Anda di halaman 1dari 10

PEER TEACHING 3.

2
BRACHIAL PLEXUS INJURY DAN
CRYTORCHIDISM
Berlyan Sekar W (18711034)
BRACHIAL PLEXUS INJURY

DEFINISI
Cedera pada plexus brachialis yang menginervasi ekstremitas atas dapat terjaadi
kelumpuhan.

ETIOLOGI
Peregengan berlebih
Kompresi
Terkena benda tajam

FAKTOR RESIKO

makrosomia
DM gestasional
DKP
distosia bahu
presentasi bokong
Traksi berlebihan saat persalinan
PATOGENSIS

Traksi dan kompresi yang berlebihan pada plex.brachialis menyebabkan hematom intraneural kemudian menjepit jaringan
saraf di sekitarnya dan berakhir gangguan pada saraf

MANIFESTASI KLINIS

Kelumpuhan pada ekstremitas atas


Kebas, kesemutan, nyeri KLASIFIKASI
Atrofi muskulus
Jari tangan tidak mengenggam 1. Paralisis Erb-Duchene
Lengan keadaan ekstensi dan abduksi kerusakan pada cabang C5-C6
2. Paralisis Klumpke
Kerusakan pada cabang C8-T1
Penegakan Diagnosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN FISIK

Lesi atau pembengkakan pada leher x-ray : fraktur klavikula


-bahu CT myeolography : melihat
Deformitas pada klafikula kontinuitas dan integritas plexus
tanda syndrom horner brachialis
Px. refleks MRI : lebih akurat untuk
1. Refleks moro menunjukkan luasnya trauma
2. Refleks menggegam /palmar graps
TATALAKSANA EDUKASI

Terapi konservatif Umumnya dapat membaik


Mencegah keparahan dengan dengan perawatan selama 3-4
meregangkan otot dan sendi bulan
sehingga dapat mempertahankan Observasi ulang jika dalam 3
ROM bulan tidak ada perbaikan dan
rujuk pada dokter spesialis
Pembedahan bedah saraf atau orthopedi
Dilakukan jika dalam 3bulan tidak Hindari menyentuh bagian
terdapat perbaikan ROM dengan tubuh yang sakit
terapi konservatif
CRYTORCHIDISM
DEFINISI

Adanya kelainan pada penurunan testis ke


skrotum.
ETIOLOGI

Faktor mekanis
Hormonal
FAKTOR RESIKO

IUGR
Prematur
Lahir pada musim dingin
PATOGENESIS

Mutasi pada gen resptor androgen sehingga


terjadi resistensi hormon androgen sehingga
mengganggu penurunan testis.

MANIFESTASI KLINIS

tidak ditemukan gejala yang spesifik


Penegakkan Diagnosis
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG

Riwayat kehamilan dan Radiologi


persalinan a. USG
Riwayat keluarga a. CT-scan
Berat lahir b. MRI
Kondisi testis saat lahir Uji hCG
untuk mengetahui ada tidaknya testis
Laparoskopi
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi tipe kriptokidismus non papable


Palpasi
a. Papable
b. Non papable
TATALAKSANA EDUKASI

Terapi hormonal Pada bayi baru lehir dengan


a. hCG kriptorkidismus tunggu penurunan
b. GnRH dan hCG
testis spontan selama 6 bulan.
Dosis :
Rujuk ke dokter spesialis bedah jika
- GnRH3 × 400 μg/hari selama 4
setelah 6 bulan belum terjadi
minggu dengan nasal spray
- hCG – 50 IU/kgBB secara IM 2x
penurunan testis.
seminggu selama 3-5 minggu (total Jika penatalaksanaan terlambat dapat
dosis 6,000–9,000 IU). mempengaruhi fertilitas
orkhidopeksi
- dilakukan pada anak usia 6-12 bulan
- indikasi
a. terapi hormonal gagal
b. letak intrabdominal
c. testis ektopik
DAFTAR PUSTAKA

Braga, L. H., & Lorenzo, A. J. (2017, January 1). Cryptorchidism: A practical review for all community
healthcare providers. Canadian Urological Association Journal. Canadian Urological Association.
https://doi.org/10.5489/cuaj.4343
Kliegman, R.M., Stanton, B.M. and Geme, J.S., 2015. Nelson Textbook of Pediatrics, 2-
Volume Set, 20th ed. Elsevier. Philadelphia
Niedzielski, J. K., Oszukowska, E., & Słowikowska-Hilczer, J. (2016). Undescended testis - Current trends
and guidelines: A review of the literature. Archives of Medical Science. Termedia Publishing House Ltd.
https://doi.org/10.5114/aoms.2016.59940
Medscape 2019 : https://emedicine.medscape.com/article/317057-overview#a5
Medscape 2019 :https://emedicine.medscape.com/article/438378-treatment#d9
Suryawan, I. W. B., Yati, N. P., & Batubara, J. R. (2017). Diagnosis dan Tata Laksana Kriptorkismus.
Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia, 1–2.
Thatte, M. R. and Mehta, R. (2011) ‘Obstetric brachial plexus injury’, Indian Journal of Plastic Surgery,44(3),
pp. 380–389. doi: 10.4103/0970-0358.90805.
Yang, L. J. S. (2014). Neonatal brachial plexus palsy-Management and prognostic factors. Seminars in
Perinatology, 38(4), 222–234. https://doi.org/10.1053/j.semperi.2014.04.009

Anda mungkin juga menyukai