Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM 1

URINALISIS : MAKROSKOPIK
JUMLAH URIN
Ukur jumlah urin Cara kerja : Tuang urin ke dalam gelas ukur, catat
menentukan adanya gangguan fungsi ginjal, kelainan volumenya.
keseimbangan cairan tubuh dan untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif dan semikuantitatif dengan urin.

WARNA DAN KEJERNIHAN


Isi tabung reaksi dengan urin sampai ¾ bagian, lihat
Derajat warna urin dengan cahaya tembus dan tabung
warna diserongkan.
kekeruhan
tidak berwarna jernih hazy but normal urine: squamous epithelial cells and
mucus (women+++)
kuning muda agak keruh Nonpathologic refrigerated specimens turbidity caused by
kuning tua keruh the precipitation of amorphous phosphates, carbonates,
coklat sangat keruh. and urates.
kemerahan
putih seperti
susu , dsb

AULIA NAJMI YF/1102019242


BAU
dilaporkan bila ada bau abnormal.

AULIA NAJMI YF/1102019242


BERAT JENIS
1.002 to 1.035, depending on the patient’s amount of
hydration. lower than 1.002 probably are not urine Most
random specimens fall between 1.015 and 1.030.
isosthenuric : 1.010.
hyposthenuric : < 1.010, and those above are
hypersthenuric: > 1.010
Normal : 1.002 to 1.035

reminder
+1 beda 3C suhuruang >suhutera
-1 beda 3C suhuruang < suhutera

PRAKTIKUM 2
URINALISIS : BIOKIMIA URIN
AULIA NAJMI YF/1102019242
PROTEIN
Ion Cu bereaksi dengan protein dalam larutan alkali membentuk suaru kompleks berwarna ungu. Absorbance dari
kompleks warna ini sebanding dengan konsentrasi protein dalam sampel.
Pemeriksaan Protein Urine Metode Bang
Tujuan : Untuk mengetahui protein urine secara kualitatif.
Prinsip : Berdasarkan sifat protein jika dipanaskan pada titik iso elektrik akan terjadi denaturasi yang diikuti
koagulasi.
Alat dan Bahan Prosedur Pemeriksaan Protein Urine Metode Bang:
 Sampel Urine 1. Masukkan sampel urine ke dalam beaker glass.
 Tabung reaksi 2. dengan gelas ukur sebanyak 5 ml urine.
 Penjepit tabung 3. Masukkan ke dalam tabung reaksi.
 Reagen Bang Pembakar spiritus / lampu spiritus 4. Tambahkan 10 tetes reagen bang.
 Beaker glass 5. Panaskan mendidih selama 30 detik.
 Gelas ukur 6. Baca kekeruhannya, jika terjadi kekeruhan
 Asam asetat 6% tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%, baca
hasilnya lagi :
 jika tetap keruh berarti protein positif
 jika kekeruhan hilang disertai gelembung gas
berarti unsur karbonat
 jika kekeruhan hilang tanpa disertai gelembung
gas berarti unsur fosfat
Nilai Normal : (-) tidak terjadi kekeruhan
Pemeriksaan Protein Urine Metode Ewitz
Tujuan : Untuk mengetahui protein urine secara semi kuantitatif.
Prinsip : Protein dalam urine akan dipresipitatkan oleh asam sulfosalisil 20% tanpa pemanasan dan kekeruhan yang
terjadi dinilai secara semi kuantitatif.
Alat dan Bahan : Prosedur Pemeriksaan Protein Urine Metode Ewitz :
 Sampel urine 1. Masukkan sampel urine ke dalam beaker glass.
 Beaker glass 2. Ukurlah dengan gelas ukur sebanyak 2 ml urine.
 Gelas ukur 3. Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 (tabung tes)
 Tabung reaksi dan tabung reaksi 2 (tabung kontrol) masing-
 Asam sulfosalisil 20% masing 2ml.
 Pembakar spiritus / lampu spiritus 4. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisil 20% pada
tabung 1 kemudian homogenkan.
5. Bandingkan tabung reaksi 1 dengan tabung reaksi
2.
6. Baca hasil pemeriksaan :
 jika tabung tes tetap jernih berarti protein
urine negatif
 jika terjadi kekeruhan pada tabung tes, maka
panasi tabung tersebut sampai mendidih
selama 1 menit dan dinginkan dengan air
mengalir, baca hasilnya :
 jika kekeruhan tetap ada pada waktu
pemanasan dan setelah didinginkan, maka
protein urine positif
 jika kekeruhan hilang pada waktu
pemanasan dan muncul kembali setelah
didinginkan maka penyebab kekeruhan
AULIA NAJMI YF/1102019242
adalah protein bance jones
Interprestasi hasil pemeriksaan protein urine secara semi
kuantitatif :
 (-) tidak terjadi kekeruhan
 (+1) kekeruhan ringan tanpa butir-butir (kadar
protein 0,01% – 0,05%)
 (+2) kekeruhan berbutir-butir (kadar protein
0,05% – 0,2%)
 (+3) kekeruhan berkeping-keping (kadar protein
0,2% – 0,5%)
 (+4) kekeruhan berkeping besar dan bergumpal
(kadar protein > 0,5%)
Nilai Normal : (-) tidak terjadi kekeruhan

Pemeriksaan Protein Urine Metode Asam Asetat 6%


Tujuan : Untuk mengetahui protein urine secara semi kuantitatif.
Prinsip : Berdasarkan sifat protein jika dipanaskan pada titik iso elektrik akan terjadi denaturasi yang diikuti
koagulasi.
Alat dan Bahan : Prosedur Pemeriksaan Protein Urine Metode Asam Asetat 6% :
 Sampel Urine 1. Masukkan sampel urine ke dalam beaker glass.
 Tabung reaksi 2. Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2/3
 Penjepit tabung tabung.
 Pembakar spiritus / lampu spiritus 3. Peganglah tabung reaksi pada bagian bawah
 Beaker glass menggunakan penjepit tabung.
4. Panaskan urine pada lapisan atas sampai mendidih
 Asam asetat 6%
selama 30 detik.
5. Baca kekeruhan lapisan atas dan bandingkan dengan
lapisan bawah yang tidak dipanasi.
6. Baca kekeruhannya, jika terjadi kekeruhan tambahkan
3-5 tetes asam asetat 6%, baca hasilnya lagi :
 jika tetap keruh berarti protein positif
 jika kekeruhan hilang disertai gelembung gas
berarti unsur karbonat
 jika kekeruhan hilang tanpa disertai gelembung
gas berarti unsur fosfat
Interprestasi hasil pemeriksaan protein urine secara semi
kuantitatif :
(-) tidak terjadi kekeruhan
(+1) kekeruhan ringan tanpa butir-butir (kadar protein 0,01% –
0,05%)
(+2) kekeruhan berbutir-butir (kadar protein 0,05% – 0,2%)
(+3) kekeruhan berkeping-keping (kadar protein 0,2% – 0,5%)
(+4) kekeruhan berkeping besar dan bergumpal (kadar protein
> 0,5%)
Nilai Normal : (-) tidak terjadi kekeruhan
GLUKOSA
Pemeriksaan Reduksi Urine Metode Benedict
Tujuan : Untuk mengetahui zat reduksi dalam urine.
Prinsip : Cupri sulfat akan direduksi oleh reduktor menjadi cupro sulfat dan cupro oksida, cupro oksida yang
terbentuk akan menimbulkan warna dari hijau sampai merah bata.

AULIA NAJMI YF/1102019242


Alat dan Bahan : Prosedur Pemeriksaan Reduksi Urine Metode Benedict
 Sampel urine 1. Masukkan sampel urine ke dalam beaker glass.
 Beaker glass 2. Ukurlah reagen benedict sebanyak 2,5 ml,
 Tabung reaksi masukkan ke dalam tabung reaksi.
 Gelas ukur 3. Tambahkan 3-4 tetes sampel urine.
 Reagen Benedict 4. Panaskan sampai mendidih selama 2 menit.
 Penjepit tabung 5. Baca hasil pemeriksaan reduksi urine secara semi
 Pipet tetes kuantitatif :
 Pembakar spiritus / lampu spiritus  (-) tidak terjadi perubahan warna / tetap biru
jernih (kadar glukosa <0,5%)
 (+1) terjadi warna hijau kekuningan (kadar
glukosa 0,5% – 1%)
 (+2) terjadi warna kuning keruh (kadar
glukosa 1% – 1,5%)
 (+3) terjadi warna jingga / lumpur keruh
(kadar glukosa 2% – 3,5%)
 (+4) terjadi warna merah bata (kadar glukosa
>3,5%)
Nilai Normal : tidak terjadi perubahan warna / tetap biru
jernih

Pemeriksaan Reduksi Urine Metode Fehling


Tujuan : Untuk mengetahui zat reduksi dalam urine.
Prinsip : Pemanasan urine dalam suasana alkali / basa dimana zat pereduktor akan mereduksi cupri sulfat menjadi
cupro sulfat dan cupro oksida, pengendapan Cu(OH)2 akan dicegah oleh KNa Tartat, cupro oksida yang terbentuk
akan menimbulkan warna dari hijau sampai merah bata.
Alat dan Bahan : 1. Prosedur Pemeriksaan Reduksi Urine Metode
 Sampel urine Fehling
 Beaker glass 2. Masukkan sampel urine kedalam beaker glass.
 Tabung reaksi 3. Masukkan reagen fehling A sebanyak 1 ml ke
 Gelas ukur dalam tabung reaksi.
 Reagen Fehling A dan Fehling B 4. Tambahkan reagen fehling B sebanyak 2 ml dan
 Penjepit tabung urine sebanyak 1 ml, campur sampai homogen.
 Pipet tetes 5. Panaskan sampai mendidih selama 2 menit.
 Pembakar spiritus / lampu spiritus 6. Baca hasil pemeriksaan reduksi urine secara semi
kuantitatif :
 (-) tidak terjadi perubahan warna / tetap biru
jernih (kadar glukosa <0,5%)
 (+1) terjadi warna hijau kekuningan (kadar
glukosa 0,5% – 1%)
 (+2) terjadi warna kuning keruh (kadar
glukosa 1% – 1,5%)
 (+3) terjadi warna jingga / lumpur keruh
(kadar glukosa 2% – 3,5%)
 (+4) terjadi warna merah bata (kadar glukosa
>3,5%)
Nilai Normal : tidak terjadi perubahan warna / tetap biru
jernih

AULIA NAJMI YF/1102019242


BILIRUBIN
Pemeriksaan Bilirubin Urine Metode Foam
Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin urine secara kasar. Prinsip : Berdasarkan sifat bilirubin II yang larut
dalam air, bila urine dikocok akan memberikan busa berwarna kuning yang tidak hilang dalam waktu 5 menit.
Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode foam :
 Sampel urine 1. Masukkan 5 ml urine dalam tabung reaksi.
 Tabung reaksi 2. Sumbat tabung dengan karet penyumbat, kocok
 Peyumbat tabung kuat-kuat.
 Gelas ukur 3. Baca hasilnya :
 (-) jika busa berwarna kuning hilang dalam
waktu 5 menit
 (+) jika busa berwarna kuning tidak hilang
dalam waktu 5 menit
Nilai Normal : (-) jika busa berwarna kuning hilang dalam
waktu 5 menit
Pemeriksaan Bilirubin Metode Horison
Tujuan : Untuk mengetahui bilirubin dalam urine.
Prinsip : Bilirubin dalam urine akan dipekatkan diatas kertas saring dengan jalan mempresipitatkan fosfat yang ada
dengan menggunakan larutan BaCl 10%, bilirubin yang terkumpul akan dioksidasi menjadi biliverdin oleh reagen
fouchet membentuk biliverdin yang berwarna hijau.
Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode horison
 Sampel urine 1. Masukkan 5 ml urine dalam tabung reaksi.
 Tabung reaksi 2. Tambahkan 5 ml BaCl2 10%.
 Corong 3. Saringlah campuran tersebut dengan kertas
 BaCl 10% saring.
 Reagen fouchet 4. Bukalah kertas saring, biarkan agak kering.
 Kertas saring 5. Tambahkan 3-4 tetes reagen fouchet pada kertas
 Gelas ukur saring.
6. Interprestasi hasil pemeriksaan bilirubin metode
horison
 (-) tidak terjadi warna hijau pada kertas saring
 (+) terjadi warna hijau pada kertas saring
Nilai Normal : (-) tidak terjadi warna hijau pada kertas
saring
Pemeriksaan Bilirubin Metode Rosin
Tujuan : Untuk mengetahui bilirubin dalam urine.
Prinsip : Bilirubin dalam urine akan dioksidasi oleh Iodium 10% menjadi biliverdin membentuk cincin hijau.
Alat dan Bahan : 1. Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode
 Sampel urine rosin
 Tabung reaski 2. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi.
 Gelas ukur Iodium 10% 3. Tambahkan 5-10 tetes iodium 10% melalui
dinding tabung reaksi, tunggu beberapa saat.
4. Interprestasi hasil pemeriksaan bilirubin urine
metode rosin :
 (-) tidak terjadi cincin hijau
 (+) terjadi cincin hijau
Nilai Normal : (-) tidak terjadi cincin hijau
Pemeriksaan Bilirubin Urine Metode Modifikasi Horison
Tujuan : Untuk mengetahui bilirubin dalam urine.
AULIA NAJMI YF/1102019242
Prinsip : Bilirubin dalam urine akan dipekatkan di dalam tabung melalui centrifugasi kemudian fosfat dipresipitatkan
dengan larutan BaCl 10%, biliverdin yang terkumpul akan dioksidasi menjadi biliverdin oleh reagen fouchet
membentuk biliverdin berwarna biru kehijauan.
Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode modifikasi
 Sampel urine horison
 Tabung reaksi Centrifuge 1. Masukkan 10 ml urine kedalam tabung reaksi.
 BaCl 10% 2. Tambahkan 5 ml BaCl 10%, campur.
 Reagen fouchet 3. Tuang campuran tersebut ke tabung centrifuge.
 Gelas ukur 4. Putar dengan kecepatan 2000 rpm selama 15
 Tabung centrifuge menit.
5. Buang cairan atas, lalu filtrat ditambah 3-4 tetes
reagen fouchet.
6. Interprestasi hasil pemeriksaan bilirubin urine
metode modifikasi horison :
 (-) tidak terjadi warna biru kehijauan
 (+) terjadi warna biru kehijauan
Nilai Normal : (-) tidak terjadi warna biru kehijauan
KETON
Pemeriksaan Benda Keton Urine Metode Rothera
Tujuan : Untuk mengetahui benda keton dalam urine terutama asam aseto asetat atau aseton.
Prinsip : Reaksi antara natrium nitroprusida dengan asam aseto asetat atau aseton akan membentuk cincin ungu.
Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan benda keton urine metode
 Sampel urine rothera
 Tabung reaksi 1. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi.
 Reagen rothera 2. Tambahkan kira-kira 1 gram (sepucuk pisau)
 NH4OH 28% reagen rothera, campur sampai homogen.
 Gelas ukur 3. Pegang tabung reaksi pada posisi miling dan
tambahkan 1-2 ml NH4OH 28% melalui dinding
tabung.
4. Letakkan tabung pada posisi tegak, baca hasil
setelah 3 menit.
5. Interprestasi hasil pemeriksaan benda keton
metode rothera :
 (-) tidak terjadi cincin ungu pada perbatasan
kedua lapisan cairan
 (+) terjadi cincin ungu pada perbatasan kedua
lapisan cairan
Nilai Normal : (-) tidak terjadi cincin ungu pada
perbatasan kedua lapisan cairan

Pemeriksaan Benda Keton Urine Metode Gerhardt


Tujuan : Untuk mengetahui benda keton dalam urine terutama asam aseto asetat.
Prinsip : Reaksi antara asam aseto asetat dengan ferri klorida akan membentuk zat berwarna anggur port (merah
coklat).
Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan benda keton urine metode
 Sampel urine gerhardt
 Tabung reaksi FeCl3 10% 1. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi.
 Kertas saring 2. Tambahkan tetes demi tetes FeCl3 10%, campur.
 Gelas ukur Jika terbentuk presipitat putih dari ferri fosfat
AULIA NAJMI YF/1102019242
berhenti, saringlah cairan itu.
3. Cairan yang sudah disaring ditambah beberapa
tetes FeCl3 10% lagi.
4. Interprestasi hasil pemeriksaan benda keton
urine metode gerhardt :
 (-) tidak terjadi warna merah coklat atau
warna anggur port
 (+) terjadi warna merah coklat atau warna
anggur port
Nilai Normal : (-) tidak terjadi warna merah coklat atau
warna anggur port
Pemeriksaan Benda Keton Urine Metode Lange
Tujuan : Untuk mengetahui benda keton dalam urine terutama asam aseto asetat atau aseton.
Prinsip : Reaksi antara natrium nitroprusida 20% dengan asam aseto asetat atau aseton akan membentuk cincin
ungu.
Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan benda keton urine metode lange
 Sampel urine 1. Masukkan 10 ml urine ke dalam tabung reaksi.
 Tabung reaksi 2. Tambahkan 6 tetes asam asetat pekat, campur
 Gelas ukur sampai homogen.
 Natrium 3. Tambahkan 5-10 tetes natrium nitroprusida
 Nitroprusida 20% 20%, campur sampai homogen.
 NH4OH pekat 4. Pegang tabung reaksi pada posisi miling dan
 Asam asetat tambahkan 1-2 ml NH4OH pekat melalui dinding
tabung.
5. Interprestasi hasil pemeriksaan benda keton
urine metode lange :
 (-) tidak terjadi warna merah coklat atau
warna anggur port
 (+) terjadi warna merah coklat atau warna
anggur por
Nilai Normal : (-) tidak terjadi warna merah coklat atau
warna anggur port

CARIK CELUP
Urobilinogen
Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilinogen dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan pada reaksi ehrlich, perubahan warna dari merah jingga menjadi merah gelap.
Glukosa
Tujuan : Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
Prinsip : Oksidasi glukosa dikatalis oleh glukosa oksidase menjadi hidrogen peroksida, hidrogen peroksida yang
terbentuk kemudian dioksidasi oleh chromogen dengan adanya peroksidase.
Bilirubin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urine.
Prinsip : Reaksi azo coupling pada bilirubin dengan garam diazonium dalam suasana agak asam membentuk azodye,
perubahan warna dari coklat terang menjadi merah.  

Benda Keton
Tujuan : Untuk mengetahui adanya benda keton dalam urine.
Prinsip : Reaksi legais test nitroprusside asam asetat dalam suasana agak basa bereaksi dengan nitro ferricanide
AULIA NAJMI YF/1102019242
menghasilkan perubahan warna dari coklat menjadi ungu.
pH
Tujuan : Untuk mengetahui pH urine.
Prinsip : Sistem 2 indikator, indikator methyl red dan brom thymol blue digunakan untuk memberikan perubahan
warna dari oranye menjadi hijau sampai biru.
Darah Samar
Tujuan : Untuk mengetahui adanya darah dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan pada aktivitas pseudo peroksidase dalam hemoglobin dan myoglobin, chromogen
teroksidasi oleh hydroperoksida yang terdapat pada hemoglobin dan mengubah warna dari kuning menjadi biru.
Berat Jenis
Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis urine.
Prinsip : Adanya ion dalam urine disebabkan oleh protein yang dilepaskan dari polyelectrolyte. Proton yang
disebabkan akan mengakibatkan penurunan pH dan menghasilkan perubahan warna oleh bromthymol blue dari
biru kehijauan menjadi kuning kehijauan.
Protein
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine.
Prinsip : “Protein Error of Indicators” ketika pH menjadi konstan oleh adanya buffer, indikator melepaskan ion H+
karena adanya protein dan mengubah warna dari kuning menjadi biru kehijauan.
Nitrit
Tujuan : Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan reaksi diazotasi dari nitrit dengan amonia aromatik untuk menghasilkan garam
diazonium, diikuti oleh reaksi azo coupling dan garam diazonium dengan komponen aromatik pada reaksi. Produksi
diazo menyebabkan perubahan warna dari putih menjadi merah.
Leukosit
Tujuan : Untuk mengetahui adanya leukosit dalam urine.
Prinsip : Reaksi ini mengandung ester indoxil dan garam diazonium, diikuti oleh reaksi azo coupling oleh amine
aromatik, dengan pembentukan oleh esterase leukosit dengan garam diazonium pada reaksi, hasil dari azodye
menyebabkan perubahan warna dari coklat menjadi ungu.

Alat dan Bahan : Prosedur pemeriksaan carik celup urine : Nilai normal pemeriksaan carik celup urine :
Sampel urine Keluarkan strip carik celup secukupnya. Urobilinogen : 0,1 – 1,0 mg/dl
Strip carik selup Lihat warna pada pita carik celup, cocokkan Glukosa : negatif
Standar dengan pita yang negatif, kecuali BJ. Bilirubin : negatif
pembanding Jangan lupa mengontrol carik celup dengan Benda keton : negatif
bahan kontrol sebelum melakukan Berat jenis : 1.001 – 1.035
pemeriksaan urine. Darah samar : negatif
Homogenkan urine sebelum diperiksa. pH : 5 – 9
Celupkan carik celup dalam urine. Protein : negatif
Urine yang berlebihan dihilangkan dengan Nitrit : negatif
meletakkannya diatas tisu. Leukosit : negatif
Baca hasil dengan membandingkan warna
dengan standar pembanding.

PRAKTIKUM 3
URINALISIS : MIKROSKOPIS

AULIA NAJMI YF/1102019242


Adanya bentukan-bentukan / elemen-elemen / unsur-
unsur yang tersuspensi dalam urine akan dipresipitatkan
dengan cara dicentrifuge dan dianalisa dibawah
mikroskop.

HASIL PEMERIKSAAN :
Nomer Sampel :
Eritrosit :
Leukosit:
Silinder :
Epitel :
Kristal:
Lain-lain:
KESIMPULAN

AULIA NAJMI YF/1102019242


Prep :
Specimens should be examined while fresh or dequately
preserved. Formed elements—primarily RBCs, WBCs, and
hyaline casts—disintegrate rapidly, particularly in dilute
alkaline urine.

Vol : between 10 and 15 mL, is centrifuged in a conical tube.

Centrifuge : Centrifugation for 5 minutes at a relative


centrifugal force (RCF) of 400 produces an optimum amount of
sediment with the least chance of damaging the elements.

AULIA NAJMI YF/1102019242


AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
AULIA NAJMI YF/1102019242
Figure 1 URIC ACID Figure 6 Kalsium Oksalat (DM, penyakit hati, penyakit hati kronik)

Figure 2 Amorf Urate Figure 7 Sodiium urat

Figure 3 Kalsium Sulfat Figure 8 Kristal Sistin (sistonosis kongential, sistinuria kongenital).

AULIA NAJMI YF/1102019242


Figure 9 Leusin (hepatitis)

Figure 10 Cholesterol nefritis, nefrotik symtoms, dan hancurnya jaringan.

Figure 11 tripel fosfat (kronik sistitis, kornik pyelonefritis, prostat


elnargement)
Figure 4 Tyrosine (penyakit hati severe dan tirosinosis)

AULIA NAJMI YF/1102019242


Figure 5 Sulfa crystal (obat, bisa bahaya karena pembentukan kalkuli) Figure 12 amonium biurate (abnormal klo di urin fresh)

AULIA NAJMI YF/1102019242


AULIA NAJMI YF/1102019242

Anda mungkin juga menyukai