Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKHITIS

KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Bronkhitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang

menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah

yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi

dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya disebabkan oleh virus sperti

rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluinza, adenovirus, virus

rubeola, dan paramyxovirus dan bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan

dengan mycoplasma pneumonia, bordetella pertussis, atau corynebacterium

diphtheriae.

Bronkitis merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan

sendirinya dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik seperti analgesik,

antipiretik dan humiditas. Bronkitis merupakan inflamasi bronkus yang

disebabkan oleh iritan atau infeksi. Bronkitis yang merupakan salah satu

bentuk PPOM yang diklasifikasi sebagai bronkitis akut dan bronkitis kronik.

Ciri khas yang membedakan adalah obstruksi jalan napas. Bronkitis dapat

diklasifikasikan menjadi:

1. Bronkitis akut

Bronchitis akut merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah.

Ditandai dengan awitan gejala yang mendadak dan berlangsung lebih


singkat. Pada jenis ini inflamasi disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri

dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap

rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll.

2. Bronkitis kronik

Bronkitis kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai

oleh pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan

bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama

sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun

berturut-turut. Sputum yang terbentuk pada bronkitis kronik dapat mukoid

atau purulen. Pada penyakit ini peradangan bronkus tetap berlanjut selama

beberapa waktu dan terjadi obstruksi/ hambatan pada aliran udara yang

noermal didalam bronkus.

B. Etiologi

Bronchitis disebabkan oleh virus seperti Rhinivirus, RSV, virus

influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubella, dan Paramexovirus

dan bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma

pneumonia, Bordatella pertussis atau Corinebacterium diphteriae. Menurut

laporan terdapat penyebab lain dapat terjadi melalui zat iritan seperti asam

lambung atau polusi lilngkungan dan dapat ditemukan setelah perjalanan

yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau perjalanan dalam jumlah

besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronchitis kronis.


Bronchitis karena bakteri biasa dikaitkan dikaitkan dengan

Mycoplasma pneumoniayang dapat menyebabkan bronchitis akut dan

biasanya terjadi pada anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, Bordatella

pertussis dan Corinebacterium diphteriae biasanya terjadi pada anak yang

tidak di imunisasi dan dihubungkan dengan kejadian trakeaobronkitis, yang

selama stadium kataral pertusis gejala-gejala infeksi respiratori lebih

dominan. Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi

yang diikuti dengan usaha keras dan mendadak untuk inspirasi sehingga

menimbulkan whoop. Batuk biasanya menghasilkan mucus yang kental dan

lengket.

C. Manifestasi klinis

1. Tanda dan gejala pada kondisi bronchitis akut:

a. Batuk

b. Terdengar ronki

c. Suara yang berat dan kasar

d. Wheezing

e. Menghilang dalam 10-14 hari

f. Demam

g. Produksi sputum

2. Tanda-tanda dan gejala bronchitis kronik

a. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab
b. Sering mengalami infeksi saluran napas (seperti pilek atau flu) yang

dibarengi dengan batuk

c. Gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu

d. Demam tinggi

e. Sesak napas jika saluran tersumbat

f. Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau

D. Patofisiologi

Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau

dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada

umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi

saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika

pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang

lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun

berturut-turut.

Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi

maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi)

akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan

vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti

emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar

dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih

memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pasien dengan bronkhitis kronis

akan mengalami:
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar

sehingga meningkatkan produksi mukus.

2. Mukus lebih kental

3. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan

mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut

mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh

mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary

defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang

infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan

hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi

mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial

meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan

mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial

dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan

menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara

besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar,

namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi

jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami

kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi

ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien

mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal


timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat

meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai

kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit

berlebihan).

E. Pathway keperawatan

F. Penatalaksanaan

1. Antimikrobial

Antimikrobial digunakan dengan cara mengontrol infeksi serta

meningkatkan drainase bronkial untuk membersihkan daerah paru-paru


yang mengalami sekresi yang berlebihan. Infeksi ini dapat dikontrol

dengan pemberian obat antimikrobial, yang berdasarkan hasil uji

sensitivitas kultur organisme dari sputum. Pasien mnungkin akan

diberikan obat antibiotik selama bertahun-tahun dengn tipe antibiotik yang

berbeda sesuai dengan perubahan dalam interval

2. Bronkodilator

Bronkodilator dapat diberikan kepada pasien yang juga mengalami

penyakit jalan napas obstruktif dan dapat juga digunakan sebagai

bronkodilatasi untuk meningkatkan kerja mukosilia untuk mengeluarkan

sekret.

3. Aerosolized nebulizer

Untuk meningkatkan pengenceran dan pengeluaran sputum dapat

diberikan aerosolized nebulizer dan dengan meningkatkan intake cairan.

Facetent sangat ideal untuk memberikan kelembapan tambahan pada

aerosol.

4. Postural drainage

Postural drainage merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan medis

untuk bronkitis. Drainase yang memanfaatkan gaya gravitasi diharapkan

akan mengurangi jumlah sekret dan tingkat infeksi (sering kali sputum

mukopurulen harus diangkat dengan bronchoscopy ). Pada area dada,

lakukan perkusi untuk membantu menaikan sekresi. Postural drainage

dimulai pada waktu jangka pendek dan selanjutnya meningkat.


G. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Thorax

Pembesaran jantung dengan diafragma normal atau mendatar. Konsolidasi

dalam bidang paru mungkin juga terlihat. Gambaran foto dada ( plain film)

yang khas menunjukan adanya kista-kista kecil dengan fluid level, mirip

seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang terkena, ditemukan juga

bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps.

2. Analisa gas darah (AGD)

Analisa gas darah dapat menunjukkan hipoksia dengan hiperkapnea.

Hematokrit dan hemoglobin dapat sedikit meningkat.

3. Kelainan faal paru

Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan

aliran udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi

penurunan, karena terjadinya obstruksi airan udara pernafasan. Dapat

terjadi perubahan gas darah berupa penurunan PaO2 ini menunjukan

abnormalitas regional (maupun difus) distribusi ventilasi, yang

berpengaruh pada perfusi paru

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

H. Pengkajian fokus keperawatan

1. Identitas

Bronkitis biasanya terjadi pada usia 45-65 tahun, yang dimana penyakit ini

muncul karena sejalan dengan bertambahnya usia. Pada bronchitis akut


yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumonia sering terjadi pada

anak-anak diatas usia 5 tahun dan remaja, sedangkan bakteri Bordatella

perusis dan Corinebactrium diphteriae biasanya terjadi pada anak yang

tidak diimunisai dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang

selama stadium kartal pertussis, gejala respiratori lebih dominan.

2. Keluhan utama

Batuk persisten, sesak napas dalam beberapa keadaan, produktif dengan

sputum purulen.

3. Riwayat penyakit sekarang

Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan

manifestasi klinis yang berat. Badan terasa lemah, demam, sesak nafas,

peningkatan produksi sekret.

4. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pasien pernah mengalami infeksi pernafasan atas yang diantaranya

batuk atau produksi sputum selama beberapa hari ± 3 bulan dalam 1 tahun

dan paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut.

5. Riwayat alergi

Adanya riwayat alergi khususnya pada pasien dengan riwayat asma

6. Riwayat penyakit keluarga

Alergi (orangtua dapat menurunkan faktor alergen pada anaknya sehingga

anak dengan riwayat penyakit keluarga alergi lebih rentan terhadap infeksi

pernafasan) dan adanya anggota keluarga yang menderita ISPA.

7. Riwayat kesehatan lingkungan


Sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk (kurang

cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh), lokasi sekitar pabrik.

8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1. Nutrisi

Penurunan nafsu makan, mual dan muntah karena terjadi inflamasi

pada mukosa esofagus yang dikarenakan refluks asam lambung.

2. Eliminasi

Frekuensi BAB berkurang karena asupan nutrisi yang kurang,

gangguan pola eliminasi.

3. Aktivitas/istirahat

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

bernapas, keletihan, kelemahan.

4. Hygiene personal

Pemenuhan kebutuhan hygiene perseorangan dibantu oleh perawat.

9. Pemeriksaan fisik

B1 (Breath) : RR meningkat dan biasa juga lambat, rasa dada tertekan,

bunyi napas mengi dan ronki menyebar, lembut atau krekels lembab kasar,

bunyi pekak pada area paru-paru, penggunaan oksigen terus-menerus,

batuk hilang timbul, penggunaan otot bantu napas, cuping hidung

B2 (Blood) : Peningkatan TD, warna kulit/ membran mukosa normal atau

sianosis

B3 (Brain) : Gelisah

B4 (Bladder) : Palpasi kondung kemih kosong, tidak ada nyeri tekan


B5 (Bowel) : Mual dan muntah, napsu makan buruk karena distres

pernapasan, peningkatan berat badan menunjukan edema, palpitasi

abdominal dapat menyatakan hepatomegali.

B6 (Bone + integumen) : Turgor kulit buruk, kehilangan masa otot.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

bronkokonstriksi, peningkatan produksi lender, batuk tidak efektif, dan

infeksi bronkopulmonal

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan , hiperventilasi paru, deformitas dinding dada

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan laju metabolic, anoreksia, mual/muntah,dispnea, kelemahan

4. Hipertermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang panas,

proses penyakit peradangan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan O2
J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakfektifan bersihan jalan nafas NOC NIC
Definisi : ketidakmampuan untuk - Respiratori status : ventilation Airway Suction
membersihkan sekresi atau obstruksi dari - respiratori status : airway patenchi - Pastikan kebutuhn oral/ tracheal suctioning
saluran pernafasanntuk mempertahankan Kriteria Hasil : - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
kebersihan jalan nafas - Mendemonstrasikan batuk efektif suctioning.
Batasan karaktareistik : dan suara nafas yang bersih, tidk - Informasikan pada klien dan keluarga tentang
- Tidak ada batuk ada sianosis dan dispneu (mampu suctioning
- Suara nafas tambahan mengeluarkan sputum, mampu - Minta klien nafas dalam sebelum suction
- Perubahan frekuensi nafas bernafs dengan mudah, tidak ada dilakukan
- Perubahan irama nafas pursed lips) - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
- Sianosis - Menunjukkan jalan nafas yang memfasilitasi suction naso trakeal
- Kesulitan berbicara atau paten ( klien tidak merasa tercekik, - Gunakan alat yang steril setiap melakukan
mengeluarkan suara irama nafas, frekuensi pernafasan tindakan
- Oenurunan bunyi nafas dalam rentang normal,tidak ada - Anjurkan pasien untuk istrahat dan nafas dlam
- Dispneu suara nafas abnormal)
setelah kateter dikeluarkan dari naso trakeal
- Sputum dalam jumlah yang berlebihan - Mampu mengidentifikasikan dan
- Guanakan alat yang steril setiap melakukan
- Batuk yang tidak efektif mencegah yang dapat menghmbat
tindakan
- Orthopneu jalan nafas
- Monitor status oksigen pasien
- Gelisah
- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
- Mata terbuka lebar
suction
Faktor yang berhubungan :
- Hentikan suction dan berikan oksigen apabila
 Lingkungan : pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
- Perokok pasif saturasi O2, dll.
- Mengisap asap Airway management
- Perokok - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin nift
 Obstruksi jalan nafas : atau jaw thrust bila perlu
- Spasme jalan nafas - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Mokus dalam jumlah berlebihan ventilasi
- Eksudat dalam jalan alveoli - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
- Materi asing dalan jalan nafas jalan nafas buatan
- Adanya jalan nafas selanjutnya - Pasang mayo bila perlu lakukan fisio terapi
- Sekresi bertahap/ sekresi dalam dada jika perlu
ronchi - Keluarkan sekret dengan batu atau suction

 Fisiologis : - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

- Jalan nafas alergik tambahan

- Asma - Lakukan suction pada mayo

- Penyakit paru obstruktif kronik - Berikan bronko dilator bila perlu

- Hiperplasi dinding bronchial - Berikan pelembab udara kasa basa NaCl

- Infeksi lembab

- Disfungsi neuro muskular - Monitor respirasi dan status O2.


2. Ketidakfektifan pola nafas NOC NIC
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratori status : ventilation Airway Management
yang tidak memberi ventilasi  Respiratori status : airway patenchi - Buka jalan nafas, gunakan teknik chinlift atau
Batasan karaktareistik :  Vital sign status jaw thrust bila perlu
- Perubahan kedalaman pernafasan Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Perubahan ekskursi dada - Mendemonstrasikan batuk efektif ventilasi
- Mengambil posisi tiga titik dan suara nafas yang bersih, tidak - Identifikasi pasien perlunnya pemasangan alat
- Bradipneu ada sianosis dan dispneu (mampu jalan nafas buatan
- Penurunan tekanan ekspirasi mengeluarkan sputum, mampu - Pasang mayo bila perlu
- Penurunan ventilasi semenit bernafs dengan mudah, tidak ada - Auskultasi suara napas, catat adanya suara
- Penurunan kapasitas vital pursed lips) tambahan
- Dispneu - Menunjukkan jalan nafas yang - Berikan pelembab udara kassa basah NACL
- Peningkatan diameter anterior paten ( klien tidak merasa tercekik, lembab
posterior irama nafas, frekuensi pernafasan - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Pernapasan cuping hidung dalam rentang normal,tidak ada keseimbangan
- Ortopneu suara nafas abnormal) - Monitor respirasi dan status O2 Oxgen terapy
- Fase ekspirasi memanjang - TTV dalam rentang normal
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pernapasan bibir (tekanan darah, nadi, pernafasan)
- Pertahankan jalan napas yang paten
- Takikpneu
- Atur peralatan oksigenasi
- Penggunaan otot aksesorius untuk
- Monitor aliran oksigen
bernafas
- Pertahankan posisi pasien
Faktor yang berhubungan :
- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
- Ansietas
Vital sign monitotoring
- Deformitas tulang, Deformitas
- Monitor TD , nadi ,suhu dan RR
dinding dada
- Keletihan - Catat adanya fluktasi tekana darah

- Hiperventilasi - Auskultasi TD pada kedua lengan dan

- Sindrom hipoventilasi bandingkan

- Gangguan musculoskeletal - Monitor TD, nadi, RR,sebelum,selama, dan


- Kerusakan neurologis setelah aktifitas
- Imaturitas neurologi - Monitor kualitas dari nadi
- Disfungsi neuromuscular - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Obesitas - Monitor suara paru
- Nyeri - Monitor pola pernapasan abnormal
- Keletihan otot pernafasan cedera - Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
medulla spinalis
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional status : food and fluid - kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik.  Intake - kolaborasi dngan ahli gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik :  Nutritional status : nutrient intake jumlah kalori untuk menentukan jumlah kalori
 Kram abdomen  Weight control dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen Kriteria hasil : - anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Menghindari makanan  Adanya peningkatan berat badan - berikan substansi gula
 Diare  Mampu mengidentifikasi - yakinkan diet yang dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi
 Kehilangan rambut berlebihan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi berikan makanan yang terpilih (sudah
 Bising usus hiperaktif -
 Menunjukkan peningkatan fungsi
 Kurang makanan pengecapan dari menelan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Kurang informasi  Tidak terjadi penurunan berat - ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Kurang minat pada makanan badan yang berarti makanan harian

 Penurunan berat badan dengan asupan - monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

makanan adekuat - berikan informasi tentang tentang kebutuhan

 Kesalahan konsepsi nutrisi

 Kesalahan informasi - kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

 Membran mukosa pucat nutrisi yang dibutuhkan


Nutrition Monitoring
 Ketidakmampuan memakan makanan
- BB pasien dalam batas normal
 Tonus otot menurun
- Monitor adanya penurunan berat badan
 Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
 Mengeluh asupan makanan kurang
dilakukan
dari RDA (recommended daily
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama
allowance)
makan
 Cepat kenyang setelah makan
- Monitor lingkungan selama makan
 Sariawan rongga mulut
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
 Steatorea
selama jam makan
 Kelemahan otot pengunyah
- Monitor kulit kering dan perubahan
 Kelemahan otot untuk menelan
pigmentasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
- Monitor turgor kulit
 Faktor biologis
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
 Faktor ekonomi
mudah patah
 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien - Monitor mual dan muntah
 Ketidakmampuan untuk mencerna - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
makanan kadar Ht.
 Ketidakmampuan menelan makanan - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Faktor fisiologis - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
4. Hipertermia NOC NIC
Definisi : Peningkatan suhu tubuh diatas Thermoregulation Fever treatment
kisaran normal Kriteria Hasil : - Monitor suhu sesering mungkin
Batas Karakteristik  Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor warna dan suhu kulit
- Konvulsi  Nadi dan RR dalam rentang normal - Monitor TD, N, RR
- Kulit kemerahan  Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran dan tidak ada pusing - Berikan pengobatan untuk mengatasi
normal penyebab demam
- Kejang - Selimuti pasien
- Takikardia - Lakukakan tepid sponge
- Takipnea - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Kulit terasa hangat - Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Faktor yang berhubungan : Temeperature regulation
- Ansietas - Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Penurunan respirasi - Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Dehidrasi - Monitor TD, N, dan RR
- Pemajanan lingkungan yang panas - Monitor warna dan suhu kulit
- Penyakit - Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
- Pemakaianpakaian yang tidak sesuai akibat panas
dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolism
- Medikasi
- Trauma
Aktivitas berlebihan

5. Intoleransi aktivitas NOC NIC


Definisi : ketidakcukupan energy  Energy convervation Activity therapy
psikiologis atau fisiologis untuk  Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas  Self care medik dalam merencanakan program terapi
kehidupan sehari-hari yang harus atau Kriteria hasil: yang tepat
yang ingin dilakukan.  Berpatisipasidalam aktivitas fisik - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
Batasan karakteristik : tanpa disertai peningkatan tekanan yang mampu dilakukan
 Respon tekanan darah abnormal darah, nadi,dan respirasi - Bantu klien untuk memilih aktivitas konsisten
terhadap aktivitas  Mampu melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik,
 Respon frekuensi jantung abnormal sehari-hari psikologi dan sosial
terhadap aktivitas  Tanda-tanda vital normal - Bantu untuk mengidentifikasi dan
 Perubahan EKG yang mencerminkan  Energy npsikomotor mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aritmia  Level kelemahan aktivitas yang diinginkan
 Perubahan EKG yang mencerminkan  Mampu berpindah dengan atau - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
iskemia tanpa bantuan alat aktivitas seperti kursi roda, krek
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas  Status kardiopulmonari adekuat - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
 Dipsnea setelah beraktivitas  Sirkulasi status baik disukai

 Menyatakan merasa letih  Status respirasi: pertukaran gas dan - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
ventilisasi adekuat diwaktu luang
 Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan : - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

 Tirah banting atau imobilisasi kekurangan dalam beraktivitas

 Kelemahan umum - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif


beraktivitas
 Ketidakseimbangan atau suplei dan
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
kebutuhan oksigen
diri dan penguatan
 Imobilitas
- Monitor respon fisik,emosi,sosial dan
Gaya hidup monoton
spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier,dkk. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Ed,7. Vol,1. EGC.

Jakarta.

Nurarif,Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda Nic-Noc.Jilid 1.Yogyakarta:Mediaction Publishing.

Rahmawati, Hesti Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan pada An.Y dengan

Gangguan Sistem Pernapasan : Bronkitis di Ruang Anggrek 8 RSUD

Surakarta. Skripsi. Universitas Muhamadiyah. Surakarta.

Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Belajar. Yogyakarta

Rusdiantoro, Aris. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Bronkitis dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD Bangil

Pasuruan. KTI. Stikes Insan Cendekia Medika. Jombang.

Anda mungkin juga menyukai