Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN AGRESI VERBAL PADA

PENGGUNA MEDIA SOSIAL TWITTER

Proposal ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah

Metode Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu :

Siti Nuzulia, S.Psi., M.Si., Ph.D

Disusun Oleh :

Alfiyanah (1511419020)

ROMBEL 1

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2


BAB I....................................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................................... 6
BAB 2 ...................................................................................................................................... 8
2.1. Agresi Verbal ........................................................................................................... 8
2.2. Kontrol Diri ........................................................................................................... 13
2.3. Kerangka Berfikir ................................................................................................. 16
2.4. Hipotesis ................................................................................................................. 17
BAB 3 .................................................................................................................................... 18
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................................... 18
3.2. Variabel Penelitian ................................................................................................ 19
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 20
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 21
3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ..................................................................... 22
3.6. Metode Analisis Data ............................................................................................. 24
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 26

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media sosial semakin banyak digunakan oleh masyarakat luas.
Kemunculan media sosial ini memberikan dampak yang besar terhadap
kehidupan manusia. Media sosial secara singkat dapat diartikan sebagai
media yang terbentuk dari kegiatan interaksi antara manusia dengan
komputer, laptop, atau ponsel khusunya internet.
Salah satu media sosial yang bayak digunakan oleh banyak
kalangan masyarakat adalah twitter. Twitter is a service for friends,
family, and coworkers to communicate and stay connected through
the exchange of quick, frequent messages. People post Tweets, which
may contain photos, videos, links, and text. These messages are
posted to your profile, sent to your followers, and are searchable on
Twitter search (Twitter adalah layanan untuk teman, keluarga, dan
rekan kerja untuk berkomunikasi dan tetap terhubung melalui
pertukaran pesan yang cepat dan sering. Orang-orang memposting
Tweet, yang mungkin berisi foto, video, tautan, dan teks. Pesan-
pesan ini diposting ke profil Anda, dikirim ke pengikut Anda, dan
dapat dicari di pencarian twitter).
Banyak hal yang bisa dilakukan di media sosial twitter, salah
satunya yaitu membangun sebuah interaksi dengan orang lain tanpa
bertemu langsung. Interaksi di twitter bisa mengarah ke interaksi yang
bersifat negatif maupun positif. Disebut interaksi negatif karena dalam
interaksi tersebut dapat menyakiti orang lain secara psikis. Hal tersebut
lah yang disebut dengan agresi verbal.
Berkowitz (2003) mendefinisikan perilaku agresi verbal sebagai
suatu bentuk perilaku atau aksi agresif yang diungkapkan untuk
menyakiti orang lain, perilaku agresi verbal dapat berbentuk umpatan,
celaan atau makian, ejekan, fitnahan, dan ancaman melalui kata-kata.
Perilaku agresi verbal di media sosial memiliki banyak macam-macam
bentuk seperti mengganggu dan menindas (lontaran ejekan, kebohongan,

3
sindiran, kata-kata kasar, melakukan penyebaran hoax, dll), hal-hal
tersebut dilakukan melalui email, sms, website (termasuk blog), dan lain-
lain (David-Fedon & Hertz, 2009).
Perilaku agresif memiliki bermacam-macam faktor penyebab,
salah satunya menurut Koeswara (1998) yaitu kondisi pribadi para
peserta didik yang lemah dalam mengelola kontrol diri dari pengaruh
yang ada pada lingkungan sekitarnya dan diiringi dengan kurangnya
dasar keagamaan yang dimiliki oleh mereka. Kemudian Dayaksini dan
Hudaniah (2009 : 206) juga berpendapat bahwa agresivitas dapat
disebabkan oleh rendahnya kesadaran diri sehingga
mengurangihambatan untuk bertindak agresi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa agresivitas dapat muncul dikarenankan rendahnya kontrol diri
yang dimiliki individu.
Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyatakan bahwa
kontrol diri sebagai kemampuan individu dalam menentukan perilakunya
dengan mempertimbangkan moral, nilai, dan aturan masyarakat sehingga
mengesampingkan impuls dan respon spontan yang selama ini menjadi
kebiasaan agar mengarah pada perilaku positif. Self Control merupakan
kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri
adalah kemampuan diri dalam mengontrol, mengatur dan membimbing
diri atau tingkah laku dengan menekan impuls-impuls/tingkah laku agar
berperilaku positif.
Dalam sebuah penelitian yang berjudul Hubungan antara Kontrol
Diri dengan Perilaku Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X”
Gresik (Rosalinda & Satwika 2019) menunjukkan adanya signifikan
antara variable kontrol diri dengan perilaku agresi verbal pada siswa
kelas X SMK “X” Gresik. Yang dapat disimpulkan secara keseluruhan
terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku verbal pada
siswa kelas X SMK “X” Gresik, yang berarti semakin tinggi kontrol diri
siswa maka semakin rendah perilaku agresi verbalnya. Begitu pula

4
sebaliknya, semakin rendah kontrol diri siswa maka semakin tinggi
perilaku agresi verbal siswa tersebut.
Penelitian ini lebih memfokuskan subjek penelitian ke arah
pengguna media sosial twitter dikarenakan peneliti menemukan banyak
fenomena yang terjadi di lapangan tentang perilaku agresif yang ada pada
pengguna media sosial twitter. Peneliti menyaksikan kejadian-kejadian
yang berhubungan dengan bullying yang tentunya memiliki keterkaitan
dengan agresivitas secara verbal. Yang membuat miris adalah hal
tersebut terjadi oleh kalangan remaja sampai kalangan dewasa. Jika
mereka merasa tidak menyukai seseorang maka dengan bantuan teman-
teman atau suatu kelompok untuk menebar kebencian kepada orang yang
tidak disukainya.
Sebagai data awal, peneliti mengambil data melalui kuisioner
online yang dibagikan di akun media sosial penulis. Sampel berjumlah
80 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa seluruh
indikator perilaku agresi verbal memiliki kriteria rendah. Presentase
terbesar terdapat pada indikator agresi verbal tidak langsung dengan
presentase sebesar 56,04%. Artinya bahwa agresi verbal tidak langsung
yang sering dilakukan oleh pengguna media sosial twitter adalah
menghina, memaki, marah, mengumpat dan membantah. Salah satu
faktor kepribadian yang mempengaruhi munculnya perilaku agresi yaitu
kontrol diri.
Berdasarkan data awal yang telah diperoleh dan pernyataan
Gottfredson (dalam Fasilita, 2012 : 38) secara garis besarnya, semakin
kuat kontrol diri yang ada pada diri individu maka akan semakin rendah
tingkat agresivitas yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin lemah kontrol
diri yang ada pada diri individu maka akan semakin meningkat tingkat
agresivitas yang dimilikinya. Namun pada realita yang ditemukan di
lapangan, tidak hanya ditemukan dua pernyataan itu saja. Ada individu
yang kontrol dirinya kuat namun memiliki tingkat agresivitas yang tinggi
pula. Ada juga individu yang kontrol dirinya lemah namun tingkat
agresivitasnya juga rendah. Terdapat banyak kemungkinan yang bisa saja

5
ditemukan saat dilakukan penelitian secara langsung di lapangan,
hasilnya tidak selalu sesuai dengan teori yang ada. Oleh karena hal itu,
penulis merasa hal tersebut perlu untuk diteliti lebih lanjut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan sebuah
penelitian dengan judul “Hubungan antara Kontrol Diri dan Agresi
Verbal pada Pengguna Media Sosial Twitter”. Alasan penulis ingin
mengangkat tema penelitian tersebut dikarenakan penulis merasa
dampak-dampak yang ditimbulkan dari tingginya tingkat agresi verbal
ternyata sangat besar dan rata-rata bersifat negatif. Hal-hal seperti ini
tidak dapat diremehkan begitu saja karena bisa berdampak buruk dalam
jangka waktu yang panjang dan dapat mengganggu masa depan dirinya
maupun orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Seberapa tinggi tingkat kontrol diri pada pengguna media sosial
twitter?
2. Seberapa tinggi tingkat agresi verbal pada pengguna media sosial
twitter?
3. Adakah hubungan antara kontrol diri dengan agresi verbal pada
pengguna media sosial twitter?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Seberapa tinggi tingkat kontrol diri pada pengguna
media sosial twitter.
2. Mengetahui Seberapa tinggi tingkat agresi verbal pada pengguna
media sosial twitter.
3. Mengetahui adakah hubungan antara kontrol diri dengan agresi
verbal pada pengguna media sosial twitter.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritik
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan terutama dengan ilmu

6
yang berkaitan psikologi, terutama dengan perkembangan kajian
tentang control diri dan agresi verbal.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan atau berguna dalam variabel kontrol diri dan agresi verbal.

7
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Agresi Verbal


2.1.1. Pengertian Agresi Verbal
Perilaku agresi adalah perilaku yang secara sengaja bermaksud
untuk melukai secara fisik, verbal serta menghancurkan harta benda orang
lain (Atkinson, Atkinson, Smith, & Hilgard, 1987). Menurut Moore dan
Fine (dalam Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku
kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau
terhadap objek-objek. Sedangkan menurut Aronson (dalam Koeswara,
1988) menjelaskan agresi adalah tingkah laku yang dijalankan individu
dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun
tanpa tujuan tertentu.
Sedangkan agresi verbal ialah komponen motorik seperti melukai
dan menyakiti orang lain melalui ungkapan verbal, misalnya berdebat
menunjukkan ketidaksukaan atau ketidak-setujuan, menyebar gossip, dan
kadang bersikap sarkastis (Buss & Perry, 1992). Menurut Barkowitz
(2003;20) perilaku agresivitas verbal yaitu perilaku yang diungkapkan
dengan verbal yang dimaksudkan untuk menyakiti orang dalam bentuk
umpatan atau ancaman. Menurut Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah,
2009:197) perilaku agresivitas verbal adalah suatu perilaku yang
dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-
individu atau objek-objek yang menjadi sasaran tersebut secara verbal atau
melalui kata-kata secara langsung ataupun tidak langsung, seperti
memaki, menolak berbicara, menyebar fitnah, tidak memberi dukungan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa agresi adalah
tindakan yang dapat melukai secara fisik maupun verbal yang sasarannya
adalah orang maupun benda dengan atau tanpa tujuan. Sedangkan dari
definisi agresi verbal diatas dapat disimpulkan sebagai berikut. Agresi
verbal adalah perilaku yang dilakukan atau diungkapkan dengan atau
secara verbal berupa umpatan, ancaman, berdebat menunjukkan

8
ketidaksukaan atau ketidak-setujuan, menyebar gossip, dan kadang
bersikap sarkastis, memaki, menolak berbicara, menyebar fitnah, tidak
memberi dukungan.

1.1.1. Aspek – Aspek Agresi Verbal


Menurut Sadli (dalam Adji, 2002 hlm. 13) mengemukakan
aspek – aspek perilaku agresi sebagai berikut:
a. Pertahanan diri. Individu mempertahankan dirinya dengan cara
menunjukkan permusuhan, pemberontakan, dan pengerusakan.
b. Perlawanan disiplin. Individu melakukan hal – hal yang
menyenangkan tetapi melanggar aturan.
c. Egosentris. Individu mengutamakan kepentingan pribadi seperti yang
ditunjukkan dengan kekuasaan dan kepemilikan. Individu ingin
menguasai suatu benda sehingga menyerang orang lain untuk
mencapai tujuannya tersebut, misalnya bergabung dengan kelompok
tertentu.
d. Superioritas. Individu merasa lebih baik daripada yang lainnya
sehingga individu tidak mau diremehkan, dianggap rendah oleh orang
dan merasa dirinya selalu benar sehingga akan melakukan apa saja
walaupun dengan menyerang atau menyakiti orang lain.
e. Prasangka. Memandang orang lain dengan tidak rasional
f. Otoriter. Seseorang yang cenderung kaku dalam memegang
keyakinan, cenderung memegang nilai – nilai konvensional, tidak bias
toleran terhadap kelemahan – kelemahan yang ada pada dirinya
sendiri atau orang lain dan selalu curiga.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan aspek-aspek dalam agresi
adalah pertahanan diri, perlawanan disiplin, egosentris, superioritas, dan
prasangka. Pertahanan diri yaitu mempertahankan diri dengan
menunjukkan permuduhan, pemberontakan, dan pengerusakan.
Perlawanan disiplin yaitu melakukan hal – hal yang menyenangkan tetapi
melanggar aturan. Egosentris yaitu mengutamakan kepentingan pribadi
seperti yang ditunjukkan dengan kekuasaan dan kepemilikan.

9
Superioritas adalah merasa lebih baik daripada yang lainnya sehingga
individu tidak mau diremehkan, dianggap rendah oleh orang dan merasa
dirinya selalu benar sehingga akan melakukan apa saja walaupun dengan
menyerang atau menyakiti orang lain. Prasangka adalah Memandang
orang lain dengan tidak rasional. Otoriter adalah Seseorang yang
cenderung kaku dalam memegang keyakinan, cenderung memegang
nilai – nilai konvensional, tidak bias toleran terhadap kelemahan –
kelemahan yang ada pada dirinya sendiri atau orang lain dan selalu
curiga.

1.1.2. Jenis - Jenis Agresi Verbal


Buss (Dayakisni & Hudaniah, 2015:197) mengelompomkan jenis-jenis
perilaku agresivitas verbal kedalam beberapa bentuk yaitu:
a. Agresi verbal aktif langsung
Tindakan agresi secara verbal yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu
atau kelompok lain seperti menghina, memaki, marah, mengumpat.
b. Agresi verbal pasif langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan individu atau kelompok
dengan cara berhadapan lagsung dengan individu atau kelompok lain
namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak
bicara, bungkam, dan gerakan tutup mulut.
c. Agresi verbal aktif tidak langsung
Tindakan agresi secara verbal dan aktif yang dilakukan oleh individu
atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung
terhadap individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya seperti
menyebar fitnah dan mengadu domba, menggosip.
d. Agresi verbal pasif tidak langsung
Tindakan agresi verbal pasif yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau
kelompok lain yang menjadi targetnya seperti tidak memberi
dukungan, tidak menggunakan hak suara.

10
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa jenis
agresi verbal, diantarannya adalah agresi verbal aktif langsung, agresi
verbal pasif langsung, agresi verbal aktif tidak langsung, dan agresi verbal
pasif tidak langsung.
1.1.3. Faktor – Faktor Agresi Verbal
Faktor-faktor agresi menurut Barbara Khare, ada beberapa macam
diantaranya :
a. Faktor Kepribadian
Temuan-temuan mengenai peran kepribadian dalam agresi
memang masih terbatas jika dibandingkan dengan penelitian-
penelitian yang melihat dampak berbagai faktor situasional dalam
agresi (Krahe, 2005). Sekalipun demikian beberapa konstruk
kepribadian telah di usulkan untuk menjelaskan berbagai perbedaan
individu dalam agresi. Barbara Khare (2005) menyatakan beberapa
konstruk kepribadian dapat menyebabkan perbedaan individu dalam
perilaku agresi, antara lain :
1) Iritabilitas
Caprara (dalam Krahe, 2005) menyatakan aspek
iritabilitasmengacu pada kecendrungan untuk bereaksi secara
impulasif, kontroversial, atau kasar terhadap provokasi atau
sikap tidak setujubahkan yang paling ringan sekalipun, yang
bersifat habitual. Orang-orang yang dalam keadaan irratable
memperlihatkan tingkat agresi yang meningkat dibandingkan
individu-individu yang nonirratable.
2) Kerentanan Emosional
Caprara (dalam Krahe, 2005) menyatakan kerentanan
emosional didefinisikan sebagai kecendrungan individu untuk
mengalami perasaan tidak nyaman, putus asa, tidak kuat dan
ringkih. Orang-orang yang rentan secara emosional
memperlihatkan agresi yang lebih tinggi.
3) Pikiran Kacau Versus Perenungan

11
Caprara (dalam Krahe, 2005) menyatkan pikiran
kacauversus perenungan menggambarkan sejauh mana
seseorang yangmendapatkan stimulus agresilangsung
menanggapi secara negatifatau mampu memikirkan
pengalaman tersebut
4) Kontrol Diri
Konstruk kontrol diri mengacu pada hambatan
internalyang seharusnya mencegah keterlepasan
kecendrungan respon agresi. Penelitian Baumeister dan Boden
(dalam Krahe, 2005) berdasarkan temuan bahwa perilaku
kriminal seringkali dibarengi dengan kekurangan kontrolan
diri pada berbagai aktifitas lainnya (perokok berat, konsumsi
alkohol yang berlebihan) mendukung pendapat bahwa
masalah kontrol diri secara umum mendasari perilaku agresi.
5) Harga Diri
Harga diri telah lama dianggap sebagai faktor penting yang
menjelaskan perbedaan individu dalam agresi. Secara umum,
diasumsikan rendahnya Harga diri akan memicu perilaku
agresi,bahwa perasaan negatif mengenai “diri” akan membuat
orang lebih berkemungkinan menyerang orang lain (Krahe,
2005). Tetapi dalam penelitian Baumeister dan Boden (dalam
Krahe, 2005),mereka berpendapat bahwa individu-individu
dengan harga diritinggi lebih rentan terhadap perilaku agresi,
terutama dalam menghadapi stimulus negatif yang
dipersepsikan sebagai ancaman terhadap harga diri mereka
yang tinggi.
6) Gaya Atribusi Bermusuhan
Konsep ini mengacu pada kecendrungan kebiasaan
seseorang untuk menginterpretasi stimulus ambigu dengan
cara bermusuhan dan agresi. Hasil penelitian Burks (dalam
Krahe, 2005) menunjukan bahwa struktur pengetahuan
mengenai permusuhan menyebabkan anak-anak

12
menginterpretasi stimulus sosial dengan cara yang lebih
negatif sehingga mereka lebih berkemungkinan untuk
merespon dengan cara agresi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka faktor yang mempengaruhi
perilaku agresi adalah faktor kepribadian yang meliputi iritabilitas,
kerentanan emosional, pikiran kacau versus perenungan, kontrol diri,
harga diri, gaya atribusi bermusuhan. Adapun salah satu faktor agresi
yaitu kontrol diri hal itu terjadi karena kurangnya kontrol diri pada
kegiatan minum minuman keras dapat mendasari kegiatan agresi.
memiliki kontrol diri yang baik artinya dapat mencegah terjadinya
agresi, baik verbal maupun non verbal.

2.2. Kontrol Diri


2.2.1. Pengertian Kontrol Diri
Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyatakan bahwa
kontrol diri sebagai kemampuan individu dalam menentukan perilakunya
dengan mempertimbangkan moral, nilai, dan aturan masyarakat sehingga
mengesampingkan impuls dan respon spontan yang selama ini menjadi
kebiasaan agar mengarah pada perilaku positif. Self Control merupakan
kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungan.
Selain itu kepekaan untuk mengontrol dan mengelolah faktor- faktor
sesuai situasi dan kondisi untuk menampilkan diri untuk sosialisasi,
kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk
menarik perhatian, kecenderungan merubah perilaku untuk orang lain,
menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain dan menutupi
perasaannya. Menurut Chaplin self control atau kontrol diri merakan
kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk
menekan/merintangi impuls-impuls/tingkah laku impulsive. Kontrol diri
diartikan sebagai kemampuan mengontrol diri sebagai suatu kemampuan
untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk
perilaku yang membawa individu ke arah konsekuensi yang lebih positif
(Ghufron dan Risnawati, 2010).

13
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan diri dalam mengontrol, mengatur dan membimbing diri atau
tingkah laku dengan menekan impuls-impuls/tingkah laku agar
berperilaku positif.

2.2.2. Fungsi Kontrol Diri


Menurut Gul dan Pesendorfer (Singgih D. Gunarsa, 2006)
pengendalian diri berfungsi untuk menyelaraskan antara keinginan pribadi
(self-interes) dan godaan (temptation). Sedangkan menurut Messina &
Messina (Sriyanti, 2011) menyatakan bahwa pengendalian diri memiliki
beberapa fungsi yaitu :
a. Membatasi perhatian individu kepada orang lain
b. Menbatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di
lingkungannya
c. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif
d. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara
seimbang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
kontrol diri adalah menyelaraskan keinginan pirbadi dan godaan,
Membatasi perhatian individu kepada orang lain, membatasi keinginan
individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya, membatasi
individu untuk bertingkah laku negatif, membantu individu untuk
memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang.

2.2.3. Jenis – Jenis Perilaku Kontrol Diri


Menurut Block dan block (dalam Ghufron,2014) menjelaskan
bahwa kualitas kontrol diri dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Over control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu
secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri
dalam bereaksi terhadap stimulus.

14
b. Under control adalah merupakan suatu kecenderungan individu
untuk melepas impuls-impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang
masak.
c. Appropriate control merupakan kontrol diri individu dalam upaya
mengendalikan impuls secara tepat.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jenis-jenis dari kontrol diri yaitu
sebagai berikut 1) Over control yang merupakan kontrol diri oleh individu
yang berlebihan, 2) Under Control merupakan pelepasan impuls oleh
suatu individu tanpa perhitungan yang masak, 3) Appropriate control
merupakan upaya individu mengendalikan impils secara tepat.
1.1.7. Faktor – Faktor Kontrol Diri
Didalam kontrol diri terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi,
diantarannya :
a. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia.
Semakin bertambah usia seseorang maka semakin baik
kemampuan mengontrol diri seseorang.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal diantarannya lingkungan keluarga seperti
orangtua, orangtua menentukan bagaimana kontrol diri seseorang.
Hasil penelitian Nasichah (2000) menunjukkan bahwa persepsi
remaja terhadap disiplin orangtua yang demokratis cenderung
diikuti tingginya kemampuan mengontrol diri. Demikian ini maka,
bilaorangtua menerapkan disiplin kepada anaknya sikap disiplin
secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap
semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari
yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan
diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri
baginya. (Gufron, 2014)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kontrol diri, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu usia, semakin bertambah usia seseorang maka

15
semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang tersebut. Sedangkan
untuk faktor eksternal salah satunya adalah lingkungan keluarga.

2.3. Kerangka Berfikir


Menurut Barkowitz (2003;20) perilaku agresivitas verbal yaitu perilaku
yang diungkapkan dengan verbal yang dimaksudkan untuk menyakiti orang
dalam bentuk umpatan atau ancaman.
Self Control merupakan kecakapan individu dalam kepekaan membaca
situasi diri dan lingkungan. Selain itu kepekaan untuk mengontrol dan
mengelolah faktor- faktor sesuai situasi dan kondisi untuk menampilkan diri
untuk sosialisasi, kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan
untuk menarik perhatian, kecenderungan merubah perilaku untuk orang lain,
menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain dan menutupi
perasaannya.
Dalam sebuah penelitian yang berjudul Hubungan antara Kontrol Diri
dengan Perilaku Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X” Gresik (Rosalinda
& Satwika 2019) menunjukkan adanya signifikan antara variable kontrol diri
dengan perilaku agresi verbal pada siswa kelas X SMK “X” Gresik. Yang dapat
disimpulkan secara keseluruhan terdapat hubungan negatif antara kontrol diri
dengan perilaku verbal pada siswa kelas X SMK “X” Gresik, yang berarti
semakin tinggi kontrol diri siswa maka semakin rendah perilaku agresi verbalnya.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kontrol diri siswa maka semakin tinggi
perilaku agresi verbal siswa tersebut.
Kontrol diri muncul karena adanya perbedaan dalam mengelola emosi,
cara mengatasi masalah, tinggi rendahnnya motivasi, dan kemampuan mengelola
potensi dan pengembangan kompetensinnya. Kontrol diri sendiri berkaitan
dengan bagaimana individu mampu mengendalikan emosi serta dorongan-
dorongan dalam dirinnya. (Hurlock, 1980).
Agar hal tersebut dapat dilihat lebih jelas lagi pengaruhnya, maka sesuai
dengan pengertian masing- masing variabel di atas, peneliti pun mengembangkan
kedua variabel itu menjadi masing- masing veriabel yaitu kontrol diri dan agresi
verbal.

16
2.4. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai dugaan sementara berdasarkan
kerangka berfikir diatas adalah adanya hubungan antara kontrol diri dengan
agresi verbal pada pengguna media sosial twitter. Semakin tinggi kontrol diri
pengguna maka semakin rendah perilaku agresi verbalnya. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah kontrol diri pengguna maka semakin tinggi perilaku
agresi verbal pengguna tersebut.

17
BAB 3
METODE PENELITIAN

Metode penelitian memiliki peran sangat penting untuk sebuah penelitian yaitu
sebagai langkah awal untuk mengumpulkan informasi atau data yang kemudian akan
di telaah oleh peneliti. Metode penelitian berfungsi sebagai gambaran rancangan
penelitian. Metode penelitian ini meliputi: (1) jenis dsn desain penelitian, (2) variabel
penelitian, (3) populasi dan sampel penelitian, (4) metode pengumpul data, (5)
validitas dan reliabilitas data, (6) metode analisis data.

3.1. Jenis dan Desain Penelitian


3.1.1. Jenis Peneltian
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian ex post facto ialah
jenis penelitian yang tidak memberikan perlakuan terhadap obyek. Jadi
penelitian ini tidak melakukan tindakan eksperimen apapun terhadap
obyek yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif ex post facto memiliki
tujuan yaitu untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang diberikan
oleh Sugiyono (2015) bahwa penelitian ex post facto termasuk ke dalam
jenis penelitian yang berdasarkan metode. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji terkait hubungan antara kontrol diri dan agresi verbal pengguna
media sosial Twitter.
3.1.2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Metode ini
difungsikan untuk meneliti populasi dan sampel dengan kriteria-kriteria
tertentu dan umumnya teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara
random. Kemudian sistem pengumpulan data dalam metode ini ialah
menggunakan instrument penelitian lalu dianalisis datanya bersifat
kuantitatif/statistik yaitu bertujuan sebagai uji hipotesis yang sudah
dirancang sebelumnya. Lebih singkat Arikunto (2006) menjelaskan bahwa
penelitian kuantitatif lebih mengarah pada hasil dari awal proses
pengumpulan data sampai di tahap penerjemahan dan presentasi hasil dari

18
data yang sudah diperoleh dalam penelitian yang lebih didominasi oleh
angka-angka. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya
hubungan antara kontrol diri dan agresivitas pada pengguna seosial media
twitter.

3.2. Variabel Penelitian


Dalam suatu penelitian, keberadaan variabel sangatlah penting dikarenakan
variabel adalah bahan utama yang akan dibahas dalam sebuah penelitian. Hasil
data yang ada digunakan untuk mengungkap fenomena realitas yang dijadikan
fokus dalam penelitian. Dalam variabel penelitian hal yang akan dibahas adalah:
(1) identifikasi variabel, (2) definisi operasional

3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian


Identifikasi variabel membantu dan menentukan terkait alat ukur yang
akan digunakan dalam pengumpulan data dan terkait teknik analisis data
yang akan digunakan dalam penelitian. Azwar (2011) berpendapat bahwa
identifikasi variabel ialah langkah penelitian yang dilakukan untuk
penetapan variabel-variabel dan fungsinya masing-masing dalam
penelitian. Variabel yang ada di dalam penelitian ini adalah variabel
dependent dan variabel independent. Variabel dependent ialah variabel
yang dipengaruhi atau bisa juga disebut dengan variabel bebas. Sedangkan
variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi penyebab perubahan yang biasa disebut dengan variabel terikat.
(Sugiyono, 2017). Penelitian ini memiliki dua variabel yang akan diteliti
yaitu :
Variabel dependent (Y) : Agresivitas

Variabel independent (X) : Kontrol diri

3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian


3.2.2.1. Kontrol Diri

19
Kontrol diri adalah kemampuan diri dalam mengontrol,
mengatur dan membimbing diri atau tingkah laku dengan menekan
impuls-impuls/tingkah laku agar berperilaku positif.
3.2.2.2. Agresi Verbal
Agresivitas adalah sebuah perilaku yang bertujuan
merusak dan menyakiti orang atau objek lainya secara fisik
ataupun secara psikis sehingga ada yang merasa dirugikan oleh
perilaku tersebut yang mencakup aspek physical aggression,
verbal aggression, anger, dan hostility dan disusun dalam skala
agresivitas.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


Salah satu bagian penting yang harus ada dalam sebuah penelitian adalah
populasi dan sampel. Populasi dan sampel sangat penting karena hal tersebut
berkaitan dengan subjek penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai populasi
dan sampel.
3.3.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek yang akan digunakan dalam
penelitian yang memiliki kualitas tertentu yang akan dipakai peneliti
dalam penelitiannya kemudian didapatkan terkait kesimpulan.
(Sugiyono, 2017). Populasi yang berperan dalam penelitian ini ialah
pengguna media sosial twitter. Namun populasi tidak dapat diketahui
jumlah pastinya, sehingga peneliti menggunakan non probability
sampling. Non Probability sampling dapat digunakan ketika peneliti
tidak mengetahui jumlah populasi yang menggambarkan karakteristik
populasi tersebut.
3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel merupakan bagian dari populasi dalam penelitian yang akan
menjadi subyek untuk diteliti (Sugiyono, 2017). Sampel yang diambil di
dalam penelitian ini ialah para pengguna atau yang memiliki akun media
sosial twitter. Tekik yang digunakan dalam pengambilan sampel di
penelitian ini yaitu teknik non probability sampling yaitu sampling

20
purposive. Menurut Sugiyono (2017 : 121) teknik sampling purposive
digunakan untuk memilih subjek penelitian sesuai dengan pertimbangan
faktor-faktor tertentu. Faktor yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
dengan memilih orang yang mempunyai akun media sosial twitter. Hal ini
dikarenakan tujuan penelitian ini adalah menganalisis agresivitas dan
kontrol diri pada pengguna media sosial twitter maka sampel akan
representatif apabila menggunakan masyarakat yang memiliki akun media
sosial twitter sebagai subjek penelitianya sehingga data yang diperoleh
nantinya dapat dipertanggungjawabkan.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ialah cara yang digunakan untuk menghimpun
data dalam penelitian yang akan memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian. Arikunto (2006) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data
berfungsi untuk mengumpulkan data, dimana peneliti memiliki keahlian dalam
melakukannya. Metode pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini
adalah skala psikologis.
3.4.1. Skala Agresi Verbal
Skala agresivitas ini bertujuan untuk mengetahui tentang agresivitas
siswa. Skala ini disusun dengan berdasar kajian teori yang telah dibahas
sebelumnya. Kisi-kisi agresivitas yang digunakan yaitu:
Tabel 3.8
Kisi-kisi Skala Psikologis Agresivitas

Indikator Aitem Aitem


JUMLAH
Perilaku favorable unfavorable
Pertahanan diri 1, 3, 6 2, 14, 18 6
Perlawanan
4, 8, 12, 16 7, 9, 28 7
Disiplin
Egosentris 5, 10, 15, 20 21, 27, 36 7
Superioritas 25, 33, 37, 40 22, 29, 35 7
11, 23, 24, 30,
Prasangka 26, 31 7
38

21
Otoriter 32, 34, 39 13, 17, 19 6
JUMLAH 23 17 40

3.4.2. Skala Kontrol Diri


Skala ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan kontrol diri
siswa. Skala ini disusun berdasar kajian teori yang telah dibahas
sebelumnya. Dengan aspek-aspek kontrol diri yaitu (1) kontrol perilaku,
(2) kontrol kognitif, dan (3) kontrol keputusan. Kisi-kisi kontrol diri yang
digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.9

N No Butir
o Indikator Deskriptor
(+) (-)
Kemampuan melawan 39,40,
kebiasaan negative 1,2,3,4
41
Kontrol
1 Tidak mudah terpengaruh
Perilaku 32,33,
keadaan lingkungan 8,9,10
34
Kemampuan merencanakan
14,15, 25,26,
sesuatu sebelum bertindak
16,17 27,28
Kontrol
2
Kognitif Kesadaran atas perilaku
21,22, 18,19,
yang dilakukan
23,24 20
Kemampuan untuk
29,30, 11,12,
memutuskan tindakan sesuai
Kontrol 31 13
kebutuhan
3 Keputusa
Dapat bertanggung jawab
n 35,36,
atas keputusanya 5,6,7
37,38
JUMLAH 22 19
Kisi-kisi SkalaPsikologis Kontrol Diri

3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


Instrumen penelitian adalah alat yang diguanakan oleh peneliti dalam proses
mengumpulkan data agar mempermudah penelitian untuk menghasilkan hasil
penelitian yang lebih baik. Lebih baikyaitu dalam arti lebih lengkap dan

22
tersistematis sehingga dapat lebih mudah untuk diolah. Instrumen penelitian yang
baik wajib memenuhi dua persyaratan terpenting yaitu valid dan reliable.
3.5.1. Validitas
Validitas berarti instrumennya sesuai dan dapat difungsikan untuk
mengatur apa yang seharusnya diukur, data yang tidak valid berarti data
tersebut tidak dapat digunakan karena tidak sesuai dengan atributnya. Data
yang tidak valid hanya dapat digunakan untuk mengukur atribut yang lain
(Sugiyono, 2017). Pengujian validitas pada tiap butir digunakan dengan
analisis item, yaitu menghubungkan skor setiap butir dengan skor total
yang merupakan jumlah setiap skor butir.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
validitas konstrak. Menurut Sugiyono (2017) bahwa validitas konstrak
dapat menggunakan pendapat para ahli yang nantinya instrument
dikonstruksikan tentang indikator-indikator yang akan diukur belandaskan
teori. Dalam validitas konstruk instrument dibandingkan dengan konstruk
teoritis yang ada dan dikonsultasikan dengan ahli yaitu dosen
pembimbing.
3.5.2. Reliabilitas
Instrument bisa dinyatakan reliabel apabila instrument yang
digunakan dalam mengukur obyek yang sama selama beberapa kali, maka
hasil datanya juga akan sama atau konsisten. (Sugiyono,2017).Singkatnya,
reliabilitas adalah indeks yang dapat menunjukkan sejauh manakah skala
bisa dipercaya atau diandalkan.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran akan
tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran lebih dari satu kali terhadap
gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama pula. Pengukuran
reliabilitas ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui kemantapan
instrument yang diteliti. Dalam hal ini, untuk menguji reliabilitas data
peneliti menggunakan alpha cronbach. Alasan penggunaan alpha
cronbach dalam perhitungan reliabilitas instrument ini dikarenakan data
yang dihasilkan merupakan data rating skala dan bisa digunakan untuk
item ganjil ataupun genap. Dalam menguji tingkat reliabilitas dalam

23
penelitian ini dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows
16.0
Kriteria dikatakan reliabel yaitu apabila r hitung > r table
menunjukkan bahwa instrument semakin reliabel. Sedangkan r hitung < r
tabel berarti instrument semakin berkurang reliabilitasnya Untuk
menginterpretasikan tingkat keterandalan instrument digunakan tabel
pedoman menurut Arikunto (2006 : 319).

3.6. Metode Analisis Data


3.6.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data yang akan
dianalisis berdistribusi normal atau tidak dan digunakan untuk
mempertimbangkan dalam analisis berikutnya dengan menggunakan
statistik parametrik. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan
bantuan Statistical Product and Services Solution (SPSS). Didasarkan
pada indeks Kolmogrov smirnov, jika signifikansi > 0,05 maka data
berdistribusi normal dan jika signifikansi < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
3.6.2. Uji Korelasi
Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan anatara korelasi kedua variabel dimana variabel lainnya yang
dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel
kontrol). Karena variabel yang diteliti adalah data interval maka teknik
statistik yang digunakan adalah Korelasi Product Moment (Sugiyono,
2013:216) dengan alat bantu SPSS.
Tabel 3.6.2 Interval Koefisien Tingkat Hubungan (Sugiyono (2013:250))

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

24
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

25
Daftar Pustaka

Auliya, M., & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Agresi
Pada Siswa Sma Negeri 1 Padangan Bojonegoro. Character, 1-6.

Eliani, J., Yuniardi, M. S., & Masturah, A. N. (2018). Fanatisme dan Perilaku Agresif
Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop. Psikohumaniora: Jurnal
Penelitian Psikologi, 59 – 72.

https://help.twitter.com/en/new-user-faq
Muttaqin, Zainul. (2011). Pengaruh Shalawat Fatih Terhadap Agresivitas Siswa
Madrasah Aliyah Negeri Lasem. Skripsi. Fakultas Ushuluddin, Institut Agama
Islam Negeri Walisongo, Semarang.

Karim, Azka Fikri. (2019). Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Agresi Verbal di
SMPN 4 Ungaran. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang.

Koimatun, Diah. (2020). Hubungan antara Kontrol Diri dan Agresivitas pada Siswa
Pecandu Game Online di SMK se-Kecamatan Ampelgading Kabupaten
Pemalang. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.

Priadi, Martha Purnama. (2018). Implementasi Human Capital pada PT. Telkom
Indonesia Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi Bandung. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Pasudan. Bandung.

Rifmawati, Esti. (2019). Hubungan Dukungan Sosial Kelompok Sebaya terhadap


Agresivitas Verbal di Media Sosial. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Rosalinda, R., & Satwika, Y. W. (2019). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku
Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X” Gresik. Character: Jurnal
Penelitian Psikolog, 1-8.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

26
27

Anda mungkin juga menyukai