Anda di halaman 1dari 14

93

REVIEW : SUMBER DAN PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM


UNTUK KEPERLUANINDUSTRI
(Review : Source and Utilization of Natural Dyes for Industrial Use)

Titiek Pujilestari
Balai Besar Kerajinan Dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7, Yogyakarta 55166
Email:titiekpujilestari@yahoo.com

Tanggal Masuk Naskah: 2 September 2015


Tanggal Revisi Naskah: 2 Desember 2015
Tanggal Disetujui: 7 Desember 2015

ABSTRAK
Pada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam
dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah
digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan
lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Pewarna alami bersifat
tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan
dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat.
Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan
xantofil. Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan
dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan
pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna
alami memiliki pasar yang baik.

Kata Kunci: pewarna alami, sumber, senyawa kimia, kegunaan

ABSTRACT
In general, synthetic dyes have several advantages, among others; a variety of colors with wide color
range, availability is assured, bright, stable, not easily fade, resistant to various environmental
conditions, strong coloring power, easily available, cheap, economical, and easy to use. However, the
use of synthetic dyes can cause health and environmental problems as well as the unfavorable impact
of all forms of life. Natural dyes are non-toxic, biodegradable, and environmentally friendly. The
main sources of natural dyes are plants and microorganisms, which produced a variety of colors such
as; red, orange, yellow, blue, and brown. An important group of chemical compounds of natural dyes
are carotenoids, flavonoids, tetrapirroles, and xantophylls. Natural dyes can be used in the textile
industry, food, pharmaceutical, cosmetics, handicrafts and leather tanning. Increased concern for
health and the environment to make natural dyes for coloring the main alternative to synthetic dyes,
in addition to products with natural dyes have a good market.

Keywords: natural dyes, source, chemical compounds, usability

PENDAHULUAN zat pewarna sintetis dengan berbagai variasi


Beragamnya selera konsumen terhadap warna (Manurung, 2012). Zat pewarna
warna suatu produk, menjadikan produsen sintetis memiliki beberapa keunggulan
memvariasikan warna produk yang dibuat. dibandingkan dengan zat pewarna alam
Kemajuan teknologi mampu menciptakan yaitu antara lain, mudah diperoleh di pasar,
94 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

ketersediaan warna terjamin, jenis warna Rhodamin B merupakan bahan berbahaya,


beragam dan lebih praktis serta lebih mudah karena dapat menyebabkan kerusakan hati,
digunakan (Suarsa dkk., 2011; Kartina dkk., ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi
2013) serta lebih ekonomis (Purnomo, berupa pembesaran organ.
2004) dan lebih murah (Paryanto dkk., Limbah pewarna sintetis dapat menye-
2012; Kartina dkk., 2013). Di samping itu babkan pencemaran lingkungan dan meru-
pewarna sintetis, lebih stabil, lebih tahan pakan bahan berbahaya, karena beberapa
terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya pewarna dapat terdegradasi menjadi se-
mewarnainya lebih kuat dan memiliki nyawa yang bersifat karsinogenik dan
rentang warna yang lebih luas (Kartina dkk., beracun (Widjajanti dkk., 2011; Kant,
2013) serta tidak mudah luntur dan 2012). Selanjutnya Kant (2012) menyatakan
berwarna cerah (Kant, 2012). bahwa limbah industri tekstil penuh warna
Perkembangan industri di bidang dan bahan kimia organik dari zat pewarna
sandang, pangan, kosmetik dan farmasi sintetis. Bercampurnya material koloid
serta terbatasnya jumlah zat pewarna alami dengan limbah pewarna, dapat mening-
menyebabkan peningkatan penggunaan zat katkan kekeruhan dan menjadikan air berpe-
warna sintetis (Paryanto dkk., 2012). Secara nampilan buruk, berbau, mencegah pene-
perlahan penggunaan pewarna alami mulai trasi sinar matahari. Dampak yang ditim-
ditinggalkan dan digantikan dengan pe- bulkan adalah penipisan oksigen terlarut,
warna sintetis (Purnomo, 2004 dan Suarsa, kualitas perairan menurun dan kematian
dkk. 2011). Pewarna sintetis digunakan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya
untuk berbagai keperluan, tidak hanya untuk karena kekurangan oksigen atau terkon-
pewarnaan tekstil, barang kerajinan, per- taminasi senyawa beracun (Widjajanti dkk.,
alatan rumah tangga, kendaraan, dan 2011). Di samping itu ketika limbah
interior/eksterior bangunan; tetapi juga dibiarkan mengalir akan menyumbat pori-
untuk makanan, minuman, dan lainnya. pori tanah yang berakibat pada hilangnya
Penggunaan pewarna sintetis dapat produktivitas tanah, tekstur tanah mengeras
menimbulkan masalah kesehatan dan dan mencegah penetrasi akar tumbuhan
lingkungan. Penggunaan pewarna sintetis (Kant, 2012).
seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow, dan Pewarna alami merupakan alternatif
Amaranth pada makanan dan minuman, pewarna yang tidak toksik, dapat diper-
sangat berbahaya bagi kesehatan karena baharui (renewable), mudah terdegradasi
dapat memicu terjadinya kanker serta dan ramah lingkungan (Yernisa, dkk.,
kerusakan ginjal dan hati (Reysa, 2013). 2013). Pada tulisan ini disajikan dan dibahas
Sankaya et al. (2012) melaporkan bahwa zat pewarna alami yang meliputi sejarah,
penambahan Amaranth 12,5; 25; dan sumber, penggolongan, cara memperoleh,
50mg/ml menunjukkan hasil reaksi positif kandungan senyawa kimia, dan penggunaan
pada uji Somatic Mutation and zat pewarna alami pada berbagai industri.
Recombination Test, atau dengan kata lain Hal ini untuk memberikan informasi tentang
dapat berpotensi menyebabkan genotoxicity. zat pewarna yang aman, ramah lingkungan
Mamoto dkk. (2013) juga menyatakan untuk digunakan pada proses pengolahan
bahwa Rhodamin B seringkali digunakan atau pembuatan produk industri, baik pada
untuk mewarnai suatu produk makanan, pangan, obat-obatan, kosmetika dan industri
minuman, obat-obatan dan kosmetik. lainnya.
Review: Sumber dan Pemanfaatan. . . , P u j i l e s t a r i | 95

ZAT PEWARNA ALAMI warna kurang baik, konsentrasi pigmen


Sejarah Zat Pewarna Alami rendah, spektrum warna terbatas (Paryanto
Warna merupakan salah satu daya tarik dkk., 2012). Disamping spektrum warna
utama, dan menjadi kriteria penting untuk yang terbatas, juga mudah kusam dan
penerimaan produk seperti tekstil, kosmetik, ketahanan luntur rendah bila dicuci serta
pangan dan lainnya (Rymbai et al., 2011). kena sinar matahari (Kant, 2012).
Zat warna sangat diperlukan untuk menam- WH Perkin tahun 1856 M, menemukan
bah nilai artistik dan digunakan dalam mem- pewarna sintetis yang memberikan berbagai
variasikan suatu produk (Jos, dkk., 2011). macam warna dengan rentang luas dan
Seni aplikasi warna telah dikenal manusia bernuansa terang. Akibatnya penggunaan
mulai dari jaman dahulu, pada 3500 SM pewarna sintetis menggeser penggunaan
(sebelum masehi) manusia telah meng- pewarna alami. Namun demikian pewarna
gunakan zat pewarna alami yang diekstrak sintetis bersifat racun dan berefek samping
dari sayuran, buah-buahan, bunga, dan bagi semua mahluk hidup (Kant, 2012).
serangga (Kant, 2012). Hal ini diperkuat Warna yang berasal dari turunan mineral
dengan temuan pakaian berwarna dan jejak (potassium dikromat, tembaga sulfat) dapat
pewarna dari madder di reruntuhan menyebabkan masalah kesehatan yang
peradaban Mohenjodaro dan Harappa 3500 serius dan memberikan pengaruh yang
SM. Mumi yang ditemukan di makam raja berbahaya pada lingkungan (Rymbai et al.,
Tutankhamnen di Mesir terbungkus oleh 2011). Oleh karena itu penggunaan pewarna
kain berwarna merah, hasil uji kimia alami digiatkan kembali di seluruh dunia
menunjukkan bahwa warna merah (Kant, 2012).
merupakan senyawa alizarin suatu pigmen Dalam beberapa dekade terakhir, warna
yang diekstrak dari madder (Aberoumand, sintetis mendapat banyak kritikan, dan
2011). Catatan tertulis ditemukan bahwa, konsumen bersikap enggan untuk menerima
pewarna alami telah digunakan di China produk dengan warna sintetis, serta lebih
pada 2600 SM (Rymbai et al., 2011). Di suka pewarna alami. Pada tahun 1960, para
anak benua India pencelupan kain telah aktivis lingkungan di Amerika Serikat
dikenal pada periode lembah Indus yaitu menentang penggunaan pewarna sintetis dan
pada 2500 SM (Aberoumand, 2011). sikap ini menyebar luas. Aktivis
Pada abad ke empat masehi, pewarna mengkampanyekan penggunaan pewarna
seperti woad, madder, weld, brazilwood, alami, menyoroti karakteristik nutrisi
indigo (nila), telah diketahui, bahkan henna sebagai alat penjualan. Hasilnya, jumlah
telah digunakan pada 2500 SM. Referensi warna buatan yang diizinkan berkurang, dan
penggunaan biocolorants untuk pewarna kesukaan konsumen pada pewarna alami
makanan diketahui dari teks Shosoin periode meningkat signifikan.
Nara asal Jepang abad ke delapan, berisi Atas dasar ketergantungan relatif
tentang pewarnaan kacang kedelai dan konsumen pada produk alami, kesehatan,
adzuki-kue kacang. Dengan demikian nutrisi, farmasi, fashion dan kepedulian
tampak bahwa selama periode tersebut terhadap lingkungan hidup, maka pewarna
orang-orang telah mewarnai makanan alami menjadi alternatif utama sebagai
olahan (Rymbai et al., 2011). pengganti dari pewarna sintetis (Rymbai et
Zat pewarna alami memiliki kelemahan al., 2011). Disamping itu produk dengan
antara lain warna tidak stabil, keseragaman pewarna alami memiliki pasar yang baik.
96 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

Sumber Zat Pewarna Alami merah tajam, cerah dan bergeser kearah
Sumber pewarna alami adalah merah keunguan seiring meningkatnya pH,
tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme dapat diaplikasikan pada makanan padat
(Aberoumand, 2011; Rymbai et al., 2011; yang biasanya memiliki pH netral, seperti
Gupta et al., 2011). Visalakshi and pada makanan jajanan dan snack (Kurniati
Jawaharlal (2013) menyatakan bahwa dkk., 2012). Ekstrak kulit soga tingi
pewarna alami dapat diperoleh dari (Ceriops tagal) menghasilkan tanin yang
tumbuhan, binatang atau mineral. Dari termasuk kedalam kelompok tanin terkon
berbagai sumber tersebut hanya sedikit yang densasi tipe procyanidin, dapat memberikan
tersedia dalam jumlah yang cukup untuk warna coklat kemerahan pada kain yang
digunakan secara komersial sebagai diwarnainya (Jansen et al., 2005 di dalam
pewarna makanan (Aberoumand, 2011; Handayani dan Maulana, 2014). Ekstrak
Rymbai et al., 2011; Gupta et al., 2011), kulit akar mengkudu menggunakan pelarut
dari jumlah yang sedikit tersebut sebagian air menghasilkan pigmen berwarna coklat
besar berasal dari tumbuhan (Aberoumand, kehitaman, sedangkan dengan pelarut
2011; Rymbai et al., 2011). metanol menghasilkan warna coklat
Hampir semua bagian tumbuhan kemerahan (Thomas dkk., 2013).
apabila diekstrak dapat menghasilkan zat Salah satu tumbuhan laut yang memiliki
warna, seperti: bunga, buah, daun, biji, kulit, potensi untuk digunakan sebagai bahan
batang/kayu dan akar. Di antaranya adalah; pewarna alami adalah mikroalga Spirulina
ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus platensis. Ekstraksi Spirulina platensis
sabdariffa L) memberikan pigmen berwarna menggunakan pelarut asam asetat
kuat dan apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ekstrak zat warna biru yang
menimbulkan warna merah, jingga, ungu, memiliki intensitas warna tertinggi dengan
dan biru (Hayati dkk., 2012). Ekstrak kulit absorbansi maksimalnya 620 nm. Senyawa
buah manggis menghasilkan warna merah kimia pigmen biru gelap tersebut adalah
(Wulaningrum, 2013), dapat digunakan phycocyanin (Jos dkk., 2011). Kandungan
untuk pewarna kain katun, menghasilkan phycocyanin dalam10 gram Spirulina kering
warna coklat muda sampai coklat juga termasuk cukup tinggi yaitu 1400 mg
kemerahan (Manurung, 2012). Ekstrak daun atau sekitar 14% (Henrikson, 2000 di dalam
jati menghasilkan warna yang stabilitas Jos dkk., 2011).
warnanya akan berubah dengan adanya Mikroorganisme telah diketahui dapat
perubahan pH. Pada pH tinggi berwarna memproduksi berbagai macam pigmen.
biru, kemudian berwarna violet dan pada pH Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai
rendah akan berubah menjadi berwarna bagian dari sumber pewarna alami. Pigmen
merah (Harmayani dkk., 2013). Ekstrak biji utama yang dihasilkan oleh mikrobia adalah
kesumba dapat memberikan warna dari merah, kuning dan biru. Beberapa peneliti
kuning hingga merah, larut dalam pelarut fokus untuk memproduksi warna merah dan
organik seperti kloroform, aseton, etil asetat kuning, seperti monascue yang dihasilkan
dan natrium hidroksida (Paryanto, 2013). dari Monascus sp., karotenoid dari Phaffia
Ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan rhodozyma, Micrococcus roseus,
L) dapat memberikan warna merah Brevibacterium linens dan Bradyrhizobium
(Padmaningrum dkk., 2012; Kurniati dkk. sp., serta xanthomonadindari Xanthomonas
2012), pada pH netral (pH 6-7) berwarna campestris pv. Penelitian tentang bakteri
Review: Sumber dan Pemanfaatan. . . , P u j i l e s t a r i | 97

penghasil warna biru sangat terbatas karena atau wol, dan tidak memberikan pewarnaan
beberapa bakteri tidak berkemampuan yang permanen pada kain katun. Sebagai
dalam menghasilkan warna biru (Gupta et contoh zat warna flavonoid. Zat warna
al., 2011). Malik et al. (2012) menyatakan bejana dapat mewarnai serat berdasarkan
bahwa mikroorganisme yang memiliki reaksi reduksi oksidasi (redoks), dikenal
kemampuan untuk menghasilkan pigmen sebagai zat warna paling tua didunia
dengan produksi tinggi adalah spesies dari dengan ketahanan yang paling unggul
Monascus, Paecilomyces, Serratia, dibanding zat pewarna alami yang lain.
Cordyceps, Streptomyces, Penicillium Sebagai contoh zat warna indigotin dari
herquei, Penicillium atrovenetum, Rhodo- daun nila (indigofera).
torula, Sarcina, Phaffia Cryptococcus, Zat pewarna alami dapat diperoleh dari
Monascus purpureus, Phaffia rhodozyma, berbagai sumber dan memiliki struktur ki-
Bacillus sp., Achromobacter, dan Yarrowia. mia yang beraneka ragam. Rymbai et al.
(2011) menyatakan bahwa terdapat tiga
Penggolongan Zat Pewarna Alami golongan pewarna alami yang paling
Zat warna alami dapat digolongkan penting yaitu; tetrapyrrols, tetraterpenoids,
berdasarkan, pemakaiannya, warna yang dan flavonoids. Sedangkan menurut Malik
ditimbulkan, struktur molekul, dan lainnya. et al. (2012) golongan pigmen alami yang
Berdasarkan pemakaiannya, digolongkan paling penting yaitu; karotenoids, flavonoid,
menjadi zat warna substantif (langsung tetrapirroles dan beberapa xantophylls
dapat digunakan untuk pewarnaan) dan zat sebagai astaxanthin.
warna reaktif (tidak dapat langsung
digunakan atau yang memerlukan bahan Cara Memperoleh Zat Pewarna
pembantu untuk pewarnaannya). Alami
Berdasarkan warna yang ditimbulkan Isolasi pigmen/pewarna alami dari
(coloring matter), dibagi menjadi empat tumbuhan dapat dilakukan dengan cara
golongan yaitu zat warna: mordan (alam), mengekstrak bagian tumbuhan dengan
direk, asam/basa, dan bejana (Purnomo, menggunakan pelarut yang sesuai
2004). Sebagian besar zat pewarna alami kepolarannya dengan zat yang akan di-
termasuk dalam zat warna mordan alam. ekstrak. Menurut Purnomo (2004) zat
Agar warna dapat terikat dengan baik, maka pewarna alam dapat diperoleh dengan cara
pada proses pewarnaannya diperlukan bahan ekstraksi dari berbagai bagian tanaman
tambahan untuk pengikat atau fiksator. menggunakan pelarut air pada suhu tinggi
Sebagai contoh zat warna kuning dari daun atau rendah. Pada cara ini zat yang terambil
jati dan merah dari madder memerlukan sangat bervariasi tergantung dari jenis
mordan dari alum yang berfungsi sebagai sumbernya. Suarsa dkk. (2011) melakukan
bahan pengikat warna (Visalakshi and ekstak pewarna dari batang pisang dengan
Jawaharlal, 2013). cara merendam dalam air dingin selama 24
Zat warna direk melekat diserat jam. Ekstrak yang diperoleh kemudian
berdasarkan ikatan hidrogen, sehingga disaring dan ampasnya dimaserasi lagi
ketahanannya rendah, contoh zat warna dengan air, diulang sampai semua metabolit
kurkumin dari kunyit. Zat warna asam/basa terekstraksi. Kemudian dikeringkan dengan
memiliki gugus kombinasi asam dan basa, cara evaporasi menggunakan penguap putar
cocok untuk diterapkan pada serat sutera
98 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

vakum (rotary vacuum evaporator) sampai lebih mudah larut dalam pelarut polar,
diperoleh ekstrak kering. seperti air dan larutan penyangga (buffer)
Visalakshi dan Jawaharlal (2013) bila dibandingkan dengan pelarut kurang
menyatakan bahwa ekstraksi pigmen zat polar seperti aseton atau kloroform (Jos
warna alam cukup dengan merendam bahan dkk., 2011).
dalam air dingin selama 24 jam. Jika air Ekstraksi pigmen dari sel-sel bakteri
yang digunakan terkontaminasi dengan dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi
mineral seperti zat besi, maka akan terjadi sel-sel pada 8000 × g selama 5 menit, dan
pergeseran warna. Untuk menghindari membuang supernatan. Pelet sel dibilas
pergeseran warna dapat digunakan air suling dengan air deionisasi, kemudian dilanjutkan
atau air deionisasi. Kemudian dipanaskan dengan sentrifugasi (8000 × g selama 5
sampai mendidih (98-100° C), untuk zat menit) untuk memulihkan sel-sel dengan
warna yang sensitif terhadap panas pemakaian supernatan lagi. Sel-sel yang
(biasanya zat warna dari bunga) sampai telah pulih kemudian dicampur dengan 2 ml
suhu 70 -80° C, dan dipertahankan selama etanol (99,7%). Campuran sel dan etanol
1-2 jam tergantung dari zat warna yang diperlakukan dengan ultrasonication sampai
diekstrak. Setelah cairan dingin, segera sel benar-benar dikelantang. Ekstrak etanol
dilakukan penyaringan. kemudian dipisahkan dari mikrobia dengan
Ekstraksi senyawa golongan flavonoid sentrifugasi pada 10.000 x g selama 5 menit
dianjurkan dilakukan pada suasana asam (Gupta et al., 2011).
karena asam dapat mendenaturasi membran
sel tanaman, kemudian melarutkan pigmen Kandungan Senyawa Kimia Zat
antosianin sehingga dapat keluar dari sel Pewarna Alami
serta mencegah oksidasi flavonoid. Pewarna alam yang diperoleh dari
Antosianin dapat terekstrak dengan baik tanaman sangat beragam di antaranya
dalam pelarut asam terutama asam tartrat seperti merah, kuning, biru, coklat, dan
(Wulaningrum, 2013). Ekstraksi zat warna hitam; tergantung dari jenis dan bagian
indigo dari daun tanaman nila dilakukan tanaman serta cara memperolehnya. Pigmen
dengan cara hidrolisis selama 24 jam yang dihasilkan dari tanaman sekitar 2000
menggunakan katalis asam. Hasil dari reaksi pigmen, 150 di antaranya telah
hidrolisis dipisahkan antara filtrat dan dimanfaatkan. Di samping itu pewarna
rafinat. Filtrat kemudian dioksidasi dengan yang diekstraksi dari beberapa tanaman
menggunakan aerator selama 12 jam. dapat diklasifikasikan sebagai obat dan
Penggunaan katalis asam sulfat 0,01 M beberapa di antaranya telah menunjukkan
dengan cara tersebut akan dihasilkan zat aktivitas anti mikroba (Visalakshi dan
warna indigo yang tinggi, yaitu sebesar Jawaharlal, 2013).
29,20 ppm (Handayani dan Mualimin, Molekul zat warna alami merupakan
2013). Ekstraksi zat warna kesumba (Bixa gabungan dari zat organik yang tidak jenuh,
orellana) menggunakan pelarut basa NaOH khromofor sebagai pembawa warna seperti
0,4M, suhu 90o C selama 3 (tiga) jam gugus azo, nitroso, nitro dan gugus karbonil,
memberikan hasil serbuk kering 19,6 g/l dan auksokrom sebagai pengikat antara
larutan ekstrak, lebih baik dibanding pelarut warna dengan serat seperti golongan kation
Ca(OH)2 (Paryanto dkk., 2012). Biomassa dan anion (Witt dalam Suheryanto, 2013).
sel mikroalga Spirulina platensis akan jauh
Review: Sumber dan Pemanfaatan. . . , P u j i l e s t a r i | 99

Senyawa kimia alami yang merupakan Anthocyanidins termasuk kedalam


pigmen berwana kuning-oranye-merah flavonoids yang sangat berwarna.
merupakan karotenoid (Rymbai, 2011). Anthocyanin adalah glikosida dari
Golongan karotenoid yang penting antosianidin merupakan kelas fenolik
diantaranya karotene -karoten (C40H56) memberikan warna biru-merah-oranye-
dan lycopene (C40H56)); xanthophyl ungu. Sampai saat ini, lebih dari 540 pigmen
(canthaxanthin (C40 H52O2), zeaxanthin antosianin telah diidentifikasi, sebagian
(C40H56O2), dan lutein (C40H56O2)), dan besar merupakan variasi struktural dari
capsanthin (C40H56O3) -karoten glikosidiksubstitusi pada posisi 3 dan 5 dan
merupakan pigmen berwarna oranye- kemungkinan asilasi residu gula dengan
kuning, sedangkan lycopene merupakan asam organik (Rymbai et al., 2011).
pigmen yang dapat memberikan warna Tanin diklasifikasikan menjadi
merah. Xanthophyl adalah karoten oksigen, hydrolyzable tannin (pyrogallol tannin) dan
dapat memberi warna oranye-kuning. Lutein condensed tannins (cathecol). Condensed
juga merupakan karotenoid yang sangat tannin dikenal sebagai proanthocyanidins
umum, berwarna lebih hijau-kekuningan. merupakan polimer yang terdiri dari 2
Warna kuning-oranye dari annatto berasal sampai 50 (atau lebih) unit flavonoid yang
dari lapisan kulit luar biji Bixa orellana, bergabung dengan ikatan karbon-karbon,
warna tersebut merupakan gabungan dari yang tidak rentan terhadap hidrolisis
karatenoid, bixin dan nor-bixin (Ismarani I., 2013). Hydrolyzable tannins
(Aberoumand, 2011). (pyrogallol) dan condensed tannins
Flavonoid merupakan kelompok (cathecol) atau flavonoid tannin berasal dari
beragam dari senyawa polifenol kelompok flavonol; dapat digunakan sebagai
berkontribusi pada warna kuning produk bahan penyamak kulit. Masing-masing
hortikultura, lebih dari 4000 struktur memberikan warna kuning kecoklatan dan
flavonoid unik telah diidentifikasi dari 53 coklat kemerahan (Kasmujiastuti, 2014).
sumber tanaman. Berdasarkan perbedaan Tetrapyrolle adalah klorofil yang
struktur molekul, flavonoid dikelompokan merupakan pigmen hijau dimanfaatkan oleh
menjadi enam kelas utama yang berbeda semua tanaman untuk berlangsungnya
yaitu flavonol, flavanon, flavon, isoflavon, fotosintesis. Penggunaan sebagai pewarna
flavonol, dan antosianidin. Flavonol dapat terbatas, karena labilitas dari magnesium
memudar dalam cahaya yang kuat tetapi dan terkait perubahan warna yang terjadi.
flavon tetap lebih permanen, namun lebih Anthracenes mengandung beberapa
pucat dalam warna. Pigmen penting dari pewarna terkenal. Kelompok terbesar yang
flavon adalah apigenin, kaempferol, paling dikenal penggunaannya adalah
quercetin, myricetin, luteolin, tricin, anthraquinones (kuinon), karena memberi
izoramnetin (Rymbai et al. 2011). warna yang tajam. Pewarna antrakuinon
Quercetin adalah salah satu flavonoid membutuhkan mordant (ion logam
yang paling penting, memiliki rumus kompleks) untuk proses pewarnaan kain
molekul C15H10O7. Luteolin merupakan (Rymbai et al. 2011).
salah satu senyawa berwarna kuning, juga Betacyanin (betalains) merupakan
me-rupakan salah satu flavonoid, memiliki pigmen berwarna merah, diperoleh dari
rumus molekul C15H10O6 (Rymbai et al. ekstrak bit merah (Beta vulgaris), kegunaan
2011). utamanya adalah sebagai pewarna makanan.
100 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

Komponen utama betacyanin (betalains) dipilih dari bahan yang ramah lingkungan
adalah pigmen betanin (95%) dan memiliki dan bersifat non-toksik supaya tidak
rasa yang baik. Ekstrak akar bit menjadi masalah pada lingkungan
mengandung pigmen merah, kuning dan (Kurniasari dan Maharani, 2015). Bahan
juga merah kebiruan tergantung pada pengikat yang sering digunakan pada
kandungan betanin, stabil pada kisaran pH industri batik antara lain: jeruk sitrun, jeruk
tinggi. Digunakan untuk pewarna makanan nipis, cuka, sendawa, boraks, tawas, gula
seperti minuman, kembang gula dan produk batu, gula jawa, gula aren, tunjung, prusi,
susu. Bixin dapat diperoleh dari ekstrak biji tetes, air kapur, tape, pisang klutuk, daun
Sinduri (Bixa orellana Linn.), dapat jambu klutuk. Perbedaan jenis bahan
memberikan warna oranye-kuning ke dalam pengikat zat warna alam pada proses
produk. Kurkumin adalah pewarna kuning pewarnaan kain akan menghasilkan kain
cerah, diperoleh dari ekstrak serbuk rimpang dengan arah warna yang berbeda (Soebandi
kunyit (Curcuma longa Linn.). Indigo biru dkk., 2011 dalam Handayani dan Mualimin,
diperoleh dari ekstrak daun kering 2013). Penggunaan mordant dari logam
Indigofera spp, yang berisi glukosida berat dibatasi, yaitu untuk As (1 ppm), Pb (1
indican atau isatan B atau Indigotin. ppm), Cd (2 ppm), Cr (2 ppm), Co (4 ppm),
Pemanasan daun teh dalam lingkungan yang Cu (50 ppm), Ni (4 ppm), dan Zn (20 ppm),
basah dan suasana asam, dapat sedangkan penggunaan mordant yang
menyebabkan perubahan senyawa klorofil berasal dari logam Al, Fe dan Sn tidak
menjadi feofitin, dan warna berubah dibatasi (Visalakshi dan Jawaharlal, 2013).
menjadi hijau kecoklatan. Handayani dan Maulana (2013)
melaporkan bahwa pewarnaan kain dengan
Kegunaan Zat Pewarna Alami soga tingi menggunakan bahan pengikat
1. Industri Tekstil tunjung, menghasilkan warna hitam.
Para pengrajin batik dan tenun Sedangkan dengan tawas menghasilkan
tradisional telah banyak mengenal warna coklat dan kapur menghasilkan warna
tumbuhan-tumbuhan yang dapat digunakan coklat kemerahan. Pewarnaan kain dengan
untuk mewarnai bahan tekstil; beberapa indigo menggunakan pengikat tunjung,
diantaranya adalah daun nila (Indigofera menghasilkan warna biru tua, sedangkan
sp.), kulit kayu soga tingi (Ceriops dengan tawas menghasilkan warna biru
candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina seperti aslinya dan dengan kapur
javanensis), kunyit (Curcuma sp.), teh menghasilkan warna biru muda (Handayani
(Camelia sp.), akar mengkudu (Morinda dan Mualimin, 2013).
citrifolia), kulit kayu soga jambal Pembatikan kain katun dengan pewarna
(Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa alam dari ekstrak kulit buah manggis (tanpa
orellana) dan daun jambu biji (Psidium atau dengan fiksasi kapur, tawas, atau
guajava) (Susanto, 1973). tunjung), ektrak kulit kayu nangka (dengan
Agar warna tekstil yang dihasilkan fiksasi tunjung) dan ekstrak biji kesumba
tidak mudah luntur dan cemerlang, maka (dengan fiksasi tunjung atau tawas), ektrak
pada proses pencelupan/pewarnaan perlu daun mangga (dengan fiksasi tawas), dapat
ditambahkan suatu bahan yang dapat memberikan ketahanan luntur yang baik
berfungsi sebagai mordant atau fiksator pada kain yang dibatik (Pujilestari, 2014).
(pengikat) zat warna. Bahan fiksasi perlu
Review: Sumber dan Pemanfaatan. . . , P u j i l e s t a r i | 101

2. Industri Makanan 3. Industri Farmasi


Zat pewarna alam yang dibebaskan dari Pewarna alam juga memainkan peranan
certification FDA dan Uni Eropa untuk penting dalam kesehatan manusia karena
digunakan sebagai bahan tambahan mengandung beberapa senyawa biologis
makanan di antaranya adalah: ekstrak aktif, memiliki sejumlah sifat farmakologi
annatto, bit merah, canthaxanthin, karoten, seperti antioksidan yang kuat,
ekstrak Dactylopuis coccus, biji kapas, antimutagenik, anti-inflamasi dan efek
ekstrak kulit anggur, buah dan jus sayuran, antiarthritic. Karotenoid dapat bertindak
ekstrak Tagetes, minyak wortel, minyak sebagai antioksidan biologis, melindungi sel
endosperm jagung, paprika dan paprika dan jaringan dari kerusakan akibat radikal
oleoresin, riboflavin, kunyit, oleoresin bebas dan oksigen bebas dan juga sebagai
kunyit, xanthophylls (flavoxanthins, sumber antitumor. Ekstrak biji anggur
rubiaxanthins, zeaxanthin), dan klorofil. adalah sumber utama kelompok antioksidan
Warna kuning-oranye dari Annatto berasal kuat yang dikenal sebagai
dari lapisan luar biji tropis pohon Bixa proanthocyanidins oligomer, atau
orellana; kandungan karotenoid, bixin, dan pycnogenol, kelas flavonoid. Juga pewarna
norbixin bertanggung jawab untuk bio digunakan untuk warna tablet/pil dan
penampilan warna kuning-oranye tonik (Visalakshi dan Jawaharlal, 2013).
(Aberoumand, 2011).
Pigmen yang paling umum digunakan 4. Industri Kosmetik
dalam industri makanan adalah beta karoten Pewarna yang berasal dari tanaman
yang diperoleh dari beberapa mikroalga dan seperti Bixa orellana dan Lithospermum
cyanobacteria (Malik et al., 2012). Annato erythrorhizon berfungsi sebagai sumber
telah digunakan sebagai pewarna makanan pewarna alami untuk mewarnai lipstik dan
lebih dari 200 tahun silam, untuk mewarnai eye shadow liners (Visalakshi dan
berbagai produk makanan dan produk susu Jawaharlal, 2013). Bubuk pigmen
terutama keju, (Aberoumand, 2011 dan antosianin dari mahkota bunga mawar 4
Rymbai et al., 2011). Canthaxanthin hari pasca potong, memiliki kualitas pigmen
merupakan pigmen berwarna oranye-pink terbaik, karena mempunyai nilai absorbansi
sampai merah gelap (Malik et al., 2012) sebesar 1,22, intensitas warna kemerahan
termasuk karotenoid digunakan untuk (redness) sebesar 32,83, total padatan
mewarnai keju (produk dairy), kembang terlarut tertinggi (9,07%), dan kadar air
gula/permen, ikan dan produk daging, paling rendah (4,57%). Pigmen antosianin
produk buah-buahan, minuman, bunga mawar 2-4% lebih efektif
snack/makanan ringan, bir dan anggur. menyumbangkan warna kemerahan dan
Namun demikian, di bawah peraturan Uni kekuningan (yellowness) pada kosmetik
Eropa canthaxanthin tidak dianggap sebagai body lotion (Saati dkk., 2012). Pigmen
makanan aditif (Aberoumand, 2011). Lutein polifenol dari biji pinang (Areca catechu L.)
merupakan karotenoid berwarna lebih hijau mengandung katekin, epikatekin,
kekuningan, juga tidak diperbolehkan leukosianidin dan flavonoid kompeks
sebagai pewarna makanan di Amerika (Amudhan et al., 2012 di dalam Yernisa
Serikat kecuali untuk mewarnai bahan dkk., 2013) dapat memberikan warna merah
makanan unggas/ayam (Rymbai et al., kuning pada produk sabun trasparan
2011). (Yernisa dkk., 2013). Canthaxanthin juga
102 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

dapat digunakan untuk pewarna pada sedangkan pada suasana basa (pH 8)
industri kosmetik (Aberoumand, 2011). konsentrasi optimumnya 3% (Kasim dkk.,
2013).
5. Industri Kerajinan Lee et al. (2014) melaporkan bahwa
Barang barang kerajinan yang pewarnaan kulit menggunakan zat warna
menggunakan bahan berselulosa atau serat alam jenis carminic acid dan laccaic acid
alam dapat diwarnai dengan bahan pewarna konsentrasi 5%, waktu pencelupan 100
alam yang dapat digunakan untuk pewarna menit menghasilkan kulit dengan warna
kain yang terbuat dari serat alam. Luteolin merah yang stabil pada penggosokan dan
merupakan salah satu senyawa pewarna tahan luntur cahaya dengan kelas diatas 2-3.
kuning, yang menghasilkan gemerlap Pewarna alami dari monascorubrin dan
(vibrant) dan tahan luntur cahaya, betanine menghasilkan ketahan luntur
digunakan dalam proses pencelupan emas cahaya yang jelek, sehingga tidak cocok
(Rymbai et al., 2011). untuk mewarnai kulit.
Menurut Farida (2014), bahwa
pewarnaan serat alam non tekstil seperti;
PEMBAHASAN
agel, serat nanas, rotan hati dan iratan Semua jenis dan bagian-bagian tanaman
bambu menggunakan pewarna alam dari serta beberapa mikroorganisme dapat
gambir, memberikan warna coklat menghasilkan bahan pewarna. Namun
kemerahan. Apa bila menggunakan kulit demikian, jenis warna dan senyawa kimia
buah kakao memberikan warna coklat, yang terkandung di dalamnya beragam
sedangkan cangkang sawit dan rumput laut tergantung asal bahan, dan cara
memberikan warna coklat abu-abu. memperolehnya. Pemanfaatan pigmen yang
dihasilkan tanaman masih sangat rendah
6. Industri Penyamakan Kulit
yaitu sekitar 7,5%, sisanya sebanyak 1850
Tanin yang diekstrak dari kulit walnut,
pigmen belum dimanfaatkan.
kulit kayu putih, rimpang kunyit dan daun
Pada prinsipnya 1850 pigmen dapat
teh sudah sering digunakan untuk
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
penyamakan kulit. Penggunaan bahan
industri. Namun masih diperlukan penelitian
tersebut masih terbatas pada industri
secara seksama agar produk yang diwarnai
penyamakan kulit skala kecil, sedangkan
dapat memiliki kualitas baik. Di samping itu
pada industri besar menggunakan bahan
juga perlu diperhatikan potensi sumbernya,
penyamak krom (Visalakshi dan Jawaharlal,
untuk menjamin kontinuitas ketersediaan
2013). Tanin yang diekstrak dari kulit kayu
pigmen, agar kelangsungan berusaha dengan
tingi termasuk dalam condensed tanin tipe
menggunakan pigmen tersebut terjamin.
pro-cyanidin dapat digunakan sebagai
Sifat dan budidaya untuk setiap jenis
alternatif bahan penyamak nabati
tanaman dapat dipelajari dan diketahui
(Kasmudjiastuti, 2014). Tanin yang
dengan pasti sehingga produksi akar,
diekstrak dari daun gambir sebagian besar
batang, kulit, daun, bunga, buah dan biji
terdiri dari monomer flavonol seperti
dalam periode dan luasan tertentu akan
catechin, epicatechin dan alkaloid.
dapat ditentukan hasilnya. Dengan demikian
Konsentrasi optimum penggunaan ekstrak
dapat digunakan untuk perencanaan
gambir untuk penyamakan kulit kambing
produksi bahan pewarna alami.
pada suasana asam (pH 4) adalah 9%,
Review: Sumber dan Pemanfaatan. . . , P u j i l e s t a r i | 103

Tanaman yang telah dibudidayakan dan karenanya dapat dijadikan sebagai sumber
menghasilkan pewarna yang baik dapat potensial pewarna alami. Saat ini, produksi
dijadikan sebagai sumber potensial bahan pigmen untuk makanan (food grade) dari
pewarna alami, dalam rangka untuk fermentasi mikroba telah tersedia di pasar,
memenuhi kebutuhan bahan pewarna alami misalnya; riboflavin dari Ashbya gossypii
seperti gambir, nila, kesumba dan kayu jati. karoten dari Blakeslea trisporaastaxanthi,
Peningkatan kepedulian untuk produk warna merah dari Penicillium oxalicum
ramah lingkungan di negara-negara maju, (Aberoumand, 2011). Mikroba memiliki
memberi peluang penggunaan dan usaha kemampuan produksi tinggi, tidak
produksi bahan pewarna alami yang lebih memerlukan lahan luas bagi
besar, serta pengembangan teknologi proses pertumbuhannya dan teknologi produksinya
ekstraksi dan aplikasi dari bahan pewarna sudah diketahui, maka sudah selayaknya
alami. industri pigmen alami dari mikrobia
Untuk memproduksi pewarna alami didorong dan ditumbuh-kembangkan
dalam bentuk siap pakai, dan tersedia di sebagai penyedia pewarna yang aman dan
pasar dalam jumlah cukup serta harganya ramah lingkungan untuk substitusi pewarna
dapat bersaing, kiranya masih dibutuhkan sintetis.
waktu yang panjang atau beberapa tahun. Pewarna alami dalam industri untuk
Hal ini disebabkan pewarna alami yang ada makanan haruslah food grade. Dalam
dipasaran saat ini merupakan produk dari industri makanan digunakan sebagai aditif,
industri kecil yang sumber bahan bakunya penguat warna, antioksidan (Malik et al.,
belum dikelola secara baik. 2012), Penggunaan pewarna alami memiliki
Kendala utama penggunaan pewarna beberapa keuntungan disamping aman dan
alami terutama untuk pewarnaan tekstil mewarnai produk pangan, beberapa
diantaranya belum tersedia dalam jumlah diantaranya juga dapat berfungsi sebagai
cukup secara luas dipasar dan sulit untuk pengawet, penghambat sintetis aflatoksin,
mendapatkan warna yang seragam dalam suplemen vitamin dan anti kanker, serta
jumlah besar. Di sisi lain kendala ini dapat penurun kolesterol dalam darah.
dijadikan sebagai ajang promosi, karena Beberapa biocolorants alami, termasuk
dapat selalu tampil beda, hal ini dapat men- antosianin menunjukkan aktivitas anti
jadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. terhadap bakteri tertentu, virus dan jamur.
Tumbuhan laut mikroalga Spirulina Dengan demikian dapat melindungi
platensis berpotensi digunakan sebagai makanan dari pembusukan mikroba.
sumber pewarna biru alami karena Beberapa juga aktif terhadap protozoa
rendemen zat warnanya cukup tinggi yaitu (Leishmania brasiliensis) dan serangga
14% dengan intensitas warna yang kuat. (Calliphora erythrrocephala). Kadang-
Informasi mengenai aplikasinya di industri kadang, karotenoid dapat bertindak sebagai
belum diperoleh, sehingga masih diperlukan tabir surya untuk menjaga kualitas makanan
kajian mendalam agar tidak menemui dengan melindungi dari cahaya yang kuat.
hambatan bahkan kegagalan dalam Telah dilaporkan bahwa karotenoid jagung
penggunaannya. menghambat sintesis aflatoksin oleh
Beberapa jenis mikroorganisme Aspergillus flavus dan A. parasiticus
memiliki kemampuan untuk menghasilkan (Aberoumand, 2011).
pigmen dengan produksi tinggi, oleh
104 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

Beragamnya senyawa kimia pewarna Serat Alam Non Tekstil. Balai Besar
alami juga merupakan kendala dalam Kerajinan dan Batik, Yogyakarta
Gupta, C., Garg, A.P., Prakash, D., and Goyal,
penggunaannya. Setiap senyawa zat warna S. 2011. Microbes as Potential Source
menuntut perlakuan tersendiri, dan juga Of Biocolours. Pharmacologyonline, 2:
kesesuaian dengan produk yang diwarnai. 1309-1318.
Pengguna dituntut untuk memilih Handayani, P. A. dan Maulana, I. 2013.
Pewarna Alami Batik Dari Kulit Soga
kesesuaian zat warna dengan produk yang Tingi (Ceriops tagal) Dengan
akan diwarnai, di samping itu perlu MetodeEkstraksi. Jurnal Bahan Alam
memenuhi tuntutan proses senyawa pewarna Terbarukan, 2(2):1-6.
agar pewarnaan berhasil baik. Handayani, P. A. dan Mualimin, A. A. 2013.
Pewarna Alami Batik Dari Tanaman
Nila (Indigofera) Dengan Katalis
KESIMPULAN DAN SARAN Asam. Jurnal Bahan Alam Terbaru-
Kepedulian terhadap kesehatan dan kan, 2(1):1-6.
lingkungan menjadikan pewarna alami Harmayani, E., Ayatullah, M.S., dan Hastuti, P.
2013. Ekstraksi, Karakterisasi, dan
diminati dan digunakan di industri. Sumber Pemanfaatan Daun Jati (Tectona
potensial pewarna alami adalah tumbuhan grandis) Sebagai Pewarna Merah Alami
dan mikroorganisme. Dari 2000 pigmen Dalam Pengolahan Kerupuk Aci. Jurnal
yang dihasilkan tumbuhan baru 150 pigmen Penelitian dan Pengembangan
DIY.,V(7): 96-108
yang digunakan sebagai pewarna. Jenis Hayati, E.K., Budi, U.S., dan Hermawan, R.
warna dan kandungan senyawa kimia yang 2012. Konsentrasi Total Senyawa
dihasilkan dari sumber pewarna alami Antosianin Ekstrak Kelopak Bunga
beraneka ragam. Kesesuaian antara senyawa Rosella (Hibiscus sabdariffa L.):
Pengaruh Temperatur dan pH. Journal
pigmen dengan bahan/produk dan of Chemistry, 6(2):138-147.
pemenuhan tuntutan proses senyawa pigmen Ismarani, I. 2013. Potensi Senyawa Tannin
akan dapat menghasilkan pewarnaan yang Dalam Menunjang Produksi Ramah
baik. Lingkungan. Jurnal Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah, 3(2): 46 -
55
UCAPAN TERIMAKASIH
Jos, B., Setyawan, P.E., dan Satia, Y. 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih Optimasi Ekstraksi dan Uji Stabilitas
kepada Bapak Sugihartono yang telah Phycocyanin dari Mikroalga (Spirulina
bersedia melakukan koreksi dan platensik). Teknik, 33 (3): 187 -192.
Kant, R. 2012. Textile Dyeing Industry an
memberikan saran perbaikan pada tulisan
Environmental Hazard, Open Access
ini. journal Natural Science, 4(1), Aticle ID
:17027, 5 pages, DOI: 10.4236/ns.2012
DAFTAR PUSTAKA .41004
Kartina, B., Ashar, T., dan Hasan, W. 2013.
Aberoumand, A. 2011. A Review Article on
Karakteristik Pedagang, Sanitasi
Edible Pigments Properties and Sources
Pengolahan dan Analisa Kandungan
as Natural Biocolorants in Foodstuff and
Rhodamin B pada Bumbu Cabai Giling
Food Industry. World J Dairy Food
di Pasar Tradisional Kecamatan Medan
Sci, 6(1): 71-78.
Baru Tahun 2012. Lingkungan dan
Farida, Pujilestari T., Atika V., Haerudin A.,
Kesehatan Kerja, 1(2): 1-7.
Pristiwati E. 2014. Penelitian
Kasim, A., Novia, D., Mutiar, S., dan Pinem, J.
Pemanfaatan Sumber Daya Limbah
2013. Karakterisasi Kulit Kambing Pada
Kelapa Sawit, Kakao, Gambir dan
Persiapan Penyamakan Dengan Gambir
Rumput Laut untuk Pewarna Batik dan
Review: Sumber dan Pemanfaatan. . . , P u j i l e s t a r i | 105

dan Sifat Kulit Tersamak. Majalah Ramah Lingkungan. Jurnal Seni Rupa
Kulit, Karet dan Plastik, 29(1): 01-12. STSI Surakarta, 1(2): 57-61.
Kasmudjiastuti, E., 2014. Karakterisasi kulit Pujilestari, T. 2014. Pengaruh Ekstraksi Zat
Kayu Tingi (Cereops tagal) sebagai Warna Alam dan Fiksasi Terhadap
Bahan Penyamak Nabati. Majalah Ketahanan Luntur Warna pada Kain
Kulit, Karet dan Plastik, 30(2): 71-78. Batik Katun. Dinamika Kerajinan dan
Kurniasari, I.D. dan Maharani, D.K. 2015. Batik, 31(1): 31-40.
Pembuatan Komposit Kitosan Alumina Reysa, E. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan
sebagai Agen Fiksasi Zat Warna Berbahaya. Jakarta: Titik Media
Rodamin B Pada Kain Katun. Journal of Publisher.
Chemistry, 4(1): 75-80. Rymbai, H., Sharma, R.R., and Srivasta, M.
Kurniati, N., Prasetya, A. T., dan Pratjojo, W. 2011. Bio-colorants and Its Implications
2012. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat in Health and Food Industry±A
Warna Brazilein dari Kayu Secang Review. International Journal of
(Caesalpinia sappan L.). Indonesian Pharmacological Research, 3: 2228-
Journal of Chemical Science, 1(1): 32- 2244.
36. Saati, E.A., Theovilla, R.R.D., Simon, B.W.,
Lee, S.C., Shin, E.C., and Kim, W.J. 2014. GDQ $XODQQL¶DP . Optimalisasi
Dyeing Properties of Natural Leather Fungsi Pigmen Bunga Mawar Sortiran
Using Red Natural Dyes. Journal of The sebagai Zat Pewarna Alami dan Bioaktif
Society of Leather Technologies and Pada Produk Industri. Jurnal Teknik
Chemis, 98(6): 252-258. Industri, 12(2): 96-104.
Malik, K., Tokkas, J., and Goyal, S. 2012. 6DUÕND\D 5 6HOYL 0 and Erkoç, F. 2012.
Microbial Pigments: a Review. Int. J. Evaluation of Potential Genotoxicity of
Microbial. Resour. Technol, 1: 361-365. Five Food Dyes Using TheSomatic
Mamoto, L.V., Fatimawali, F., dan Citraning Mutation and Recombination
tyas, G. 2013. Analisis Rhodamin B Test.Chemosphere, 88(8): 974-979.
pada Lipstik yang Beredar di Pasar Kota Suarsa, I.W.,Suarya, P., dan Kurniawati, I.
Manado. Pharmacon, 2(2): 61-66. 2011. Optimasi Jenis Pelarut dalam
Manurung, M. 2012. Aplikasi Kulit Buah Ekstraksi Zat Warna Alam Dari Batang
Manggis (Garcinia Mangostana L.) Pisang Kepok (Musa paradiasiaca L. cv
Sebagai Pewarna Alami pada Kain kepok ) dan Batang Pisang Susu ( Musa
Katun secara Pre-Mordanting. Journal paradiasiaca L. cv susu). Journal of
of Chemistry, 6(2): 183-190. Chemistry, 5(1): 72-80.
Padmaningrum, R.T., Marwati, S., dan Wiyarsi, Susanto, S.K. 1973. Seni Kerajinan Batik
A. 2012. Karakter Ekstrak Zat Warna Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian
Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Batik dan Kerajinan.
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Suheryanto D., Syabana D.K., Pujilestari T.,
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Satria Y., Rufaida E.Y., Isnaini, Sunardi
Pendidikan dan Penerapan MIPA Hal. P. 2013. Eksplorasi Pembuatan Zat
K-1 ± K-9., Fakultas MIPA, Universitas Warna Alam Dalam Bentuk Pasta
Negeri Yogyakarta, Dengan Teknik Evaporasi Yogyakarta:
Paryanto, P., Hermiyanto, H., dan Sanjaya, Balai Besar Kerajinan dan Batik.
S.D.S. 2013. Pembuatan Zat Warna Thomas, M., Manurung, M., dan Raka Astiti
Alami Dari Biji Kesumba Dalam asih, I.A. 2013. Pemanfaatan Zat Warna
Bentuk Konsentrat Tinggi Untuk Alam Dari Ekstrak Kulit Akar
Pewarna Makanan. Metana, 9(02): 41- Mengkudu (Morinda citrifolia Linn)
45. Pada Kain Katun. Journal Of Chemistry,
Paryanto, Purwanto, A., Kwartiningsih, E., dan 7 (2): 119-126.
Mastuti, E. 2012. Pembuatan Zat warna Visalakshi, M., and Jawaharlal, M. 2013.
Alami dalam Bentuk Serbuk untuk Healthy Hues-Status and Implication in
Mendukung Industri Batik di Indonesia. Industries ± Brief Review.Journal of
Jurnal Rekayasa Proses, 6(1): 26-29. Agriculture and Allied Sciences, 3(2):
Purnomo, M.A.J. 2004. Zat Pewarna Alam 42-51
sebagai Alternatif Zat Warna yang
106 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 32, No. 2, Desember 2015, 93-106

Widjajanti, E., Regina T.P., dan Utomo, M. P.


2011.Pola Adsorpsi Zeolit Terhadap
Pewarna Azo Metil Merah dan Metil
Jingga.Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA.hal K115-K122, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta,.
Wulaningrum, R. A,, Sunarto, W., dan
Alauhdin, M. 2013. Pengaruh Asam
Organik dalam Ekstraksi Zat Warna
Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana). Indonesian Journal of
Chemical Science,2(2): 119-124.
Yernisa, Gumbira-6D¶LG ( GDQ 6\DPVX
K.2013. Aplikasi Pewarna Bubuk Alami
dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu
L.) pada Pewarnaan Sabun Transparan.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 23
(3): 190-198.

Anda mungkin juga menyukai