Anda di halaman 1dari 46

CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN

( Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama


(S.Ag)

Oleh:

Azzah Nuril Mudli’ah

NIM: 14210567

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2018 M/ 1439 H
CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN
( Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama


(S.Ag)

Oleh:

Azzah Nuril Mudli’ah

NIM: 14210567

Dosen Pembimbing:

Ali Mursyid, M.Ag

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2018 M/ 1439 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi


Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)” yang disusun oleh
Azzah Nuril Mudli‟ah dengan Nomor Induk Mahasiswa 14210567 telah
melalui proses bimbingan dengan baik dan disetujui untuk diujikan pada
sidang munaqasyah.

Jakarta, 12 Agustus 2018

Pembimbing

Ali Mursyid, M.Ag

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi


Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)” oleh Azzah Nuril
Mudli‟ah dengan NIM 14210567 telah diujikan pada sidang Munaqasyah
Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal
Agustus 2018. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 18 Agustus 2018


Dekan Fakultas Ushuluddin

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Siti Ruqoyyah Tamami

Penguji I, Penguji II,

Drs. Arison Sani, MA Iffaty Zamimah, MA

Pembimbing

Ali Mursyid, M.Ag

ii
PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Azzah Nuril Mudli’ah

NIM : 14210567

Tempat/tgl. Lahir : Tegal, 25 Februari 1996

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Cinta Tanah Air Prespektif Al-
Qur`an(Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)”
adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah
disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 18 Agustus 2018

Azzah Nuril Mudli’ah

iii
PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk Ummi dan Abi

Yang telah bersedia menjadi tangan kanan Allah dalam mendidik Azzah,
merawat Azzah dengan penuh kasih dan sayang.

Yang doanya selalu mengalir untuk kebaikan dan keberhasilan Azzah.

untuk Abah, meski ragamu tak lagi disini,

Semoga sedikit dari apa yang Azzah berikan mampu menjadi penerang alam
kuburmu, dan mendapatkan tempat terindah disisi-Nya.

Tak lupa, untuk para penjaga kalam-Nya di Pondok Pesantren Putri


Tahfidzul Qur`an Miftahul Huda „Ceria, yang selalu histeris berjejer rapi di
balkon atas ketika Azzah harus berangkat lagi ke Jakarta. I Love You mbak-
mbak.

iv
MOTTO

Setiap kau menemukan persoalan dalam hidupmu, bacalah Al-Qur`an dan


mintalah kepada Allah agar menyelesaikan persoalan itu.

(Dr. K. H. Ahsin Sakho Muhammad, Renungan Kalam Langit)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas Rahmat Allah penulis mampu menyelesaikan


skripsi dengan judul “Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi
Komparatif Tafsir Al-Huda dan Tafisr Al-Azhar).”

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda


Nabi Muhammad s.a.w. Sang pendidik dan pembawa risalah agama Islam.

Hamdan lillah, tak henti-hentinya penulis haturkan kepada Sang Maha


Kuasa, sehingga atas Kuasa-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
merupakan akumulasi dari perjuangan-perjuangan kecil penulis. Dalam
penyelesaian skripsi ini penulis harus mengkolaborasikan antara kesabaran
dan semangat, serta senantiasa menjaga keduanya agar tetap stabil selama
masa pengerjaan.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya sederhana ini sejatinya


bukanlah mutlak hasil dari kerja keras penulis seorang. Karna banyak sekali
sumbangsih orang lain dalam proses pengerjaannya. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terimaksih kepada:

1. Allah swt, yang Maha Baik atas setiap kemudahan dan kejutan-Nya
selama penulis mengerjakan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah Tahido Yanggo, Lc, MA. Ibunda kita
semua, Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Maria Ulfa, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, atas kesediaannya menyetujui
judul penulis.
4. Bapak Ali Mursyid, MA selaku dosen pembimbing terbaik penulis,
atas ketelatenannya dalam membimbing proses pembuatan skripsi ini,
sejak masih berbentuk proposal hingga menjadi skripsi yang utuh.

vi
Terimakasih telah mengajarkan kami arti kesabaran menunggu,
sehingga dapat berwujud tanda tangan tanda disahkannya skripsi ini
untuk diujikan.
5. Ibu Atiqoh, Ibu Mahmudah, Kak A‟yuna, Ibu Muthmainnah, dan Ibu
Istiqomah. Instruktur tahfidz yang selalu memberikan dukungan serta
semangat penulis, sehingga penulis sampai pada titik ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta yang telah membagikan ilmunya pada penulis, sehingga
penulis mendapatkan dan memahami banyak hal terkait ilmu-ilmu Al-
Qur`an.
7. Seluruh staf Fakultas yang telah membantu tahap demi tahap proses
yang penulis lalui.
8. Pimpinan dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan PSQ,
perpustakaan Sadra, dan perpustakaan Iman Jama‟, terimakasih atas
kesempatannya untuk penulis dalam mencari bahan yang diperlukan
dalam menyusun skripsi.
9. Ummi Hj. Nur Mahfudloh dan Abi Syamsul Ma‟arif S.Sos.I,
terimakasih sebanyak-banyaknya Azzah sampaikan untuk Ummi dan
Abi, tanpa doa, dukungan, serta keikhlasan Ummi dan Abi, tak akan
mungkin Azzah mampu menyelesaikan hingga tahap ini. Ridhoi
setiap langkah Azzah Umi, Abi.
10. Abah H. M. Hadun Miftah (alm), meski kini engkau tak lagi bersama
kami, Abah. Azzah yakin engkau selalu mendoakan kami di alam
sana. Mendoakan untuk keberhasilan dan kesuksesan Azzah.
Terimakasih Abah, 12 tahun yang sangat berharga dan
membahagiakan. Azzah sayang Abah, Azzah rindu Abah.

vii
11. Adik-adikku yang sholeh dan sholehah. Ismatul Izzah, terimakasih
telah menyemangati mbak selama ini, memberikan dukungan moral
yang berharga untuk mbak, semoga Allah memudahkan segala
langkahmu dik. Almira Kanzus Shofa dan Ahmad Adzhan Husem
Fawaz, calon Hafidzhah dan Hafidz kecil, Insya Allah. Terimakasih
untuk doa dan hiburan dikala penat dan suntuk melanda mbak,
sehingga mbak mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.
12. Arina Alfa Khasanatin, Ammah yang selalu ikhlas Azzah repotkan
dalam segala hal. Terimakasih Ammah, atas doa dan dukungan
semangat untuk Azzah. Tahun depan harus jadi comlude lagi ya.
13. Seluruh anggota Pasukan Asrama bu Ema, yang telah memberikan
atmosfer positif dan semangat yang luar biasa kepada penulis.
14. Teman-teman angkatan 2014 terkhusus untuk teman-teman
Ushuluddin A, atas kebersamaan, kerjasama dan semangatnya selama
masa perkuliahan hingga sekarang. Semoga silaturrahim tetap terjalin
diantara kita.
15. Asatidz-asatidzah Rumah Cinta Al-Qur`an (RCA) al-Islamiyyah,
Jakarta Utara. Terimakasih untuk kebersamaan selama satu tahun ini,
untuk pengalaman dan semangat membaranya kepada penulis.
16. Kak Egi Sukma Baihaqi, yang meminjami penulis Tafsir Al-Huda
karya Bakri Syahid, dimana Tafsir ini sangat dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
17. Keluarga perantauan Jawa Tengah, terkhusus kang Fahmi, kang Faiq,
kang Ghozali, kang Muhib, mbakyu Echa. Terimakasih telah
memberikan kehangatan layaknya keluarga, yang selalu ada kapanpun
penulis butuhkan, untuk dukungan semangatnya, sehingga penulis
bisa mengikuti wisuda di tahun ini.

viii
Tak lupa penulis ucapkan permohonan maaf kepada seluruh pembaca
jika terdapat kesalah fahaman dalam penulisan maupun penyusunan skripsi
ini. Penulis menyadari, masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Karena kesempurnaan hanya milik Allah saw. dan kekurangan ada
pada diri penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini mampu memberikan
kontribusi positif di dunia akademis, serta memberikan pemahaman baru
pada masyarakat.

Jakarta, 18 Agustus 2018

Azzah Nuril Mudli‟ah

ix
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii
PERNYATAAN PENULIS........................................................................iii
PERSEMBAHAN........................................................................................iv
MOTTO.........................................................................................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................x
PEDOMAN TRANSLITERASI...............................................................xii
ABSTRAKSI...............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah................................................................1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah......................13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................14
D. Tinjauan Pustaka..........................................................................14
E. Metodologi Penelitian..................................................................18
F. Tehnik Sistematika Penulisan......................................................19

BAB II DISKURSUS TENTANG CINTA TANAH AIR

A. Pengertian Cinta Tanah Air.........................................................23


B. Cinta Tanah Air dalam sejarah islam...........................................26
C. Cinta Tanah Air dalam Al-Qur`an...............................................40
D. Cinta Tanah Air dalam Hadis......................................................48
BAB III MENGENAL TAFSIR AL-HUDA DAN TAFSIR AL-AZHAR
A. Profil Tafsir Al-Huda
1. Biografi Bakri Syahid............................................................51
2. Karya-karya Bakri Syahid.....................................................54

x
3. Profil Tafsir Bakri Syahid.....................................................54
B. Profil Tafsir Al-Azhar
1. Biografi Prof. Hamka.............................................................59
2. Karya-karya Prof. Hamka......................................................64
3. Profil Tafsir Prof. Hamka.......................................................67
BAB IV ANALISIS CINTA TANAH AIR MENURUT TAFSIR AL-
HUDA DAN TAFSIR AL-AZHAR
A. Penafsiran Bakri Syahid dan Prof. Dr. Hamka tentang Ayat
Terkait Cinta Tanah Air
1. Penafsiran kata “Bangsa”.......................................................75
2. Menyamakan level pengusiran dengan kematian...................82
3. Menguatkan kesamaan level antara terbunuh dan terusir.......89
4. Menyamakan level keterusiran seseorang dari negaranya
dengan pembunuhan...............................................................93
5. Jangan membuat kerusakan..................................................100
6. Doa Nabi Ibrahim a.s............................................................102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................108
B. Saran-saran................................................................................109

DAFTAR PUSTAKA

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini ditulis dengan mneggunakan pedoman transliterasi sebagaimana


diuraikan di bawah ini. Trasliterasi ini ditulis dengan menggunakan pedoman
transliterasi huruf Arab ke huruf latin yang telah disusun oleh Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Tahun 2017.

1. Konsonan

‫أ‬ :a ‫ط‬ : th

‫ة‬ :b ‫ظ‬ : zh

‫ث‬ :t ‫ع‬ :„

‫ث‬ : ts ‫غ‬ : gh

‫ج‬ :j ‫ف‬ :f

‫ح‬ :h ‫ق‬ :q

‫خ‬ : kh ‫ك‬ :k

‫د‬ :d ‫ل‬ :l

‫ذ‬ : dz ‫م‬ :m

‫ز‬ :r ‫ن‬ :n

‫ش‬ :z ‫و‬ :w

‫س‬ :s ‫ي‬ :h

xii
‫ش‬ : sy ‫ء‬ :`

‫ص‬ : sh ‫ي‬ :y

‫ض‬ : dh

2. Vocal

Vocal Tunggal Vocal Panjang : Vocal Rangkap:


Fathah: a ‫أ‬: â ْْ‫ي‬...: ai
Kasrah : i ‫ي‬: î ْْ‫…و‬: au
Dhammah: u‫و‬: û
3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬qamariyah


ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, Contoh:
‫ البقسة‬: Al-Baqarah ‫المبئدة‬: Al-Mâidah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫)ال‬ syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
‫ السجل‬: ar-rajulu ‫السيدة‬: as-Sayyidah
‫الشمس‬: asy-Syams ‫الدازمي‬: ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd) dalam system aksara Arab digunakan lambang
(ّ_), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
ْ ‫أ َمىّبْبِب‬: Âmannâbillâhi
ِ‫لل‬ ْ‫أ َمهَ ْال ّسفَهَبء‬: Âmana as-Sufahâ’u
xiii
َْ‫إِ َّنْالَّ ِريْه‬: Inna al-ladzîna ْ‫ َوالسُّ َّك ِع‬: waar-rukka’i
d. Ta Marbûthah(‫)ة‬
Ta Marbûthah (‫ )ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
‫ األفئدة‬: al-Af`idah ‫ الجبمعتْاألسالميت‬: al-Jâmiah al-Islâmiyah
Sedangkan ta marbûthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
ٌ‫َبصبَ ْت‬
ِ ‫ َعبِملَتٌْو‬: ÂmilatunNâshibah
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainya.

xiv
ABSTRAKSI
Azzah Nuril Mudli’ah (14210567)
Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan
Tafsir Al-Azhar)
Pada zaman sekarang media sosial sangatlah berperan penting dalam segala hal,
terutama dalam membagikan ilmu-ilmu sebagaiamana yang sudah banyak dilakukan oleh
para pendakwah masa kini. Salah satu alasan penulis mengambil judul ini, karena ada satu
pendakwah masa kini yang bernama Felix Siaw penah membuat opini bahwa "membela
nasionalisme, nggak ada dalilnya, nggak ada panduannya | membela Islam, jelas pahalanya,
jelas contoh tauladannya", padahal sudah jelas bahwa ada nasehat dari Hadlratusy Syaikh
KH. Hasyim Asy'ari terkait dengan Islam dan Nasionalisme. Beliau pernah mengatakan,
"Agama dan Nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme
adalah bagian dari Agama, dan keduanya saling menguatkan”. Sedangkan alasan penulis
memilih kedua tafsir diatas, karena kedua penafsir diatas memiliki jiwa nasionalisme yang
sangat tinggi, terlihat pada penafsiran Bakri Syahid terhadap surat al-Baqarah ayat 11 lafadz
‫الَتَ ْف ِسدوْ ا‬, Bakri Syahid menafsirkan: Janganlah membuat kerusakan dimuka bumi baik
kerusakan batin maupun kerusakan lahir, serta hal-hal yang merusak mental, yang hal ini
sangan ditakutkan. Sedangkan pemilihan Tafsir Al-Azhar karena hampir sebagian karya-
karya Prof. Hamka mengenai nasionalisme, seperti Falsafah Hidup, Tasawuf, Pandangan
Hidup Muslim, Pembela Islam, Adat Mingkabau dan Agama Islam. Karena itu penulis
tertarik untuk meneliti cinta tanah air menurut Al-Qur`an.
Pada skripsi ini penulis hanya membahas bagaimana penafsiran Bakri Syahid dan
Prof. Dr. Hamka dalam ayat-ayat cinta tanah air, serta bagaimana persamaan dan perbedaan
Cinta Tanah Air menurut Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan komparatif. Dalam
penelitian ini, penulis mencoba menjawab permasalahan yang ada melalui studi dokumen
dan pustaka (library research) dengan merujuk pada data primer dan sekunder. Sumber
data primer yang penulis gunakan adalah Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar. Sementara
data sekundernya merupakan buku-buku Wawasan Al-Qur‟an, Membumikan Islam
Nusantara, Literatur Tafsir Indonesia dan tafsir-tafsir nusantara serta buku-buku dan jurnal
yang berkaitan dengan pembahasan. Adapun teknik analisis datanya yaitu teknik deskriptif
komparatif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada ayat yang menunjukkan arti
cinta tanah air secara langsung, namun melihat kajian terdahulu, terdapat 7 ayat yang
merujuk pengertian cinta tanah air, diantaranya ayat yang menafsirkan kata “Bangsa”,
menyamakan level pengusiran dengan kematian, menguatkan kesamaan level antara
terbunuh dan terusir, menyamakan level keterusiran seseorang dari negaranya dengan
pembunuhan, jangan membuat kerusakan, dan doa Nabi Ibrahim a.s. Menurut penafsiran
Bakri Syahid, cinta tanah air adalah jangan merusak ajaran agama, yang fungsinya sebagai
unsur pembangunan bangsa dan karakter bangsa itu kewajiban bagi pemerintah dan
masyarakat, harus berjalan bersama, harus dijaga, dan dibina dengan baik. Jangan sampai
ada sikap jiwa menyepelekan ajaran agama. Sedangkan menurut penafsiran Prof. Hamka
adalah belum beriman seseorang sebelum taat kepada Rasul dan ridha menerima
hukumannya. Bahkan Allah memerintahkan untuk menguji ke Imanan seseorang dengan
membunuh dirinya, atau keluar dari negerinya, tinggalkan kampung halaman untuk
berjuang. Adapun dari penjelasan dua penafsir tersebut rupanya ayat-ayat terkait cinta tanah
air menurut Al-Qur`an mendukung nasehat yang disampaikan KH. Hasyim Asy‟ari.
Dengan begitu penelitian ini sangat membantah pernyataan Felix Siaw, karena
kenyataannya banyak ayat yang membahas mengenai cinta tanah air.

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara kesatuan Republik Indonesia adalah suatu wilayah negara
kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan diapit oleh dua samudra dan dua
benua, serta didiami oleh ratusan juta penduduk. Selain itu Indonesia
memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang berlainan satu sama
lain, dan tercermin dalam satu ikatan yang terkenal dengan sebutan Bhineka
Tunggal Ika. Karena letak wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa, maka
Indonesia memiliki iklim tropis dan memiliki dua musim saja, yaitu musim
hujan dan musim kemarau.
Indonesia memiliki 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum
diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni). Di sini ada 2 dari 6
pulau terbesar di dunia yaitu Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Wilayah
Indonesia terbentang sepanjang 3.977 m diantara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia 1.922.570 km2.1
Sebagai bangsa yang telah mencapai kemerdekaan, Pancasila tercipta
sebagai dasar dan ideologi negara yang akan menuntun kita untuk bersikap
dan berperilaku layaknya warga negara yang baik.
Pancasila mengandung dasar dari cita-cita Indonesia merdeka.
Kemerdekaan sebagai hasil perjuangan bangsa Indonesia dengan persatuan,
haruslah dijaga kelangsungannya. Untuk itu Indonesia merdeka haruslah
mempunyai dasar, sebuah dasar yang diatasnya akan dibangun negara semua
untuk satu, dan satu untuk semua.2

1
www.academia.edu/7663694/Negara_Kesatuan_Republik_Indonesia_NKRI_ di
akses Tanggal 28September 2018 pukul 11:52 WIB
2
Tashadi, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan Ir. H. Soekarno dan KH.
Ahmad Dahlan, (Jakarta: CV Ilham Bangun Karya, 1999), h. 56

1
2

Pancasila sendiri mengandung nilai-nilai luhur yang harus tertanam


pada diri seseorang sebagai warga negara yaitu nilai agama, nilai budaya,
nilai pendidikan dan nilai kebangsaan atau nasionalisme.
Cinta tanah air merupakan salah satu hal utama dalam membentuk
sebuah karakter warga negara, kemudian rasa memiliki, rasa menjaga, rasa
melestarikan, rasa ingin memajukan akan tumbuh dengan bermula dari sikap
cinta tersebut. Dengan sikap cinta itu pula keadaan negara akan menjadi
lebih baik. Sebagai seorang warga negara wajib baginya untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air tersebut karena di tanah air
itulah tempat ia berpijak baik secara kultural maupun historis. Oleh
karenanya, patutlah kita sebagai warga negara untuk mengabdikan diri
kepada negara kita sendiri bermula dengan menanamkan sikap cinta tanah
air. Bukan hanya diungkapkan secara verbal dalam bentuk kata-kata saja,
akan tetapi diwujudkan dalam upaya memperbaiki tatanan kehidupan
bangsa.
Tanah tumpah darah tempat kita dilahirkan, adalah daerah yang kita
cintai. Supaya tahu betapa mendalamnya cinta kita kepada tanah air, cobalah
tinggalkan sekali. Niscayalah terasa pada kita rindu kepadanya. Merantau
jauh-jauh, terbayanglah kampung halaman. Dan apabila bendera bangsa-
bangsa berkibar di gedung PBB di New York, maka yang terlebih dahulu
dicari oleh mata kita ialah di mana terletaknya “Merah-Putih”. Ketika itu kita
tidak berfilosofi, tetapi perasaanlah yang tersingung.
Mukhlas Samani dan Haryanto mengatakan, “Cinta tanah air adalah
cinta dan penuh pengabdian kepada negaranya dan peduli terhadap
pertahanannya, rela berkorban demi keutuhan negara”.3

3
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 127
3

Menurut Akhmad Muhaimin Azzel, “Salah satu tanda bahwa seseorang


telah mempunyai sikap cinta terhadap tanah air adalah bisa menghargai
karya seni dan budaya nasional yang ada di Indonesia”.4
Seseorang yang bisa menghargai karya seni dan budaya biasanya
mempunyai sikap bisa menghargai karya orang lain, mempunyai kesabaran
dalam berproses, juga mempunyai kebijaksanaan dalam hidup. Hal tersebut
bisa menumbuhkan rasa cinta seseorang terhadap bangsa dan negeri sendiri.
Dengan demikian, akan tumbuh pula rasa nasionalisme.
Cinta kepada tanah air sama halnya dengan cinta antar sesama
manusia. Cinta seseorang kepada sesama juga merupakan wujud rasa cinta
kepada Allah. Saling menasihati, saling bersilaturahim, saling mengunjungi
dan saling memberi menunjukkan adanya saling mencintai. Kalau saja tidak
ada cinta diantara keduanya maka tidak akan ada saling menyambung,
bersilaturrahim, menasihati, mengunjungi maupun memberi. Banyak bentuk
kesenangan dan kenikmatan duniawi yang diperkenankan dan merupakan
sumber pahala.
Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, termasuk di dalamnya terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang
ditujukan untuk bangsa.5 Menurut M. Quraish Shihab, cinta tanah air
bukanlah sebagian dari iman. Cinta tanah air adalah naluri manusia. 6 Sebagai
manusia, Nabi Muhammad saw. pun sangat cinta kepada kota Mekkah,
tempat kelahiran beliau. Pentingnya mencintai tanah air didasarkan pada
sebuah peristiwa terkenal saat Nabi saw diusir keluar dari Makkah. Saat
hendak meninggalkan Makkah, beliau menghadap ke arah Ka‟bah seraya

4
Akhmad Muhaimin Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,(Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 75
5
Said Ismail Ali, Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2010), h. 281
6
Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati,
2009), cet ke-V, h. 424-425
4

berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah


tanah Allah yang paling Dia cintai, lembah terbaik yang ada di atas muka
bumi dan yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya penduduk tidak
mengusirku, aku pasti takkan pernah meninggalkanmu.”7
Imam Fakhruddin Ar Razi (w.1209 M/ 1210 M) memiliki pandangan
yang bagus dalam memberikan dalil dari Al-Qur`an terkait cinta tanah air,
yang menegaskan bahwa cinta tanah air adalah dorongan fitrah yang sangat
kuat di dalam diri dan jiwa manusia. Beliau mengatakan hal itu ketika
menafsirkan firman Allah SWT :

             

              

“Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka


bunuhlah dirimu atau keluarlah dari kampungmu” (QS An Nisaa : 66)

Imam Fakhruddin Ar-Razi berkomentar, ”Allah menjadikan tingkatan


meninggalkan kampung halaman setingkat dengan bunuh diri”. Seakan Allah
SWT berfirman: “Seandainya Aku perintahkan kepada mereka salah satu
dari dua kesulitan terbesar di alam semesta, pasti mereka tidak akan
melakukannya. Dua kesulitan terbesar di alam semesta itu adalah bunuh diri
atau meninggalkan tanah air”. Allah menjadikan kesulitan untuk melakukan
bunuh diri sama persis dengan kesulitan meninggalkan tanah air.
Meninggalkan kampung halaman, bagi orang yang berakal adalah hal
yang sangat sulit dilakukan, sama sakitnya seperti bunuh diri. Hal ini

7
Said Ismail Ali, Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2010), h. 281
5

menunjukkan bahwa kecintaan pada tanah air mempunyai makna yang


sangat dalam bagi diri manusia.8
Syekh Wahbah al-Zuhaily (w. 8 Agustus 2015) dalam tafsirnya al-
Munir fil Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj menyebutkan:

‫ َو َج َعلَوُ قَ ِريْ َن قَ ْت ِل‬، ‫َّاس بِِو‬


ِ ‫الوطَ ِن َوتَ َعلُّ ِق الن‬
َ ‫ب‬ ِّ ‫اخ ُر ُج ْو ِام ْن ِديَا ِرُك ْم) إِ ْْيَءٌ إِ ََل ُح‬ْ ‫ (أ ِو‬:‫ويف قولو‬
9 ِ ِ ‫صعُ ْوبَِة‬
.‫األوطَان‬ ْ ‫اهلشجَرِة من‬ ْ ِ ‫النَّ ْف‬
ُ ‫ َو‬. ،‫س‬
Artinya: “Di dalam firman-Nya )ْ‫ (أ ِوا ْخرُجُ ْو ِامنْ ِديَا ِرُكم‬terdapat isyarat akan
cinta tanah air dan ketergantungan orang dengannya, dan Allah
menjadikan keluar dari kampung halaman sebanding dengan bunuh
diri, dan sulitnya hijrah dari tanah air.”

Ayat Al-Qur`an selanjutnya yang menjadi dalil cinta tanah air menurut
ahli tafsir kontemporer, Syekh Muhammad Mahmud Al-Hijazi yaitu pada
Q.S At-Taubah: 122

             

          
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (Q.S At-Taubah:122)

Syekh muhammad mahmud al-Hijazi (w. 1383 H) dalam Tafsir al-


Wadlih menjelaskan ayat diatas sebagai berikut:
“Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa belajar ilmu adalah suatu
kewajiban bagi umat secara keseluruhan, kewajiban yang tidak mengurangi
kewajiban jihad, dan mempertahankan tanah air juga merupakan kewajiban

8
majelissholawatbontang.org/detailpost/cinta-tanah-air-dalam-tinjauan-ulama
diakses tanggal 10 Mei 2018
9
Wahbah Al-Zuhaily, al-Munir fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj, (Damaskus:
Dar Al-Fikr Al-Mu‟ashir, 1418 H), juz 5, h. 144
6

yang suci. Karena tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan
pedang (senjata), dan juga berjuang dengan argumentasi dan dalil.
Bahwasannya memperkokoh moralitas jiwa, menanamkan nasionalisme dan
gemar berkorban, mencetak generasi yang berwawasan „cinta tanah air
sebagian dari iman‟, serta mempertahankannya (tanah air) adalah kewajiban
yang suci. Inilah pondasi bangunan umat dan pilar kemerdekaan mereka.”10
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA juga mengatakan bahwa
salah satu ayat yang membahas mengenai kebangsaan terdapat pada Q.S Al-
Hujurat: 13.

           

          
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat: 13)

Menurut beliau, kata sya’ab juga diterjemahkan sebagai “bangsa”


seperti ditemukan dalam terjemahan al-Qur`an yang disusun oleh Departemen
Agama RI.11
Memang benar saat ini Indonesia sudah merdeka dari para penjajah,
akan tetapi Indonesia hanya merdeka dalam bentuk fisik saja, sedangkan
dalam bentuk moral Indonesia belum merdeka.
Pada era globalisasi ini, rasa cinta terhadap tanah air masih sangat
dibutuhkan. Kenapa? karena walaupun negara kita sudah merdeka dari

10
Muhammad Mahmud al-Hijazi, Tafsir al-Wadlih, (Beirut: Dar al-Jil al-Jadid,
1413 H), juz II, h. 30
11
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur`an,(Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2007), cet. I, h. 436
7

penjajahan, kita masih memiliki kewajiban untuk menjaga kemerdekaan


tersebut, kita harus menjaga keutuhan bangsa ini yang telah diperjuangkan
oleh para pahlawan.
Memiliki rasa cinta terhadap tanah air itu tidak serta merta dimiliki saat
hendak menghadapi penjajah yang menjajah negara kita. Karena penjajahan
itu tidak hanya berbentuk fisik, akan tetapi dapat terjadi pula dengan bentuk
penjajahan terhadap moral suatu bangsa.
Perwujudan rasa cinta tanah air tidak hanya bagi warga negara
Indonesia kepada negara Indonesia, akan tetapi sebagai warga negara di
negara mana pun itu kita harus memiliki rasa cinta tanah air, misalnya Mesir.
Pada abad ke 19, seorang tokoh Mesir bernama Ath-Thahthawi (w. 27
Mei 1873) yang merupakan salah seorang tokoh pembaharu di bidang
pendidikan membawa pembaharuan terhadap pendidikan di Mesir pada waktu
itu, bahkan dikenal pula sebagai pioner pertama pembaharu pendidikan.
Beliau merumuskan sebuah konsep pendidikan yang menjelaskan gagasan
beliau mengenai pendidikan. Beliau berpendapat bahwasannya tujuan
pendidikan itu adalah untuk pembentukan kepribadian, tidak hanya untuk
kecerdasan. Lebih dari pada itu, tujuan pendidikan juga berupaya
menanamkan rasa patriotisme (hubb al-wathan).
Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa seseorang untuk
membangun masyarakat maju. Wacana patriotisme yang dimaksudkan Ath-
Thahthawi adalah cinta pada tanah tumpah darah yaitu Mesir, bukan seluruh
dunia Islam. Pemikiran Ath-Thahthawi tentang tujuan pendidikan tidak jauh
berbeda dengan pemikiran yang berada di Indonesia, bahwasannya
pendidikan itu tidak hanya untuk menambahpengetahuan akan tetapi
ditunjukkan pula untuk kepentingan bangsa.12

12
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: P.T Bulan Bintang, 1984), Cet.3,
h.220
8

Kita percaya kepada Tuhan dan kita mengabdi kepada Tuhan. Kita
bersyukur kepada-Nya karena kita dilahirkan di atas setumpuk dunia yang
indah. Tanah air adalah nikmat Ilahi kepada kita. Di atas bumi-Nya kita
dibesarkan, hasil buminya kita makan, airnya yang mengalir yang kita
minum.
Jadi dapat dikatakan, bahwasannya karena mencintai Tuhanlah maka
timbul cinta cinta kita kepada tanah air. Rumpun cinta yang seperti ini dari
Tauhid-lah asalnya.
Tetapi cinta itu terkadang terlepas dari uratnya, terbongkar dari asalnya,
sebagaimana juga pada segi-segi yang lain, cinta itu terlepas dari urat tauhid,
lalu menjadi musyrik.13
Jika cinta tanah air adalah naluri manusia, maka seorang mukmin
ataupun kafir selama masih naluri yang sehat pasti cinta kepada tanah airnya.
Dengan demikian cinta tanah air bukanlah bagian dari iman. Ungkapan ‫حب‬

‫ الوطن من االميان‬bukanlah hadis sahih. Hadis ini adalah palsu (maudhu’i)

menurut penilaian ash-Shaghghani sebagaimana dikutip oleh ulama hadis


Muhammad Nashiruddin al-Albani (w. 4 Oktober 1999) dalam kitabnya yang
berjudul Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Mawhu’ah, jilid I, hlm.
110.14
Sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang
membedakannya dengan makhluk lainnya, adalah melakukan kewajiban
manusia itu sendiri untuk mengenal Allah dari dekat, sekaligus untuk
mengabdi kepada-Nya. Salah satu cara mengenal Allah yang banyak tidak
disadari oleh kita semua yaitu dengan cara mencintai tanah air kita sendiri,

13
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Depok: Gema Insan Press, 1965)Cet.3,
h.220-221.
14
Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab, (Jakarta:Penerbit Lentera
Hati,2009),cet.V, h.424-425
9

seperti jargon yang suda ada sejak zaman penjajahan, yaitu “Hubbul Wathan
Minal Iman” yang artinya Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman.
Ada sejumlah hadis yang mengisyaratkan tentang kecintaan orang
beriman kepada tanah airnya. Misalnya hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abi
Hatim.

‫ َع ِن‬،ً‫ني َسنَة‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َسم ْعنَاهُ م ْن ُم َقات ٍل ُمْن ُذ َسْبع‬،‫ال ُس ْفيَا ُن‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ ثنا ابْ ُن أَِِب عُ َمَر‬،‫َحدَّثَنَا أَِِب‬
،َ‫اق إِ ََل َم َّكة‬ ْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِم ْن َم َّكةَ فَبَ لَ َغ‬
َ َ‫اْلُ ْح َف َة ا ْشت‬ ُّ ِ‫"لَ َّما َخَر َج الن‬:‫ال‬
َ ‫َِّب‬ َ َ‫ ق‬،‫اك‬ ِ ‫َّح‬
َّ ‫الض‬
15 َّ
."َ‫فَأَنْ َزَل اللَّوُ تَبَ َارَك َوتَ َع َاَل َعلَْي ِو الْ ُق ْرآ َن " لََر ُّاد َك إِ ََل َم َع ٍاد " إِ ََل َمكة‬
“dari al-Dhahhak, beliau berkata: Ketika Rasulullah saw. keluar dari
kota Makkah, lalu sampai di al-Juhfar (tempat diantara Makkah dan
Madinah), beliau rindu dengan Makkah, maka Allah swt. Menurunkan
ayat: “...dan sungguh (Allah) akan mengembalikanmu ke tempat
kembali (yaitu ke Makkah).” ( H.R Ibn Abu Hatim al-Razi)

Hadis yang diriwayatkan Ibn Abu Hatim al-Razi (w. 890 M) didalam
tafsirnya ini, diamini oleh banyak penafsir Al-Qur`an, seperti al-
Thabathaba‟i, Ibn „Asyur (w. 12 Agustus 1975), dan Sayyid Quthub (w. 29
Agustus 1966) sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab didalam tafsir
al-Misbah.
Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini sebenarnya menunjukkan
kalau mencintai negara itu punya andil besar, dalam menjaga
keberlangsungan kehidupan dan pelaksanaan ajaran agama yang didasari
oleh keimanan. Pelajaran dari kearifan tokoh bangsa ketika menjadikan
ungkapan “Hubbul Wathan Minal Iman” adalah sarana meningkatkan
semangat juang rakyat, harus kita teladani dan ambil semangatnya pada hari
ini. Memakmurkan dan mengelola muka bumi ini adalah bagian dari ajaran

15
Abu Muhammad „Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin Mundzir at Tamimiy
al Handzaliy ar Razi bin Abi Hatim, Tafsir Al-Qur`anul „Adzim liabni Abi Hatim, (Kerajaan
Arab Saudi: Perpustakaan Nizar Mustafa el Baz),Cet III, h. 419
10

islam, yaitu mensyukuri pemberian nikmat hidup di dunia ini, dengan


bekerja mencari nafkah yang halal. Memang, tanah air ini tidak hanya soal
kelahiran, ataupun kampung halaman. Mulla al-Qari (w. 1605 M)16
misalnya, menambahkan kalau al-wathan juga memiliki tafsiran makna
akhirat, karena kita semua akan kembali ke „kampung‟ akhiran, maka
pantaslah kalau kita merindukannya..
Atas dasar pandangan-pandangan diatas, merupakan suatu kewajiban
bagi umat Islam untuk memahami lebih jauh lagi ajaran Islam, sebelum kita
memahamkan orang lain dan membuktikannya dengan tindakan nyata bahwa
Islam adalah agama yang akan menebar kasih di muka bumi dan mencintai
tanah air bukan hanya tabiat, tetapi juga lahir dari bentuk keimanan kita.
Karenanya, jika kita mengaku diri sebagai orang yang beriman, maka
mencintai indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya
mayoritas muslim merupakan keniscayaan. Inilah makna penting pernyataan
hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air sebagian dari iman).
Pada dasarnya, kata cinta tanah air dalam Al-Qur`an tidak disebutkan
secara langsung. Namun nilai-nilai cinta tanah air banyak ditemukan dalam
Al-Qur`an. Nilai-nilai cinta tanah air tersebut juga tidak bertentangan dengan
konsep ajaran agama Islam yang menjadikan Al-Qur`an sebagai kitab
pedoman hidup. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah: (1) nilai persatuan
dan kesatuan, terdapat dalam Q.S. Al Anbiya‟: 92, Q.S. Al Hujurat: 13, Q.S.
Ali Imron: 103, dan Q.S.As Shaff: 4 (2) nilai rela berkorban, terdapat dalam
Q.S. Al Anfal: 60, Q.S. Qashsas: 7, dan Q.S. An Nisa‟: 135 (3) nilai
kesetiaan, terdapat dalam Q.S. An Nisa‟: 59, dan Q.S. Ali Imron: 103 (4)
nilai taat terhadap peraturan, terdapat dalam Q.S. An Nisa‟: 59, dan Q.S. An
16
Mulla al-Qari adalah seorang ulama ahli hadis yang bermadzhab Hanafi. Ketinggian
ilmu dan pribadi beliau diakui umat sehingga digelar sebagai “al-Imam Naashirus Sunnah
dan Pembasmi Bid‟ah- Imam Pembela Sunnah dan Pembasmi Bid‟ah”. Lihat
https://bahrusshofa.blogspot.com/2011/12/nur-muhammad-mulla-ali-al-qari.html?m=1
diaskes pada tanggal 12 September 2018 pukul 16:58
11

Nisa‟: 135 (5) nilai toleransi antar umat beragama terdapat dalam Q.S. Al
Mumtahanah: 8, dan Q.S. Al An‟am: 108.17
Pada penulisan skripsi ini, penulis mencoba membandingkan antara
tafsir al-Huda18 karya Bakri Syahid (w. 1994) dengan tafsir al-Azhar19 karya
Prof. Dr. Hamka (w. 24 juli 1981). Alasan penulis memilih judul tersebut,
dikarenakan ada sebagian ulama yang menyatakan cinta tanah air bukanlah
sebagian dari agama, tidak ada dalil mengenai cinta tanah air, kemudian
sebagai syabab (anggota resmi) HTI, Felix siauw memiliki pandangan anti
terhadap Nasionalisme. Salah satu "fatwa" Felix yang cukup menyita
perhatian, bahwa Nasionalisme tidak ada dalilnya dari sisi agama. "membela
nasionalisme, nggak ada dalilnya, nggak ada panduannya | membela Islam,
jelas pahalanya, jelas contoh tauladannya", kicau Felix melalui akun
twitternya pada 29 November 2012 pukul 22:53. Inilah kesalahan fatal Felix,
ia berupaya mempertentangkan Islam dengan Nasionalisme, bahkan
menyebut pembelaan terhadap Nasionalisme tidak ada dalil dari sisi agama.
Hal itu tentu berbeda dengan pandangan para ulama yang justru berupaya
menanamkan nasionalisme dan tidak mempertentangkannya dengan Islam.
Memang, ada dua kutup terkait Islam dan Nasionalisme yaitu ada
kelompok Islamis dan ada kelompok Nasionalis. Tetapi dengan
kepiawaiannya, ulama mampu memadukan keduanya. Inilah yang dilakukan
oleh Nahdlatul Ulama (NU) sehingga nasionalisme tidak menjadi 'gersang'
tetapi berlandaskan pada agama. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul

17
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk diakses tanggal 10 Mei 2018 pukul 15:37
18
Salah satu dari 8 tafsir karya Bakri Syahid yang ditulis sebelum beliau menjabat
sebagai pejabat di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tafsir ini dicetak dalam satu jilid,
bersampul hijau dengan panjang 24 cm dan lebar 15,5 cm dengan ketebalan 5,5 cm dan
berjumlah 1.376 halaman. Sumber rujukan utama yang dipakai Bakri Syahid adalah al-
Qur`an dan terjemahannya yang dikeluatkan oleh Departemen Agama RI.
19
Salah satu dari sekian banyak karya Prof. Dr. Hamka yang ditulis ketika beliau
berada di tahanan selama kurang lebih dua tahun, lengkap 30 juz, yang kemudian di
terbitkan pada tahun 1967 dan dinamai dengan Tafsir Al-Azhar.
12

Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siraj pernah mengatakan, NU telah berhasil
mengawinkan antara Agama dan semangat nasionalisme. NU telah
memberikan sumbangsih dalam menentukan bentuk negara Indonesia;
sebuah negara yang dijiwai nilai-nilai agama dan nasionalisme. Wakil Ketua
Umum PBNU H. As‟ad Said Ali membedakan antara nasionalisme yang
bertumpu pada nilai-nilai Islam dan nasionalisme yang sekuler. Hal itu yang
membedakan dengan NU. Ia menegaskan bahwa rasa kebangsaan NU
tumbuh dan dilandasi nilai-nilai keagamaan pesantren. Hal inilah yang
membedakan nasionalisme NU dengan nasionalisme sekuler. Dan berikut
nasehat Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari terkait dengan Islam dan
Nasionalisme. Beliau pernah mengatakan, "Agama dan Nasionalisme adalah
dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari
Agama, dan keduanya saling menguatkan" Dengan semangat nasionalisme
juga, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama KH. Abdul Wahab Hasbullah
pernah membentuk organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air)
pada tahun 1916.20
Sedangkan alasan penulis memilih kedua tafsir diatas, karena kedua
penafsir memiliki jiwa nasionalisme yang sangat tinggi, terlihat pada
penafsiran Bakri Syahid terhadap surat al-Baqarah ayat 11 lafadz ‫الَتَ ْف ِس ُد ْوا‬,

Bakri Syahid menafsirkan: Janganlah membuat kerusakan dimuka bumi baik


kerusakan batin maupun kerusakan lahir, serta hal-hal yang merusak mental,
yang hal ini sangan ditakutkan. Sedangkan pemilihan Tafsir Al-Azhar karena
hampir sebagian karya-karya Prof. Hamka membahas terkait nasionalisme,
seperti Falsafah Hidup, Tasawuf Modern, Pandangan Hidup Muslim,
Pembela Islam, Adat Mingkabau dan Agama Islam.

20
http://www.muslimedianews.com/2015/02/nasehat-sang-kyai-untuk-felix-siauw.html
diakses tanggal 10 juli 2018 pukul 13:24
13

Sehingga berdasarkan asumsi di atas, terlebih lagi sikap cinta yang


ditujukan untuk tanah air semakin berkurang. Maka penulis tertarik dan
memberanikan diri menganalisa lebih jauh terkait cinta tanah air untuk
diangkat menjadi sebuah skripsi yang berjudul “Cinta Tanah Air
Prespektif Al-Qur`an (Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan
Tafsir Al-Azhar)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


I. Identifikasi Masalah
Ada beberapa aspek yang dapat disoroti sebagai problema sehingga
perlu mengangkat penelitian ini. Pertama, banyaknya asumsi-
asumsi yang mendasari bahwa cinta tanah air merupakan sistem
yang bertentangan dengan Islam, sebab menjauhkan persatuan umat
karena hanya akan mengkotak-kotakkan mereka. Berbeda dengan
Islam yang mengajarkan persatuan umat seluruh dunia. Sementara
ada beberapa kitab tafsir yang membahas mengenai cinta tanah air.
Kedua, menjabarkan bagaimana pengertian cinta tanah air menurut
Bakri Syahid dan Prof. Hamka.

II. Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini agar lebih terarah
dan fokus membahas ayat-ayat terkait cinta tanah air dalam Tafsir
Al-Huda karya Bakri Syahid dan Tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr.
Hamka, diantaranya: Q.S Al-Hujurat: 13, Q.S an-Nisa:66, Q.S al-
Baqarah:126, Q.S. al-Baqarah:11, Q.S al-Baqarah:84-85, dan Q.S
al-Anfal:30.
III. Rumusan masalah
14

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis akan menarik suatu
rumusan masalah agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah
dan sistematis. Pokok masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Bakri Syahid dan Prof. Dr. Hamka dalam
ayat-ayat terkait cinta tanah air?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan Cinta Tanah Air menurut
Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui bagaimana penafsiran Bakri Syahid dan Prof. Dr.
Hamka dalam ayat-ayat terkait cinta tanah air.
2. Ingin mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan Cinta Tanah
Air menurut Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar.

D. Tinjauan Pustaka
Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap literatur
yang ada, yang mengkolaborasikan tentang cinta tanah air cukup
banyak. Diantaranya jurnal yang berjudul “Nilai – Nilai Cinta Tanah
Air Dalam Perspektif Al-Qur’an” karya M. Alifudin Ikhsan, di
dalamnya memberikan penjelasan yang lengkap mengenai nilai-nilai
cinta tanah air, dimulai dari metode hingga tentang kajian ijtihad Ulama‟
“Hubb Al Wathan Minal Iman”.
Perbedaan penelitian ini dengan skripsi penulis adalah penulis lebih
terfokuskan pada sifat keumuman cinta taah air. Namun dengan begitu
penelitian ini sangat banyak memberikn kontribusi untuk skripsi yang
akan penulis buat.21

21
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk diakses tanggal 10 Mei 2018 pukul 15:37
15

Selanjutnya skripsi karya Bahiyah Solihah yang berjudul “Konsep


Cinta Tanah Air Prespektif Ath-Thahthawi dan relevansinya dengan
pendidikan di Indonesia”, pada skripsi ini Bahiyah menjelaskan lebih
banyak konsep cinta tanah air yang berpengaruh pada bidang
pendidikan. Menurutnya konsep cinta tanah air prespektif Ath-
Thahthawi adalah sebagai penduduk atau bangsa yang baik yaitu akan
membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya, melayani dengan
mengorbankan seluruh yang apa dimiliki, mempertaruhkan nyawanya,
melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana
perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Terdapat 2 relevansi
konsep cinta tanah air prespektif Ath-Thahthawi dengan pendidikan di
Indonesia yaitu, terletak pada tujuan yaitu terleak pada tujuan dari pada
pendidikan dan kurikulum pendidikan ini merupakan komponen
terpenting pada pendidikan.
Perbedaan yang ada pada skripsi Bahiyah yaitu ia lebih menjelaskan
tentang konsep cinta tanah air terhadap pendidikan, sedangkan yang
penulis teliti ialah semua yang berkaiatan tentang cinta tanah air, tidak
hanya dalam segi pendidikannya. Dan persamaannya, skripsi Bahiyah
dan penulis sama-sama merujuk pada tujuan cinta tanah air. Dan skripsi
dari Bahiyah juga sidikit memberikan kontribusi untuk skripsi yang akan
penulis teliti.22
Kemudian buku karya Prof. Hamka yang berjudul “Pandangan
Hidup Muslim” yang mana di dalamnya terdapat satu pembahasan
mengenai cinta tanah air, kemanusiaan dan islam. Menurut beliau karena
mencintai Tuhanlah maka timbul cinta cinta kita kepada tanah air.
Rumpun cinta yang seperti ini dari Tauhid-lah asalnya. Tetapi cinta itu

22
Bahiyah Solihah,”Konsep Cinta Tanah Air Prespektif Ath-Thahthawi dan
Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia”, Skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015),t.d
16

terkadang terlepas dari uratnya, terbongkar dari asalnya, sebagaimana


juga pada segi-segi yang lain, cinta itu terlepas dari urat tauhid, lalu
menjadi musyrik. Pada buku karya Prof. Hamka ini hanya membahas
sedikit mengenai cinta tah air yang akan penulis teliti, sehingga penulis
harus menelti langsung pada tafsir al-Azhar karya beliau. Namun dengan
begitu, buku ini sudah sedikit memberi kontribusi untuk skripsi yang
akan penulis teliti.23
Selanjutnya sebuah penelitian tesis karya Lukman Hakim yang
berjudul “Analisis Penafsiran Kh Bisri Mustofa Tentang Nasionalisme
Dalam Tafsir Al-Ibriz”, penelitian ini menjelaskan secara rinci tentang
ayat-ayat al-Qur`an mengenai cinta tanah air menurut Kh. Bisri Mustofa.
Menurut peneliti Nasionalisme berasal dari akar kata nation yang berarti
bangsa dan isme adalah paham, kalau digabungkan arti dari
Nasionalisme adalah paham cinta bangsa (tanah air). Di dalam
Nasionalisme KH Bisri Mustofa terdiri dari beberapa unsur yaitu: cinta
tanah air, patriotisme, persamaan keturunan, pluralisme, persatuan dan
pembebasan.
Perbedaan yang ada pada penelitian diatas dengan penulisan skripsi
ini ialah penelitian di atas hanya berfokus pada pemikiran Kh. Bisri
Mustofa, sedangkan penulis akan membandingkan pemikiran Prof. Dr.
Hamka dengan Bakri Syahid. Namun begitu, penulis juga akan meneliti
mengenai cinta tanah air, sehinga penelitian di atas tentu sudah
memberikan kontribusi untuk penulisan skripsi ini.24
Kemudian skripsi lain karya Erni Nur Hidayati yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Cinta Tanah Air”, pada skripsi ini menjelaskan

23
Prof. Dr. Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1984) ,cet.
Ke III
24
Luqman Hakim, “Tafsir Ayat-ayat Nasionalisme dalam Tafsir al-Ibriz karya KH
Bisri Mustofa”, Thesis,(Semarang:IAIN Walisongo, 2014),t.d
17

nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi etnis dan negara.


Adanya nasionalisme, masyarakat dapat meyakini bahwa bangsa adalah
sangat penting. Nasionalisme merupakan kata yang dimengerti sebagi
gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Menurut
Kemendiknas dalam Wibowo (2012: 102) cinta tanah air merupakan
cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa dan
lingkungan.
Skripsi di atas lebih fokus pada cara meningkatkan karakter siswa di
lingkungan sekolah dan sekitar, sedangkan skripsi yang akan penulis
angkat lebih bersifat umum dan menyeluruh. Namun skripsi Erni sudah
memberi sedikit kontribusi untuk skripsi yang akan penulis buat.25
Selanjutnya skripsi karya Lia Marlinta yang berjudul “Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Pada Resimen Mahasiswa
Unnes”, dalam skripsi Lia Marlinta dijelaskan Upaya untuk
menggalakkan kembali semangat Cinta Tanah Air untuk mewujudkan
mahasiswa yang baik dan memiliki peran tersebut adalah melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter di lingkungan mahasiswa Unnes
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran (akademik) dan melalui
pembinaan kemahasiswaan pada Unit kegiatan Mahasiswa (UKM). Salah
satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dalam bidang pembinaan
mahasiswa yang telah mencoba menerapkan pendidikan karakter Cinta
Tanah Air adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Resimen Mahasiswa.
Penelitian skrispi Lia Marlinta lebih menjurus pada karakter
mahasiswa dalam menerapkan cinta tanah air, dicontohkan pada kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
kampus Unnes. Sedangkan skripsi yang akan penulis teliti adalah

25
Erni Nur Hidayati, “Upaya Meningkatkan Cinta Tanah Air”, Skripsi, (Cilacap:UMP,
2016),t.d
18

penafsiran cinta tanah air menurut tafsir al-Huda dan tafsir al-Azhar.
Namun dengan begitu, skripsi Lia Marlinta sedikit memberi kontribusi
untuk skripsi yang akan penulis teliti.26

E. Metodologi Penelitian
Agar suatu penelitian lebih terarah dan sistematis, tentunya
diperlukan suatu metodologi yang jelas. Begitu juga penelitian ini,
tentunya penulis gunakan untuk memaparkan, mengaji serta
menganalisis data-data yang ada untuk diteliti.
a. Jenis penelitian
Penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan metode library
research (riset kepustakaan) dengan mengungkapkan dan
membandingan penjelasan dari Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar.
Penelitian ini berorientasi pada pengumpulan data-data yang
terdapat dalam berbagai sumber baca yang ada. Penelitian terhadap
cinta tanah air ini juga menggunakan telaah studi naskah dengan
teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi.
Yakni penelitian terhadap teks-teks Al-Qur`an yang membicarakan
tentang suatu masalah tertentu. Penulis juga akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mengumpulkan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini.
b. Sumber data
Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka
penulis mengambil sumber diantaranya:
Sumber data primer:
 Tafsir al-Huda

26
Lia Marlinta, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Pada Resimen
Mahasiswa Unnes”,Skripsi,(Semarang:Unnes, 2013),t.d
19

 Tafsir al-Azhar
Sumber data sekunder:
 Pandangan Hidup Muslim
 Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh
 Wawasan Al-Qur‟an
 Membumikan Islam Nusantara
 Literatur Tafsir Indonesia
 Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar
 Tasawuf Modern
 Rujukan-rujukan jurnal dan buku lainnya.
c. Tehnik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, penulis memerlukan informasi mengenai
cinta tanah air dalam segala segi, yang nantinya bisa menjadi
pemicu semangat pembaca untuk lebih menyadari peranan dirinya
terhadap bangsa.
Untuk mendapatkan hal tersebut, penulis mengumpulkan data-
data yang ada dalam berbagai karya. Penulis sengaja memilih
penelitian ini karena informasi yang dibutuhkan lebih banyak
bersifat deskirptif yaitu, informasi yang berbentuk uraian dalam
suatu dokumentasi ilmiyah.
d. Metode Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara
deskriptif dan komparatif terhadap kedua tafsir tersebut.

F. Teknik dan Sistematika Penulisan


Dalam usaha untuk mempermudah pemahaman terhadap skripsi ini,
penulis berusaha semaksimal dan sebisa mungkin membuat sistem yang
sesuai dengan buku petunjuk yang ada. Untuk teknisi penulisan
20

dalam penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku


Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta Tahun 2017.
Sedangkan sistematika penulisannya, skripsi ini terbagi menjadi
lima bab pembahasan. Dimana masing-masing bab diuraikan dalam sub-
bab pembahasan dengan urutan sebagai berikut:
Bab pertama (Pendahuluan) menjelaskan Latar Belakang dahulu
untuk mengidentifikasi permasalahan yang memunculkan penelitian ini.
Kemudian dilanjutkan Pembatasan dan Perumusan Masalah, setelah itu
penulis mengungkapkan Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Lalu
Tinjauan Pustaka yang merupakan uraian tentang posisi penelitian
penulis sendiri dengan karya terkait mengenai cinta tanah air.
Penguraian Metode Penelitian sangat penting, karna hal ini terkait
dengan bagaimana penelitian akan dilakukan dan prediksi hasil akhir
penelitian juga. Penulisan skripsi ini tentu mengacu pada Pedoman
Skripsi yang di keluarkan oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
Bab kedua (Pembahasan) menguraikan diskursus tentang cinta
tanah air dalam Islam, mulai dari pandangan para pakar, cinta tanah air
dalam sejarah islam dan cinta tanah air dalam pengertian dalam Al-
Qur`an dan Hadis.
Bab ketiga (Pembahasan) penulis memperkenalkan tafsir yang akan
di teliti, yang mana didalamnya terdapat profil dari tiap-tiap tafsir.
Bab keempat (Pembahasan) membahas analisis cinta tanah air
menurut tafsir al-Huda dan tafsir al-Azhar, yang mana didalamnya
menjelaskan penafsiran tentang ayat cinta tanah air menurut Tafsir Al-
Huda dan Tafsir Al-Azhar, sampai persamaan dan perbedaan penafsiran
Bakri Syahid dan Prof. Dr. Hamka dalam Ayat yang menjelaskan Cinta
Tanah Air.
21

Bab kelima, merupakan penutup dari pembahasan skripsi ini. Pada


bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA: Pada bagian akhir, penulis akan
mencantumkan daftar pustaka yang berkaitan dengan penulisan skripsi
ini agar pembaca dapat menelaah jauh hal-hal yang berkaitan dengan
cinta tanah air.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cinta tanah air adalah salah satu dari hal yang sangat alami bagi
manusia. Pembawaan manusia adalah mencintai tempat dimana mereka
tumbuh di dalamnya.
Berdasarkan uraian bab-bab sebelumnya, penelitian ini dapat
disimpulkan ke dalam beberapa poin, sebagai berikut:
Pertama, cinta tanah air di dalam al-Qur`an ialah terjemahan tanah
air secara luas, bahwa di era globalisasi ini sesungguhnya tanah air itu
adalah alam semesta secara keseluruhan. Yang diistilahkannya sebagai al-
muwathanah al-alamiyyah (tanah air alam semesta). Maksudnya adalah
kewajiban menjaga dan mencintai alam semesta yang harus dimiliki oleh
setiap muslim. Oleh karena itu, setiap muslim dilarang merusak alam
semesta (wala tufsidu fil ardhi ba’da ishlahiha: jangan merusak bumi
setelah perbaikannya). Pemahaman terbaliknya adalah bahwa setiap
muslim harus mencintai dan melestarikan alam semesta. Atas dasar qiyas
awlawi, maka setiap muslim seharusnya lebih mencintai tanah air
tempatnya dilahirkan, dibesarkan, dan hidup. Lebih gampangnya begini:
kepada alam semesta saja muslim wajib mencintainya, apalagi kepada
tanah air tempatnya lahir dan tumbuh.
Kedua, cinta tanah air menurut penafsiran Bakri Syahid adalah
jangan merusak ajaran agama, yang fungsinya sebagai unsur
pembangunan bangsa dan karakter bangsa itu kewajiban bagi pemerintah
dan masyarakat, harus berjalan bersama, harus dijaga, dan dibina dengan
baik. Jangan sampai ada sikap jiwa menyepelekan ajaran agama.
Ketiga, cinta tanah air penafsiran Prof. Hamka adalah belum beriman
seseorang sebelum taat kepada Rasul dan ridha menerima hukumannya.

108
109

Bahkan Allah memerintahkan untuk menguji ke Imanan seseorang dengan


membunuh dirinya, atau keluar dari negerinya, tinggalkan kampung
halaman untuk berjuang. Namun, maksud dari membunuh dirinya adalah
pergi ke medan perang, yang sudah pasti itu menghadang maut. Dan
mereka mengerjakan apa yang sudah di ajarkan kepada mereka, seperti
bersedia mati jika datang perindah, dan bersedia hijrah kalau datang
ajakan Rasul. Karena sesungguhnya meninggalkan kampung halaman
adalah satu hal yang sangat sulit untuk dilakukan, karena harus
meninggalkan badan dengan yang dicintai.
Perbedaan yang ada antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar
adalah, pada Tafsir Al-Huda penafsiran setiap ayatnya lebih sedikit dari
pada Tafsir Al-Azhar, karena pada dasarnya Tafsir Al-Huda hanya
menafsirkannya melalui catatan kaki, dan tidak semua ayat beliau
tafsirkan, sehingga tentu lebih sedikit penafsirannya daripada Tafsir Al-
Azhar yang sangat detail menceritakan setiap kejadiannya, bahkan
dikaitkan dengan kehidupan sekarang sehingga untuk pembaca yang
membaca Tafsir Al-Azhar akan lebih mudah memahami penafsiran yang
di maksud dan menjadikan Al-Qur`an sebagai pedoman sepanjang masa.
Dalam hal ini Tafsir Al-Huda menggunakan metode Mushafi, yang mana
cara menafsirkan Al-Qur`an dengan mengemukakan makna global
(mujmal), dan untuk Tafsir Al-Azhar sendiri menggunkan metode tahlili.
Sedangkan persamaan pada kedua penafsir ini ialah, mereka sama-sama
menjelaskan ayat-ayat yang terikat cinta tanah air, juga sama-sama
menggunakan corak bi al-Ra’yi.
B. Saran
Sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini, penulis memberikan saran-
saran. Semoga melalui saran sederhana ini bisa menjadikan manfaat dan
masukan untuk kita semua
110

Meski penafsiran cinta tanah air tidak diperlihatkan secara langsung,


namun ayat-ayat diatas sudah dapat membuktikan bahwa rasa cinta tanah
air sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad s.a.w. yang mungkin sampai
saat ini jarang sekali orang ketahui. Oleh karenaitu, setidaknya skripsi ini
bisa menjadi wawasan baru untuk para pembaca sekalian. Sehingga tidak
termakan opini-opini bohong di media sosial.
Perbedaan penafsiran dan pemahaman ayat Al-Qur`an merupakan
suatu keniscayaan yang tidak dapat terelakkan. Oleh karena itu, penulis
berharap penelitian sederhana ini mampu menghadirkan pemahaman yang
lebih bijak dalam memahami berbagai pendapat yang ada pada
pendakwah masa kini. Bukan untuk memecah belah umat, namun untuk
saling memberi tahu dan mengingatkan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

A, Michael Riff, Kamus Ideologi Politik Modern, terj. M. Miftahuddin dan


Hertian Silawati, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995

Ali, Lukman, DKK, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1994

Amir, Mafri, Literatur Tafsir di Indonesia, Banten: Madzhab Ciputat, 2013

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme,


Modernisme, hinggaPost-Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1996

Depdikbud, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan Ir. H. Soekarno dan


KH. Ahmad Dahlan, Jakarta: CV Ilham Bangun Karya, 1999

Hakim, Luqman, Tafsir Ayat-ayat Nasionalisme dalam Tafsir al-Ibriz karya


KH Bisri Mustofa, Thesis, IAIN Walisongo, 2014

Hamid, Abdul Al-Ghazali, Peta Pemikiran Hasan Al-Banna: Meretas Jalan


Kebangkitan Islam, Solo: Era Intermedia, 2001

Hamka, Falsafah Hidup, Jakarta: Republik Penerbit, 2015

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Hamka, Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1984

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjiman, 1982

Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007

112
113

Haris, Yosaphat Nusarastriya. Sejarah Nasionalisme Dunia Dan Indonesia,


tt.p.:t.p.,t.t

Harjono, Anwar, Pemikiran dan Perjuangan M. Natsir, dalam Tarmid zi


Taher, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996

Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslim, buku 1, Solo:Era


Intermedia, 2002

Hasan, Ali, al-‘Aridl, Sejarah dan Metodologi Tadsir, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 1994

http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk diakses tanggal 10 Mei 2018 pukul


15:37

http://www.muhammadiyah.or.id/sejarah-muhammadiyah.html tanggal 30
mei 2018 jam 23:52

http://www.muslimedianews.com/2015/02/nasehat-sang-kyai-untuk-felix-
siauw.html diakses tanggal 10 juli 2018 pukul 13:24

https://bahrusshofa.blogspot.com/2011/12/nur-muhammad-mulla-ali-al-
qari.html?m=1 diaskes pada tanggal 12 September 2018 pukul 16:58

https://belanegarari.com/2016/03/23/pengertian-rasa-cinta-tanah-air/#more-
2598 diakses tanggal 26 Mei 2018 pukul 11:32

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam. di akses
tanggal 28 Mei 2018 pukul 15:53

https://resistensia.org/religi/dalil-nasionalisme-dalam-al-quran-dansunnah/ di
akses tanggal 12 Juli 2018 pukul 22:55

Islami.co/rasulullah-juga-cinta-tanah-air/ diakses 03 juni 2018 pukul16:26


114

Islamnusantara.com/belajar-cinta-tanah-air-dari-nabi-muhammad/ diakses 28
mei 2018 pukul 16:14

Ismail, Said Ali, Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh, Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, 2010

Qorib, Ahmad, MA, Ushul Fiqh 2, Jakarta: PT. Nimas Multima, 1997

Quraish, M. Shihab, Membumikan al-Qur`an, Bandung: Mizan, 1992

Quraish, M. Shihab, Quraish Shihab Menjawab, Jakarta:Penerbit Lentera


Hati,2009

Quraish, M Shihab, Wawasan Al-Qur`an,Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007

M, Ira Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1999
M, Muchlis Hanafi, Moderasi Islam, Ciputat: pusat Studi Al-Quran, 2013

Mahmud, Muhammad al-Hijazi, Tafsir al-Wadlih, Beirut: Dar al-Jil al-Jadid,


1413 H

majelissholawatbontang.org/detailpost/cinta-tanah-air-dalam-tinjauan-ulama
diakses tanggal 10 Mei 2018

Marlinta, Lia, Pelaksanaan Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Pada


Resimen Mahasiswa Unnes, Skripsi: Unnes, 2013

Masykur, Ali Musa, Membumikan Islam Nusantara, Jakart: PT Serambi


Ilmu Semesta, 2014
115

Muhaimin, Akhmad Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011

Muhammad, Abu ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin Mundzir at


Tamimiy al Handzaliy ar Razi bin Abi Hatim, Tafsir Al-Qur`anul
‘Adzim liabni Abi Hatim, Kerajaan Arab Saudi: Perpustakaan Nizar
Mustafa el Baz

Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-dhahak, Sunan At-Tirmidzi,
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, Bairut: Dar Ghorib al-Islami, 1998 M

Muhammad bin ‘Ismail abu Abdullah al Bukhori al Ju’fi, Shohih Bukhori,


Damaskus: Dar Tuq Al-Najat: 1422 H

Muhsin, Imam, Al-Qur`an dan Budaya Jawa, Yogyakarta: Elsaq Press, 2013

Muslim bin Hajaj Abul Hasan, Ensiklopedi Hadis Muslim, (Bairut: Daar ihya
at-Turats al-‘Arabi, tt

Mutiara, Ita Dewi. Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong. Mozaik


Vol.3 No. 3, Juli 2008 ISSN 1907-6126

Nur, Erni Hidayati, Upaya Meningkatkan Cinta Tanah Air , Skripsi: UMP,
2016

Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Sanusi, Buntaran Nasir Tamara dan Vicent Djauhari, Hamka di Mata Hati
Umat, Jakarta: Sinar Harapan
116

Simandjuntak, Marsillam, Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur,


dan Riwayat dalam Persiapan UUD 1945, Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti. 2003

Solihah, Bahiyah, Konsep Cinta Tanah Air Prespektif Ath-ThahThawi dan


Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Skripsi UIN
Jakarta, 2015

Syahid, Bakri, Tafsir al-Huda Tafsir Al-Qur`an Bahasa Jawi, Yogyakarta:


Persatuan Perss, 1979

Thalhah, M. Ahmad Hakim, Politik Bermoral Agama: Tafsir Politik Hamka,


Yogyakarta: UII Press, 2005

Taniredja, Tukiran. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Yogyakarta: Penerbit


Ombak, 2013

Tim Penyusun, Ensiklopedi Nasional Islam, Jakarta: Cipta Andi Pustaka,


1990

Wahbah Al-Zuhaily, al-Munir fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj,


Damaskus: Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir, 1418 H

www.academia.edu/7663694/Negara_Kesatuan_Republik_Indonesia_NKRI
_ di akses Tanggal 28September 2018 pukul 11:52

Yatim, Badri, Soekarno, Islam, dan Nasionalisme, Bandung: Nuansa, 2001

Yunan, M. Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, Jakarta:


Penamadani, 2003

Anda mungkin juga menyukai