Makalah Windi Pencegahan Perkemihan 1
Makalah Windi Pencegahan Perkemihan 1
PENDAHULUAN
Batu saluran kemih adalah batu yang terdiri dari batu ginjal, batu ureter,
batu uretra, dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu saluran kemih ini
bisa terdiri dari batu kalsium, batu struvit, batu asam urat dan batu jenis
lainnya yang didalamnya terkandung batu sistin, batu Xanthin, dan batu
silikat. Penyebab tersering terjadinya batu saluran kemih ini adalah adalah
sumbatan pada saluran kemih baik itu terjadi secara herediter maupun karena
factor dari luar. (Purnomo, 2011 ed.3)
Penyakit batu saluran kemih ini sudah dikenal sejak zaman babilonia dan
zaman mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukannnya batu
pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk
diseluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian
penyakit ini tidak diberbagai belahan dunia. Dinegara-negara berkembang
banyak dijumpai pasien dengan batu kandung kemih sedangkan dinegara
majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini
dapat disebabkan oleh pengaruh status gizi da aktivitas pasien sehari-hari.
(Purnomo, 2011 ed.3)
1
1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan sistem perkemihan?
1.2.4 Bagaimana Epidemiologi Penyakit Batu Saluran Kemih?
1.2.5 Bagaimana Gejala-gejala Batu Saluran Kemih?
1.2.6 Bagaimana Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih?
1.2.7 Bagaimana Pencegahan Batu Saluran Kemih?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Pencegahan Pada Masalah Sistem
Perkemihan.
b. Tujuan Khusus
1.3.1 Untuk mengetahui Pencegahan Pada Masalah Sistem Perkemihan
1.3.2 Untuk mengetahui Definisi Batu Saluran Kemih
1.3.3 Untuk mengetahui Definisi Sistem Perkemihan
1.3.4 Untuk mengetahui Epidemiologi Penyakit Batu Saluran Kemih
1.3.5 Untuk mengetahui Gejala-gejala Batu Saluran Kemih
1.3.6 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
1.3.7 Untuk mengetahui Pencegahan Batu Saluran Kemih
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
upaya pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan
di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Berikut 3 Pencegahan Penyakit:
2.1.1 Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)
merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha
mengatasi atau mengontrol faktor – faktor risiko (risk factors)
dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan
derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha
pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Pencegahan tingkat
pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu
(host), penyebab (agent/pemapar), lingkungan, dan proses kejadian
penyakit. Usaha pencegahan tingkat pertama secara garis besarnya
dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha
pencegahan khusus. (Nur Nasry, 2008).Seperti melakukan
Penyuluhan Kesehatan atau promosi kesehatan agar mencegah
seseorang yang sehat terkena penyakit gangguan sistem
perkemihan.
2.1.2 Pencegahan Sekunder
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit
atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui
diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk
mencegah meluasnya penyakit dan untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut, serta mencegah komplikasi. Dengan
pengertian lain pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat
menghambat atau memperlambat progresifitas penyakit, mencegah
komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecacatan. (Nur Nasry,
2008).Seperti diagnosis dan pengobatan dini penyakit pada
gangguan sistem perkemihan.
2.1.3 Pencegahan Tersier
4
Upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan
sehingga tidak menjadi tambah cacat, dan melakukan rehabilitasi
dari mereka yang punya cacat atau kelainan akibat penyakit. Pada
keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat irreversible, tidak
bisa diperbaiki lagi. (Bustan, 2006)
Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih
lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita
gangguan sistem perkemihan dan lain-lain serta mencegah
terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta
usaha rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik,
psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi
fisik atau medis, rehabilitasi mental, dan rehabilitasi sosial,
sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang
produktif dan berdaya guna. (Nur Nasry, 2008)
2.2.1 Definisi
5
kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat
di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke
perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini
disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu tersebut, dimana
ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang
hebat.
a. Ginjal
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah
tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang
lebih sebesar kepalan tangan).23 Ginjal adalah organ yang berfungsi
sebagai penyaring darah yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan
air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat
pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.
6
dari darah, membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin
D dan Kalsium.
b. Ureter
7
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui
suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang
dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan air
kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang
secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di tampung dan
terkumpul di dalam kandung kemih.
a. Kandung Kemih
b. Uretra
8
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang
berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air
kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui
tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra
pada lakilaki terdiri dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan
uretra kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar
dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang bagian
tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian
bergabung dengan uretra membranosa. Uretra membranosa
merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra
kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang
kira-kira 15 cm. Pada wanita, uretra terletak di belakang simfisis
pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm.
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-laki.
1. Teori Supersaturasi
9
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk
batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat
terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi
dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi
sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya
akan terbentuk batu.
2. Teori Matrik
10
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan
Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat
akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang
dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal
kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium
oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir
semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal
tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian
individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu
lain tidak, meskipun sama-sama terjadi supersanturasi.
4. Teori Epitaksi
5. Teori Kombinasi
6. Teori Infeksi
11
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.
b. Teori Vaskuler
1. Hipertensi
2. Kolesterol
12
agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga
terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).
a. Batu kalsium
13
1. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna
cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada
air kemih.
2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite
(dehidrat) yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada
whewellite.
b. Batu asam urat
14
kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan
menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin
15
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat
pada tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu
asam urat 23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan
pada perempuan jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu
struvit 1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan
jenis kelamin di Australia Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis
kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat 73%, batu asam urat 79%,
sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu
berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun,
batu asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.
2.4.2 Determinan
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu
sendiri. Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin,
keturunan, riwayat keluarga.
1. Umur
16
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat
adalah 20-50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada
golongan umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum
diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan
faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2 Berdasarkan
penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia, proporsi
BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Menurut Basuki
(2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-
50 tahun.
2. Jenis kelamin
3. Heriditer/ Keturunan
17
proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada perempuan
22,7%.
b. Faktor Ekstrinsik
1. Geografi
18
diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air
kemih, sehingga mempermudah pembentukan BSK.
4. Diet/Pola makan
5. Jenis Pekerjaan
19
fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa
( kolik).28 Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang
berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan
kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air
kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik
ureter.
b. Demam
c. Infeksi
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan
air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya
penyakit BSK.
20
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
2.6.1 Medikamentosa
21
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada
tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan
melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu
yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih.ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif
dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
2.6.4 Endourologi
22
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan
bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan
lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
23
2.7.2 Pencegahan Sekunder
a. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan
24
ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar
ginjal.
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan
terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah
pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang
bersumber dari hasil analisis dari epidemiologi. Pencegahan penyakit
berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan
pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti
yang dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar
untuk mencegah penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan
dilakukan pada fenomena non-penyakit seperti pencegahan terhadap
ledakan penduduk dengan keluarga berencana.
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan
masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung
kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam
ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein.
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak
terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari
penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih
sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan
kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit
BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari.
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan
perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya
komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita
26
penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan
pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan
dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak
terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang
membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang
yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah
berat.
3.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media
Umamy, V. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga by Pierce A. Grace &
Neil R. Borley. Jakarta: Penerbit Erlangga.
28