Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERANAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA

TERHADAP MINAT BELAJAR PENJASORKES DI SMA KABUPATEN


PEMALANG TAHUN 2018

Muhammad Ilham Aditya Perwira Negara Ardiansyah


Universitas PGRI Semarang

E-mail : ilhamadityapn@gmail.com

Abstrak

Berkaitan dengan sarana dan prasarana sebagai faktor penunjang keberhasilan pembelajaran, maka
penelitian ini akan mengkaji peranan sarana dan prasarana olahraga terhadap minat belajar
penjasorkes di SMA Kabupaten Pemalang. Khususnya di SMA Negeri 3 Pemalang, SMA Negeri 1
Comal, dan SMA Negeri 1 Bantarbolang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan
sarana dan prasarana pembelajaran penjasorkes dan minat belajar penjasorkes siswa di SMA
Kabupaten Pemalang. Penelitian ini berjenis kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan
dan menggambarkan peristiwa secara natural yang dilakukan dengan menganalisis data dan hasil dari
data tersebut dengan menggunakan hasil data yang diperoleh dari proses yang sudah berlangsung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sarana dan prasarana olahraga di SMA Kabupaten Pemalang rata-
rata tergolong ideal dan mendukung pelaksanaan pada pembelajaran penjasorkes sesuai dengan
standar permendiknas RI no 24 tahun 2007. Berdasarkan hasil penelitian minat belajar maka secara
umum minat belajar penjasorkes di SMA Kabupaten Pemalang tergolong tinggi dilihat dari
banyaknya persentase minat siswa. Secara umum keadaan sarana dan prasarana olahraga di SMA
Kabupaten Pemalang rata-rata tergolong ideal dan hasil yang diperoleh terhadap minat belajar
penjasorkes siswa SMA di Kabupaten Pemalang dalam kategori tinggi dengan persentase sebanyak
86,7%.

Kata kunci: Sarana, Prasarana, Minat Belajar, Penjasorkes

1. Pendahuluan ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,


tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas
sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang
membantu, serta membimbing seseorang untuk direncanakan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai tujuan pendidikan nasional (Depdiknas,
mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti 2008: 194).
pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia Penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran
seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh dirinya sendiri yang penting, karena dapat membantu
maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak mengembangkan siswa sebagai individu dan
didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, makhluk sosial agar tumbuh dan berkembang secara
berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan wajar. Hal ini selaras dengan pelaksanaan dalam
penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan penjasorkes mengutamakan aktivitas jasmani
dan perilaku sehari-hari (Basri, 2007: 34). khususnya olahraga dan kebiasaan hidup sehat.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Proses transfer ilmu pengetahuan tersebut
Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem memerlukan suatu alat bantu atau media, hal ini
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, Pendidikan dimaksudkan agar mempermudah dalam proses
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pentransferan ilmu pengetahuan. Alat atau media
suasana belajar dan proses pembelajaran agar dalam pendidikan di dunia olahraga dapat dikatakan
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi sebagai sarana dan prasarana.
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual Sarana dan prasarana dalam proses penjasorkes
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, harus tersedia di sekolah guna untuk mencapai
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang tujuan dalam pembelajaran penjasorkes yang ada di
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. sekolah. Tersedianya sarana dan prasarana
Penjasorkes merupakan bagian integral dari penjasorkes sangat mempengaruhi cepat atau
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk lambatnya siswa dalam menguasai materi
mengembangkan aspek kebugaraan jasmani, pembelajaran. Pembelajaran penjasorkes kurang
ketrampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, maksimal jika tidak memiliki sarana dan prasarana

545
yang memadai, mengingat hampir seluruh materi dengan banyak peserta didik kurang dari 167,
dalam penjasorkes memerlukan sarana dan prasarana luas minimum tempat bermain/berolahraga 500
yang beraneka ragam. m2. Di dalam luasan tersebut terdapat ruang
Kondisi sekolah di Indonesia pada umumnya bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m
tidak memiliki sarana dan prasarana yang cukup x 15 m.
layak untuk cabang-cabang olahraga yang berkaitan 3. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang
dengan materi penjasorkes. Sebagian besar sekolah, terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan.
terutama di kota-kota besar, hanya mempunyai 4. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di
halaman yang tidak begitu luas sebagai prasarana tempat yang tidak mengganggu proses
untuk proses pelaksanaan penjasorkes. pembelajaran di kelas.
Kenyataan menunjukan bahwa masih ada 5. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan
beberapa sekolah yang beranggapan sarana dan untuk tempat parkir.
prasarana penjasorkes dinilai kurang penting 6. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki
dibandingkan dengan sarana dan prasarana untuk permukaan datar, drainase baik,dan tidak
pembelajaran lainnya seperti IPA dan Bahasa. terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda
Bahkan tidak sedikit sekolah yang lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
mengesampingkan keberadaan sarana dan prasarana 7. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana
untuk pembelajaran penjasorkes. sebagaimana tercantum pada tabel.
Penjasorkes dilakukan dengan menyeimbangkan Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
sarana dan prasarana yakni aktivitas jasmani yang mampu mengembangkan aktivitas dan hasil belajar
pada umumnya dilakukan dengan tempo yang cukup yang maksimal merupakan sebagian tugas pengajar.
tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar Tetapi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
ketangkasan dan ketrampilan yang tidak terlalu rendahnya mutu pendidikan siswa adalah minat
cepat, terlalu halus dan sempurna atau berkualitas belajar siswa. Minat belajar merupakan masalah
tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak didik. anak didik yang diterima baik di sekolah maupun di
Meskipun sarana pendidikan tersebut fisikal. rumah. Minat juga merupakan keadaan psikologis
Manfaat bagi anak didik mencakup seperti bidang- yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil
bidang non fisikal seperti intelektual, sosial, estetik, belajar siswa. Jika seseorang mempelajari sesuatu
dan kawasan-kawasan kognitif maupun afektif. penuh minat, maka diharapkan hasilnya akan lebih
Penjasorkes menggunakan pendekatan keseluruhan baik. Sebaliknya bila tidak berminat jangan
yang mencakup motorik, kognitif, maupun afektif. diharapkan akan berhasil baik dalam mempelajari
Disamping itu, keberhasilan pembelajaran hal tersebut.
penjasorkes tidak hanya bergantung pada Berkaitan dengan sarana dan prasarana sebagai
kecemerlangan otak. Minat siswa juga salah satu faktor penunjang keberhasilan pembelajaran, maka
faktor penunjang keberhasilan pembelajaran penelitian ini akan mengkaji peranan sarana dan
penjasorkes. Karena dengan adanya minat seseorang prasarana olahraga terhadap minat belajar
dalam menjalankan suatu kegiatan akan penjasorkes di SMA Kabupaten Pemalang.
menjalankannya dengan penuh semangat untuk Khususnya di SMA Negeri 3 Pemalang, SMA
mencapai tujuannya. Negeri 1 Comal, dan SMA Negeri 1 Bantarbolang.
Ketersedian sarana dan prasarana juga sangat Peneliti merasa tertarik untuk menganalisis
diperlukan dalam pembelajaran penjasorkes, peranan sarana dan prasarana olahraga di lokasi
khususnya dijenjang SMA. Adapun persyaratan tersebut, karena letaknya yang strategis berada
sarana dan prasarana penjasorkes (Agus S. dijantung kota dan juga kualitas pendidikan yang
Suryobroto, 2004: 16) sebagai berikut: baik, menjadikannya cukup diminati oleh
1. Aman masyarakat sekitar. Sekolah dengan kualitas
2. Mudah dan murah pendidikan yang baik, tentu didukung oleh sarana
3. Menarik dan prasarana yang memadai.
4. Memacu untuk bergerak
5. Sesuai dengan kebutuhan 2. Studi Literatur
6. Sesuai dengan tujuan
7. Tidak mudah rusak Pengertian Sarana Penjasorkes
8. Sesuai dengan lingkungan Menurut UU RI No.3 pasal 1 ayat 21 Tahun
Sedangkan standar sarana dan prasarana olahraga 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, sarana
menurut Permendiknas No 24 Tahun 2007 adalah olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang
sebagai berikut: digunakan untuk kegiatan olahraga. Sarana adalah
1. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai perlengkapan yang diperlukan untuk
area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, menyelenggarakan pembelajaran yang dapat
upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler. dipindah-pindah (Depdiknas, 2008: 66). Sarana atau
2. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan pembelajaran penjasorkes. Sarana penjasorkes pada

546
dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya 8) 2 buah kaset senam
tidak permanen, dapat dibawa kemana-mana atau d. Sarana dan prasarana cabang olahraga beladiri
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Contoh: 1) 2 pakaian beladiri, 1 untuk putra dan 1 untuk
bola, raket, pemukul, tongkat, balok, raket tenis putri
meja, dan lain-lain. Sarana atau alat sangat penting 2) 2 buah body protector
dalam memberikan motivasi peserta didik untuk Pengertian Minat
bergerak aktif, sehingga siswa sanggup melakukan Minat pada dasarnya merupakan penerimaan
aktivitas dengan sungguh-sungguh dan akhirnya akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan
tujuan aktivitas dapat tercapai (Agus S. Suryobroto, sesuatu diluar diri (Djaali, 2008: 121). Minat sangat
2004: 4). besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi belajar
Pengertian Prasarana Penjasorkes yang tinggi. Tidak akan mungkin orang yang tidak
Menurut UU RI No.3 Pasal 1 Ayat 20 Tahun berminat terhadap suatu pembelajaran dapat
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, mencapai prestasi belajar yang tinggi.
prasarana adalah tempat atau ruang termasuk Ciri-Ciri Minat
lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam Susanto,
dan/atau penyelenggaraan keolahragaan. 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar
Prasarana atau perkakas adalah segala sesuatu yang sebagai berikut :
diperlukan dalam pembelajaran penjasorkes, mudah a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan
dipindah (bisa semi permanen) tetapi berat atau sulit. fisik dan mental.
Contoh : matras, peti lompat, kuda-kuda, palang b. Minat bergantung pada kegiatan belajar.
tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis c. Perkembangan minat mungkin terbatas.
meja, trampolin dan lain-lain. Perkakas ini idealnya d. Minat bergantung pada kesempatan belajar.
tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah rusak, e. Minat dipengaruhi oleh budaya.
kecuali memang tempatnya terbatas sehingga harus f. Minat berbobot emosional.
selalu bongkar pasang (Agus S. Suryobroto, 2004: g. Minat itu egosentris.
4). Usaha-Usaha untuk Meningkatkan Minat
Standar Sarana dan Prasarana Penjasorkes Usman Effendi dalam Khusnul Amri (2011: 31)
Menurut Soekatamsi dan Srihati Waryati (1996: juga menjelaskan berbagai cara untuk
5-60), standar pemakaian sarana penjasorkes dengan menumbuhkan minat yaitu :
rerata jumlah siswa 32 orang/sekolah sebagai berikut a. Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya
: kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk
a. Sarana dan prasarana cabang olahraga atletik dapat penghargaan dan sebagainya.
1) 8 start block, dengan 1 start block untuk 4 b. Menghubungkan dengan pengalaman-
siswa pengalaman yang lampau.
2) 8 tongkat estafet, dengan 1 tongkat estafet c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan
untuk 4 siswa hasil yang baik sehingga akan menimbulkan rasa
3) 16 buah lembing, 1 lembing untuk 2 siswa puas.
4) 16 cakram, 1 cakram untuk 2 siswa Dari pendapat diatas, maka untuk membangkitkan
5) 16 peluru, 1 peluru untuk 2 siswa minat siswa harus ada kerjasama yang baik antara
6) 2 buah lapangan lempar lembing guru dan siswa, dimana guru harus dapat
7) 2 buah lapangan lompat jauh menciptakan, memperkaya, dan menyesuaikan
8) 2 buah lapangan lompat tinggi metode mengajarnya untuk menarik sekaligus
b. Sarana dan prasarana cabang olahraga permainan memelihara minat siswanya.
1) 11 bola kaki, 1 bola kaki untuk 3 siswa Pengertian Penjasorkes
2) 11 bola voli, 1 bola voli untuk 3 siswa Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003
3) 11 bola basket, 1 bola basket untuk 3 siswa tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
4) 11 bola tangan, 1 bola tangan untuk 3 siswa adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
5) 1 buah lapangan bola basket suasana belajar dan proses pembelajaran agar
6) 1 buah lapangan bola voli peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
7) 1 buah lapangan sepakbola dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
8) 1 buah lapangan bola tangan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
c. Sarana dan prasarana cabang olahraga senam kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
1) 16 buah hop rotan, 1 hop untuk 2 siswa diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2) 6 buah matras, 1 matras untuk 4 siswa Sedangkan pendidikan olahraga menurut
3) 2 buah peti lompat, 1 peti lompat untuk 2 Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 bab 1 pasal 1
siswa ayat 11 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
4) 16 tali lompat, 1 tali lompat untuk 2 siswa adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
5) 1 buah balok titian dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang
6) 1 buah palang tunggal teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
7) 2 buah tape recorder

547
pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, lempar cakram SMA Negeri 3 Pemalang dan SMA
dan kebugaran jasmani. Negeri 1 Bantarbolang memiliki persentase 50%
Tujuan Penjasorkes tergolong kategori cukup ideal, sedangkan SMA
Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk Negeri 1 Comal tidak memiliki lempar cakram.
pembentukan anak, yaitu sikap atau nilai, Untuk lapangan tolak peluru SMA Negeri 3
kecerdasan, fisik, dan keterampilan, sehingga siswa Pemalang dan SMA Negeri 1 Bantarbolang
akan dewasa dan mandiri, yang nantinya dapat memiliki persentase 50% tergolong kategori cukup
digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Agus S. ideal, sedangkan SMA Negeri 1 Comal tidak
Suryobroto, 2004: 8). Lebih lanjut, menurut memiliki lapangan tolak peluru. Prasarana pada
Voltmer et al (dalam Guntur, 2009: 15) “Tujuan cabang olahraga atletik secara umum
pendidikan jasmani adalah pendidikan anak secara ketersediaannya pada kategori cukup ideal.
keseluruhan, untuk mengembangkan individu anak Untuk lapangan bola voli semua sekolah sudah
secara maksimal yang meliputi perubahan fisik, memilikinya dengan persentase 100% tergolong
mental, moral, sosial, estetika, emosional, intelektual kategori sangat ideal. Untuk lapangan bola basket
dan kesehatan”. semua sekolah sudah memilikinya dengan
persentase 100% tergolong kategori sangat ideal.
3. Metode Penelitian Untuk lapangan sepak bola semua sekolah sudah
memilikinya dengan persentase 100% tergolong
kategori sangat ideal. Prasarana pada cabang
Penelitian ini berjenis kualitatif, yaitu penelitian olahraga permainan secara umum ketersediaannya
yang bertujuan menjelaskan dan menggambarkan pada kategori sangat ideal.
peristiwa secara natural yang dilakukan dengan Sarana di SMA Negeri 3 Pemalang berupa start
menganalisis data dan hasil dari data tersebut dengan block memiliki persentase 50%, tongkat estafet
menggunakan hasil data yang diperoleh dari proses memiliki persentase 37%, papan tolakan memiliki
yang sudah berlangsung. Penelitian bertujuan untuk persentase 50%, lembing memiliki persentase
mendeskripsikan ketersediaan sarana dan prasarana 6,25%, cakram memiliki persentase 25%, peluru
pembelajaran penjasorkes melalui analisa data memiliki persentase 31,25%, tiang lompat memiliki
jumlah sarana prasarana yang dimiliki. Selain itu persentase 100%, palang lompat memiliki persentase
penelitian ini juga berusaha menggambarkan minat 100%. Sedangkan sarana di SMA Negeri 1 Comal
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran berupa balok start memiliki persentase 0%, tongkat
penjasorkes. estafet memiliki persentase 62,5%, papan tolakan
memiliki persentase 50%, lembing memiliki
4. Hasil dan Pembahasan persentase 62,5%, cakram memiliki persentase
62,5%, peluru memiliki persentase 31,25%, tiang
a. Sarana dan Prasarana Penjasorkes lompat memiliki persentase 100%, palang lompat
Berdasarkan hasil penelitian dan data-data yang memiliki persentase 100%. Sedangkan sarana di
telah penulis teliti, maka secara umum keadaan SMA Negeri 1 Bantarbolang berupa balok start
sarana dan prasarana olahraga di SMA Kabupaten memiliki persentase 25%, tongkat estafet memiliki
Pemalang rata-rata tergolong ideal dan mendukung persentase 0%, papan tolakan memiliki persentase
pelaksanaan pada pembelajaran penjasorkes sesuai 50%, lembing memiliki persentase 100%, cakram
dengan standar permendiknas RI no 24 tahun 2007. memiliki persentase 62,5%, peluru memiliki
Hal ini dapat dilihat dari kepemilikan lapangan persentase 62,5%, tiang lompat memiliki persentase
olahraga yang sudah sesuai dengan jumlah minimal 100%, palang lompat memiliki persentase 100%.
yang harus dimiliki. Pada ketiga SMA yang diteliti Sarana pada cabang olahraga atletik secara umum
oleh penulis untuk SMA Negeri 3 Pemalang ketersediaannya pada kategori sangat ideal.
memiliki lintasan lari dengan persentase 100% Sarana di SMA Negeri 3 Pemalang berupa tiang
tergolong kategori sangat ideal, sedangkan SMA net memiliki persentase 100%, net memiliki
Negeri 1 Comal dan SMA Negeri 1 Bantarbolang persentase 100%, bola untuk bola voli memiliki
tidak memiliki lintasan lari. Dan untuk balok lompat persentase 90,9%, tiang ring memiliki persentase
pada lompat jauh keseluruhan sudah memilikinya 100%, bola untuk bola basket memiliki persentase
dengan persentase 50% tergolong kategori cukup 72,7%, bola untuk sepak bola memiliki persentase
ideal. Untuk lintasan awal pada lompat jauh di SMA 90,9%, tiang gawang memiliki persentase 100%.
Negeri 3 pemalang dan SMA Negeri 1 Comal Sedangkan sarana di SMA Negeri 1 Comal berupa
memiliki persentase 50% tergolong kategori cukup tiang net memiliki persentase 100%, net memiliki
ideal, sedangkan SMA Negeri 1 Bantarbolang tidak persentase 100%, bola untuk bola voli memiliki
memilikinya. Untuk lapangan lempar lembing SMA persentase 90,9%, tiang ring memiliki persentase
Negeri 3 Pemalang dan SMA Negeri 1 Bantarbolang 100%, bola untuk bola basket memiliki persentase
memiliki persentase 50% tergolong kategori cukup 90,9%, bola untuk sepak bola memiliki persentase
ideal, sedangkan SMA Negeri 1 Comal tidak 45,4%, tiang gawang memiliki persentase 100%.
memiliki lapangan lempar lembing. Untuk lapangan Sedangkan sarana di SMA Negeri 1 Bantarbolang

548
berupa tiang net memiliki persentase 100%, net b. Minat Belajar Penjasorkes
memiliki persentase 100%, bola untuk bola voli Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui
memiliki persentase 90,9%, tiang ring memiliki bahwa peranan sarana dan prasarana olahraga
persentase 100%, bola untuk bola basket memiliki terhadap minat belajar penjasorkes di SMA Negeri 3
persentase 90,9%, bola untuk sepak bola memiliki Pemalang pada kategori tinggi yaitu sebesar 80%
persentase 45,4%, tiang gawang memiliki persentase (24 siswa), pada kategori sangat tinggi sebesar 20%
100%. Sarana pada cabang olahraga permainan (6 siswa), pada kategori sedang sebesar 0% (0
secara umum ketersediaannya pada kategori sangat siswa), pada kategori rendah sebesar 0% (0 siswa),
ideal. pada kategori sangat rendah 0% (0 siswa).
Sarana di SMA Negeri 3 Pemalang berupa hop Sedangkan peranan sarana dan prasarana olahraga
rotan memiliki persentase 6,25%, tali lompat terhadap minat belajar penjasorkes di SMA Negeri 1
memiliki persentase 87,5%, balok titian memiliki Comal pada kategori tinggi yaitu sebesar 86,7% (26
persentase 100%, kaset senam memiliki persentase siswa), pada kategori sangat tinggi sebesar 13,3% (4
50%, pakaian bela diri memiliki persentase 83,3%, siswa), pada kategori sedang sebesar 0% (0 siswa),
body protector memiliki persentase 100%, samsak pada kategori rendah sebesar 0% (0 siswa), pada
memiliki persentase 100%. Sedangkan sarana di kategori sangat rendah sebesar 0% (0 siswa). Dan
SMA Negeri 1 Comal berupa hop rotan memiliki peranan sarana dan prasarana olahraga terhadap
persentase 12,5%, tali lompat memiliki persentase minat belajar penjasorkes di SMA Negeri 1
6,25%, balok titian memiliki persentase 0%, kaset Bantarbolang pada kategori tinggi yaitu sebesar
senam memiliki persentase 100%, pakaian bela diri 73,3% (22 siswa), pada kategori sangat tinggi
memiliki persentase 100%, body protector memiliki sebesar 13,3% (4 siswa), pada kategori sedang
persentase 100%, samsak memiliki persentase sebesar 10% (3 siswa), pada kategori rendah sebesar
100%. Sedangkan sarana di SMA Negeri 1 3,4% (1 siswa), pada kategori sangat rendah sebesar
Bantarbolang hampir semua sarana pada cabang 0% (0 siswa).
aktivitas ritmik tidak memadai dan memiliki Dengan minat yang tinggi siswa akan bekerja
persentase 0%. Sarana pada cabang aktivitas ritmik keras mencapai sasaran dan tujuannya dalam
secara umum ketersediaannya pada kategori sangat mengikuti pembelajaran penjasorkes karena sadar
kurang ideal. akan manfaat dan pentingnya pembelajaran
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan penjasorkes. Bagi siswa, minat ini sangat penting
pembahasan diatas dapat disimpulkan masih ada karena dapat menggerakan perilaku siswa kearah
sedikit kekurangan dalam memenuhi sarana dan yang positif sehingga siswa mampu menghadapi
prasarana olahraga dari beberapa cabang olahraga. kesulitan dalam studinya. Minat dapat menentukan
Dalam konteks pembelajaran penjasorkes yang baik tidaknya mencapai tujuan sehingga semakin
menggunakan kurikulum K13 dewasa ini sumber besar minat siswa maka semakin besar juga
dan sarana prasarana belajar tidak hanya dari kesuksesan belajarnya. Minat juga sebagai salah satu
sekolah saja hal ini dimaksudkan untuk pencapaian faktor batin yang berfungsi menimbulkan,
tujuan pembelajaran seperti ketrampilan dalam mendasari, dan mengarahkan seseorang ke
berbagai cabang olahraga. perbuatan belajar yang baik. Seperti yang
Dewasa ini siswa dituntut untuk aktif dikemukakan oleh Slameto (2013: 180) menyatakan
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan pada bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa
berbagai cabang olahraga yang dapat diperolehnya ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
di sekolah. Melalui pola belajar mandiri yaitu yang menyuruh. Minat adalah salah satu faktor yang
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dalam mempengaruhi belajar siswa. Seseorang yang besar
berbagai cabang olahraga yang dapat mereka minatnya akan giat berusaha dan tidak akan
lakukan disekitar tempat tinggal mereka. Salah menyerah dalam mencapai prestasi yang ingin
satunya sebagai contoh adalah dalam pembelajaran dicapainya. Sebaliknya seorang siswa yang
penjasorkes pada olahraga renang yang hampir minatnya rendah, mereka tampak acuh tak acuh dan
setiap sekolah tidak dapat diselenggarakan di mudah putus asa. Perhatiannya tidak tertuju pada
sekolah karena tidak tersedianya sarana dan pelajaran yang akhirnya siswa akan mengalami
prasarana olahraga tersebut. Dalam kasus ini upaya kesulitan dalam pembelajaran penjasorkes.
yang dapat dilakukan guru untuk mencapai
pembelajaran secara optimal adalah dengan 5. Kesimpulan
memberikan penugasan kepada siswa untuk belajar
mandiri pada cabang olahaga ini sehingga guru Berdasarkan dari hasil penelitian dan
dapat tetap melakukan evaluasi untuk pembelajaran pembahasannya dapat peneliti simpulkan sebagai
olahraga renang di akhir semester. Kenyataan ini berikut :
sudah dipraktekan oleh guru penjasorkes di ketiga 1. Ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran
sekolah yang penulis teliti. penjasorkes di SMA Kabupaten Pemalang secara
umum tergolong ideal dan mendukung
pelaksanaan pada pembelajaran penjasorkes

549
sesuai dengan standar Permendiknas RI No 24
Tahun 2007. Hal ini dapat dilihat dari Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
kepemilikan lapangan olahraga yang sudah Bumi Aksara.
sesuai dengan jumlah minimal yang harus
dimiliki. Ditambah salah satu sekolah memiliki Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi
MOU dengan beberapa pihak pengelola Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
prasarana olahraga.
2. Minat belajar penjasorkes siswa di SMA Mahardika Wahyu Agus. (2009). Studi Keadaan
Kabupaten Pemalang diperoleh hasil dalam Sarana dan Prasarana Penunjang
kategori tinggi dengan persentase sebanyak Aktivitas Pendidikan Jasmani Olahraga
86,7%. dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri Se-
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
Daftar Pustaka Tahun 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
Alya, Qonita. (2011). Kamus Bahasa Indonesia. Tidak diterbitkan.
Jakarta: PT INDAHJAYA Adipratama.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana.
Amri, Khusnul. (2011). Pengaruh Keterampilan (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya:
Guru Mengelola Kelas Menurut Persepsi Usaha Nasional.
Siswa Terhadap Minat Belajar Pkn Siswa
di SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Poerwadarminta. W.J.S. (2002). Kamus Besar
2010/2011. Universitas Lampung. Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Saputro Arif Slamet. (2007). Pengaruh Minat
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Belajar Siswa Pada Pelajaran Penjas
Orkes Terhadap Hasil Belajar Penjas
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Orkes Siswa SMA Negeri se-Kabupaten
"Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Batang Tahun 2007. Skripsi. Semarang:
Satuan Pendidikan.” Jakarta. Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES.
Tidak diterbitkan.
Basri, Hasan. (2007). Kapita Selekta
Pendidikan. Bandung: Personal Press. Santoso Nurhadi. (2009). Pendidikan Jasmani
di Sekolah Menengah Atas : Antara
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Harapan dan Kenyataan. Jurnal
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan Jasmani Indonesia (Volume 6
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Nomor 2). Halaman 2-3.
Jakarta: Depdiknas.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, Rineka Cipta.
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Jakarta: Depdiknas. Soekatamsi. dan Waryati Srihati. (1996).
Sarana dan Prasarana Olahraga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Surakarta: UNS Press.
Permendiknas No.22, Tentang Tujuan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Soepartono. (2000). Sarana dan Prasarana
Kesehatan. Jakarta: Depdiknas. Olahraga. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
---------- 2008. Permendiknas No. 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana dan Subeqi Ali. (2006). Survei Sarana dan
Prasarana. Bandung. Prasarana Pendidikan Jasmani dalam
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kompetensi di SMA Negeri se-Kabupaten
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Demak Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi.
Gramedia Pustaka Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNNES. Tidak diterbitkan.
Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda.
(1974). Persiapan Profesi Olahraga Suryabrata, Sumadi. (2002). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo
Pendidikan dan Kebudayaan. Perkasa.

550
Suryobroto, Agus. S. (2004). Sarana dan
Prasarana Pendidikan Jasmani.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta.

Susanto Ahmad. (2013). Teori Belajar dan


Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

Suwito Mudjiharjo. (2010). Survei Sarana


Prasarana Pembelajaran Penjas SD se-
Kecamatan Mijen Kota Semarang. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNNES. Tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengkajian


Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Widoyoko, Eko Putro. (2017). Teknik


Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wirawan Teguh. (2010). Ketersediaan Sarana


dan Prasarana Olahraga dalam
Pelaksanaan Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di
Sekolah Dasar Negeri se-Dabin IV
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNNES. Tidak diterbitkan

551

Anda mungkin juga menyukai