Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TUBA UTERINA FALOPI DAN JARINGAN SEKITARNYA

DISUSUN OLEH :

1. Nila Nur Adhila (32101900026)


2. Nurul Khanifah (32101900027)
3. Souwafit Khalimah (32101900030)
4. Ade Fortuna W (32101900031)
5. Ami Linda Kustati (32101900032)
6. Diana Salsabila (32101900035)
7. Nining Alkomah (32101900047)
8. Rifa Rindiani (32101900052)
9. Sarah Tri Ernawati (32101900054)
10. Siti Nurjanah (32101900056)
11. Maya Adiluhung (32101900045)
12. Anggun Mega L. (321019000
13. Evika Putri H. (321019000
14. Azzurivia Reihana L. (321019000

UNIVERSITAS SULTAN AGUNG SEMARANG


PRODI SARJANA KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelanggarkan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada allah SWT atas limpahan nikmat sehat - Nya
baik itu berupa fisik maupun pikiran sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas praktikum dengan materi “Tuba Uterina Falopi Dan
Jaringan Sekitarnya” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi, kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
kami yang telah membibing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 23 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................................6

A. TUMOR TUBA UTERINA …...............................................................................................6


1. Pengertian Tumor Tuba Uterina .........................................................................6
2. Klasifikasi Tumor Tuba Uteri...............................................................................7
3. Penyebab Tumor Tuba Uterina...........................................................................8
4. Gejala Tumor Tuba Uterina.................................................................................8
5. Pencegahan Dan Deteksi Dini Tumor Tuba Uterina............................................10
6. Jenis Dan Pengobatan........................................................................................10
B. TUMOR NEOPLASMA JINAK DAN SEKITARNYA ..............................................................11
1. Definisi Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya................................................13
2. Etiologi Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya................................................15
3. Predisposisi Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya..........................................16
4. Patofisiologi Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya.........................................18
5. Tanda Dan Gejala Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya.................................20
6. Menurut Letaknya (Mioma) Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya.................23
7. Perubahan Sekunder (Mioma) Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya.............25
8. Diagnosis Banding Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya...............................28
9. Kelainan Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya..............................................28
10. Komplikasi Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya..........................................30
11. Diagnosis (Mioma Uteri ) Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya.....................32
12. Penatalaksaan Medis Tumor Neoplasma Jinak Dan Sekitarnya..........................34

BAB III : TELAAH JURNAL ..........................................................................................................35

BAB IV : PENUTUP.....................................................................................................................35

A. Kesimpulan...................................................................................................................35
B. Saran............................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................36

Lampiran ..................................................................................................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuba Falopi ( saluran telur ) organ ini merupakan saluran yang terletak disebelah
kanan dan kiri Rahim. Organ ini berfungsi sebagai saluran sel telur matang yang
dilepaskan oleh indung telur. Tuba falopi memebentang sepanjang 5-7,6 cm dari tepi
atas Rahim leher ovarium. Pada ujung ujungnya membentang membetuk corong
sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnya ketika
dilepaskan dari ovarium. Corong tersebut dinamakan fimbria (Adira, 2010).
Sebagian besar lesi benigna pada saluran falopi adalah radang ( hidrosalpinks atau
piosalpinks ), dan neoplasma benigna pada saluran telur jarang terjadi. Meskipun
tuba, korpus uteri, dan serviks uteri berasal dari primirdium ( anlage), tuba, berbeda
dengan rahim, mempunyai sedikit kecenderungan untuk dilakukan transformasi
neoplastik.
Sebagimana yang diharapkan, neoplasma tuba yang memeng terjadi merupakan
adenoma epitel dan polip, mioma dari otot tuba, kista inklusi dari mesotelium, atau
agioma dari vaskulatur tuba.
Pada pemeriksaan, neoplasma tuba amat sulit dibedakan dengan masa adneksa yang
lain, dan biasanya diperlukan eksplorasi operatif untuk memastikan diagnosis.
Salpingektomi mewakili terapi yang pasti, meskipun jika evaluasi patologig
memastikan sifat benigna dari neoplasma itu, bagian tuba yang normal dapat
dipelihara untuk alasan fertilitas pada instansi terpilih ( Hacker dan Moore, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN

A. TUMOR TUBA UTERINA


1. Pengertian
Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas bisa jinak.
Tumor adalah perkembangan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri.
Tumor adalah bengkak akibat radang, cedera, neoplasma, edema (Ramli,
2003).
Tumor jinak adalah gangguan proliferasi sel-sel ini tidak menyerang jaringan
didekatnya atau menyebar ke bagian lain dari tubuh, istilahnya adalah
metastasis. Tumor jinak biasanya dikelilingi oleh selubung fibrosa (kapsul)
yang menghambat kemampuan mereka untuk berperilaku ganas (Hacker dan
Moore, 2006).
Tuba fallopi adalah saluran yang menghubungkan antara indung telur
(ovarium) dengan rahim (uterus). Oleh karena itu tuba fallopi sering juga
disebut saluran indung telur (Prawirohardjo, 2011).
Kista merupakan tumor jinak yang terbungkus semacam selaput
jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal
sekitarnya dan tidak dapat menyebar kebagian tubuh lain. Itulah sebabnya,
tumor jinak lebih mudah diangkat dengan cara pembedahan, dan tidak
membahayakan kesehatan bagi si pasien. Bentuk kista pun berbeda-beda, ada
yang berbentuk kistik dengan isi cairan kental. Ada pula yang berbentuk
anggur yang berisi cairan nanah, udara, atau bahan-bahan lainnya.
Berdasarkan tingkat keganasannya kista dibagi menjadi dua jenis,
yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik. Kista non-neoplastik bisa
mengempis sendiri setelah 2-3 bulan. Sedangkan, kista neoplastik harus
dengan jalan operasi untuk mengangkatnya (Adira, 2010).

2. Klasifikasi
Tumor tuba uterina dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma.
Tumor tuba uterina yang neoplastik jarang sekali ditemukan. Pernah
dilaporkan dalam kepustakaan adanya adenoma, leiomioma, fibroma, kista
dermoid, dan lain lainya.
Endometriosis yang sebenarnya bukan neoplasma lebih sering didapat
pada tuba, terkadang dikira ganas. Tumor neoplasmik jinak dekat dengan
tuba: kista parovarium (adalah sisa dari epoophoron), terletak diantara tuba
bagian distal dan ovarium dengan diameter biasanya tidak mencapai 4 cm.
Dinding kista ini tipis terdapat epitel kuboid atau datar yang dikelilingi oleh
jaringan pengikat dan lemak. Kista berisi cairan jernih. Genandry dkk.
Melaporkan adanya adenokarsinoma serosumdengan derajat keganasan
rendah berasal dari kista ini.
a. Tumor neoplastik tuba uterina
Terletak diantara tuba bagian distal dan ovarium dengan diameter
biasanya tidak mencapai 4 cm. Kista berisi cairan jernih.
b. Tumor non neoplastik tuba uterina
Tumor-tumor disebabkan oleh radang dibicarakan dalam Bab Radang
dan beberapa penyakit pada alat genital, antara lain hidrosalpin,
piosalping, dan kista tuboovarial (Prawirohardjo, 2011).

3. Penyebab
Menurut Prawirohardjo (2011) mengidentifikasikan penyebab tumor
jinak tuba falopi diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Radang pada tuba falopi
disebabkan karena adanya pertumbuhan bakteri berbahaya di saluran
tuba fallopi. pertumbuhan dan penyebaran bakteri berbahaya seperti
Streptococcus, Staphylococcus dan Mycoplasma yang tahap awalnya
umumnya terbentuk di vagina dan perlahan-lahan menyebar ke atas
menuju tuba falopi melalui pembuluh limfatik.
b. Infeksi pada tuba falopi
Infeksi pada tuba fallopi (salpingitis) atau penyakit radang panggul
yang merupakan salah satu penyebab paling umum dari
ketidaksuburan pada wanita. Dalam ilmu kedokteran infeksi tuba
fallopi ini dibagi menjadi dua jenis infeksi, tergantung pada tingkat
keparahan gejala yaitu salpingitis akut dan kronis.
c. Pada infeksi akut tuba fallopi, saluran tuba menjadi bengkak dan
meradang dengan mengeluarkan cairan dan terkadang dipenuhi oleh
nanah sehingga menymbat tuba fallopi. Dalam kasus yang sangat
jarang, tabung dapat pecah dan menyebabkan infeksi yang berbahaya
yang disebut peritonitis dalam rongga perut.
d. Pada peradangan kronis tuba fallopi mungkin berlangsung dalam
waktu yang sangat lama dengan gejala yang lebih ringan daripada
gejala salpingitis akut dan hampir tidak terdeteksi.
e. Penyebab utama lainnya dari infeksi tuba fallopi ini adalah karena
kontraksi penyakit menular intimual (PMS) seperti klamidia, gonore,
dll. Komplikasi penyebabran infeksi ini termasuk pada kejadian
kehamilan ektopik, dimana infeksi yang bisa menyebar ke organ
terdekat seperti indung telur dan rahim. Kondisi tersebut juga dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut di saluran tuba sehingga
memblokir tabung sepenuhnya. Pembentukan nanah dalam ovarium
juga dapat menyebabkan komplikasi seperti produksi ovum yang
cacat sehingga menyebabkan infertilitas.

4. Gejala
Menurut Manuba ( 2005) mengidentifikasikan Gejala, tanda dan ciri
penyakit tumor jinak tuba fallopi sangat banyak jadi jika disebutkan secara
spesifik diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Nyeri pada bagian bawah perut atau sekitarnya
Gejala penyakit tumor jinak pada tuba fallopi yang pertama adalah
munculnya rasa nyeri pada bagian sekitar perut, terlebih rasa nyeri ini
akan muncul saat kita melakukan kencing atau buang air seni, rasa
nyeri ini muncul karena terjadinya awal pertumbuhan jaringan pada
bagian permukaan kulit organ tuba fallopi.
b. Terjadi pendarahan abnormal
Jika penyakit tumor jinak pada tuba fallopi tersebut sudah tumbuh
selama seminggu atau lebih, maka akan menyebabkan sebuah
pendarahan tanpa sebab, banyak orang yang mengartikan pendarah ini
sebagai sebuah gejala menstruasi, memang untuk membedakan
apakah itu menstruasi atau tandapenyakit tumor jinak sangatlah sulit,
akan tetapi Anda bisa memastikan bahwa pendarahan tersebut adalah
gejala penyakit tumor jinak tuba fallopi dengan mengetahui
kandungan darah.
c. Menstruasi tidak normal
Biasanya sebuah mastruasi terjadi secara normal dan sesuai dengan
jadwal yang ditentukan, walaupun terkadang juga terlambat ataupun
melebihi batas, akan tetapi hal tersebut hanyalah terpaut beberapa hari
saja, namun pada penderita penyakit tumor jinak di tuba
fallopi, mereka mengalami menstruasi yang tidak normal selama
beberapa minggu bahkan bulan, baik terjadinya keterlambatan
ataupun melebihi jadwal yang telah ditentukan.

5. Pencegahan dan deteksi dini


Menurut Mansjoer (2006) mengidentifikasikan pencegahan dan
deteksi dini tumor jinak tuba falopi adalah sebagai berikut :
a. Tidak berganti-ganti pasangan
Salah satu penyebab tumor jinak tuba falopi adalah PMS ( penyakit
menular seksual )
b. Sadari
Seperti apabila terdapat atau merasakan gejala seperti yang telah
dijelaskan maka segera periksa jangan menunda, agar segera ditangani
dan tidak menjadi tumor ganas.

6. Jenis dan Pengobatan


Menurut Andira (2010) mengidentifikasikan jenis dan pengobatan
penyakit tumor jinak pada tuba fallopi dibagi menjadi dua adalah sebagai
berikut:
a. Tumor jinak tuba fallopi non-neoplastik bisa mengempis sediri setelah
2-3 bulan
b. Tumor jinak tuba fallopi neoplastik harus dengan operasi untuk
mengangkatnya.

B. TUMOR NEOPLASMA JINAK JARINGAN SEKITARNYA


1. Definisi
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya. Oleh karena itu, dalam kepustakaan
dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau fibroid. Mioma uteri adalah
tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk
padat, karena jaringan ikatnya dominan dan lunak, karena otot rahimnya
dominan (Manuaba, 2010). Mioma uteri merupakan tumor jinak padat dari
otot polos uterus, dikenal juga dengan istilah mioma atau leimioma
(Djuwantono, 2011; h. 1). Mioma merupakan jaringan pembentuk sebagian
besar uterus, terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat
dengan banyak serabut elastin di dalam nya (Cunningham, 2006; h. 1031).

2. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Stimulasi estrogen di duga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri.
Hipotesis ini di dukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan
pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause.
Ichimura mengatakan bahwa hormon ovarium dipercaya menstimulasi
pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya setelah menarke.
Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini makin besar, tetapi menurun setelah
menopause. Perempuan nulipara mempunyai risiko yang tinggi untuk
terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara mempunyai risiko
yang relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri (Sarwono, 2010; hal 891)
Mioma uteri merupakan indikasi tersering operasi besar pada wanita
premenopause, sehingga membawa dampak yang cukup besar bagi kesehatan.
Pertumbuhan mioma uteri dan perkembangannya di stimulasi oleh hormon
seks steroid dan dipengaruhi oleh perubahan siklus hormonal. Reseptor
estrogen dan progesteron dapat di identifikasikan pada jaringan mioma dan
mioma uteri diketahui memberikan respon yang positif terhadap terapi
hormonal. Apabila sekresi estrogen dapat dikurangi maka pertumbuhan
mioma uteri dapat dihambat atau dikurangi, bahkan dapat mengecilkan massa
mioma (Djuwantono, 2011; h. 2).
Mioma uteri dapat bertambah besar, menyusut atau tetap sama sepanjang
kehamilan. Mioma yang besar cenderung menyusut, sedangkan mioma yang
berukuran kecil bertambah besar (Sinclair, 2010; h. 611). Setelah menopause,
mioma ini menyusut karena stimulasi estrogen sudah menurun. Sekitar 1 dari
1000 kasus fibroid merupakan leiomioma sarkoma (karsinoma) (Sinclair,
2010; h. 609).
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-
sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan kromosom baik
secara parsial maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan
pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%)
ditemukan pada kromosom. Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma
uteri sangat tergantung apakah telah terjadi perubahan pada kromosom atau
tidak (Thomason, 2008).
Asal mulanya penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa
teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon
estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi
dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga
mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar
pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause
(mengecil pada pasca menopause).

3. Predisposisi
a. Genetik dan faktor-faktor lingkungan (misalnya variasi hormon).
Setelah menopause, mioma ini menyusut karena stimulasi estrogen
sudah menurun (Sinclair, 2010; h. 609).
b. Nullipara atau yang kurang subur (infertilitas)
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas
sudah di singkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas
tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi (Sarwono, 2007; h. 343).
c. Umur
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang mioma (Sarwono, 2007; h. 338). Sedangkan
menurut Wiknjosastro (2007; h. 339) menambahkan bahwa jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling
banyak pada umur 35-45 tahun (kurang dari 25%). Sedangkan pada
usia menopause mioma menjadi menurun, hanya 10% saja yang masih
dapat tumbuh lanjut. Sedangkan menurut (Sinclair, 2010; h. 609)
mengatakan bahwa sebagian besar mioma muncul pada usia 40 an.
d. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita
mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri (Perker, 2007; h. 377)
e. Parietas
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak
pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya 1 kali hamil (Saifuddin, 2008; h. 891)
f. Kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertilitas risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga
uterus. Khususnya pada mioma submukosum, letak janin,
menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri
yang menyebabkan inersia
g. Faktor ras dan genetic
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27 % wanita berumur 25
tahun mempunyai mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih (Winkjosastro, 2008; h. 338). Sedangkan menurut (Sinclair,
2010; h. 609) mengatakan bahwa wanita yang berusia > 35 tahun,
nullipara, dan berkulit hitam berisiko tinggi. Terjadi pada 10 % wanita
Kaukasia dan 30 % wanita berkulit hitam dengan mudah terkena
mioma uteri.
h. Indeks masa tubuh
Penderita mioma uteri 80 % bertambah beratnya sampai 80 gram
(berat normal uterus hanya sekitar 50 gram) Pernah dilaporkan sampai
ada uterus yang menderita mioma dengan berat lebih 200 gram (Faizal
Yatim, 2008; h. 61-62).

4. Patofisiologi
Secara mikroskopik pertumbuhan mioma uteri berlapis-lapis, kapsul dibagian
luarnya, seperti lapisan berambang atau konfigurasi gulungan (whoeled
configuration).
Patofisiologi mioma dapat di ikuti sebagai berikut :
a. Setiap konfigurasi mulai satu sel monoklonal, yang menunjukkan
kelainan kromosum multiple.
b. Setiap sel mengandung reseptor estrogen dan progesterone

5. Tanda dan gejala


Menurut Rice dkk. (1989) dalam buku Obsteric william mendapatkan bahwa
1,4 persen dari 6700 kehamilan mengalami penyulit mioma. Sedangkan
menurut Katz dkk. (1989) melaporkan bahwa 1 dari 500 wanita hamil di
rawat inap akibat penyulit yang berkaitan dengan mioma. Kehamilan dapat
juga mengurangi resiko mioma uteri karena pada kadar hormon progesteron
yang dominan pada tubuh pada ibu hamil (Cunningham, 2006; h. 1031).
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat mioma itu sendiri ada
yang berada (di serviks, intramural, submukosum, subserosum),

6. Menurut letaknya, mioma dapat dibagi :


a. Mioma submukosum yaitu berada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga utrerus.
b. Mioma Intramural yaitu mioma yang terdapat di dinding uterus di
antara serabut miometrium.Mioma subserosum
c. Terjadi apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, yang diliputi oleh serosa. Mioma submukosum
dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks (myomgeburt). Mioma subserosum dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. (Saifuddin, 2008; h. 338).
Gambar 2.1 : Jenis mioma Uteri dan menurut lokasinya

(Sumbernya : 1. Widjanarko, Bambang. 2006)

7. Perubahan Sekunder Mioma

a. Atrofi yaitu sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma


uteri menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin yaitu perubahan ini sering terjadi terutama pada
penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur asliya menjadi
homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
dari padanya seolah- olah memisahkan satu kelompok serabut otot
dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi kistik yaitu dapat meliputi daerah kecil maupun luas,
dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk
ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sulit dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membantu (calcireous degeneration), terutama terjadi
pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada mioma,
maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen
e. Degenerasi merah (carneous degeneration), perubahan ini biasanya
terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesisnya diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin.
f. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti
pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
g. Degenerasi lemak yaitu jarang terjadi, merupakan kelanjutan
degenerasi hialin
8. Diagnosa Banding
Pada tumor abdomen di bagian bawah atau panggul adalah mioma
subserosum dan kehamilan. Mioma submukosum yang dilahirkan harus
dibedakan dengan inversio uteri, mioma intramural harus dibedakan dengan
suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu
sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
menegakkan dugaan klinis (Wiknjosastro, 2008; h. 344).

9. Kelainan yang mirip dengan keluhan dan tanda, yaitu :

a. Adenomyosis

Pada kondisi ini, kelenjar normal yang terletak pada lapisan uterus
menembus dinding otot uterus. Nyeri terjadi ketika jaringan kelenjar
yang berpindah tempat berkembang selama siklus menstruasi dan
mengelupas selama menstruasi. Perdarahan abnormal terjadi ketika
jaringan membesar dan darah merembes dari otot. Penanganan berupa
pembedahan atau terapi hormonal.

b. Disfungsi hormonal

Kelainan hormon yang menyertai ovulasi dapat menyebabkan


perdarahan berat dan penebalan lapisan uterus.

c. Polips uterus (endometrial)

Pertumbuhannya biasanya jinak, membesar dari lapisan uterus. Dapat


menyebabkan perdarahan menstrual berat, noda setelah periode
menstruasi atau noda yang tidak berkaitan dengan menstruasi.

10. Komplikasi
a. Perdarahan pervaginam yang berat juga menimbulkan kondisi kurang
darah (anemia).
b. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit
buang air besar (konstipasi) atau hemoroid.
c. Uterus robek (ruptur) dalam keadaan hamil atau plasenta acreta dan
perdarahan uterus (Faizal Yatim, 2008; h. 68).
d. Terjadi ruangan kosong yaitu jahitan yang kurang sempurna sehingga
timbul ruangan kosong dapat terjadi timbunan, darah, dan jaringan
nekrosis.
e. Perforasi saat mengerjakan operasi dapat terjadi perforasi, sehingga
perlu diatasi dengan jahitan.
f. Mioma rekuren yaitu memperhatikan pertumbuhannya yang dipicu
oleh perimbangan estrogen dan progesteron (Manuaba, 2005; h. 229).
g. Abortus spontan yang rekuren
h. Persalinan prematur

11. Diagnosis Mioma Uteri


Untuk menegakkan diagnosa mioma uteri adalah sebagai berikut :
a. Anamnesa
1) Keluhan utama yang dikemukakan :
a) Terasa kemeng discomfort atau desakan pada perut
dibagian bawah.
b) Terdapat gangguan patrun menstruasi :
c) Menorrhagia atau menometrorrhagia disertai gumpalan
darah
d) Perdarahan yang berkepanjangan
e) Dismenorheagia
2) Keluhan sekunder :
a) Sering mengalami abortus
b) Persalinan prematuritas
c) Infertilitas
d) Keluhan akibat anemia
b. Pemeriksaan Fisik
1) Palpasi abdomen :
a) Teraba tumor bagian bawah abdomen, padat, dapat
terfiksir
b) Konsistensi padat atau padat kenyal
2) Pemeriksaan dalam :
a) Teraba uterus membesar, mungkin berbenjol-benjol
b) Dapat terfiksir
3) Pemeriksaan spekulum :
a) Sonde memastikan besarnya mioma
b) Perdarahan dilakukan mikrokuretae untuk pemeriksaan
patologi anatomi kemungkinan kombinasi dengan
endometrial karsinoma.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) USG transvaginal atau abdominal :
a) Tampak uterus membesar
b) Dapat dilakukan tambahan pemeriksaan : CT scan
untuk konfirmasi lebih jelas.

12. Penatalaksanaan Medis


Penanganan tergantung pada intensitas gejala, ukuran, serta letak tumor, usia
pasien, paritas, serta status kehamilan, keinginan mempunyai anak serta
kondisi kesehatan secara umum. Pilihan terapi meliputi tindakan bedah dan
non bedah. Terapi farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka waktu
lama bagi tumor fibroid. Meskipun bisanya diprogramkan oleh dokter
spesialis ginekologi (Kowalak, Jennifer P. 2011; h. 672).
Sering kali perempuan yang mengalami penyakit mioma uteri yang tidak lagi
mengharapkan kehamilan lagi dan meminta operasi pengangkatan rahim
(histerektomi). Tetapi, apabila menolak untuk dilakukan histerektomi, maka
dapat memilih dilakukan operasi pengangkatan miom (myomektomi). (Faizal
Yatim, 2008; h. 64).
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan
atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan
setiap 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau
menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat
terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Penatalaksanaan Medis
Pemberian GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) selama 16 minggu pada
mioma uteri menghasikan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus
dalam ke seluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian
GnRH dihentikan leimioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi. Maka perlu di ingat bahwa penderita mioma uteri
sering mengalami menopause yang terlambat
BAB III
TELAAH JURNAL
1. Telaah Jurnal
1) What : Adenomatoid Tumor in the Fallopian Tube - A Rare Case
2) Who : diteliti oleh Geetika Goyal, Arati Inamdar, MD1 dan Abraham Loo dengan
responden Seorang wanita 46 tahun
3) Where : Departemen Patologi, Pusat Medis Saint Barnabas
4) When : 2019
5) Why : Kami ingin menyajikan kasus seorang wanita 46 tahun dengan perdarahan
vagina abnormal dan temuan insidental tumor adenomatoid di tuba fallopi
6) How : kasus perempuan 46 tahun yang datang dengan perdarahan vagina abnormal
dengan kista kompleks di adneksa kiri dan leiomyomata multipel pada pencitraan
panggul. Dilakukan histerektomi dan salpingektomi bilateral. Nodul merah-tan yang
dibatasi, berukuran 3,0 cm dalam dimensi maksimum diidentifikasi pada tuba falopi
kiri dengan permukaan potongan kuning-tan yang padat dan homogen. Pemeriksaan
histopatologi menunjukkan gambaran tumor adenomatoid yang didukung oleh
pewarnaan imunohistokimia positif untuk calretinin dan sitokeratin dan negatif untuk
CD34. Ini adalah entitas jinak tetapi perlu dibedakan dari lesi ganas karena pola
histopatologis yang bervariasi dan gambaran sitologi. Ini memiliki prognosis yang
baik setelah operasi pengangkatan tanpa bukti kekambuhan. Kasus ini disajikan
karena kelangkaan tumor adenomatoid di lokasi ini bersama dengan diskusi tentang
diagnosis banding potensial lainnya di lokasi ini.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa tumor jinak tuba falopi merupakan
sebuah gangguan kesehatan, dimana terjadi pertumbuhan abnormal jaringan pada bagian tuba
falopi, akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri yang memiliki pertumbuhan lambat dan
tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya, akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri yang
memiliki pertumbuhan lambat dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Penyebab tumor jinak tuba falopi yaitu radang pada tuba falopi disebabkan karena
adanya pertumbuhan bakteri berbahaya di saluran tuba fallopi. pertumbuhan dan penyebaran
bakteri berbahaya seperti Streptococcus, Staphylococcus dan Mycoplasma yang tahap
awalnya umumnya terbentuk di vagina dan perlahan-lahan menyebar ke atas menuju tuba
falopi melalui pembuluh limfatik.dan infeksi pada tuba falopi karena kontraksi penyakit
menular intimual (PMS) seperti klamidia, gonore, dll. Komplikasi penyebabran infeksi ini
termasuk pada kejadian kehamilan ektopik, dimana infeksi yang bisa menyebar ke organ
terdekat seperti indung telur dan rahim.

B. Saran
Dari makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan mengerti danmemahami
tentang tumor jinak tuba falopi sehingga nantinya mampumemberikan asuhan kebidanan
pada pasien penderita tumor jinak tuba falopi.
DAFTAR PUSTAKA

Andira, Dita.2010.Selik-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita.Jogjakarta: A+Plus Books.


Hacker dan Moore. 2006. Esensial Obstetri dan Gynekologi. Jakarta: EGC.

Mansjoer ,Arif.2006.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGC.

Manuba. 2005. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai