga grafik tersebut ke waktu campuran untuk
menentukan nilai T air panas, T maks dan T air dingin. (Pembuatan grafik
menggunakan Ms. exel).
2. Tentukan perubahan suhu untuk air panas (T1) dan air dingin (T2)!
3. Tentukan q1 yaitu kalor yang dilepaskan oleh air panas, q1 = m air panas x Cair x
T1
4. Tentukan Ckal yaitu tetapan kalorimeter, Ckal = q kal/ T2!
Pada sistem tersebut berlaku kalor yang dilepaskan air panas (q1) sama dengan jumlah kalor yang
diterima air dingin dan kalor yang diterima kalorimeter (q2) atau q1 = q2 atau q1 = q air dingin + q
kal.
B. Penentuan kalor netralisasi larutan HCl (aq) dan larutan NaOH (aq)
65
1. Buatlah grafik hubungan antara waktu versus suhu larutan HCl dan campuran
larutan HCl dan NaOH dalam satu gambar (sumbu x = waktu dan sumbu y = suhu).
Kemudian ekstrapolasi ketiga grafik tersebut ke waktu campuran untuk menentukan
nilai T. Jika diketahui kerapatan larutan 1,03 g/mL, kalor jenis larutan 3,96 J/g.K.
Hitung kalor netralisasi dari 20 mL larutan HCl 2 M dengan 20 mL larutan NaOH 2,05
M.
2. Hitung kalor netralisasi per mol air yang dihasilkan untuk sistem HCl-NaOH!
3. Penentuan kalor netralisasi larutan HCl (aq) dan larutan NH4OH (aq)
4. Penentuan kalor netralisai larutan CH3COOH (aq) dan larutan NaOH (aq)
Langkah sama dengan penentuan kalor netralisasi HCl (aq) dan NaOH (aq).
DAFTAR PUSTAKA
1. Brady, J.E. & Humiston, G.E. 1990. General Chemistry. 4th Ed. New York: John Willey &
Sons Corp.
2. Brescia, Frank et. Al. 1990. Fundamental of Chemistry Laboratory Students. 4th Ed. New
York: Academis Press.
3. Brown, T.L, LeMay, H.E., and Bursten, B.E.. 2000. Chemistry is Central Science. 8th Ed.
New Jersey: Prentice Hall International Corp.
4. Frantz, H.W. dan Malm, L.E. 1968. Essential of Chemistry in the Laboratory. San
Fransisco: WH. Fremann and Company
5. Maryami, T., dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II. Malang: Jurusan Kimia
FMIPA UM.
6. Vogel, A.I. 1971. A Text Book of Pracktical Organic Chemistry. 4th Ed. London: Longman
Group Limited.
66