Anda di halaman 1dari 17

Aplikatif Teori Psikoanalisis

Makalah ini ditujukan sebagai tugas kelompok pada Mata Kuliah Teori Sastra
Kontemporer
Kelas V A

Dosen Pengampu:
Khomisah, M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Adi Maulia Rahman 1195020002
Ai Rabiah Nur Syabani 1195020004
Aldita Putri Bungah U 1195020008
Ali Permana 1185020012
Channah Qotrunnada 1195020027

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikatif Teori Psikoanalisis”
tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memberikan tambahan wawasan ilmu tentang teori
psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmun Freud, pembahasan tentang struktur
kepribadian, dinamika kepribadian serta pengaplikasiannya dalam sebuah karya sastra.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan,
saran, serta bantuan yang telah diberikan untuk menjadikan makalah ini lebih baik,
kepada:
1.  Ibu Khomisah, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Sastra Kontemporer,
2.   Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan
doanya selama ini sehingga makalah ini selesai tepat waktu,
3.   Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala amal perbuatan
yang diberikan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga
berusaha semaksimal mungkin dalam  penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan penulisan makalah ini.
 Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Bandung, 9 November 2021

Penulis  

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
A. Latarbelakang................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan Kepenulisan......................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................................2
A. Biografi Singkat Sigmund Freud.................................................................................................2
B. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud.................................................................................2
C. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud.......................................................................3
a.   Id...................................................................................................................................................3
b.   Ego................................................................................................................................................3
c.   Super Ego.....................................................................................................................................4
D. Dinamika Kepribadian Menurut Sigmund Freud...................................................................4
E. Aplikasi Teori Psikoanalisis pada Cerpen Berjudul “Aku Kesepian Sayang, Datanglah,
Menjelang Kematian”.............................................................................................................................4
BAB III......................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Teori psikoanalisa dikembangkan oleh seorang neurology dari Wina, Sigmund
Freud, pada awal tahun 1890-an. Formulasi teoritik dari teori ini banyak dipengaruhi
oleh pengalaman atau kehidupan masa kanak-kanak Freud, khususnya cara kedua
orangtuanya memperlakukannya. Teorinya tentang kompleks oodipus misalnya,
dipengaruhi oleh ketertarikannya bahkan mungkin minat seksualnya terhadap ibunya
yang dinilainya sebagai seorang wanita yang rupawan dan lemah lembut, dan perasaan
benci terhadap ayahnya yang sanagat keras dalam mendidiknya.
Freud mula-mula seorang dokter (neurolog) yang kemudian tertarik untuk belajar
psikiatri dan gangguan psikologis. Dari hasil kolaborasi dengan gurunya, Josef Bruer,
dan koleganya, Jean Charcot, Freud belajar dan mengembangkan teknik hipnotis dan
ekspresi verbal untuk menangani gangguan emosi (neurotis), meskipun kemudian ia
menyadari bahwa teknik tersebut ternyata kurang  efektif dan kemudian
mengembangkan teknik yang lain, yakni asosiasi bebas. Melalui karya-karyanya pada
tahun 1890-an Freud mulai menekankan pentingnya pengalaman seksualitas pada
masa anak sebagai faktor yang mempenagaruhi histeria dan neurosis. Istilah
psikoanalisa mulai diperkenalkan oleh Freud pada tahun 1896 dari hasil  kerjanya sejak
tahun 1895 hingga 1899 dalam menganalisis impian dan fantasinya sendiri, Freud
memperkenalkan suatu metode yang ia sebut analisis mimpi. Hasil karya yang paling
terkenal dari Freud adalah konstruknya tentang tiga struktur kepribadian, yakni id,
ego, dan superego.

B. Rumusan Masalah
1. Biografi singkat Sigmund Freud
2. Apa dasar teori Psikoanalisis Sigmund Freud?
3. Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud
4. Dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud
5. Bagaimana aplikasi teori Psikoanalisis Sigmund Freud?

C. Tujuan Kepenulisan
1. Untuk mengetahui biografi Sigmund Freud
2. Untuk mengetahui apa dasar teori Psikoanalisis Sigmund Freud
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian menurut Sigmund Freud
4. Untuk mengetahui dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud

1
5. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi teori Psikoanalisis Sigmund Freud?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Sigmund Freud
Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di
London, 23 september 1939 berasal dari keluarga Yahudi. Mempunyai seorang isteri
bernama Martha Barneys dan mempunyai 6 orang anak, seorang putrinya, Anna
Freud menjadi penganut freudinamisme.
Sigmund Freud masuk Fakultas Kedokteran Universitas Wina pada tahun 1873-
1881, spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri). Pada tahun 1894
Freud belajar terapi histeri pada Jean Caharcot di Paris. Tahun 1895 ia kembali ke
Wina bekerja sama dengan Dr. Joseph Breuer, dengan metode asosiasi bebas. Tahun
1895 Freud bersama Breuer menulis tentang kasus-kasus histeri. Tahun 1902 ia
membentuk kelompok psikologi di Wina. Tahun 1908 Freud diundang oleh George
Stanley Hall ke USA dan memberi ceramah-ceramah pada pertemuan-pertemuan
Dies Natalis Universitas Clark. Freud menjadi terkenal di seluruh dunia. Tahun 1909
Freud digabungi oleh Alfred Adler dan Carl Gustav Jung. Tahun 1923 Freud kena
penyakit kanker rahang dan pernah dioperasi sampai 30 kali. Tahun 1928 Nazi
berkuasa di Austria, Freud menyingkir ke Inggris dan meninggal dunia di London
1939.

B. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud


Menurut Sigmund freud bahwa konsep psikoanalisa adalah konsep tentang
ketidaksadaran dalam kepribadian. Beberapa hakikat manusia menurut freud :
1. Anti rasionalisme
2. Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar ,konflik dan
simbolisme
3. Manusia secara esensial bersifat biologis terlahir dengan dorongan-dorongan
instruktif sehingga perilaku merupakan fungsi yang bereaksi ke arah dorongan tadi
4. Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
5. Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses
yang tidak biasa.

2
C. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
Pada struktur kepribadian terdiri atas tiga sistem yaitu Id ,  Ego , dan super Ego.
Yang dari ketiganya mempunyai fungsi, sifat, prinsip, dan dinamika masing-masing
yang saling berhubungan satu sama lain. Tiga struktur kepribadian diantaranya,
a.   Id
Yaitu aspek biologi yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Id mempunyai
energi yang dapat mengaktifkan Ego dan Super Ego dan energi id dapat meningkat
oleh perasaan dari dalam maupun luar karena pada dasarnya  Id setiap manusia
berisi tentang hal yang di bawa sejak lahir seperti insting. Prinsip id apabila energi
meningkat selalu menimbulkan ketegangan maka id akan mereduksikan energi
untuk tersebut untuk menghilangkan ketegangan tersebut.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure principle diproses
dengan dua cara :
1.     Tindak Refleks (Refleks Actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata dipakai
untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat
dilakukan.
2.     Proses Primer (Primery Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti
bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu
dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu
menilai atau membedakan benar-benar salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang
kemudian membuat id memunculkan ego.
b.   Ego
Yaitu aspek psikologi yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan
dengan dunia nyata. yang berprinsip kenyataan dan melanjutkan proses primer
dengan proses sekunder. Proses sekunder disini adalah usaha untuk menghasilkan
sesuatu yang nyata yang dimuali dengan merumuskan suatu rencana untuk
pemuasan kebutuhan dan mengujinya dengan suatu tindakan.

3
c.   Super Ego
Yaitu Aspek sosiologis yang mencerminkan nilai – nilai tradisional serta cita – cita
yang ada di dalam kepribadian setiap individu. Fungsi super Ego dalam hubungan
dengan fungsi id dan ego yaitu :
a.    Merintangi implus-implus id terutama implus seksual dan agresif yang
pernyatannya sangat di tentukan oleh masyarakat.
b.    Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realitas.
c.    Mengejar kesempurnaaan. 
Contoh dari Id, Ego dan Super Ego, Misalnya saja dalam keadaan ujian kesulitan,
id.nya adalah ingin berbuat kecurangan. lalu egonya adalah ingin menyontek, tetapi
super ego.nya adalah dia tidak berani menyontek karena dia tahu menyontek itu
dosa. Apabila superego lebih kuat dari pada ego, maka dia tidak akan menyontek.

D. Dinamika Kepribadian Menurut Sigmund Freud


Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu di
distribusikan serta di gunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena itu jumlah
energi terbatas yang mengakibatkan terjadi persaingan dalam menggunakan energi
tersebut.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk biologis. Oleh karena itu manusia
cenderung untuk mencari kenikmatan dan menghindari ketidak nikmatan.
Dinamika kepribadian manusia dalam mencapai tujuan hidupnya dipengaruhi oleh
naluri dan berbagai refleks yang dibawanya sejak lahir.

E. Aplikasi Teori Psikoanalisis pada Cerpen Berjudul “Aku Kesepian Sayang,


Datanglah, Menjelang Kematian”
Cerpen yang berjudul “Aku Kesepian Sayang, Datanglah, Menjelang Kematian”
merupakan salah satu karya sastra berjenis prosa yang di karang oleh Seno Gumira
Ajidarma yang dipublikasikan pada tahun 2004.
Berdasarkan unsur-unsur atau aspek-aspek yang telah dijelaskan sebelumnya, Freud
membagi struktur kepribadian menjadi tiga, yaitu id, ego dan superego. Untuk
memudahkan pemahaman kondisi kejiwaan tokoh utama Aku, penulis akan
mengawalinya dari struktur kepribadian berupa Id (das Es) terlebih dahulu.

 Id (das Es).

4
Id merupakan watak dasar pada setiap manusia yang hadir sejak ia lahir. Id berisi
sifat-sifat keturunan, naluri seksual, dan agresivitas. Tokoh Aku dalam cerpen ini
digambarkan sebagai kekasih gelap (selingkuhan) seorang pria yang sudah
berkeluarga. Pria yang seharusnya mempunyai tanggung jawab moral terhadap
anak dan istrinya, baik menafkahi ataupun membahagiakan keluarganya.

“…Kamu kejam, kamu tidak mempunyai perasaan. Tahu dirimu tidak bisa kawin
denganku, kau bikin aku jatuh cinta padamu tanpa kebebasan…” (Ajidarma, 2004:5).

Penggalan kutipan di atas, khususnya pada kalimat “Tahu dirimu tidak bisa kawin
denganku” secara tidak langsung menunjukkan bahwa tokoh Aku sebenarnya ingin
dinikahi kekasihnya sebagai wujud dari pelampiasan

keinginan biologis yang muncul dari dalam dirinya. Id mencari penyaluran atas apa
yang ia rasakan, yakni perasaan ingin memiliki kekasihnya. Hal itu berdampak pada
pencarian status perkawinan untuk kesenangan atau kepuasan biologis tokoh Aku..
Namun, id tokoh Aku tersebut terhalang oleh status kekasihnya yang sudah
berkeluarga. Dampak dari keinginan id yang tidak tersalurkan itu mengakibatkan
ketegangan dalam diri tokoh Aku. Ia selalu merasa gelisah kemudian sering
tersenyum sendiri seperti orang depresi. Berikut kutipannya.

“…Tersenyum sendiri. Ia tidak tersenyum sebenarnya, ia hanya memperagakan


sebuah senyum. Senyuman itu hanya suatu peragaan, tidak mewakili perasaan.
Karena perasaannya sendiri gelisah…”
(Ajidarma, 2004:1).

Tokoh Aku menutupi kegelisahannya dengan sering tersenyum sendiri. Tindakan


tersebut dapat dipandang irasional atau tidak selaras dan berlawanan dengan logika
sebagai dampak dari keinginan biologis id yang tidak dapat terpenuhi.

 Ego (Penyaluran)

Ego (das Ich) adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena
kebutuhannya untuk berhubungan dengan dunia nyata. Ego berperan untuk
mengekang tuntutan id. Ego tokoh Aku berusaha mengambil keputusan yang
bersifat rasional dengan cara mempertahankan apa yang menjadi keinginan
biologisnya. Namun, ia tidak mau hancur karena putusan yang ia ambil sendiri.
Tokoh Aku juga menyadari bahwa keinginan idnya nya sangat bertentangan dengan

5
egonya. Ia tidak ingin sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi apabila ia tetap
memaksakan kehendak id.

Berikut kutipannya.

“…Aku tidak mau terombangambing begini, aku ingin jatuh cinta kepada seseorang
tanpa ikatan.”

“Jika hal itu kau lakukan, engkau menjerumuskan aku ke dalam kehancuran”.

“Itu sangat tidak kuinginkan, apa yang harus aku lakukan?...” (Ajidarma, 2004:5).

Ego berperan untuk melawan keinginan id. Ia menyadarkan tokoh Aku bahwa
keadaan semacam itu sungguh membuatnya hancur. Oleh karena itu, tokoh Aku
berusaha menghindar dari kehancuran. Ego tokoh Aku juga mendorongnya untuk
pasrah menerima keadaan agar tidak semakin terjerumus dalam kehancuran yang
terus-menerus menghantui dirinya. Keinginan untuk dikawini kekasihnya telah
banyak memunculkan kesengsaraan pada diri tokoh Aku. Keadaan itu sebenarnya
tidak pernah dikehendaki karena bertentangan dengan norma yang dianutnya
sehingga menyebabkannya terombang-ambing. Ego bertindak agar tokoh Aku
memahami dan menerima realita serta menahan impuls apabila muncul keinginan
untuk melawan hal tersebut. Dengan demikian, id tokoh Aku tidak terlalu
memaksakan keinginannya karena ditentang oleh egonya.

 Superego

(Peyeimbang/Kontrol/Normatif) Superego berperan sebagai penyeimbang


kelemahan ego tokoh Aku. Ia mampu mengurungkan niatnya untuk menuntut
status perkawinan karena sadar ada sanksi sosial yang nantinya ia diterima. Oleh
karena itu, superego yang bertindak sebagai dimensi norma berhasil memengaruhi
pikirannya untuk memutuskan menyudahi perbuatan tersebut. Berikut kutipannya.

“…Kenapa aku selalu bertemu lelaki yang sudah beristri? Bukan mauku menjadi
pengganggu rumah tangga orang. Pergilah. Pulanglah. Jangan kembali lagi padaku
meski aku akan selalu merindukanmu.”

“aku tidak akan pernah melepaskan kamu, jika tahu dikau akan jatuh ke pelukan
seseorang...” (Ajidarma, 2004:6).

Kutipan tersebut menggambarkan aspek superego tokoh Aku yang berusaha


menjadi perempuan “wajar” sesuai dengan harapan norma-norma yang ia anut,

6
bukan menjadi perempuan pengganggu. Oleh karena itu, tokoh Aku rela
melepaskan apa yang selama ini menjadi keinginan hatinya meskipun membuatnya
tersakiti. Tokoh Aku menyerah dan pasrah terhadap keadaan yang menimpa
dirinya. Ia melepaskan keinginannya dan merelakan kekasihnya bersama orang lain.
Tokoh Aku memilih patuh terhadap norma

yang dianutnya, yakni tidak menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Hal itu
sebenarnya merupakan superego yaitu dorongan yang berdasarkan nilai moral
masyarakat. Penilaian masyarakat terhadap perempuan pengganggu rumah tangga
perempuan lain dari sisi agama jelas jelek dan dianggap perbuatan berdosa. Oleh
karena itu, superego berperan agar tokoh Aku tidak mendapat sanksi moral di
tengah-tengah masyarakat karena mewujudkan kehendaknya.

Kontrol id, ego dan superego yang saling mendominasi tokoh Aku tersebut pada
akhirnya berdampak langsung terhadap kejiwaan tokoh Aku yang tidak stabil dan
selalu berubah-ubah. Hal tersebut berawal dari perkenalannya dengan kekasih
gelapnya yang sudah berkeluarga. Keinginan id tokoh Aku begitu kuat, tetapi
mendapat perlawanan dari dirinya sendiri sehingga ia memutuskan untuk
mengakhiri semuanya karena bertentangan dengan nilai moral yang ada di
masyarakat.

Ketidakseimbangan struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego yang dialami
tokoh Aku tersebut menyebabkan konflik kejiwaan yang pelik dalam dirinya.

 Dinamika Kepribadian Sigmund Freud


 Naluri (Instinct)

Naluri atau insting merupakan representasi psikologis bawaan tokoh Aku dan
eksitasi akibat kebutuhan tubuhnya. Naluri untuk mengurangi ketegangan pikiran
yang dialami tokoh Aku akibat tidak tercapainya keinginan untuk menikah
membuatnya ingin pergi menikmati musik blues dan melepas beban yang ada di
otaknya, Berikut kutipannya.

“…Aku keluar kamar, aku juga ingin pergi ke suatu tempat, supaya bisa duduk
mendengarkan blues di sebuah tempat yang bersih dan terang. Tapi kutahu tempat
seperti itu tidak ada. Semua di kota ini lampunya remangremang…” (Ajidarma,
2004:6).
Keinginan tokoh Aku untuk sejenak melepas beban pikirannya menjadi bukti bahwa
alam bawah sadarnya berusaha mengurangi ketegangan dirinya. Meskipun ia

7
menyadari bahwa cara itu tidak akan berhasil karena tempat yang ia inginkan
memang tidak pernah ada sebagaimana harapannya juga tidak pernah tercapai.

Naluri pada tokoh Aku berupa pulsi nonseksual atau alimentasi, yakni berhubungan
dengan makan dan minum untuk mempertahankan hidup.

Berikut kutipannya.

“…Tidak ada sesuatu yang boleh dilihat sebagai kenyataan, semua orang
membutuhkan mimpi, sama seperti membutuhkan nasi…” (Ajidarma, 2004:6).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Aku menganalogikan naluri


kehidupannya seperti nasi sebagai kebutuhan pokoknya. Nasi dihubungkan dengan
mimpi yang tidak nyata. Hal itu seolah mempertegas bahwa ia hidup pun percuma
apabila keadaan tidak berubah. Oleh sebab itu, ia lebih baik kembali pada sesuatu
yang tidak nyata daripada harus merasakan kenyataan yang pahit.

 Kecemasan (Ansietas)

Kecemasan neurotik berasal dari alam bawah sadar individu. Kecemasan yang
dialami tokoh utama Aku dalam cerpen tersebut karena keinginannya untuk segera
dikawini kekasihnya, tetapi hal tersebut bertentangan dengan moral yang ia anut.
Oleh sebab itu, ia berusaha menekan tuntutan dari jiwanya tersebut sehingga
menimbulkan rasa cemas pada dirinya.

Berikut kutipannya.

“…Senyuman itu hanya suatu peragaan . tidak mewakili perasaan. Karena


perasaannya sendiri gelisah…” (Ajidarma, 2004:1).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Aku selalu diliputi rasa gelisah. Ia
berusaha menekan keinginannya karena bertentangan dengan moral yang ia anut. Ia
tidak ingin memperoleh suami dari hasil merebut dan merusak rumah tangga orang
lain. Ia menyadari bahwa akan ada wanita lain yang terluka jika ia mewujudkan
keinginannya tersebut.

 Mekanisme Pertahanan Diri


 Represi (Repression)

Represi merupakan salah satu mekanisme pertahanan ego. Represi yang dilakukan
oleh tokoh Aku saat ia memilih untuk menyendiri demi menenangkan hati dan

8
perasaannya. Ia menahan keinginannya untuk keluar kamar menikmati hiruk-
pikuknya dunia malam. Berikut kutipannya.

“…“barangkali lebih baik aku menyendiri,” pikirnya. Maka, malam menjadi suatu
awal dari sebuah perjalanan yang juga tidak jelas kapan akan berakhir…” (Ajidarma,
2004:2).

Kutipan tersebut menggambarkan situasi saat tokoh Aku harus memilih berdiam
diri untuk menenteramkan hatinya atau keluar kamar menikmati malam. Dunia
malam memang menjanjikan kesenangan bagi mereka yang bisa menikmatinya,
tetapi tidak untuk tokoh Aku. Dunia malam jugalah yang mempertemukan tokoh
Aku dengan kekasihnya yang berakhir tidak bahagia. Oleh karena itu, malam
diibaratkan perjalanan hidupnya yang tidak pernah berakhir bahagia.

 Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi tokoh Aku dilakukan dengan cara minum tequila dan merokok sekadar
mencari ketenangan dan sejenak lari dari kenyataan yang ada. Ia menyadari bahwa
hidup memang tidak harus sama seperti keinginannya. Berikut kutipannya.

“…Segelas tequila di hadapannya, dan ia merokok dengan tenang (Ajidarma,


2004:2).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Aku menyadari keinginannya untuk


memiliki sang kekasih seutuhnya tidak akan pernah terjadi, ia pun berusaha mencari
hiburan guna mengurangi kekecewaan yang ada.

 Agresi dan Apatis

Apatis adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi. Tokoh Aku bersikap apatis
dengan cara menarik diri dan bersikap pasrah dengan apa yang dialaminya. Tokoh
Aku mengambil sikap apatis tentu bukan tanpa alasan. Ia sadar bahwa apa yang dia
inginkan dan ia usahakan tidak akan pernah tercapai. Oleh karena itu, ia akhirnya
bersikap pasrah dan menarik diri. Meskipun sebenarnya itu sangat tidak mudah dan
terasa menyakitkan baginya. Berikut kutipannya.

“…Kenapa aku selalu bertemu lelaki yang sudah beristri? Bukan mauku menjadi
penggangu rumah tangga orang. Pergilah. Pulanglah. Jangan kembali lagi padaku
meski aku akan selalu merindukanmu…” (Ajidarma, 2004:3).
Kutipan di atas menunjukkan tokoh Aku menarik diri dari keadaan yang

9
membuatnya selalu tertekan. Ia tidak mau mengganggu rumah tangga orang lain
meskipun sangat mencintai kekasihnya saat itu. Meskipun tidak gampang, pilihan
itu harus tetap diambil.

 Fantasi dan Stereotip

Ketika tokoh Aku menghadapi banyak masalah, seringkali ia mencari solusi dengan
masuk ke dunia khayal. Ia memilih melarikan diri ke dunia fantasi tersebut daripada
menghadapi realitas di hadapannya. Dalam ketidaksadarannya, ia selalu
melamunkan semua kebiasaannya yang dilakukan semasa ia bersama kekasihnya. Ia
selalu memperlihatkan lekuk tubuh serta kecantikan dirinya seraya membandingkan
dengan istri sah kekasihnya. Ia merasa tidak kalah cantik dari istri kekasihnya.
Namun, kekasihnya tidak segera memutuskan untuk menikahinya. Seperti pada
kutipan berikut:

“…Malam adalah suatu akhir, namun bagi perempuan itu, malam adalah awal dari
sebuah perjalanan yangn panjang. Ia hanya mengenakan celana dalam ketika
mengoleskan lipstick ke bibirnya. Lipstick berwarna merah darah. Ia mendekatkan
cermin ke wajahnya. Memonyongkan bibirnya. Mengulumnya sendiri. Tersenyum
sendiri…”(Ajidarma, 2004:1).

Tokoh Aku selalu berfantasi sebagai dampak dari rasa frustrasi yang ia alami
semenjak memutuskan menarik dari dan bersikap pasrah pada kejadian yang
menimpa dirinya. Namun, alam bawah sadarnya masih belum bisa menerima
keadaan tersebut. Apa yang dilamunkan oleh tokoh Aku adalah perilaku yang biasa
ia lakukan bersama kekasihnya selama ini. Sebelumya ia merasa senang
melakukannya, tetapi sekarang ia menyadari bahwa lamunannya tersebut tidak akan
pernah terwujud.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konflik kepribadian tokoh Aku
muncul karena orientasi seksualnya yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Ketidakseimbangan struktur kepribadian tokoh Aku terjadi karena id, ego, dan
superego saling mendominasi. Superego yang mempertimbangkan baik dan buruk
suatu tindakan, masih dapat bekerja dengan baik pada diri tokoh Aku. Ia
menghentikan perilaku tokoh Aku yang tidak sesuai dengan nilai moral yang ada di

10
masyarakat. Superego tokoh Aku berhasil menjaga keseimbangan peran id yang selalu
menginginkan kepuasan biologis dalam ikatan perkawinan dengan kekasihnya yang
sudah berkeluarga. Ego terus melawan keinginan id untuk menghindarkan tokoh Aku
dari kehancuran. Superego tokoh Aku masih mampu menahan desakan id yang begitu
ingin menuntut kejelasan status perkawinan. Ego tokoh Aku berhasil menjadi kontrol
ketika ia bersikukuh mempertahankan keinginan id. Peran superego begitu kuat karena
selalu mengingatkan tokoh Aku pada sanksi moral yang akan diterimanya sebagai
perempuan perebut suami orang apabila keinginan id tidak bisa dikekang. Ketegangan
antara id, ego, dan superego mengakibatkan tokoh Aku mengalami gejolak kejiwaan
karena desakan id selalu berhasil dibendung oleh ego dan superego.

Komponen dinamika kepribadian yang ada dalam tokoh Aku adalah naluri (instinct).
Komponen tersebut mengurangi ketegangan yang dialami tokoh Aku akibat desakan
id yang berhasil dicegah superego. Tokoh Aku mengurangi naluri ketegangannya
dengan cara membendung dan mengalihkan pada hal yang ia sukai, seperti
mendengarkan musik jazz dan minum tequila di sebuah kafe. Tokoh Aku berusaha
memelihara ego dan menyesuaikannya dengan biologis bawaan. Ia menjaga
keseimbangan atara mimpi yang harus diwujudkan dan kebutuhan utamanya untuk
bertahan hidup. Terakhir adalah naluri kecemasan, keberhasilan superego
membendung keinginan id ternyata tidak seratus persen menghilangkan keinginan id
tersebut. Keberhasilan tersebut tetap “menyisakan” sesuatu dalam diri tokoh Aku,
yakni lamunan dan khayalan saat ia berada di dalam kamar. Tokoh Aku selalu gelisah
karena tidak dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya selama ini yaitu
dikawini kekasihnya. Akhirnya, ia pun sering berfantasi dan berbicara sendiri di depan
cermin

Terakhir adalah mekanisme pertahanan tokoh utama Aku berupa represi (repression),
rasionalisasi (rationalization), agresi dan apatis, serta fantasi dan stereotip. Tokoh Aku
yang selalu merasa gelisah dan sering berbicara dengan cermin pada akhirnya memilih
keluar menyambangi hiruk-pikuk dunia yang selama ini jarang ia rasakan. Semua itu
dilakukan tokoh Aku agar terhindar dari perasaan sedih dan hancur akibat perlawanan
ego dan superego terhadap id. Keberhasilan ego menekan id telah mendorong impuls-
impuls yang mengancam tokoh Aku keluar dari alam sadar. Tokoh Aku juga
melakukan rasionalisasi dengan cara meminum tequila dan merokok sambil menikmati
suasana yang sunyi. Tokoh Aku juga bersikap apatis dengan menarik diri dan memilih
berdiam diri di kamarnya dan melakukan kebiasaan yang tidak bermanfaat secara

11
berulang-ulang. Tokoh Aku melakukan fantasi dengan cara mengkhayalkan kebiasaan
yang ia lakukan saat masih bersama kekasihnya.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di
London, 23 september 1939 berasal dari keluarga Yahudi.
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem
kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat
naluri-naluri bawaan..
2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada
dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan.
3. Superego, adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan
yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu di distribusikan
serta di gunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena itu jumlah energi terbatas
yang mengakibatkan terjadi persaingan dalam menggunakan energi tersebut.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah diatas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Niswah, Sifti. 2016. Pendekatan Teori Psikoanalisis.
http://siftinniswah.blogspot.com/2016/04/makalah-psikoanalisa.html. (diakses pada 9
November jam 10.20).

14

Anda mungkin juga menyukai