Definisi
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah inflamasi pada kulit, akibat respons
terhadap pajanan bahan iritan, fisik, atau biologis yang kontak pada kulit, tanpa dimediasi
oleh respons imunologis
Gejala
Ruam kemerahan.
Kulit kering.
Rasa gatal dan perih.
Kulit membengkak.
Kulit mengelupas.
Gejala klinis => perih atau sensasi terbakar pada kulit disertai riwayat kontak dengan zat
yang memiliki potensi sebagai iritan. Gambaran lesi dapat berbentuk eritema, vesikel,
dan bula pada fase akut, sedangkan pada fase kronik akan tampak likenifikasi dan fisura.
Epidemiologi
Epidemiologi dermatitis kontak iritan okupasional ditemukan sebesar 69,7% pada
pekerja medis ICU. Secara global data epidemiologi yang dikeluarkan oleh American
Academy of Dermatology (AAD) tahun 2013 menunjukkan dermatitis kontak dialami oleh 13
juta penduduk. Dermatitis kontak iritan menyumbang sekitar 80% kasus dermatitis kontak
okupasional. Kerugian akibat penurunan produktivitas diperkirakan sebesar 699 juta dollar.
Etiologi
Etiologi dermatitis kontak iritan dapat berbagai zat tergantung potensi iritan. Zat iritan
kuat di antaranya asam flourida, asam hidroklorik, alkali. Iritan lemah di antaranya solvent,
detergen, sabun, zat asam /basa lemah.
Patofisiologi
Patofisiologi dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi yang
melibatkan respon imun selular. Paparan zat iritan pada dermis memicu kerusakan kulit.
Kerusakan bergantung pada kadar dan potensi zat iritan. Denaturasi keratin, hilangnya
lapisan lemak, pelepasan enzim lisosom serta reaksi peradangan dapat timbul pasca kulit
berkontak dengan zat iritan.
Reaksi peradangan pada dermatitis kontak iritan melibatkan respon imun bawaan
bukan sistem imun selular spesifik. Sitokin dan kemokin (IL-1α, IL-1β, IL-6, IL-8, TNF-α,
GM-CSF dan IL-10) teraktivasi pasca penetrasi zat iritan, sehingga menyebabkan inflamasi
yang ditandai dengan munculnya ruam, eritema, scaling, fisura, vesikel, hingga pustul.
Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan padaa pasien dengan rasa perih seperti terbakar, gatal, dan nyeri yang
timbul setelah paparan zat iritan tertentu. Keluhan nyeri atau sensasi terbakar
cenderung dominan pada dermatitis kontak iritan.
2. Pemeriksaan Penunjang
- Open test
- Uji tempel
Tata Laksana
Non medikamentosa
1. Identifikasi dan penghindaran terhadap bahan iritan tersangka
2. Anjuran penggunaan alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan apron, sepatu bot.
Pada beberapa kondisi oklusif akibat penggunaan sarung tangan terlalu lama dapat
memperberat gangguan sawar kulit.
3. Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan penyakit yang
akan lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikasi lingkungan pekerjaan, perawatan
kulit.
Medikamentosa
1. Sistemik: simtomatis, sesuai gejala dan sajian klinis Derajat sakit berat: dapat ditambah
kortikosteroid oral setara dengan prednison 20 mg/hari dalam jangka pendek (3 hari)
2. Topikal: Pelembap setelah bekerja/after work cream. Disarankan pelembap yang kaya
kandungan lipid, petrolatum. Sesuai dengan sajian klinis
- Basah (madidans): beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl
0,9%.
- Kering: beri krim kortikosteroid potensi sedang, misalnya flusinolon asetoid.
- Bila dermatitis berjalan kronis dapat diberikan mometason fuorate intermiten
3. Pada kasus yang berat dan kronis, atau tidak respons dengan steroid bisa diberikan
inhibitor kalsineurin atau fototerapi dengan BB/NB UVB5, atau obat sistemik misalnya
azatioprin atau siklosporin. Bila ada superinfeksi oleh bakteri: antibiotika topikal/sistemik
Komplikasi
Infeksi sekunder
Prognosis
Prognosis dermatitis kontak iritan dipengaruhi ada-tidaknya dermatitis atopik. Pasien
dengan dermatitis atopik tetap rentan terkena dermatitis kontak iritan hingga dapat
menghambat pekerjaannya