LP CKB Welan Danuarta
LP CKB Welan Danuarta
Disusun Oleh:
A. DEFINISI
a. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala
paling sering dan penyakit neurologik yang serius di antara penyakit nuerologik
dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya.
b. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas.
c. Trauma / cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala.
d. Trauma kapitis merupakan akibat kecelakaan baik kecelakaan lalu-lintas maupaun
kecelakaan lain seperti terjatuh, kejatuhan benda keras atau kecelakaan kerja
B. ETIOLOGI
Cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya :
a. oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak missal : kecelakaan,
dipukul, terjatuh dan luka tembak.
b. Trauma saat lahir missal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.
C. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan mekanisme, cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan
cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan
mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus disebabkan
oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput durameter menentukan apakah
suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
Oedema otak
5) TD turun
6) Suhu tubuh yang sulit dikendalikan
E. KLASIIKASI
Cedera Kepala tertutup
Kondisi ini dapat terjadi akibat benturan keras atau sentakan pada kepala yang
mengakibatkan cedera pada jaringan otak, meskipun tulang tengkorak masih utuh.
Cedera kepala terbuka atau tembus
Kondisi ini dapat terjadi akibat pukulan yang menyebabkan tulang tengkorak
patah atau adanya benda yang menembus ke dalam tulang tengkorak dan otak,
seperti tembakan peluru di kepala.
F. KOMPLIKASI
a. Hematoma epidural; suatu perdarahan diantara tulang tengkorak dan
selaputnya/durameter. Perdarahan ini terjadi akibat kerusakan pada arteri atau
vena pada tulang tengkorak. Perdarahan menyebabkan meningkatnya tekanan
didalam otak sehingga lama – lama kesadaran akan menurun.
b. Hematoma subdural; perdarahan dibawah durameter, biasanya disertai dengan
cedera pada jaringan otak gejalanya berupa rasa mengantuk sampai hilangnya
kesadaran, hilangnya sensasi atau kekuatan dan pergerakan abnormal (termasuk
kejang).
c. Hematoma intraventrikuler (perdarahan di dalam rongga internal/ventrikel),
hematoma intraparenkimal (perdarahan didalam jaringan otak), maupun
hematoma subraknoid (perdarahan didalam selaput pembungkus otak); pertanda
dari cidera kepala yang berat dan biasanya menyebabkan kerusakan otak jangka
panjang.
d. Pneumonia
e. Meningitis ventrikulitas
f. Infeksi saluran kemih
g. Perdarahan gastrointestinal
h. Sepsis gram negatif
i. Kebocoran CSS
j. Edema pulmonal
k. Kejang
l. Kebocoran plasma
m. TIK meningkat
n. Infeksi
o. Epilepsi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik secara menyeruluruh dan mendetail, meliputi tingkat kesadaran,
pergerakan, refleks, mata dan telinga, denyut nadi, tekanan darah dan laju
pernafasan.
b. Pemeriksaan mata dititik beratkan kepada penentuan ukuran pupil dan reaksi
terhadap cahaya; bagian dalam mata diperiksa dengan bantuan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya peningkatan tekanan didalam otak.
c. CT Scan ( tanpa / dengan kontras ): mengidentifikasi adanya SOL hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Indikasi CT Scan adalah :
Nyeri kepala menetap atau muntah – muntah yang tidak menghilang setelah
pemberian obat – obatan analgesia/anti muntah.
Adanya kejang – kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi
intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor – faktor ekstracranial telah
disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi shock,
febris, dll).
Adanya lateralisasi.
Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur
depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.
Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS.
Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X / menit).
d. MRI : sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras
e. Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma
f. EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
g. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah ( karena perdarahan, edema).
h. BAER : mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
i. PET : mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
j. CSF, lumbal punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid
k. ABGs : mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi)
l. Kadar Elektrolit : untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial
m. Screen Toxicologi : untuk mendeteksi pegaruh obat sehingga meyebabkan
penurunan kesadaran
H. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan terhadap peningkatan TIK
- Pemantauan TIK dengan ketat.
- Oksigenasi adekuat
- Pemberian manitol
- Penggunaan steroid
- Peninggatan tempat tidur pada bagian kepala
- Bedah neuro
b. Tindakan pendukung lain
- Dukung ventilasi
- Pencegahan kejang
- Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
- Terapi antikonvulsan
- CPZ untuk menenangkan pasien
- NGT
c. Dekompresasi dengan pembedahan : lesi massa intra cranial harus segera
dikeluarkan, biasnya dengan pembedahan flap tulang
d. Ventilasi : oksigenasi dan hipokapnea. Kerusakan dan kematian neuron dapat
terjadi dalam waktu 5 menit awitan hipoksemia.
e. Posisi tubuh sejajar atau ditinggikan 15- 30º kecuali ada kontra indikasi, posisi
deserebrasi dan dekortikasi meningkatkan TIK
f. Hipotermia dapat menurunkan laju metabolisme
g. Pengontrolan tekanan darah
h. Drainase CSS
i. Osmoterapi, agen-agen osmotic seperti; manitol, urea, gliserol, dan isosorbid
dapat digunakan untuk menurunkan TIK
Hipoksia Risiko
Peningkatan TIK ketidakefektifa
Kejang
n perpusi
Kebocoran cairan
kapiler Defisit Nutrisi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial.
b. Nyeri akut b/d kerusakan jaringan otak dan peningkatan tekanan intracranial
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
d. Resiko Infeksi b/d tindakan invasif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol-2, EGC,
Jakarta,2012.
only/keperawatan-medikal-bedah kmb/askep-cedera-kepala/
PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
PPNI, T.P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
PPNI, T.P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria
Syafudin,AMK. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawtan, Edisi 3.Jakarta: EGC; 2013.