Anda di halaman 1dari 66

PERCOBAAN 1

PENGENALAN JENIS DAN FUNGSI ALAT DALAM LABORATORIUM KIMIA DASAR

1.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.1 Memahami ragam alat serta terampil menggunakan alat-alat
di Laboratorium Kimia Dasar
Sub CPMK NKIM6004.1.1 Mendeskripsikan jenis dan fungsi alat-alat dalam
Laboratorium Kimia Dasar
Sub-CPMK NKIM6004.1.2 Mengoperasikan alat-alat dalam Laboratorium Kimia Dasar

1.2. Dasar Teori


A. Tabung reaksi
Alat ini digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit, terbuat dari
bahan kaca yang tahan panas. Pemanasan zat kimia dalam tabung reksi harus
memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Tabung reaksi yang berisi zat kimia yang akan dipanaskan dijepit dengan penjepit
tabung reaksi yang dipegang oleh tangan kanan.
2. Bagian dasar dari tabung reaksi dipanaskan di atas nyala api sambil diaduk perlahan.
3. Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi pada orang lain atau diri sediri pada waktu
memanaskan larutan.

Gambar 1.1. Posisi Tabung Reaksi Saat Pemanasan

1
B. Beaker glass
Alat ini digunakan untuk menyimpan zat kimia sementara, melarutkan zat kimia padatan,
memanaskan larutan, mengambil dan memindahkan larutan. Tanda volume yang ada pada
badan gelas merupakan taksiran volume larutan secara kasar. Alat ini dapat pula
digunakan untuk pengukuran volume larutan untuk penggunaan yang tidak diperlukan
akurasi tinggi.

C. Erlenmeyer
Erlenmeyer selalu digunakan sebagai peralatan untuk teknik titrasi yaitu sebagai wadah
bahan atau larutan yang akan dititrasi. Bagian mulut Erlenmeyer kecil dan ramping dapat
mereduksi jumlah pelarut yang hilang saat pengupan dan mudah ditutup sehingga
digunakan pada proses rekristalisasi. Fungsi lainnya untuk menyimpan dan melarutkan,
tetapi tidak digunakan untuk memindahkan larutan karena bagian mulutnya rata.
Terdapat dua jenis Erlenmeyer yaitu (1) Erlenmeyer tanpa tutup, dipakai untuk titrasi
larutan yang tidak mudah menguap, dan (2) Erlenmeyer dengan tutup, dipakai untuk
titrasi larutan yang mudah menguap, misalnya pada titrasi iodometri atau menggunakan
pelarut organik yang mudah menguap. Penutup umumnya dari bahan kaca atau juga
dapat digunakan bahan karet.

D. Batang pengaduk
Alat ini terbuat dari bahan kaca berbentuk batang, digunakan untuk mengaduk suatu
campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia atau saat
melarutkan padatan, dipakai juga sebagai alat bantu pada prosedur dekantasi.

E. Spatula
Bermacam-macam bentuknya seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2. Terbuat dari
porselin, tanduk atau stainless steel. Spatula yang terbuat dari poselin/tanduk digunakan
untuk mengambil zat yang berbau atau oksidator, yang terbuat dari stainless steel
digunakan untuk mengambil zat padat lainnya.

2
Gambar 1.2. Berbagai Bentuk Spatula

F. Sendok
Bentuknya bermacam-macam. Terbuat dari plastik, stainless steel, gelas atau tanduk.
Digunakan untuk mengambil zat padat dari botol reagen.

G. Penjepit
Penjepit yang digunakan untuk memegang tabung reaksi pada pemanasan terbuat dari
kayu atau stainless steel berukuran kecil disebut penjepit tabung reaksi. Penjepit untuk
memegang cawan atau krus, terbuat dari batang besi berukuran besar berbentuk gunting
disebut penjepit cawan atau krus.

H. Corong
Alat ini digunakan untuk membantu memasukan cairan kedalam suatu wadah yang
mulutnya sempit, seperti botol, labu ukur, buret, botol reagen dan lampu spiritus, juga
digunakan dalam prosedur penyaringan. Umumnya terbuat dari bahan kaca, terdapat
juga corong berbahan plastik.

I. Gelas ukur
Merupakan gelas berskala yang tersedia dalam berbagai ukuran yaitu 2-2000 mL.
Tingkat ketelitiannya relatif rendah, tetapi lebih tinggi daripada beaker glass, sehingga
penggunaannya tidak disarankan untuk mengukur dengan akurasi tinggi.

3
J. Pipet tetes
Alat ini digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam volume kecil yang
tidak memerlukan akurasi tinggi. Cara penggunaan yang tepat:
1. Atur posisi pipet vertikal, jari tengah memegang badan pipet untuk mengatur posisi
pipet sedangkan ibu jari dan jari telunjuk mengatur tekanan pada bola dan tekan
perlahan untuk menghasilkan tetesan yang baik.
2. Jangan meletakkan pipet mendatar selama sedang digunakan.
3. Untuk mengambil cairan yang bersifat volatil (mudah menguap) seperti etanol,
aseton, dietil eter, maka sebelum mengambil, isap cairan tersebut dengan pipet tetes
beberapa kali sehingga gelas pipet menjadi dingin karena gelas pipet yang hangat
dapat menyemprotkan cairan yang akan diambil walaupun bola karet belum ditekan.

K. Pipet volume/pipet gondok


Pipet ini digunakan untuk memindahkan secara tepat suatu volume tertentu saja, sesuai
kapasitas alat dengan tingkat akurasi yang tinggi. Zat cair dipipet dengan cara menghisap
cairan ke dalam pipet, baik dengan mulut (untuk bahan yang tidak berbahaya) ataupun
dengan bola hisap (untuk bahan berbahaya atau tidak diketahui sifatnya). Hati-hati
menghisap cairan saat cairan melewati bagian gondok.

L. Pipet ukur
Berupa suatu tabung silinder panjang dengan penampang lubang seragam pada bagian
memanjang yang berskala. Teknik pemakaiannya sama dengan pipet volume, hanya
volume yang dipindahkan dapat sebagian saja, disesuaikan dengan keperluan yang
ditunjukan melalui skala yang ada.

M. Filler/bola hisap
Digunakan untuk menghisap cairan dari beaker glass ke dalam pipet. Satu bola dengan
ujung pendek di atas dan ujung panjang bawah (berupa pipet sempit). Ujung bawah
bercabang sedikit ke samping. Sebelum dipakai menghisap, bola dikosongkan dengan

4
menekan bola dan ujung atas pipa (A). Pipet yang
digunakan dimasukan melalui ujung bawah dan jangan
sampai melebihi pipa cabang. Tekan pipa bawah bola
(S) untuk membiarkan cairan terhisap ke atas (jangan
sampai larutan apapun masuk bola). Lepas tekanan,
dan hisapan akan berhenti. Cairan dapat dikeluarkan
dengan menekan pipa cabang (E). Setelah
menggunakan bola hisap ini, bola harus segera
dilepaskan dari pipetnya dan membiarkan udara
masuk bola kembali.

N. Labu ukur/labu takar


Merupakan suatu labu gelas dengan dasar rata dan leher sempit yang dilengkapi dengan
tanda batas volume. Dipakai untuk membuat larutan dengan volume tertentu yang
memerlukan akurasi tinggi, untuk pengenceran dalam pembuatan larutan standar pada
analisa volumetrik, spektrofotometri atau keperluan lainnya yang memerlukan tingkat
akurasi tinggi.

O. Buret
Buret adalah suatu tabung silinder panjang dengan ujung atas terbuka, dan ujung bawah
dilengkapi keran pengatur tetesan dari gelas atau plastik. Penunjuk volume dari 0 sampai
angka tertentu, berupa skala sepanjang tabung. Berdasarkan ketelitian/pembagian skala,
ada 2 jenis buret yaitu (1) buret makro dengan pembagian skala 0,05-0,10 ml dan (2)
buret mikro dengan pembagian skal 0,01 ml. Berdasarkan bentuknya ada 3 macam yaitu
(1) lurus dengan katup dari karet, (2) bengkok dan (3) lurus dengan kran dari gelas.

P. Timbangan (neraca)
Timbangan dipakai untuk mengukur berat suatu bahan. Beberapa jenis timbangan yang
sering digunakan di laboratorim kimia diantaranya timbangan triple beam, timbangan
pembeban atas dan timbangan analitis digital. Pemilihan jenis timbangan disesuaikan
dengan akurasi dan kapasitas pengukuran yang diperlukan. Timbangan analitis digital
terdapat dalam berbagai jenis dan merek yang dapat dibedakan berdasarkan kemampuan
beban maksimum yang dapat ditimbang. Sebagai contoh, timbangan analitis digital AE-50

5
menunjukkan beban maksimum yang ditimbang adalah 50 gram termasuk dengan wadah.
Artinya timbangan tersebut maksimal dapat digunakan untuk pengukuran berat sebesar
50 g. Kelebihan kapasitas mengakibatkan kerusakan pada sistem mekanik timbangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang adalah:
1. Jangan menimbang langsung pada piring timbangan, gunakan kaca arloji, botol atau
kertas timbang
2. Jangan menimbang bahan yang basah
3. Lakukan penimbangan pada ruang yang bersih dan kering
4. Sebelum dan sesudah memakai neraca analitik ini, bersihkan ruang neraca dengan
kuas yang telah tersedia.
5. Perhatikan posisi timbangan, atur kedudukan neraca dengan memutar- mutar knop
kanan kiri dibagian bawah alat, hingga gelembung udara waterpas tepat ditengah-
tengah lingkaran.
6. Hubungkanlah dengan aliran listrik yang tersedia/biasanya dengan menggunakan
stabilisator. Dan periksalah apakah voltasenya sudah sesuai.

Q. Gelas / kaca arloji


Digunakan untuk wadah menimbang zat-zat berbentuk kristal. Bilamana diperlukan
dapat digunakan untuk menutup cairan dalam wadah, baik erlenmeter ataupun beaker
glass dengan ukuran yang disesuaikan.

R. Cawan porselen
Terdapat 2 jenis cawan yaitu cawan penguapan dan krus, umumnya terbuat dari bahan
porselen. Cawan biasa digunakan untuk mengeringkan bahan atau menguapkan cairan
(Gambar 1.3)

6
S. Mortar
Alat ini berfungsi menghaluskan zat padat (lihat Gambar 1.3).

Gambar 1.3. Cawan Penguapan, Cawan Krus, Mortal dan Pastle (Kanan ke kiri)

T. Kaki tiga
Bentuknya seperti gambar dan terbuat dari besi. Digunakan untuk
menyimpan/ menahan alat-alat yang dipanaskan di atas Bunsen atau
lampu spiritus.

U. Kawat kasa
Bentuknya seperti pada gambar. Terbuat dari kawat nich-home.
Kawat kasa digunakan untuk melindungi gelas piala, labu,
Erlenmeyer dari kontak langsung dengan nyala pembakar
ditempatkan di atas kaki tiga.

V. Statif dan klem


Bentuknya seperti pada gambar. Terbuat
dari besi. Statif berguna pada setiap
pemasangan alat-alat yang sesuai dengan
posisi yang dikehendaki dan klem
digunakan untuk memegang alat dan
statif. Berdasarkan fungsinya dibedakan
menjadi klem buret dan klem universal

7
W. Botol reagen
Botol ini digunakan untuk menyimpan larutan, menghindari penguapan atau oksidasi
selama penyimpanan. Botol reagen umumnya memiliki tutup berulir atau sumbat dari
plastik maupun gelas.

X. Botol cuci/ botol akuades


Botol tekan dengan pipa semprot berbentuk leher angsa dan berdiameter 5 mm, terbuat
dari polietilen (PE) dan berkapasitas 250 ml. Digunakan saat membersihkan alat-alat gelas
di dalam laboratorium atau pada saat pembuatan larutan. Botol diisi dengan air, terutama
akuades atau air demineralisasi.

Y. Desikator
Desikator atau eksikator digunakan sebagai tempat untuk menyimpan bahan, umumnya
untuk bahan padatan yang telah kering dan dipakai untuk mengindari adanya kontak
bahan dengan uap air. Pada bagian dasar dalam desikator ditempatkan bahan pengering,
umumnya silica gel yang memiliki kemampuan menarik kelembaban. Pengering yang siap
digunakan mempunyai warna biru. Bila kandungan air pada bahan pengering tinggi,
bahan akan bewarna merah muda sehingga perlu dipanaskan pada suhu ±105ºC
beberapa jam sehingga menjadi berwarna biru kembali.

Z. Corong Pisah
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu
campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda yang tak
bercampur. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah
bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya.
Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca
borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong
pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L.

8
1.3 Tugas
Carilah di tempat yang telah ditentukan alat-alat yang diberi nomor dan lengkapi tabel
berikut:
No. Nama Alat Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

9
B. Pemahaman karakteristik alat
a. Jawablah dengan singkat pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkan tiga perbedaan antara beaker glass dan erlenmeyer?
2. Jelaskan mengapa batang pengaduk terbuat dari kaca?
3. Berapa satuan terkecil dan faktor koreksi yang tertera pada buret 50 mL, pipet ukur
10 mL dan gelas ukur 50 mL?
4. Menurut Anda dapatkah buret juga digunakan untuk mengambil larutan dengan
tepat? Jelaskan alasannya!
5. Alat mana yang lebih tepat antara gelas ukur 10 mL dengan pipet ukur 10 mL untuk
mengambil suatu larutan tepat 10 mL ? Jelaskan alasannya!
6. Bolehkan kita melakukan reaksi kimia di dalam gelas ukur? Jelaskan alasannya!

b. Lakukan diskusi kelompok untuk memecahkan kasus di bawah ini!


1. Jika 100 mL larutan air teh dipanaskan masing-masing dalam beaker glass dan
Erlenmeyer dengan suhu pemanasan yang sama, setelah setengah jam, perkirakan
di dalam wadah mana yang memiliki sisa air teh paling sedikit? Jelaskan alasannya!
2. Jangan mengangkat pipet yang posisinya sedang menghisap hingga larutan yang
akan diambil mencapai skala yang diinginkan. Perkirakan apa yang terjadi jika
pernyataan tersebut Anda abaikan!
3. Jika Anda diminta menimbang 5 g NaCl dan Anda hanya memiliki kertas saring dan
kertas kalkir. Pilih kertas apa yang Anda gunakan untuk menimbang? Jelaskan
alasannya!

10
PERCOBAAN 2
PENELUSURAN KARAKTERISTIK BAHAN KIMIA DAN KESELAMATAN KERJA DI
LABORATORIUM KIMIA
2.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.2 Memahami karakter dan sifat bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam Praktikum Kimia Dasar I
Sub CPMK NKIM6004.2.1 Mendeskripsikan karakteristik bahan kimia dalam
Laboratorium Kimia Dasar menggunakan SDS (Safety Data
Sheets)
Sub-CPMK NKIM6004.2.2 Mendeskripsikan cara penanganan dan penyimpanan
bahan kimia dalam Laboratorium Kimia Dasar
berdasarkan karakteristiknya
Sub-CPMK NKIM6004.2.3 Mendeskripsikan kesalahan dalam penanganan dan
penyimpanan bahan kimia dalam Laboratorium Kimia
Dasar
Sub-CPMK NKIM6004.2.4 Mendeskripsikan cara menangani kecelakaan akibat
kesalahan penanganan dan penyimpanan bahan kimia
dalam Laboratorium Kimia Dasar

2.2. Dasar Teori


Laboratorium kimia dianggap merupakan salah satu tempat yang “berbahaya”. Banyaknya
faktor yang dapat memicu terjadinya kecelakaan selama bekerja di laboratorium kimia
mendukung anggapan tersebut. Hal tersebut dapat dihindari jika Kita telah mengetahui
karakteristik alat dan bahan yang akan digunakan serta memahami cara penanganan dan
hal-hal yang terkait dengan faktor keselamatan kerja sebelum bekerja, sehingga bahaya-
bahaya yang mungkin dapat terjadi di laboratorium dapat dihindari. Dengan demikian
laboratorium kima tidak akan menjadi tempat yang membahayakan.

Masing-masing bahan kimia memiliki karakteristik dan kadar bahaya (hazard) yang
berbeda-beda. Beberapa zat mungkin beracun, dapat menyebabkan kebakaran (mudah
terbakar), atau bahkan mudah meledak. Untuk mengetahui karakterisik suatu bahan kimia
dapat kita tempuh melalui beberapa cara yaitu (1) memahami simbol dan data yang
terdapat di label kemasan bahan kimia, (2) membaca di handbook yang memuat
karakteristik berbagai bahan kimia (mirip seperti katalog produk), seperti The Merck
Indeks atau (3) browsing mengenai Safety Data Sheet (SDS) bahan tersebut melalui situs
resmi yang disarankan seperti www.merckmillipore.com.

11
Pada percobaan ini, Anda akan mempelajari bagaimana mencari data tentang karakteristik
beberapa bahan kimia yang digunakan di laboratorium kimia dasar meliputi sifat-sifatnya
dan bagaimana menanganinya dengan berpedoman pada Safety Data Sheet (SDS) serta
memahami prinsip-prinsip keselamatan kerja di laboratorium kimia melalui studi kasus.

2.3. Alat dan Bahan


1. Laptop/handphone android (disiapkan oleh mahasiswa)

2.4. Lembar Kerja Mahasiswa


A. Penelusuran Data Karakteristik Bahan Kimia
Browsinglah pada situs yang telah disarankan untuk menjawab pertanyaan berikut:
1. Bacalah UU No. 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Buatlah ringkasan maksimal 1 halaman.
2. Jelaskan arti masing-masing simbol berikut:

a. b. c. d.

e. f. g. h.

3. Cari informasi karakteristik untuk masing-masing bahan kimia berikut di SDS melalui
situs yang telah disarankan dan presentasikan dalam bentuk power point maksimal 10
slide.
a. HCl
b. NaOH
c. H2SO4
d. CH3COOH
e. NH3
f. CHCl3
g. NaCl

12
C. Kesalahan dalam penanganan dan penyimpanan bahan kimia berbahaya dalam
Laboratorium Kimia Dasar
Tentukan letak kesalahan dan bahaya yang ditimbulkan akibat kesalahan yang terdapat
pada ilustrasi kondisi di laboratorium kimia berikut ini, kemudian sarankan apa yang
seharusnya dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.

Gambar 1:

Gambar 2: Gambar 3:

13
Gambar 4: Gambar 5:

Gambar 6: Gambar 7:

14
PERCOBAAN 3
KETERAMPILAN PENGGUNAAN ALAT UKUR DAN PENULISAN ANGKA PENTING

3.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.1 Memahami ragam alat serta terampil menggunakan alat-
alat di Laboratorium Kimia Dasar
Sub CPMK NKIM6004.1.3 Mengoperasikan teknik penimbangan bahan padat, cair,
dan larutan menggunakan neraca manual dan digital
Sub-CPMK NKIM6004.1.4 Mengambil dan memindah larutan menggunakan pipet
tetes, pipet ukur, dan pipet volume
Sub-CPMK NKIM6004.1.5 Mengukur volume larutan menggunakan gelas ukur, pipet
ukur, dan pipet volume
Sub-CPMK NKIM6004.1.6 Mengukur titik didih air dan suatu larutan menggunakan
termometer
Sub-CPMK NKIM6004.1.7 Mengaplikasikan kaidah angka penting dalam menuliskan
data hasil pengukuran (penimbangan massa, pengukuran
volume, pengukuran temperatur)
Sub-CPMK NKIM6004.1.8 Mengevaluasi tingkat ketelitian Beakerglass, Erlenmeyer,
gelas ukur, pipet ukur
Sub-CPMK NKIM6004.1.9 Membersihkan dan menyimpan alat-alat gelas

3.2. Dasar Teori


Pada percobaan sebelumnya, anda telah mempelajari beberapa peralatan yang digunakan
di Laboratorium Kimia. Pada percobaan ini, anda dilatih untuk mempergunakan peralatan
tersebut tersebut dengan benar sesuai dengan fungsinya. Misalnya timbangan, untuk
menentukan massa suatu bahan; gelas ukur, erlenmeyer, dan beaker glass untuk
mengambil larutan dengan akurasi yang rendah; pipet volume maupun pipet ukur untuk
mengambil dan memindahkan larutan dengan akurasi yang tinggi.

Pemilihan jenis timbangan pada skala penggunaan laboratorium tergantung pada derajat
keakuratan yang diperlukan dalam pengukuran. Beberapa jenis timbangan yang biasa
digunakan dalam pengukuran skala laboratorium adalah timbangan triple beam yang
memiliki derajat keakuratan ± 0,01g, timbangan triple beam (centogram) dan timbangan
pembeban atas yang memiliki derajat keakuratan ± 0,001g, timbangan analitis digital, dan
timbangan analitis digital “mettler”. Satuan standar untuk pengukuran massa pada sistem

15
SI adalah kilogram (kg) dan gram (g) pada sistem metrik. Berikut ini adalah beberapa
faktor konversi dalam satuan massa.
1 g = 1000 mg 1 oz. = 28.35 g
1 kg = 1000 g 1 lb. = 454 g

1 g = 1000 mg 1 oz. = 28.35 g


1 kg = 1000 g 1 lb. = 454 g

Pada penggunaan skala laboratorium, volume suatu zat dapat diukur antara lain dengan
menggunakan pipet volum, pipet ukur dan gelas ukur. Pemilihan masing-masing alat
tersebut tergantung dari penggunaan dan derajat keakuaratan pengukuran yang
diperlukan. Satuan untuk volume pada sistem metrik adalah liter (L) dan mililiter (mL).
Cara lain untuk satuan mL adalah sentimeter kubik (cc). Berikut ini adalah beberapa faktor
konversi untuk satuan volume.
1L = 1000 mL 1 qt. = 0,96 L
1 mL = 1 cm3 = 1 cc 1 gal. = 3,79 L
1L = 0,26 gal 1 fl. oz. = 29,6 mL

1 L = 1000 mL 1 qt. = 0,96 L


1 mL = 1 cm3 = 1 cc 1 gal. = 3,79 L
1 L = 0,26 gal 1 fl. oz. = 29,6 mL
Pada percobaan ini Anda juga dilatih untuk terampil mencuci peralatan gelas yang
seringkali dilakukan di Laboratorium Kimia.

Aturan umum pembacaan angka penting adalah perkiraan digit angka terakhir dari
penandaan skala terkecil dalam suatu alat ukur. Perkiraan pengukuran adalah sebesar
±0,1 dari skala terkecil alat ukur. Digit angka perkiraan terakhir termasuk angka penting.

16
1. Beaker glass
Skala terkecil dalam contoh ini adalah 10 mL, sehingga perkiraan
pembacaan volume bisa sampai sepersepuluh dari 10 mL, yaitu
1 mL. Perkiraan pembacaan volume yang diukur bisa sampai
digit ketelitian ±1 mL. Volume dalam beaker glass ini 47 ±1 mL.
Bisa jadi anda membaca angka 46 mL dan teman anda 48 mL. Dua
jawaban ini benar selama kesalahan pembacaan dalam rentang
47 ± 1 mL. Jadi, berapa banyak angka penting dari pengukuran ini? Jawabannya adalah 2
angka penting. 4 adalah angka pasti, sedangkan angka 7 adalah angka perkiraan.

2. Gelas ukur
Dalam pembacaan volume larutan dalam pengukuran akan
ditemukan keadaan permukaan cairan membentuk lengkungan
yang disebut meniskus. Dalam pembacaannya, untuk larutan
bening ambillah keadaan meniskus bawah. Sedangkan untuk
larutan berwarna ambillah meniskus atas. Skala terkecil untuk
alat ini adalah 1 mL, sehingga perkiraan pembacaan volume yang
diukur bisa sampai digit ketelitian ±0,1 mL. Pembacaan yang benar untuk volume ini
yaitu 36,5 ±0,1 mL. Jadi, berapa banyak angka penting dari pengukuran ini? Jawabannya
adalah 3 angka penting. 3 dan 6 adalah angka pasti, sedangkan angka 5 adalah angka
perkiraan.

3. Buret

17
Skala terkecil untuk buret adalah 0,1 mL, sehingga perkiraan
pembacaan volume yang diukur bisa sampai ketelitian digit terakhir
±0,01 mL. Volume dalam buret ini adalah 20,38 ±0.01 mL. Jadi, berapa
banyak angka penting dari pengukuran ini? Jawabannya adalah 4
angka penting. 2, 0 dan 3 adalah angka pasti, sedangkan angka 8
adalah angka perkiraan.

3.3. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. Neraca teknis digital 1. Air suling
2. Neraca triple beam 2. Bahan X yang
3. Gelas arloji dibungkus dalam
4. Gelas ukur 100 mL kertas (masing-
5. Beaker glass 50 mL masing memiliki
6. Beaker glass 100 mL massa yang sama)
7. Erlenmeyer 100 mL
8. Pipet volume 10 mL
9. Filer pipet
10. Corong

Bahan
3.4. Prosedur Kerja
A. Menimbang zat
Ambilah gelas arloji dan bahan yang disediakan (diketahui massa masing-masing bahan
tersebut sama), kemudian tentukan massa dari bahan tersebut dengan menggunakan
timbangan triple beam dan timbangan analitis digital dengan cara sebagai berikut:

18
Gambar 3.1 Timbangan triple beam Gambar 3.2 Pembacaan hasil pengukuran
dengan timbangan triple beam.

1. Timbangan triple beam


1. Pastikan timbangan berada tempat yang datar.
2. Pindahkan semua timbel di sebelah kiri pada posisi 0.
3. Jarum penunjuk harus mengayun bebas dari jarak ke atas dan bawah pada 0 atau tepat
ditengah skala. Gunakan penyetelan 0 untuk mengkoreksi ayunan.
4. Letakkan gelas arloji di atas piring timbang. Gerakkan timbel di batang timbang tengah
sampai jarum penunjuk turun, pastikan timbel berada pada derajat “V”. Gerakkan
timbel kembali sampai jarum penunjuk naik. Batang timbang akan menunjukkan berat
skala 100 g, dengan kenaikan 10 g.
5. Gerakkan timbel di batang timbang belakang sampai sampai jarum penunjuk turun,
pastikan timbel berada pada derajat “V”. Gerakkan timbel kembali sampai jarum
penunjuk naik. Batang timbang akan menunjukkan berat skala 10 g, dengan kenaikan 1
g.
6. Terakhir gerakkan timbel yang paling kecil di batang timbang depan sampai jarum
penunjuk setimbang, dimana jarum penunjuk mengayun bebas dari jarak ke atas dan
bawah pada 0 atau tepat ditengah skala. Batang timbang akan menunjukkan berat skala
1 g, dengan kenaikan 0,1 g.
7. Catat massa gelas arloji berdasarkan angka pentingnya.
8. Ambillah bahan yang akan ditimbang, masukkan ke dalam gelas arloji yang sudah anda
ukur massanya.
9. Timbang massa bahan dan gelas arloji dengan mengikuti langkah 1-6. Catat massa sesuai
angka pentingnya.
10. Tentukan massa bahan sesuai angka pentingnya.

2. Timbangan analitis digital

19
1. Tekan dan lepas plat kontrol dengan hati- hati pada posisi “ON”, pada layar display
akan terlihat 8.8.8.8.8.8.8.8 --------- 0, 0000
2. Letakkan gelas arloji diatas piring timbang sehingga layar display yang semula
muncul 0,0000 akan berubah, menunjukkan angka yang menyatakan besarnya gelas
arloji kosong. Catat angka penting massa gelas arloji.
3. Tekan dan lepas plat kontrol untuk “re-zero”, layar display akan tampat 0,0000. Lalu
masukkan bahan yang ditimbang/ dikehendaki. Catat hasilnya, kemudian ambil dan
anda sudah selesai menimbang.
4. Tekan plat kontrol pada posisi “OFF”

B. Membandingkan Akurasi Gelas ukur, Beaker Glass, dan Erlenmeyer.

1. Ambilah gelas ukur 100 mL. Isi


dengan air sampai volumenya 50
mL. Letakkan gelas ukur pada
tempat yang datar. Tepatkan
volumenya 50 mL dengan melihat
meniscus (Gambar 4.3). Cara
membaca meniscus yang benar
pandangan mata harus tegak lurus
dengan skala pada gelas ukur (Gambar 4.3). Pada saat menepatkan volume 50 mL,
gunakan pipet tetes untuk menambahkan atau mengurangi air.
2. Ambilah erlenmeyer 50 mL dan isi dengan air sampai volumenya 50 mL. Pindahkan
air ke dalam gelas ukur 100 mL (pengukuran dapat mendekati 0,1 mL (lihat Gambar
4.3) hati-hati jangan sampai tumpah. Catat volumenya sampai mendekati skala 0,1
mL dan konversikan ke L.
3. Ambilah beaker glass 50 mL dan isi dengan air sampai volumenya 50 mL. Pindahkan
air ke dalam gelas ukur 100 mL (pengukuran dapat mendekati 0,1 mL (lihat Gambar
4.3) hati-hati jangan sampai tumpah. Catat volumenya sampai mendekati skala 0,1
mL dan konversikan ke L.

C. Menggambil Larutan dengan Pipet Volum dan Filer Pipet


1. Periksa filer pipet dan posisikan tanda “A,” “S,” and “E” seperti pada Gambar 4.4.

20
2. Kempiskan bagian bola dengan menekan tanda A, untuk mengeluarkan udara.
3. Dengan hati-hati masukkan ujung atas pipet kedalam filer pipet (Gambar 4.5).
4. Tempatkan ujung bawah pipet pada cairan yang akan dipipet. Pastikan ujung
bawah pipet selalu berada pada permukaan cairan.
5. Dengan jempol dan jari telunjuk anda, tekan tanda “S.” Cairan akan naik ke dalam
pipet.
6. Dengan jari anda aturlah tekanannya. Penuhi pipet dengan cairan sampai melebihi
tanda batas. Lepaskan katup, cairan akan tetap berada dalam pipet.
7. Tarik pipet dari cairan. Ketukkan ujung bawah pipet pada dinding gelas piala
dengan pelan untuk membuang kelebihan cairan.
8. Tepatkan meniskus pada garis batas dengan menekan dengan hati-hati tanda “E.”
Ketukkan ujung bawah pipet pada dinding gelas piala dengan pelan untuk
membuang kelebihan cairan.
9. Pindahkan cairan dari pipet ke dalam labu atau erlenmeyer dengan menekan tanda
“E.” . Keluarkan beberapa tetes cairan pada ujung bawah pipet dengan
mengetukkan ujung bawah pipet pada labu atau erlenmeyer dengan pelan.

Gambar 4.4 Filer pipet/bola hisap Gambar 4.5 Penggunaan filer pipet
pada pipet volum

21
D. Membersihkan Peralatan Laboratorium
Bersihkan peralatan laboratorium yang akan dan telah anda gunakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Cucilah peralatan gelas pertama kali dengan air kran, kemudian tambahkan alconox
atau detergen. Gunakan sikat untuk membersihkan peralatan dari pengotor.
2. Jika peralatan sulit dibersihkan dengan sikat (seperti ujung corong atau pipet),
larutkan sedikit alconox atau detergen dengan air dalam gelas piala kemudian
alirkan pada peralatan tersebut.
3. Bilaslah peralatan dengan air kran sampai bersih dari sisa sabun.
4. Cucilah peralatan dengan sedikit air suling (ulangi sampai minimal dua kali) . Jika
peralatan yang anda gunakan seperti pipet, gunakan botol cuci yang berisi air
suling.
5. Keringkan peralatan di atas tissu kering atau dimasukkan dalam oven pengering.

22
3.5 Lembar Pengamatan
A. Menimbang Zat
Nama Alat Massa bahan

Massa gelas arloji =

Timbangan triple beam Massa gelas arloji + bahan =

Massa bahan =

Massa gelas arloji =

Timbangan analitis digital Massa gelas arloji + bahan =

Massa bahan =

B. Membandingkan Akurasi Gelas ukur, Beaker Glass, dan Erlenmeyer.


Nama Alat Volume air
Gelas ukur

Erlenmeyer

Beaker glass

3.6 Analisa Data


Berdasarkan percobaan yang anda lakukan, jawablah pertanyaan berikut:
1. Berapakah tingkat ketelitian timbangan triple beam dan timbangan analitis digital
yang anda gunakan dalam pengukuran massa bahan?
2. Apakah hasil pengukuran massa bahan menggunakan kedua macam timbangan
tersebut terdapat perbedaan? Jika ada, jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi?
3. Berapakah kesalahan (dalam mL dan %) hasil pengukuran volume air dengan
menggunakan erlenmeyer dan beaker glass dibandingkan dengan gelas ukur?
4. Alat manakah yang dapat mengukur volume air dengan tepat: gelas ukur,
erlenmeyer, atau beaker glass? Jelaskan jawaban anda!

23
5. Bolehkah anda mengambil cairan ke dalam pipet volum dengan menggunakan
mulut? Kapan anda harus menggunakan filer pipet untuk mengambil dan
memindahkan cairan dalam pipet volum?

24
PERCOBAAN 4
PERUBAHAN MATERI DAN REAKSI KIMIA

5.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam pembelajaran
Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah penulisan karya
ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.1 Menganalisis terjadinya perubahan materi secara fisika
atau kimia berdasarkan gejala makroskopik yang
ditimbulkan melalui percobaan
Sub-CPMK NKIM6004.3.2 Menganalisis terjadi atau tidaknya suatu reaksi kimia
berdasarkan gejala makroskopik yang ditimbulkan
melalui percobaan
Sub-CPMK NKIM6004.3.11 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI

5.2. Dasar Teori


Perubahan materi dapat terjadi secara fisika atau kimia. Perubahan kimia pada umumnya
ditandai dengan dihasilkan zat baru, sedangkan perubahan fisika hanya melibatkan
perubahan fasa materi.
Perubahan secara kimia dikenal dengan istilah reaksi kimia. Terjadinya suatu reaksi kimia
dapat diidentifikasi melalui gejala makroskopik yang ditimbulkan seperti dihasilkan gas,
terbentuk endapan, terjadi perubahan warna, dihasilkan panas, atau dihasilkan bau.

5.3. Alat dan Bahan


Alat
2. Tabung reaksi
3. Penjepit tabung reaksi
4. Beakerglass 50 mL
5. Gelas arloji
6. Cawan penguapan
7. Kaki tiga
8. Kasa asbes
9. Lampu spiritus
10. Korek api
11. Pipet tetes
12. Hotplate

25
Bahan:
1. Kristal natrium klorida, NaCl (s) 7. Larutan kalium iodida, KI (aq)
2. Pita magnesium, Mg (s) 0,1M
3. Larutan asam klorida, 8. Padatan natrium karbonat,
HCl (aq) 2M Na2CO3 (s)
4. Kapur barus (naftalena) 9. Larutan kalium permanganat
5. Gula pasir berasam, KMnO4 (aq, H+)
6. Larutan timbal(II) nitrat, 0,01M
Pb(NO3)2 (aq) 0,1M 10. Indikator fenolftalein, PP
11. Es Batu

Bahan
1. Kristal natrium klorida, NaCl (s)
2. Pita magnesium, Mg (s)
3. Larutan asam klorida, HCl (aq) 2M
4. Kapur barus (naftalena)
5. Gula pasir
6. Larutan timbal(II) nitrat, Pb(NO3)2 (aq) 0,1M
7. Larutan kalium iodida, KI (aq) 0,1M
8. Padatan natrium karbonat, Na2CO3 (s)
9. Larutan kalium permanganat berasam, KmnO4 (aq, H+) 0,01M
10. Indikator fenolftalein, PP
11. Es batu
5.4. Prosedur Kerja
A. Perubahan Materi
A.1. Perubahan pada kristal NaCl
1. Ambil seujung sendok kristal NaCl dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan kristal NaCl tersebut ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL air dan
larutkan hingga homogen.
3. Amati peristiwa yang terjadi dalam larutan selama proses pelarutan kristal NaCl dalam
air.
4. Tuang larutan yang dihasilkan ke dalam cawan penguapan.
5. Uapkan larutan di atas lampu spiritus hingga kering.
6. Amati wujud fisik zat yang tertinggal pada cawan setelah proses penguapan selesai.

26
A.2. Perubahan pada pita Mg
1. Potong pita Mg sepanjang 1 cm dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan pita Mg tersebut ke dalam tabung reaksi dan tambahkan larutan HCl 1 M
hingga mencapai setengah tinggi tabung.
3. Amati peristiwa yang terjadi dalam larutan hingga pita Mg habis.
4. Tuang larutan yang dihasilkan ke dalam cawan penguapan
5. Uapkan larutan di atas lampu spiritus hingga kering.
6. Amati wujud fisik zat yang dihasilkan pada cawan setelah proses penguapan selesai.

A.3. Perubahan pada kapur barus (naftalena)


1. Ambil seujung sendok serbuk kapur barus dan amati wujud fisiknya
2. Masukkan serbuk kapus barus tersebut ke dalam Beakerglass dan tutup dengan kaca
arloji yang diatasnya telah ditaruh bongkahan es batu.
3. Panaskan Beakerglass tersebut di atas hotplate hingga semua kapur barus habis.
(Pemanasan dilakukan di dalam almari asam)
4. Amati peristiwa yang terjadi dalam Beakerglass selama proses pemanasan kapur
barus.
5. Amati wujud fisik zat yang menempel pada bagian bagian bawah kaca arloji setelah
proses pemanasan selesai.

A.4. Perubahan pada gula pasir (sukrosa)


1. Ambil seujung sendok gula pasir dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan gula pasir tersebut ke dalam tabung reaksi dan panaskan di atas lampu
spiritus hingga gula menjadi gosong.
3. Amati peristiwa yang terjadi dalam tabung reaksi selama proses pemanasan gula
pasir.
4. Biarkan tabung reaksi beserta isinya menjadi dingin.
5. Amati wujud fisik zat yang dihasilkan pada bagian dasar tabung reaksi.

B. Reaksi Kimia
B.1. Reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI
1. Ambil 1 mL larutan Pb(NO3)2 0,1M dalam salah satu tabung reaksi dan 1 mL larutan KI
0,1M dalam tabung reaksi yang lain.
2. Amati wujud fisik masing-masing larutan tersebut.
3. Campurkan kedua larutan tersebut dan amati kembali peristiwa yang terjadi.

B.2 Reaksi antara padatan Na2CO3 dengan larutan HCl


1. Ambil seujung sendok padatan Na2CO3 dan larutan HCl 2M dalam tabung reaksi.
2. Amati wujud fisik masing-masing.
3. Masukkan padatan Na2CO3 ke dalam larutan HCl 2M dalam tabung reaksi dan amati
kembali peristiwa yang terjadi.

27
4. Pegang bagian bawah tabung reaksi tersebut.

B.3 Reaksi antara larutan KI dengan larutan KmnO4 berasam


1. Ambil 1 mL larutan KI 0,1M dalam salah satu tabung reaksi dan 1 mL larutan KmnO4
berasam 0,01M dalam tabung reaksi yang lain.
2. Amati wujud fisik masing-masing larutan tersebut.
3. Tambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 berasam ke dalam larutan KI
menggunakan pipet tetes dan amati peristiwa yang terjadi.

5.5 Lembar Pengamatan


A. Perubahan Materi
A.1. Perubahan pada kristal natrium klorida
Aspek yang diamati Hasil pengamatan

Wujud fisik kristal NaCl

Peristiwa yang terjadi dalam larutan


selama proses pelarutan kristal NaCl
Wujud fisik zat yang tertinggal pada
cawan setelah proses penguapan selesai

A.2. Perubahan pada pita Mg


Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujud fisik pita Mg

Peristiwa yang terjadi dalam larutan


hingga pita Mg habis
Wujud fisik zat yang dihasilkan pada
cawan setelah proses penguapan selesai

A.3. Perubahan pada kapur barus (naftalena)


Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujud fisik serbuk kapur barus

Peristiwa yang terjadi dalam


Beakerglass selama proses pemanasan
kapur barus

28
Wujud fisik zat yang menempel pada
bagian bawah kaca arloji setelah proses
pemanasan selesai

A.4. Perubahan pada gula pasir (sukrosa)


Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujud fisik kristal gula pasir

Peristiwa yang terjadi dalam tabung


reaksi selama proses pemanasan gula
pasir
Wujud fisik zat yang dihasilkan pada
bagian dasar tabung reaksi

B. Reaksi Kimia
B.1. Reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI
Aspek yang diamati/diukur Hasil pengamatan pengukuran
Wujud fisik larutan Pb(NO3)2

Wujud fisik larutan KI

Peristiwa ketika larutan Pb(NO3)2 dan


larutan KI dicampur

B.2. Reaksi antara padatan Na2CO3 dengan larutan HCl


Aspek yang diamati/diukur Hasil pengamatan pengukuran
Wujud fisik larutan HCl

Wujud fisik padatan Na2CO3

Peristiwa ketika padatan Na2CO3


dimasukkan ke dalam larutan HCl
Kondisi bagian bawah tabung reaksi

B.3. Reaksi antara larutan KI dengan larutan KMnO4 berasam


Aspek yang diamati/diukur Hasil pengamatan pengukuran
Wujud fisik larutan KI
29
Wujud fisik larutan KMnO4 berasam

Peristiwa ketika larutan KMnO4


berasam ditambahkan tetes demi tetes
ke dalam larutan KI

5.6 Analisa Data


A. Perubahan Materi
A.1. Perubahan pada kristal NaCl
1. Apakah ada peristiwa yang terjadi dalam larutan selama proses pelarutan kristal NaCl?
2. Bagaimana wujud fisik zat yang tertinggal di cawan setelah proses penguapan selesai
jika dibandingkan dengan wujud fisik kristal NaCl di awal?
3. Zat apakah yang tertinggal pada cawan tersebut?
4. Apakah dalam pelarutan kristal NaCl dihasilkan zat baru?
5. Termasuk ke dalam perubahan apakah pelarutan kristal NaCl dalam air?

A.2. Perubahan pada pita Mg


1. Apakah ada peristiwa yang terjadi dalam larutan hingga pita Mg habis?
2. Bagaimana wujud fisik zat yang tertinggal di cawan setelah proses penguapan selesai
jika dibandingkan dengan wujud fisik pita Mg di awal?
3. Zat apakah yang tertinggal pada cawan tersebut?
4. Apakah dalam penambahan pita Mg ke dalam larutan HCl dihasilkan zat baru?
5. Termasuk ke dalam perubahan apakah penambahan pita Mg ke dalam larutan HCl?

A.3. Perubahan pada kapur barus (naftalena)


1. Bagaimana peristiwa yang terjadi dalam Bekaerglass selama proses pemanasan
serbuk kapur barus?
2. Bagaimana wujud fisik zat yang menempel pada bagian bawah kaca arloji jika
dibandingkan dengan wujud fisik kapur barus di awal?
3. Zat apakah yang menempel pada bagian bawah kaca arloji tersebut?
4. Apakah dalam pemanasan kapur barus dihasilkan zat baru?
5. Termasuk ke dalam perubahan apakah pemanasan kapur barus?

A.4. Perubahan pada gula pasir (sukorsa)

30
1. Bagaimana peristiwa yang terjadi dalam tabung reaksi selama proses pemanasan gula
pasir?
2. Bagaimana wujud fisik zat yang dihasilkan pada bagian dasar tabung reaksi jika
dibandingkan dengan wujud fisik gula pasir di awal?
3. Zat apakah yang dihasilkan pada dasar tabung reaksi tersebut?
4. Apakah dalam pemanasan gula pasir dihasilkan zat baru?
5. Termasuk ke dalam perubahan apakah pemanasan gula pasir?

B. Reaksi Kimia
B.1. Reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI
1. Peristiwa apakah yang menunjukkan bahwa ketika larutan Pb(NO3)2 dicampurkan ke
dalam larutan KI terjadi reaksi kimia?
2. Zat apakah yang dihasilkan pada reaksi kimia tersebut?
3. Tuliskan persamaan reaksi kimia dari peristiwa tersebut.

B.2 Reaksi antara padatan NaHCO3 dengan larutan HCl


1. Peristiwa apa saja yang menunjukkan bahwa ketika padatan Na2CO3 dimasukkan ke
dalam larutan HCl terjadi reaksi kimia?
2. Zat apakah yang dihasilkan pada reaksi kimia tersebut?
3. Jelaskan mengapa bagian bawah tabung reaksi menjadi lebih panas?
4. Tuliskan persamaan reaksi kimia dari peristiwa tersebut.

B.3 Reaksi antara larutan KI dengan larutan KmnO4 berasam


1. Peristiwa apa saja yang menunjukkan bahwa ketika KMnO4 berasam ditambahkan
tetes demi tetes ke dalam larutan KI terjadi reaksi kimia?
2. Zat apakah yang dihasilkan pada reaksi kimia tersebut?
3. Tuliskan persamaan reaksi kimia dari peristiwa tersebut.

5.7 Tugas
1. Semua pengamatan dan analisis yang telah Anda lakukan dalam percobaan di atas
bertujuan untuk menunjang aspek makroskopik dalam memahami suatu peristiwa.
Lakukan kajian literatur untuk menjelaskan aspek sub-mikroskopik yang terjadi
dalam masing-masing percobaan tersebut.
2. Tuliskan semua percobaan yang telah Anda lakukan ke dalam bentuk persamaan
reaksi untuk menunjang aspek simbolik.
3. Berikan 3 contoh perubahan fisika dan kimia yang terjadi di lingkungan sekitar Anda
dan jelaskan analisis Anda terhadap masing-masing perubahan tersebut
menggunakan aspek makroskopik, sub-mikrskopik dan simbolik.

31
PERCOBAAN 5
PEMISAHAN CAMPURAN BERDASARKAN PERBEDAAN SIFAT FISIKA
KOMPONEN PENYUSUNNYA

6.1. Tujuan Percobaan


CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.4 Memisahkan campuran menggunakan beberapa teknik
pemisahan (dekantasi, filtrasi, sublimasi, destilasi, dan
ekstraksi) berdasarkan sifat fisika komponennya

6.2. Dasar Teori


Campuran adalah sistem yang terdiri atas dua atau lebih komponen yang saling
bercampur tanpa dihasilkan zat baru.

Berdasarkan sifat fisika komponennya, campuran dapat dipisahkan melalui beberapa


cara. Komponen campuran yang memiliki perbedaan kemampuan mengendap dapat
dipisahkan dengan cara dekantasi. Komponen campuran yang memiliki perbedaan
ukuran partikel dapat dipisahkan dengan cara filtrasi. Komponen campuran yang
memiliki perbedaan kemampuan menguap dapat dipisahkan dengan cara evaporasi.
Komponen campuran yang memiliki perbedaan kemampuan menyublim dapat
dipisahkan dengan cara sublimasi. Komponen campuran yang memiliki perbedaan titik
didih dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Suatu zat terlarut yang dapat larut dalam
dua pelarut yang tidak saling bercampur dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi.

6.3. Alat dan Bahan


Alat:
Bahan:
1. Campuran garam dapur-pasir 4. Kloroform
2. Serbuk kapur barus berwarna, 5. Campuran air-teh
C10H8 (s)-pewarna (s) 6. Es batu
3. Campuran air-iod, I2 (aq)

Bahan

32
1. Campuran garam dapur-pasir
2. Serbuk kapur barus berwarna, C10H8 (s)-pewarna (s)
3. Campuran air-iod, I2 (aq)
4. Kloroform
5. Campuran air-teh
6. Es batu

6.4. Cara Kerja


A. Pemisahan campuran garam dapur-pasir-air menggunakan teknik dekantasi,
filtrasi dan evaporasi
1. Ambil seujung sendok campuran garam dapur-pasir dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam Beakerglass dan larutkan dengan
menambahkan air.
3. Amati hasil pelarutan tersebut.
4. Tempel batang pengaduk pada mulut Beakerglass dan lakukan dekantasi dengan
mengalirkan bagian larutan dari campuran tersebut secara perlahan melalui batang
pengaduk ke dalam Beakerglass lain sebagai penampung filtrat hasil dekantasi seperti
contoh pada Gambar 6.1.
5. Amati filtrat dan residu hasil dekantasi.
6. Letakkan corong gelas pada ring yang telah terpasang pada statif dan Beakerglass lain
di bawahnya sebagai penampung filtrat hasil filtrasi.
7. Lipat dan basahi kertas saring untuk ditempelkan pada corong gelas.
8. Lakukan filtrasi dengan mengalirkan filtrat hasil dekantasi melalui batang pengaduk
melewati kertas saring seperti contoh pada Gambar 6.2.
9. Amati filtrat dan residu hasil filtrasi.
10. Tuangkan filtrat ke dalam cawan penguapan.
11. Lakukan evaporasi dengan memanaskan filtrat di atas pemanas spiritus hingga
kering.
12. Amati wujud fisik zat yang tertinggal pada cawan setelah proses evaporasi selesai.
13. Kumpulkan zat tersebut ke dalam botol yang telah disediakan.

B. Pemisahan kapur barus dari perwarnanya menggunakan teknik sublimasi


1. Ambil seujung sendok serbuk kapur barus berwarna dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan serbuk kapur barus berwarna tersebut ke dalam Beakerglass dan tutup
dengan kaca arloji yang diatasnya telah ditaruh bongkahan es batu.
3. Panaskan Beakerglass di atas hotplate untuk melangsungkan proses sublimasi.
(Pemanasan dilakukan di dalam almari asam)
4. Amati peristiwa yang terjadi pada serbuk kapur barus berwarna selama proses
pemanasan.
5. Amati wujud fisik zat yang menempel pada bagian bawah kaca arloji dan zat yang
tertinggal pada bagian dasar Beakerglass.
6. Kumpulkan kedua zat tersebut ke dalam masing-masing botol yang telah disediakan.

33
C. Pemisahan iod dari campuran iod-air menggunakan teknik ekstraksi dengan
pelarut kloroform
1. Ambil  10 mL campuran iod-air dan amati wujud fisiknya.
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam corong pisah 50 mL.
3. Ambil  10 mL kloroform dan amati wujud fisiknya.
4. Tambahkan kloroform tersebut ke dalam campuran dalam corong pisah.
(Penambahan kloroform dilakukan di dalam almari asam)
5. Tutup corong pisah dan lakukan pengocokan untuk mengekstraksi iod dari pelarut air
ke dalam pelarut kloroform seperti contoh pada Gambar 6.3.
(Pengocokan akan mengakibatkan temperatur dan tekanan dalam corong pisah
naik, untuk menguranginya buku kran secara pelahan kemudian tutup kembali
seperti contoh pada Gambar 6.4)
6. Letakkan corong pisah pada ring yang telah terpasang pada statif dan biarkan
campuran di dalamnya membentuk dua lapisan.
7. Amati wujud fisik lapisan yang terbentuk dalam corong pisah.
8. Buka tutup corong pisah, kemudian buka kran untuk mengalirkan lapisan bagian
bawah ke dalam Beakerglass penampung.
9. Tutup kembali kran sebelum lapisan bagian atas ikut mengalir keluar.
10. Kumpulkan larutan yang tersisa dalam corong pisah dan yang ditampung dalam
Beakerglass penampung ke dalam masing-masing botol yang telah disediakan.

D. Pemisahan campuran air-teh menggunakan teknik destilasi


1. Rangkailah perangkat destilasi seperti contoh pada Gambar 6.5.
2. Ambil sejumlah tertentu campuran air-teh dan amati wujud fisiknya.
3. Masukkan campuran tersebut ke dalam labu destilasi dan tutup kembali dengan
sumbat karet yang telah terpasang termometer.
4. Panaskan labu destilasi menggunakan hotplate.
5. Alirkan air kran dari inlet menuju outlet pada pendingin Leibeigh.
6. Amati wujud fisik campuran dalam labu destilasi setelah proses destilasi berlangsung
beberapa saat.
7. Amati destilat yang dihasilkan pada botol penampung setelah proses destilasi
berlangsung beberapa saat.

34
6.5 Lembar pengamatan
A. Pemisahan campuran garam dapur-pasir-air menggunakan teknik dekantasi,
filtrasi dan evaporasi
Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujudfisik campuran garam dapur-pasir

Wujud fisik campuran garam dapur-pasir


setelah dilarutkan dalam air
Wujud fisik filtrat hasil dekantasi

Wujud fisik residu hasil dekantasi

Wujud fisik filtrat hasil filtrasi

Wujud fisik residu hasil filtrasi

Wujud fisik zat yang tertinggal pada


cawan penguapan setelah proses
evaporasi

B. Pemisahan kapur barus dari perwarnanya menggunakan teknik sublimasi


Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujud fisik kapur barus berwarna
Wujud fisik zat yang menempel pada
bagian bawah kaca arloji setelah proses
sublimasi selesai
Wujud fisik zat yang tertinggal pada
bagian dasar Beakerglass setelah proses
sublimasi selesai

C. Pemisahan iod dari campuran iod-air menggunakan teknik ekstraksi dengan


pelarut kloroform
Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujud fisik campuran air-iod

Wujud fisik kloroform

35
Wujud fisik lapisan bagian atas setelah
proses pengocokan selesai
Wujud fisik lapisan bagian bawah
setelah proses pengocokan selesai

C. Pemisahan campuran air-teh menggunakan teknik destilasi


Aspek yang diamati Hasil pengamatan
Wujud fisik campuran air-teh

Wujud fisik campuran dalam labu


destilasi setelah proses destilasi
berlangsung beberapa saat
Wujud fisik destilat dalam botol
penampung setelah proses destilasi
berlangsung beberapa saat

6.6 Analisa Data


A. Pemisahan campuran garam dapur-pasir-air menggunakan teknik dekantasi,
filtrasi dan evaporasi
1. Zat apakah yang terkandung dalam filtrat hasil dekantasi?
2. Mengapa filtrat tersebut dapat dipisahkan dengan residu menggunakan teknik
dekantasi?
3. Zat apakah yang terkandung dalam filtrat hasil filtrasi?
4. Mengapa filtrat tersebut dapat dipisahkan dengan residu menggunakan teknik filtrasi?
5. Zat apakah yang tertinggal pada cawan setelah proses evaporasi?
6. Bagaimana wujud fisik zat tersebut jika dibandingkan dengan campuran garam dapur-
pasir di awal?
7. Mengapa zat tersebut dapat dipisahkan dengan air menggunakan teknik evaporasi?

B. Pemisahan kapur barus dari perwarnanya menggunakan teknik sublimasi


1. Zat apakah yang menempel pada bagian bawah kaca arloji setelah proses sublimasi?
2. Zat apakah yang tertinggal pada bagian dasar Beakerglass setelah proses sublimasi?
3. Bagaimana wujud fisik zat yang menempel pada bagian bawah kaca arloji jika
dibandingkan dengan kapur barus berwarna di awal?
4. Mengapa kedua zat tersebut dapat dipisahkan dari campurannya menggunakan
teknik sublimasi?

36
C. Pemisahan iod dari campuran iod-air menggunakan teknik ekstraksi dengan
pelarut kloroform
1. Lebih besar manakah massa jenis air dibanding kloroform?
2. Campuran apakah yang berada pada lapisan bagian bawah dalam corong pisah?
3. Campuran apakah yang berada pada bagian atas pada corong pisah?
4. Mengapa warna campuran air-iod menjadi lebih pudar?
5. Mengapa warna kloroform berubah menjadi ungu?
6. Mengapa iod dapat dipisahkan dari pelarut air menggunakan pelarut kloroform
menggunakan teknik ekstraksi?

D. Pemisahan campuran air-teh menggunakan teknik destilasi


1. Bagaimana wujud fisik campuran air-teh dalam labu destilasi setelah proses destilasi
berjalan beberapa saat dibandingkan dengan campuran air-teh di awal?
2. Bagaimana wujud fisik zat yang dihasilkan pada botol penampung?
3. Zat apakah yang dihasilkan pada botol penampung tersebut?
4. Mengapa pelarut air dapat dipisahkan dari campuran air-teh menggunakan teknik
destilasi?

6.7 Tugas
Berikan contoh aplikasi masing-masing teknik pemisahan yang sudah Anda lakukan
di atas dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di laboratorium atau industri.

PERCOBAAN 6
PENENTUAN VOLUME MOLAR GAS HIDROGEN

7.1. Tujuan

37
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam pembelajaran
Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah penulisan karya
ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.6 Menentukan volume molar gas hidrogen melalui
percobaan

Sub-CPMK NKIM6004.3.13 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah


penulisan karya ilmiah menurut PPKI

7.2. Dasar Teori


Volume molar gas hidrogen adalah volume 1 mol gas yang diukur pada keadaan standar
(STP), yaitu pada 0oC dan tekanan 1 atm. Secara teoritis volume setiap gas pada keadaan
tersebut adalah 22,4 liter. Gas-gas seperti hidrogen dan oksigen yang sangat sedikit larut
dalam air dapat ditampung dengan cara pendesakan air. Misalnya dalam suatu tabung
reaksi yang berisi air penuh yang diletakkan terbalik dalam suatu bejana yang berisi air
penuh, direaksikan dengan zat-zat yang menghasilkan gas tersebut. Gas yang terbentuk
mendesak permukaan air ke bawah. Dengan cara ini volume gas yang terbentuk dapat
diketahui dengan jalan mengukur air yang terdesak.

7.3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Termometer 1. Pita magnesium, Mg (s)
2. Neraca analitik 2. Kertas gosok
3. Larutan asam klorida, HCl 2 M (aq)
4. Kertas

Alat:
1. Gelas ukur 4. Termometer
2. Ember/baskom 5. Neraca analitik
3. Barometer

38
7.4. Prosedur Percobaan
1. Timbang dengan teliti pita magnesium yang telah digosok.
2. Isilah gelas ukur dengan larutan HCl 2 M sampai setengahnya, kemudian tambahkan
air sampai penuh.
3. Tutup dengan kertas, baliklah gelas ukur dalam ember yang telah berisi air,
kemudian ambil kertasnya.
4. Amati ada tidaknya gelembung udara dalam gelas ukur. Jika ada gelembung udara,
langkah 2– 3 di atas diulang.
5. Masukkan pita magnesium ke dalam gelas ukur dari arah bawah.
6. Tunggu sampai pita magnesium habis bereaksi, dan biarkan suhu larutan sama
dengan suhu kamar.
7. Atur tinggi permukaan air dalam gelas ukur agar sama dengan permukaan air dalam
ember.
8. Catat volume gas hidrogen yang terbentuk.
9. Catat suhu ruangan dan tekanan barometer.
10. Ulangi langkah 1 – 9 di atas sebanyak 2 kali.

7.5 Lembar Pengamatan


Langkah Kerja Hasil pengamatan
Wujud dan warna pita magnesium
Setelah pita magnesium dimasukkan ke
dalam gelas ukur yang berisi larutan HCl

Lengkapi tabel pengamatan berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh.


Percobaan 1 Percobaan 2
Berat pita magnesium g g
Volume gas hidrogen mL mL
Temperatur (suhu) ruang oC oC

Tekanan total (barometer) mmHg mmHg


Tekanan H2O pada suhu ruang mmHg mmHg
(Lihat Tabel 7.1)
Keterangan: Ptotal = PH2 + PH2O

39
Tabel 7.1 Daftar Tekanan Uap air dalam mm Hg pada berbagai suhu (oC)
Suhu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(o C)
15 12,79 12,97 13,95 13,03 13,13 13,20 13,29 13,37 13,46 13,550
0 3 6 9 2 8 2 0 4
16 13,63 13,72 13,81 13,90 13,98 14,07 14,16 14,25 14,36 14,441
7 4 2 1 9 9 9 9 0
17 14,53 14,62 14,71 14,81 14,90 15,00 15,09 15,19 15,28 15,383
3 5 8 2 6 0 3 0 6
18 15,48 15,57 15,67 15,77 15,87 15,97 16,07 16,17 16,27 16,378
0 8 6 4 4 4 4 5 6
19 16,48 16,58 16,68 16,79 16,87 17,00 17,10 17,21 17,32 17,431
1 4 8 2 4 3 8 6 3
20 17,53 17,64 17,75 17,86 17,97 18,09 18,20 18,31 18,42 18,541
9 8 8 8 8 0 2 1 7
21 18,65 18,77 18,88 19,00 19,11 19,23 19,35 19,47 19,59 19,711
5 0 5 1 8 6 4 2 2
22 19,83 19,95 20,07 20,19 20,32 20,44 20,56 20,69 20,82 20,947
2 3 5 8 1 5 9 5 0
23 21,07 21,20 21,33 21,45 21,58 21,72 21,85 21,98 22,11 22,249
4 2 0 9 9 0 1 3 6
24 22,38 22,51 22,65 22,78 22,92 23,06 23,20 23,34 23,48 23,622
3 8 3 9 6 4 2 1 1
25 23,76 23,90 24,04 24,19 24,35 24,48 24,62 24,77 24,92 25,068
3 5 8 2 8 1 7 3 0
26 25,21 25,36 25,51 25,66 25,81 25,97 26,12 26,28 26,43 26,590
7 6 7 8 9 2 5 0 5
27 26,74 26,90 27,06 27,22 27,38 27,54 27,70 27,86 28,02 28,193
7 5 3 2 2 2 4 6 9
28 28,35 28,53 28,69 28,85 29,02 29,19 29,36 29,53 29,70 29,879
9 2 0 7 5 5 4 5 6
29 30,05 30,22 30,40 30,57 30,75 30,93 31,11 31,29 31,47 31,652
2 6 1 8 4 2 1 0 1
30 31,83 32,01 32,20 32,38 32,57 32,75 32,94 33,13 33,32 33,514
4 7 1 6 2 9 6 1 4
31 33,70 33,89 34,09 34,28 34,48 34,67 34,87 35,07 35,27 35,473
6 8 2 6 2 8 5 3 3
32 35,67 35,87 36,07 36,28 36,48 36,69 36,90 37,11 37,32 37,530
4 5 9 4 9 5 8 0 3

7.6 Analisis Data


1. Gambarkan rangkaian alat sebelum pita magnesium dimasukkan dalam gelas ukur.
2. Gambarkan rangkaian alat pada saat pita magnesium dimasukkan dalam gelas ukur.
3. Gambarkan rangkaian alat setelah pita magnesium di dalam gelas ukur habis
bereaksi.

40
4. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan yang telah Anda lakukan.
5. Tentukan volume 1 mol gas H2 pada kondisi percobaan 1

mol Mg = ........................................................mol
1 mol Mg  1mol H2
mol H2 yang terbentuk = ................ .....mol
................ mol H2 yang terbentuk untuk ............................ mL gas hidrogen yang terukur.
Maka volume 1mol gas H2 pada kondisi percobaan 1:

6. Tentukan volume 1 mol gas H2 pada kondisi percobaan 2.

mol Mg = ........................................................mol
1 mol Mg  1mol H2
mol H2 yang terbentuk = ................ .....mol
................ mol H2 yang terbentuk untuk ............................ mL gas hidrogen yang terukur.
Maka volume 1mol gas H2 pada kondisi percobaan 2:

7. Hitung volume 1 mol H2 rata-rata pada kondisi percobaan .


8. Tentukan volume 1 mol H2 pada kondisi standar menggunakan rumus:
 PV   PV 
  = 
 T percobaan  T standar
9. Dari percobaan yang anda peroleh, tentukan berapa persen kesalahan yang terjadi?
10. Berikan saran sebagai perbaikan pada percobaan ini untuk memperkecil persen
kesalahan percobaan yang diperoleh!

41
PERCOBAAN 7
PENENTUAN RUMUS GARAM TERHIDRAT (CuSO4.xH2O)

9.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI

Sub CPMK NKIM6004.3.7 Menentukan rumus kimia suatu senyawa hidrat melalui
percobaan

Sub-CPMK NKIM6004.3.13 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah


penulisan karya ilmiah menurut PPKI

9.2. Dasar Teori


Banyak garam-garam yang terdapat sebagai senyawa hidrat, dimana sejumlah air diikat
oleh senyawa ionik dalam struktur kristal dari garam. Jumlah mol air per mol garam
anhidrat umumnya konstan. Sebagai cotoh, tembaga (II) sulfat terdapat sebagai CuSO 4.
5H2O dan besi (III) klorida sebagai FeCl3. 6H2O. Kesetimbangan air dalam garam hidrat
dapat dilihat pada persamaan (1):
CuSO4 . 5H2O CuSO4(s) + 5H2O (g) ………… (1)
Namun berbeda dengan Garam FeCl3. 6H2O, dimana molekul air dalam garam hidratnya
sulit untuk dapat dihilangkan dengan cara pemanasan.

Reaksi (1) berlangsung bolak-balik. CuSO4 anhidrat berwarna putih. Apabila tembaga (II)
sulfat anhidrat disimpan dalam uap akan terbentuk CuSO4.5H2O yang berwarna biru. Pada
percobaan ini akan ditentukan (a) % berat air dalam suatu garam hidrat dimana molekul

42
airnya dapat dihilangkan dengan cara pemanasan dan (b) menentukan rumus molekul
garam hidratnya.

9.3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Cawan penguapan 1. Padatan hidrat tembaga(II) sulfat,
2. Kasa CuSO4.xH2O (s)
3. Kaki tiga
4. Pembakar spiritus
5. Neraca analitik
6. Desikator
7. Penjepit

9.4. Prosedur Percobaan


1. Bersihkan cawan penguapan. Letakkan cawan di atas segitiga yang telah diberi kasa.
Panaskan selama 5 menit pada nyala lampu spiritus. Pindahkan ke desikator dan
biarkan dingin. Setelah dingin, timbang cawan menggunakan timbangan analitik.
2. Tambahkan 2 gram padatan CuSO4.xH2O. Panaskan secara perlahan selama 15 menit
dengan nyala lampu spiritus. Tutup cawan dan biarkan dingin pada suhu kamar,
kemudian ditimbang.
3. Panaskan sekali lagi selama 5 menit, dinginkan dan timbang. Jika perbedaan berat
dengan no (2) lebih dari 0,003 g maka ulangi pemanasan sampai diperoleh berat
konstan.
4. Percobaan dilakukan minimal 2 kali.

9.5 Lembar Pengamatan


Langkah Kerja Hasil pengamatan
Wujud dan warna CuSO4.xH2O sebelum
dipanaskan
Wujud dan warna CuSO4.xH2O setelah
dipanaskan

43
9.6 Lembar Pengamatan
No. Sampel Percobaan 1 Percobaan 2
1. Massa cawan (g)
Penimbangan ke-1 ……………….. ………………..
Penimbangan ke-2 ……………….. ………………..
2. Massa cawan + garam hidrat (g) ……………….. ………………..
3. Massa cawan + garam anhidrat (g)
a. Pemanasan 1 ……………….. ………………..
b. Pemanasan 2 ……………….. ………………..
c. Pemanasan 3 (bila diperlukan) ……………….. ………………..

9.7 Analisis Data


1. Bandingkan warna CuSO4.xH2O sebelum dan setelah dipanaskan. Berikan penjelasan
jika terdapat perbedaan.
2. Hitung massa garam hidrat (g) setiap percobaan.
3. Hitung massa garam anhidrat (g) setiap percobaan.
4. Hitung massa air (g) yang hilang setiap percobaan.
5. Hitung rata-rata % berat air di dalam garam hidrat dari kedua percobaan tersebut.
6. Hitung rata-rata % berat garam anhidrat dalam senyawa.
7. Tentukan rumus molekul garam hidrat dari data hasil percobaan yang telah Anda
lakukan.
8. Bandingkan rumus molekul yang Anda peroleh dengan rumus molekul yang tertulis
dalam label botol sampel.
9. Berikan saran sebagai perbaikan pada percobaan ini untuk memperkecil persen
kesalahan percobaan yang diperoleh!

9.8 Pertanyaan
1. Bagaimana membedakan hidrat dengan hidroksida?

44
2. 1500 gram garam Epsom (hidrat magnesium sulfat) dipanaskan untuk
menghilangkan semua air yang terikat sehingga diperoleh massa konstan sebesar
731 gram. Bagaimanakah rumus molekul garam Epsom tersebut?
3. Hitung % berat air dalam hidrat asam oksat, H2C2O4. 2H2O.

45
PERCOBAAN 8
PEMBUATAN LARUTAN
4.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.2 Memahami karakter dan sifat bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam Praktikum Kimia Dasar I
Sub CPMK NKIM6004.2.5 Mengaplikasikan cara penghitungan jumlah bahan padat
atau larutan pekat yang digunakan untuk membuat suatu
larutan dengan molaritas tertentu
Sub-CPMK NKIM6004.2.6 Memilih alat-alat yang dibutuhkan dalam membuat
larutan dari bahan padat atau larutan pekat
Sub-CPMK NKIM6004.2.7 Membuat larutan dari bahan padat dan larutan pekat
dengan molaritas tertentu

4.2. Dasar Teori


Teknik dasar pembuatan larutan merupakan salah satu keahlian yang harus dimiliki
seseorang yang bekerja di Laboratorium Kimia. Pembuatan larutan untuk keperluan
khusus di Laboratorium Kimia dapat dilakukan dari: (1) zat padatnya jika senyawa
berwujud padat seperti NaOH, (2) larutan pekat jika senyawanya berwujud cair seperti
HCl, dan (3) pengenceran dari larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Satuan
konsentrasi yang paling sering digunakan adalah molaritas yang dinyatakan dengan
simbol M. Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1 L (1000 mL) larutan.
Banyaknya zat terlarut (a) yang digunakan untuk membuat larutan yang zat terlarutnya
berupa padatan dengan pelarut air dalam satuan molaritas dapat dihitung dengan
persamaan:
M x Mr x V
a =
1000
dengan a = massa (gram) zat terlarut, M = molaritas, Mr = massa molekul relatif zat
terlarut dan V = volume larutan (mL).
Pembuatan larutan dari larutan pekatnya yang belum diketahui molaritasnya, maka harus
dihitung terlebih dahulu molaritas larutan pekat tersebut yang dapat dihitung melalui
persamaan:
10 x d x 
M =
Mr
dengan M = molaritas, d = kadar (% (b/v) larutan  = massa jenis larutan (Kg/L), dan Mr
massa molekul relatif zat terlarut.

46
Apabila pembuatan larutan berasal dari larutan yang lebih pekat dan diketahui
konsetrasinya, maka dapat dilakukan pengenceran dengan mengikuti persamaan:

M1 V1 = M2 V2

Dengan
M1 = molaritas sebelum pengenceran (larutan yang diketahui konsentrasinya),
V1 = volume larutan yang akan diencerkan (larutan yang diketahui konsentrasinya),
M2 = molaritas setelah pengenceran (larutan yang dibuat),
V2 = volume larutan yang akan dibuat.

4.3. Alat dan Bahan


Alat-alat:
1. Beaker glass 100 mL
2. Labu takar 100 mL
3. Kaca arloji
4. Batang pengaduk
5. Botol akuades
6. Pipet ukur 10 mL
7. Bola hisap
8. Botol reagen larutan NaOH (aq) (3 buah)
9. Gelas ukur 5 mL
10. Botol Reagen larutan HCl (aq) 0,1 M
Bahan:
1. Padatan NaOH (s)
2. Larutan HCl pekat (aq) (36%), massa jenis = 1,19 g/cm3
3. Akuades

47
Alat-alat: Bahan:
1. Beaker glass 100 mL 1. Padatan NaOH (s)
2. Labu takar 100 mL 2. Larutan HCl pekat (aq) (36%),
3. Kaca arloji massa jenis = 1,19 g/cm3
4. Batang pengaduk 3. Akuades
5. Botol akuades
6. Pipet ukur 10 mL
7. Bola hisap
8. Botol reagen larutan NaOH (aq) (3
buah)
9. Gelas ukur 5 mL
10. Botol Reagen larutan HCl (aq) 0,1
M

4.4. Prosedur Kerja


A. Pembuatan Larutan Induk NaOH
a. Timbanglah sebanyak 4,00 gram padatan NaOH dengan menggunakan kaca arloji dan
neraca analitik yang disediakan.
b. Larutkan NaOH dengan + 40 mL akuades dalam beaker glass hingga larut.
c. Masukkan dalam labu takar 100 mL.
d. Bilas sisa NaOH dalam beaker glass, lalu masukkan ke dalam labu takar.
e. Tambahkan akuades hingga tanda batas, tutup labu takar dan lakukan pengocokan
beberapa kali hingga larutan homogen.
f. Hitung konsentrasi larutan induk NaOH yang Anda peroleh.
g. Tempatkan dalam beaker glass 100 mL yang bersih dan kering.
h. Setelah selesai praktikum tempatkan dalam botol reagen NaOH yang berkode A

B. Pengenceran Larutan Induk NaOH dengan Faktor Pengenceran 10

48
a. Ambil larutan induk NaOH pada percobaan pertama sesuai dengan perhitungan yang
Anda kerjakan (lihat LKM) dengan menggunakan pipet ukur 10 mL.
b. Masukkan dalam labu takar 100 mL.
c. Tambahkan akuades hingga tanda batas, tutup labu takar dan lakukan pengocokan
beberapa kali hingga larutan homogen.
d. Tempatkan dalam botol reagen NaOH berkode B.
e. Hitung konsentrasi larutan NaOH yang Anda peroleh.

C. Pengenceran Larutan Induk NaOH dengan Faktor Pengenceran 25


a. Ambil larutan induk NaOH pada percobaan pertama sesuai dengan perhitungan yang
Anda kerjakan (lihat lembar pengamatan) dengan menggunakan pipet ukur 10 mL.
b. Masukkan dalam labu takar 100 mL.
c. Tambahkan akuades hingga tanda batas, tutup labu takar dan lakukan pengocokan
beberapa kali hingga larutan homogen.
d. Tempatkan dalam botol reagen NaOH berkode C.
e. Hitung konsentrasi larutan NaOH yang Anda peroleh.

D. Pembuatan Larutan HCl 0,01 M


a. Ambil larutan HCl pekat sebanyak ....... mL sesuai dengan perhitungan yang Anda kerjakan
dengan menggunakan gelas ukur.
b. Masukkan ke dalam labu takar 100 mL.
c. Tambahkan akuades hingga tanda batas, tutup labu takar dan lakukan pengocokan
beberapa kali hingga larutan homogen.
d. Masukkan ke botol reagen HCl 0,01 M.

49
4.5 Analisa Data
1. Menghitung Konsentrasi Larutan Induk NaOH
Berat NaOH yang ditimbang = ............ g
Massa molekul relatif NaOH = 40
Volume larutan = ............ mL
massa NaOH 1000
M NaOH  x
Mr NaOH V
Jadi molaritas larutan induk NaOH (Larutan A) = .......... M

2. Menghitung volume larutan induk NaOH yang diambil (V1) untuk membuat larutan NaOH
dengan pengenceran 10 x dari larutan induk
Diketahui: V2 = 100 mL
M1/M2 = 1/10
Ditanya: V1
Jawab: V1 x M1 = V2 x M2
V1 =

Jadi ...................................................................................................................
3. Menghitung konsentrasi larutan NaOH dengan faktor pengenceran 10 dari larutan induk
NaOH
Jawab: V1 x M1 = V2 x M2

M2 =
Jadi ............................................................................................................
4. Menghitung volume larutan induk NaOH yang diambil (V1) untuk membuat larutan NaOH
dengan faktor pengenceran 25 dari larutan induk
Diketahui:
Ditanya:
Jawab:

50
Jadi .......................................................................................................
5. Menghitung konsentrasi larutan NaOH hasil pengenceran 25 x larutan induk NaOH
Jawab:

Jadi ...............................................................................................................
6. Mengitung volume HCl pekat untuk membuat larutan HCl 0,01 M

Jadi ........................................................................................................................

51
52
PERCOBAAN 9
PENENTUAN PEREAKSI PEMBATAS

10.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI
Sub CPMK NKIM6004.3.8 Mengidentifikasi pereaksi pembatas dan pereaksi
berlebih secara kualitatif melalui percobaan

Sub CPMK NKIM6004.3.9 Menentukan konsentrasi pereaksi pembatas berdasarkan


analisis data hasil percobaan
Sub-CPMK NKIM6004.3.13 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI

10.2. Dasar Teori


Pada suatu reaksi kimia sering dijumpai satu atau lebih dari satu pereaksi yang digunakan ada
dalam jumlah yang berlebih. Reaksi akan berhenti segera setelah salah satu pereaksi habis
bereaksi, sedangkan pereaksi lain yang tersisa bercampur dengan produk yang terbentuk.
Pereaksi yang habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia disebut pereaksi pembatas atau reagen
pembatas. Dinamakan demikian karena pereaksi tersebut yang menentukan jumlah produk
yang terbentuk. Reaksi antara larutan natrium fosfat (Na3PO4) dengan larutan barium klorida
(BaCl2) adalah sebagai berikut:
2 Na3PO4(aq) + 3BaCl2(aq) Ba3(PO4)2(s) + 6 NaCl(aq)

Kedua pereaksi dan natrium klorida larut dalam air, tetapi barium fosfat tidak dapat larut,
sehingga reaksi kimia di atas dapat kita tulis sebagai:

53
6 Na+(aq) + 2 PO43-(aq)+ 3 Ba2+(aq) + 6Cl-(aq)Ba3(PO4)2(s) + 6 Na+(aq) + 6 Cl-(aq)
Persamaan ion total menjadi:
2 PO43-(aq)+ 3 Ba2+(aq) Ba3(PO4)2(s)

Berdasarkan persamaan di atas, dua mol ion fosfat dari 2 mol Na3PO4(Mr = 164 g/mol) atau
328g, bereaksi dengan 3 mol ion barium klorida dari 3 mol BaCl2 (Mr = 208 g/mol) atau624g
jika reaksi berlangsung sempurna. Persamaan tersebut juga memperkirakan bahwa akan
terjadi pembentukan 1 mol Ba3(PO4)2 (Mr = 601,96 g/mol) atau 601,96 g.

10.3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Beaker glass – 100 mL 1. Larutan natrium fosfat, Na3PO4 (aq)
2. Batang pengaduk yang tidak diketahui konsentrasinya
3. Pembakar spiritus 2. Larutan barium klorida, BaCl2 (aq)
4. Corong yang tidak diketahui konsentrasinya
5. Kertas saring 3. Larutan barium klorida, BaCl2 (aq)
6. Gelas arloji 0,5 M
7. Kasa asbes 4. Larutan natrium fosfat, Na3PO4 (aq)
8. Erlenmeyer – 100 mL 0,5 M
9. Tabung reaksi (2 buah)

10.4. Prosedur Percobaan


1. Masukkan 25 mL larutan natrium fosfat yang tidak diketahui konsentrasinya ke dalam
gelas piala 100 mL.
2. Tambahkan 25 mL larutan barium klorida yang tidak diketahui konsentrasinya ke dalam
gelas piala yang sudah berisi larutan natrium fosfat.
3. Tutup gelas beaker dengan gelas arloji dan hangatkan selama 5 menit, kemudian
dinginkan.
4. Timbanglah kertas saring yang kering dan bersih, dan catat massanya di lembar
observasi.

54
5. Saring residu yang diperoleh menggunakan erlenmeyer dan kertas saring yang telah
ditimbang. Cuci endapan yang tersisa di gelas beaker dengan filtrat dan saring menjadi
satu dengan residu sebelumnya.
6. Pipet filtrat masing-masing sebanyak 5 mL dalam 2 tabung reaksi, beri label pada
masing-masing gelas piala dengan GI dan GII. Simpan untuk percobaan selanjutnya.
7. Cuci endapan pada kertas saring dengan etanol.
8. Keringkan endapan yang diperoleh di oven.
9. Setelah kering, dinginkan dan timbang endapan yang diperoleh.
10. Tambahkan 2 tetes larutan Ba2+ 0,5 M (dari BaCl2 0,5 M) ke dalam GI. Amati apakah
terbentuk endapan?
11. Tambahkan 2 tetes larutan PO43- 0,5 M (dari Na3PO4 0,5 M) ke dalam GII. Amati apakah
terbentuk endapan?

10.5 Lembar Pengamatan


Langkah Kerja Hasil pengamatan
Warna larutan natrium fosfat
Warna larutan barium klorida
Setelah larutan barium klorida
ditambahkan ke dalam larutan natrium
sulfat
Setelah dihangatkan
Warna residu
Warna filtrat
Setelah penambahan 2 tetes larutan Ba2+
0,5 M (dari BaCl2 0,5 M) ke dalam GI
Setelah penambahan 2 tetes larutan PO43-
0,5 M (dari Na3PO4 0,5 M) ke dalam GII
Massa kertas saring
Massa kertas saring dan residu
Massa residu

55
1.6 Analisa Data
1. Apa yang terjadi ketika larutan barium klorida ditambahkan ke dalam larutan natrium
sulfat? Jelaskan fenomena yang terjadi.
2. Tentukan pereaksi pembatas pada reaksi campuran garam tersebut. Mengapa
demikian?
3. Hitunglah jumlah mol pereaksi pereaksi pembatas.
4. Hitunglah konsentrasi pereaksi pembatas pada percobaan ini.
5. Dari percobaan yang anda peroleh, tentukan berapa persen kesalahan yang terjadi?
(Bertanyalah kepada laboran mengenai konsentrasi pereaksi pembatas sebenarnya).
6. Berikan saran sebagai perbaikan pada percobaan ini untuk memperkecil persen
kesalahan percobaan yang diperoleh!

56
PERCOBAAN 10
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
8.1. Tujuan Percobaan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran.
Sub CPMK NKIM6004.3.10 Menganalisis hubungan antara jenis zat terlarut terhadap
kenaikan titik didih larutan melalui percobaan.
Sub CPMK NKIM6004.3.13 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI.

8.2. Dasar Teori


Penambahan suatu zat terlarut (solut) ke dalam suatu pelarut (solvent) menghasilkan
beberapa perubahan sifat pelarut tersebut. Melarutkan suatu zat terlarut ke dalam suatu
pelarut akan mengubah tekanan uap, titik beku, dan titik didih larutan. Sifat-sifat tersebut
merupakan sifat koligatif larutan karena sifat-sifat tersebut tergantung hanya pada jumlah
partikel dalam larutan dan bukan tergantung pada jenis partikelnya. Oleh karena sifat koligatif
dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut, maka perlu diketahui konsentrasi larutan.

57
Konsentrasi larutan yang digunakan pada percobaan kenaikan titik didih adalah molalitas
(m). Kenaikan titik didih larutan (ΔTb) merupakan selisih antara titik didih larutan (Tb larutan)
dengan pelarut murni (Tbpelarut murni) yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini.
ΔTb = Tblarutan – Tbpelarut murni
ΔTb = m x Kb (untuk larutan non elektrolit)
ΔTb = m x Kb x i (untuk larutan elektrolit)
Keterangan: i = 1 + (n – 1)α
i = (faktor van hoff)

Dalam percobaan ini, Anda akan menentukan hubungan antara konsentrasi molal dan jenis
suatu zat terlarut terhadap kenaikan titik didih pelarutnya.
8.3. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Lampu spiritus 2. Larutan gula, C12H22O11(aq) 1 m
2. Korek api 3. Larutan natrium klorida, NaCl(aq) 1 m
3. Kaki tiga 4. Akuades
4. Kasa asbes
5. Empat buah beakerglass 500 mL
6. Gelas arloji
7. Neraca analitik
8. Batang pengaduk
9. Termometer 150oC
10. Gelas ukur 100 mL

58
8.4. Prosedur Kerja
A. Pengukuran Titik Didih Air
1. Ukurlah 200 mL akuades dan masukkan ke dalam beakerglass 500 mL.
2. Panaskan akuades tersebut hingga mulai mendidih dan ukur titik didihnya.
3. Catat sebagai titik didih pelarut murni (Tbpelarut murni).

B. Pengukuran Titik Didih Larutan Gula


1. Masukkan larutan gula 1 m ke dalam beaker glass 500 mL.
2. Panaskan larutan hingga mulai mendidih dan ukur titik didihnya.
3. Hitung selisih titik didih larutan gula (Tblarutan) dan titik didih pelarut (Tbpelarut murni)
sebagai ΔTb.
4. Catat di lembar pengamatan.

D. Pengukuran Titik Didih Larutan NaCl


1. Masukkan larutan NaCl 1 m ke dalam beaker glass 500 mL.
2. Panaskan larutan hingga mulai mendidih dan ukur titik didihnya.
3. Hitung selisih titik didih larutan NaCl (Tblarutan) dan titik didih pelarut (Tbpelarut murni)
sebagai ΔTb.
4. Catat di lembar pengamatan.

8.5. Lembar Pengamatan


No. Jenis larutan Konsentrasi Titik didih (oC) Kenaikan titik didih (ΔTb)
1. Gula 1m
7. NaCl 1m

8.6 Analisa Data


1. Berdasarkan kemampuan terionisasi, tentukan larutan yang termasuk larutan
elektrolit dan non elektrolit dalam percobaan ini! Manakah di antara keduanya yang
mempunyai kenaikan titik didih paling tinggi! Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Jelaskan!
2. Hitung kenaikan titik didih larutan secara teoritis menggunakan persamaan 1.
Bandingkan hasil pengukuran kenaikan titik didih larutan (ΔTb) dengan hasil

59
perhitungan teoritis. Apakah terjadi perbedaan yang signifikan pada hasil keduanya?
Jelaskan! (diketahui Kb air = 0.52)

8.7 Pertanyaan
Diskusikan dan jawablah pertanyaan berikut pada lembar jawaban terpisah!
1. Apa pengaruh konsentrasi terhadap titik didih larutan? Jelaskan!
2. Bagaimana larutan elektrolit mempengaruhi kenaikan titik didih larutan?
3. Sebutkan penerapan sifat koligatif larutan (khususnya kenaikan titik didih) dalam
kehidupan sehari-hari!
4. Mengapa antibeku yang digunakan di mobil juga “antididih”? Zat terlarut apakah yang
ada dalam antibeku? Mengapa penting untuk mengecek secara berkala antibeku di
dalam radiator mobil?

PERCOBAAN 11
PENENTUAN KALOR REAKSI SUATU REAKSI KIMIA

11.1. Tujuan
CPMK NKIM6004.3 Mampu melaksanakan praktikum; menganalisis dan
membahas data hasil praktikum; serta
mempresentasikannya melalui penulisan laporan
praktikum berdasarkan kajian materi dalam
pembelajaran Matakuliah Kimia Dasar I sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah menurut PPKI

Sub CPMK NKIM6004.3.11 Mengukur kalor suatu reaksi netralisasi melalui


percobaan menggunakan kalorimeter sederhana

60
Sub CPMK NKIM6004.3.12 Menentukan kalor reaksi netralisasi berdasarkan data
hasil percobaan kalorimetri

Sub-CPMK NKIM6004.3.13 Menulis laporan hasil praktikum menggunakan kaidah


penulisan karya ilmiah menurut PPKI

11.2. Dasar Teori


Termodinamika kimia membahas perubahan energi yang menyertai reaksi. Perubahan
energi ini memberi petunjuk dalam menentukan (1) seberapa cepat reaksi berlangsung
dan (2) sempurna tidaknya reaksi. Termokimia membahas perubahan energi yang
dimanifestasikan sebagai kalor reaksi, misalnya H. Pada reaksi yang reaktannya
membebaskan kalor ke lingkungan disebut reaksi eksoterm (H negatif), sedangkan yang
menyerap kalor disebut reaksi endoterm (H positif). Perubahan energi juga
dimanifestasikan sebagai energi listrik yang diukur dalam bentuk voltase yang
diperlukan atau dihasilkan dan jumlah perubahan kimia. Kerja yang dilakukan melawan
udara luar (tekanan) juga merupakan perubahan energi. Kalor reaksi dapat digolongkan
dalam katagori yang lebih khusus: (1) kalor pembentukan adalah jumlah kalor yang
dibebaskan pada pembentukan satu mol zat dari unsur-unsurnya dalam keadaan
standar; (2) kalor pembakaran adalah jumlah kalor yang dibebaskan untuk membakar
(reaksi dengan oksigen) satu mol zat. (3) kalor pelarutan, penguapan, dan sublimasi
berhubungan dengan perubahan wujud atau hidrasi molekul atau ion, (4) kalor
netralisasi adalah kalor yang dibebaskan bila satu mol air dihasilkan dari reaksi asam-
basa.

Pengukuran kalor dilakukan dengan melangsungkan reaksi dalam kalorimeter. Kalor


reaksi dihitung dari perubahan suhu larutan yang dikalikan dengan berat larutan dan
kalor jenis (J/g.K). Harus dilakukan koreksi terhadap kalor yang diserap atau dibebaskan
dari kalorimeter. Bila perbedaan suhu antara kalorimeter dan lingkungan cukup besar
dan jika isolasi tidak sempurna, disarankan untuk mencatat suhu beberapa kali dan
mengekstrapolasi grafik data ini ke waktu pencampuran agar diperoleh perubahan suhu
yang benar.

11.3. Alat dan Bahan

61
Alat Bahan
1. Kalorimeter 1. Air
2. Erlenmeyer 2 buah 2. Larutan asam klorida, HCl (aq) 2M
3. Termometer 2 buah 3. Lautan ammonium hidroksida,
4. Timbangan NH4OH (aq) 2,05 M
5. Pembakar spiritus 4. Larutan asam asetat, CH3COOH (aq) 2
6. Kasa asbes M
5. Larutan natrium hidroksida, NaOH
(aq) 2,05 M

11.4. Prosedur Percobaan


A. Penentuan tetapan kalorimeter
1. Bandingkan kedua termometer Anda dengan mencelupkannya bersama-sama dalam
air pada suhu kamar selama 1 menit dan bacalah suhu masing-masing dengan
ketelitian 0,1oC, harus selalu digunakan satu termometer dalam kalorimeter.(Kedua
thermometer harus menunjukkan suhu yang sama)
2. Masukkan 50 ml air dalam sebuah erlenmeyer, kemudian panaskan sampai 15–20oC
di atas suhu kamar. Setelah itu matikan api.
3. Sambil mengerjakan tahap 2 timbanglah sebuah kalorimeter yang kering dan bersih.
4. Masukkan 50 ml air dingin ke dalam kalorimeter, kemudian timbang lagi.
5. Tutup kalorimeter tersebut, pasang pengaduk dan termometernya.
6. Ukur suhu air dingin dalam kalorimeter dan air panas di meja (bukan di atas api)
secara bersamaan tiap menit selama 5 menit.
7. Pada menit ke-6 tuang air panas ke air dingin dalam kalorimeter dengan cepat,
kemudian tutup kalorimeter dan diaduk.
8. Pada menit ke-7, 8, 9, 10, dan 11 ukur suhunya (air tetap diaduk).
9. Timbang kembali kalorimeter berserta isinya, hitung pula berat air panas yang
ditambahkan.
10. Buatlah grafik suhu vs waktu, suhu sebagai ordinat dan waktu sebagai absis untuk
air dingin, air panas, dan campuran dalam satu gambar.
11. Ekstrapolasikan ketiga grafik tersebut ke waktu campuran (pada menit ke-7).
12. Hitunglah perubahan suhu untuk air dingin dan air panas.
13. Hitunglah kalor yang dilepas oleh air panas dan kalor yang diterima air dingin.

62
14. Hitunglah kalor yang diterima oleh kalorimeter yaitu selisih antara kalor yang
dilepas oleh air panas dan kalor yang diterima air dingin.
15. Hitunglah tetapan kalorimeter.

B. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NaOH (aq)
1. Dinginkan kedua Erlenmeyer yang telah digunakan.
2. Masukkan 20 mL larutan HCl 2 M ke dalam kalorimeter dan 20 mL larutan NaOH 2,05
M dalam erlenmeyer.
3. Ukur suhu larutan HCl 2 M tiap menit selama 5 menit.
4. Pada menit ke-6 masukan larutan NaOH ke dalam larutan HCl dengan cepat,
kemudian ukur suhunya tiap menit selama 5 menit.
5. Ekstrapolasikan ketiga grafik tersebut pada menit ke-6.
6. Hitunglah kalor netralisasi per mol air yang dihasilkan jika kerapatan larutan 1,03
g/mL dan kalor jenisnya adalah 3,96 J/g.K.

C. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NH4OH (aq)
Ikuti cara pengerjaan pada percobaan kalorimeter HCl – NaOH, tetapi ganti larutan NaOH
dengan larutan NH4OH 2,05 M. Untuk perhitungan gunakan kerapatan larutan 1,105
g/cm3 dan kalor jenisnya adalah 3,96J/g.K.

D. Penentuan kalor netralisai larutan CH3COOH (aq) dan larutan NaOH (aq)
Ikuti cara pengerjaan pada percobaan kalorimeter HCl – NaOH, tetapi ganti larutan HCl
dengan latutan CH3COOH 2 M. Untuk perhitungan gunakan kerapatan larutan 1,098
g/cm3 dan kalor jenisnya adalah 4,02 J/g.K.

11.5 Lembar Pengamatan


A. Penentuan tetapan kalorimeter
Massa kalorimeter = ..........................g
Massa kalorimeter + air dingin = ...........................g

63
Massa kalorimeter + air dingin + air panas = ..........................g
Massa air dingin = ..........................g
Massa air panas = ..........................g
Volume air panas = ..........................g
Menit ke- Suhu air dingin Suhu air panas

B. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NaOH (aq)
Volume larutan HCl = ................... mL
Volume larutan NaOH = ....................mL
Menit ke- Suhu larutan HCl Suhu campuran larutan HCl dan
larutan NaOH

C. Penentuan kalor netralisai larutan HCl (aq) dan larutan NH4OH (aq)
Volume larutan HCl = ................... mL
Volume larutan NH4OH = ....................mL
Menit ke- Suhu larutan HCl Suhu campuran larutan HCl dan
larutan NH4OH

D. Penentuan kalor netralisai larutan CH3COOH (aq) dan larutan NH4OH (aq)
Volume larutan CH3COOH = ................... mL
Volume larutan NH4OH = ....................mL
Menit ke- Suhu larutan Suhu campuran larutan CH3COOH
CH3COOH dan larutan NH4OH

64
11.6. Analisis Data
A. Penentuan tetapan kalorimeter
1. Berdasarkan data buatlah grafik hubungan antara waktu versus suhu untuk air
dingin, air panas dan campuran dalam satu gambar (sumbu x = waktu dan sumbu y
= suhu). Kemudian ekstrapolasi ketiga grafik tersebut ke waktu campuran untuk
menentukan nilai T air panas, T maks dan T air dingin. (Pembuatan grafik
menggunakan Ms. exel).
2. Tentukan perubahan suhu untuk air panas (T1) dan air dingin (T2)!
3. Tentukan q1 yaitu kalor yang dilepaskan oleh air panas, q1 = m air panas x Cair x
T1
4. Tentukan Ckal yaitu tetapan kalorimeter, Ckal = q kal/ T2!

Pada sistem tersebut berlaku kalor yang dilepaskan air panas (q1) sama dengan jumlah kalor yang
diterima air dingin dan kalor yang diterima kalorimeter (q2) atau q1 = q2 atau q1 = q air dingin + q
kal.

Dari data percobaan diketahui:


m air dingin = …………………………………
Cair = …………………………………
T2 = …………………………………….
sehingga q air dingin = m air dingin x Cair x T2
= ……………………………………………………. .
= ………………………………….………………… .
dan q kal = q1 – q air dingin
= ……………………………………..
= ……………………………………..
Maka Ckal = q kal/T2
= …………………………………………
= …………………………………………

B. Penentuan kalor netralisasi larutan HCl (aq) dan larutan NaOH (aq)

65
1. Buatlah grafik hubungan antara waktu versus suhu larutan HCl dan campuran
larutan HCl dan NaOH dalam satu gambar (sumbu x = waktu dan sumbu y = suhu).
Kemudian ekstrapolasi ketiga grafik tersebut ke waktu campuran untuk menentukan
nilai T. Jika diketahui kerapatan larutan 1,03 g/mL, kalor jenis larutan 3,96 J/g.K.
Hitung kalor netralisasi dari 20 mL larutan HCl 2 M dengan 20 mL larutan NaOH 2,05
M.

Pada sistem tersebut berlaku:


Kalor netralisasi, -H, kalor yang dihasilkan oleh reaksi sama dengan jumlah kalor yang
diserap larutan (q larutan) dan kalor yang diserap calorimeter (q kal)
Dari data percobaan diketahui:
Volume larutan = ……………………………………
T = …………………………………...
Ckal = ……………………………………
Kalor netralisasi (-H) = q larutan + q kalorimeter
= (m larutan X C larutan X T) + (C kalorimeter x T)
= ………………………………………………
= ………………………………………………

2. Hitung kalor netralisasi per mol air yang dihasilkan untuk sistem HCl-NaOH!
3. Penentuan kalor netralisasi larutan HCl (aq) dan larutan NH4OH (aq)
4. Penentuan kalor netralisai larutan CH3COOH (aq) dan larutan NaOH (aq)
Langkah sama dengan penentuan kalor netralisasi HCl (aq) dan NaOH (aq).
DAFTAR PUSTAKA

1. Brady, J.E. & Humiston, G.E. 1990. General Chemistry. 4th Ed. New York: John Willey &
Sons Corp.
2. Brescia, Frank et. Al. 1990. Fundamental of Chemistry Laboratory Students. 4th Ed. New
York: Academis Press.
3. Brown, T.L, LeMay, H.E., and Bursten, B.E.. 2000. Chemistry is Central Science. 8th Ed.
New Jersey: Prentice Hall International Corp.
4. Frantz, H.W. dan Malm, L.E. 1968. Essential of Chemistry in the Laboratory. San
Fransisco: WH. Fremann and Company
5. Maryami, T., dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II. Malang: Jurusan Kimia
FMIPA UM.
6. Vogel, A.I. 1971. A Text Book of Pracktical Organic Chemistry. 4th Ed. London: Longman
Group Limited.

66

Anda mungkin juga menyukai