Banyak sudah upaya yang ditempuh pemerintah dan elemen masyarakat lain untuk mendorong
tumbuhnya lebih banyak wirausahawan Indonesia. Namun usaha ini belum membuahkan hasil seperti
yang diharapkan. Bibit-bibit wirausahawan ini barangkali mmemang memiliki semangat serta
kemampuan teknis yang memandai. Kenyataannya kedua hal ini saja tidak menycukupi. Bekal lain yang
mesti dimiliki antaranya adalah kedisiplinan dan kepemimpinan. Oleh karena nya mengembangkan
elemen-elemen kepempinen yang terdiri dari kemampuan untuk memimpin diri sendiri, orang lain, serta
mengelola situasi menjadi “menu” wajib bagi wirausahan. Dengan kata lain, disamping memiliki
pengetahuan serta keterampilan kewirausahawan (entrepreneurship). Seorang wirausahawan harus pula
memiliki kualitas kepemimpinan (leadership) yang tinggi. Perpaduan inilah yang boleh kita sebut
leadpreneurship.
Seorang Leadpreneur harus pula membekali dirinya dengan kemampuan memanfaatkan (Utilize) secara
optimal segala potensi serta sumber daya dan dimiliki, seperti kekuatan pribadi, sumber daya manusia,
financial, infrastruktur, dan sebagainya demi tercapainya visi, misi, tujuan, serta sasaran perusahaan.
Cashflow Spirit berarti seorang Leadpreneur harus mengoptimalkan usahanya guna menghasilkan arus
kas yang maksimal, bukan hanya mengejar laba semata.
Biasanya seorang Leadprenur adalah seorang karismatik (Charismatic), yang dapt ‘mempesona’ orang
lain.
Di samping karisma, Leadpreneur adalah seorang yang antusias, selalu penuh dengan semangat setiap kali
melakukan sebuh perkerjaan serta memiliki stamina (Energetic
Bagian dari SUCCED berikutnya adalah Emphatetic, Emphatetic berarti kemampuan mengedintifikasi
serta memahami situasi, perasaan, serta motif yang dimiliki oleh orang lain. Untuk itulah seorang
Laeadpreneur harus menjadi pendengar yang baik bagi pendengar yang baik bagi para pengikutnya.
Terakhir adalah Drive, Yakni kemampuan menggerakan orang lain untuk secara bersama-sama berjuang
mewujudkan mimpi serta mencapai tujuan organisasi.
Leadpreneur juga harus mampu menggerakan (Actuating) agar rencana yang telah disusun dapat
diimplementasikan secara efektif. Guna mencapai hal ini, ia harus menjelaskan kepada pengikutnya
sebuah tugas dan perkerjaan dalam perspektif yang berada daripada sekedar hanya sebuah kewajiban
sehingga dapat memacu semngat dan kepemilikan terhadap harapan.
Ia pun harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang dimilikinya secara optimal demi
kemajuan perusahaan (Time Management). Berkaitan dengan hal ini, seorang Leadpreneur harus pandai-
pandai menetapkan sekala pioritas, yang merupakan tugas utama yang penting bagi seorang pemimpin
agar sukses dalam melaksanakan tugasnya, ketetapan dalam menentukan skala prioritas pada akhirnya
juga akan sangat menentukan keefektifan dan keefesienan seorang pemimpin.
Budaya Leadpreneurship
Kemampuan kewirausahaan serta kepemimpinan yang dimiliki tidak akan berarti tanpa adanya dukungan
budaya yang sesuai, yang dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan serta memberikan nilai
tambah bagi para stakelboder-nya. Untuk itu perlu dikembangkan budaya yang disebut WEALTH, yaitu
Wealth Accumulation, Enterprising, Acquring, Transforming, dari harmony
Welth Accumulation berarti seorang Leadprneur perlu mengembangkan budaya yang berorientasi pada
penciptaan nilai secara berkesinambungan agar dapat memberikan manfaat yang optimal kepada para
stakebolder-nya.
Enterpising adalah inisiatif dan kesediaan untuk mengambil resiko dengan menerima tantangan dalam
bentuk proyek-proyek baru serta berkerja dengan keras untuk mencapai keberhasilan.
Acquring adalah yang berarti bahwa seorang Leadprneur harus menemukan cara-caraserta solasi yang
kreatif guna memperoleh sumber daya yang diperlukan, tentu saja dengan berpegang teguh pada etika.