PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Kabupaten Belitung 2.293,69km², 3. Kota Pangkalpinang 118,80 km², 4.
Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 km², 5. Kabupaten Bangka Tengah 2.126,36
km², 6. Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 km², 7. Kabupaten Belitung Timur
2.507,00 km².
Pulau Bangka Belitung merupakan pulau yang sangat menarik apabila kita
melihat dari segi letak geografisnya dan daya tarik akan hasil alam yaitu Timah
Pulau Bangka yang merupakan salah satu penghasil Timah terbesar di Indonesia
yang merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa dalam negeri selain
hasil tambang lainnya. Batuan – batuannya yang sangat unik serta sedimentasi
atau pengendapan mineral yang terjadi di pulau Bangka Belitung sangat menarik
untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana faktor-faktor kondisi geografis Provinsi Bangka Belitung?
2. Bagaimana kondisi fisik wilayah Provinsi Bangka Belitung ?
B. Tujuan
Tujuan yang dapat dibuat dari rumusan masalah diatas yaitu sebagi
berikut :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor kondisi geografis Provinsi Bangka
Belitung
2. Untuk mengetahui kondisi fisik wilayah Provinsi Bangka Belitung
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan
muda (Plistosen/Pliosen), kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah
perbukitan.
Pembentukan Pulau Bangka dan Pulau Belitung
Pada zaman Kuarter, terdapat perbedaan mencolok pada kondisi
geografis antara Pulau Bangka dan Belitung. Perbedaan ini sangat
berpengaruh dalam intensitas pelapukan, erosi, dan transportasi yang terjadi.
Pada zaman Kuarter Pulau Bangkadiduga tersusun dari sejumlah
daratankecil yang terpisah satu sama lain dan dihubungkan oleh perairan
(SutedjoSujitno, Personal Communication,2008). Hal ini disimpulkan
berdasarkanpola penyebaran rawa-rawa pada masasekarang, interpolasi dari
letak sungai-sungai utama sekarang, dan penelitianmengenai batas pantai
tua Pulau Sumatera pada zaman Kuarter.
4
berada sekian kilometer dari pantai barat Pulau Sumatera. Dapat
diperkirakan adanya peristiwa penurunan muka air laut yang sangat besar
dan transport sedimen yang sangat intensif. Jika Sumatera saja
mengalami hal seperti ini pada masa itu, bagaimana jika kita
bandingkan dengan Pulau Bangka yang jauh lebih kecil? Besar
kemungkinan pada masa itu Pulau Bangka hanyalah kumpulan daratan-
daratan kecil yang menjulang tinggi menyerupai pegunungan karena
berlitologikan granit. Kemudian laut-laut kecil yang menghubungkan
daratan-daratan ini menerima transport sedimen yang berasal dari
pelapukan dan erosi dari daratan-daratan tersebut. Sebegitu intensifnya
pelapukan, erosi, dan transportasi yang terjadi sampai-sampai granit
berbutir kasar yang harusnya berada jauh di bawah permukaan bumi
tersingkap di permukaan pada topografi cukup tinggi sekarang. Dan laut-
laut kecil yang tadinya menghubungkan daratan-daratan, berubah
menjadi rawa-rawa dan flood plain. Deposit timah primer yang tadinya
berada dekat dengan granit, mengalami transportasi ke tempat yang lebih
jauh, berupa cebakan sekunder. Letak geografis Pulau Bangka pada masa
itu adalah tepat di sebelah Cekungan Busur Belakang Sumatera
(Sumatera’s Back Arc Basin).
Pada masa itu Pulau Bangka ibarat puncak gunung yang berada tepat
di sebelah cekungan sedimentasi. Proses pengikisan yang terjadi sangatlah
intensif, karena morfologi Pulau Bangka mendekati gunung jika
dibandingkan dengan dengan Cekungan Busur Belakang Sumatera.
Faktor iklim, dan litologi sangat berperan dalam intensitas pelapukan
yang terjadi, sedangkan kemiringan lereng, dan gravitasi berpengaruh
pada erosi dantransportasi yang terjadi. Dapat diperkirakan pada waktu
itu intensitas erosi dan transportasi di Pulau Bangka lebih tinggi daripada
Pulau Belitung yang terletak di sebelah timur Pulau Bangka, dan berjarak
lebih jauh dengan Cekungan Belakang Sumatera.
5
Berbeda halnya dengan Pulau Belitung, dimana pada zaman tersebut
pulau ini kemungkinan besar telah terbentuk dan tidak terpisah-pisah
seperti Pulau Bangka. Hal ini disimpulkan berdasarkan sedikitnya daerah
rawa-rawa, dan pola aliran sungai yang tersebar hampir merata di
seluruh pulau. Pada zaman kuarter peristiwa yang terjadi adalah
peneplainasi, yaitu proses terbentuknya peneplain yang sekarang meliputi
¾ dari luas keseluruhan pulau ini. Di masa lalu, Pulau Belitung hampir
seluruhnya sudah menyatu dan tidak terpotong oleh selat-selat, sehingga
proses erosi dan transportasi terjadi tidak seintensif seperti di Pulau
Bangka.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari enam kabupaten dan satu kota,
terletak di dua pulau besar:
Total, luas wilayah daratan dan wilayah lautan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung mencapai 81.725,06 kilometer persegi. Luas daratan setidaknya
mencapai 16.424,06 kilometer persegi, atau 20,10 persen dari total wilayah.
6
Sementara luas laut kurang lebih 65.301 kilometer persegi, atau 79,90 persen dari
total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Namun, sering terjadi juga hujan dan panas bergantian dalam kurun waktu
berdekatan. Hal ini tak lepas dari luas wilayah lautan (65.301 kilometer persegi),
empat kali luas wilayah daratan (16.424 kilometer persegi). Suhu udara cenderung
panas, dengan rata-rata selama tahun 2018 mencapai 27 derajat celsius di
7
Pangkalpinang dan 26,5 derajat celsius di Tanjungpandan.
8
sering terjadi juga hujan dan panas bergantian dalam kurun waktu berdekatan. Hal
ini tak lepas dari luas wilayah lautan (65.301 kilometer persegi), empat kali luas
wilayah daratan (16.424 kilometer persegi). Suhu udara cenderung panas, dengan
rata-rata selama tahun 2018 mencapai 27 derajat celsius di Pangkalpinang dan
26,5 derajat celsius di Tanjungpandan.
Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan, terutama madu alam dan
rotan. Madu Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan rasa pahit. Sementara
fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di
9
Kepulauan Riau, termasuk semenanjung Malaysia, daripada dengan daerah di
Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka
Belitung antara lain rusa, beruk, monyet, lutung, babi, tringgiling, kancil, musang,
elang, ayam hutan, pelanduk, berjenis-jenis ular, dan biawak.
10
wilayah dan luas laut lebih kurang 65.301,00km² atau 80 persen dari total wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah : 1. Kabupaten Bangka 2.950,69km², 2.
Kabupaten Belitung 2.293,69km², 3. Kota Pangkalpinang 118,80 km², 4.
Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 km², 5. Kabupaten Bangka Tengah 2.126,36
km², 6. Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 km², 7. Kabupaten Belitung Timur
2.507,00 km².
Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar yaitu
Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi oleh pulau-pulau
kecil dimana jumlah keseluruhan mencapai 950 pulau (2 pulau besar dan 948
pulau kecil). Total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan sisanya 480
buah belum bernama, sedangkan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Beberapa
Sungai besar yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk di
Pulau Bangka adalah S. Baturusa, S. Kotawaringin, S. Mancang, S. Menduk, S.
Selan, S. Kurau, S. Kepoh, S. Bangka Kota, S. Balar dan S. Rangkui, sedangkan
Sungai di Pulau Belitung diantaranya S. Cerucuk, S. Linggang, S. Balok dan S.
Manggar.
1. Flora
Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh
bermacam-macam jenis kayu berkualitas yang
diperdagangkan ke luar daerah seperti: Kayu
Meranti, Ramin, Mambalong, Mandaru, Bulin
dan Rengas, meskipun saat ini keberadaannya
semakin berkurang. Tanaman hutan lainnya
2. Fauna
Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih
memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan
Riau dan semenanjung Malaysia daripada dengan
daerah Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat
ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain :
Mentilin, Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi
Hutan, Tringgiling, Musang, Elang, Ayam Hutan,
Pelanduk Kancil, beberapa jenis Ular dan Biawak.
12
plankton di wilayah penambangan masyarakat. Hasil dari penelitian, didapat
kandungan Pb di air dan TSS telah melebihi Baku mutu sedangkan kandungan
logam berat Cd dan Zn pada air dan sedimen serta Pb di sedimen masih berada di
bawah baku mutu cemaran logam beradasarkan Kepmen No.51/MENLH/2004.
Kandungan logam Pb di air (<0,0001 (ttd)–0,09260) ppm, logam Cd dan Zn di air
<0,0001 (ttd) ppm. Kandungan logam Pb di sedimen (0,0918–0,1897) mg/kg,
logam Cd di sedimen ttd dan kandungan logam Zn di sedimen (0,0565–0,1806)
mg/kg.
Wilayah Penambangan TI Apung di perairan Batu Belubang telah
mengalami penurunan kualitas air dengan tingginya nilai TSS dan Logam Pb yang
terlarut di air. Kandungan TSS dan dan logam Pb di air tersebut telah melebihi
baku mutu yang ditetapkan. Kandungan logam Cd tidak terdeteksi di air, sedimen
dan plankton. Kandungan Zn tidak terdeteksi di air dan di sedimen masih berada
di bawah baku mutu yang di keluarkan oleh Norwegia dan Irlandia. Pengaruh
penambangan TI Apung tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kontaminasi logam berat di perairan dikarenakan kedalaman penggalian yang
dilakukan oleh masyarakat terbatas pada kelaman 2 – 12 m di dasar perairan.
Adanya kebijakan pemerintah dalam pembatasan lokasi penambangan juga
membantu lingkungan untuk memulihkan sendiri kondisi lingkungan.
Perlu diketahui juga bahwa status konsentrasi dan dalam
sedimen pesisir pulau bangka. Telah dilakukan analisis kandungan dan
di dalam sedimen wilayah pesisir Bangka Barat dan Selatan. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data dasar dan yang dapat digunakan
untuk meperkirakan dampak dari radionuklida tersebut terhadap kesehatan
manusia. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sample di 62 lokasi
pengamatan, preparasi sample dan analisis menggunakan gamma spectrometer
beresolusi tinggi. Radioisotop ditetapkan dari rerata konsentrasi
(238,6 keV) dan (911,1 keV)[2]. Disisi lain ditetapkan dari rerata
konsentrasi (351,9 keV) dan (609,3 dan 1764 keV). Hasil analisis
menunjukkan Data dasar konsentrasi dan dalam sedimen di Pesisir
13
Pulau Bangka 18,69 – 627,17 Bq.Kg-1 dan 74,78 – 2333,50 Bq.Kg-1. Kontribusi
tailing hasil penambangan timah ikut berkontribusi pada konsentrasi dan
di wilayah pesisir Pulau Bangka. Terdapat korelasi sebesar 50% antara
konsentrasi dan . Data dasar konsentrasi dan dalam
sedimen di Pesisir Pulau Bangka 18,69 – 627,17 Bq.Kg-1 dan 74,78 – 2333,50
Bq.Kg-1. Kontribusi tailing hasil penambangan timah ikut berkontribusi pada
konsentrasi dan di wilayah pesisir Pulau Bangka. Terdapat korelasi
sebesar 50% antara konsentrasi dan .
Konsentrasi logam berat di air, sedimen dan biota di teluk kelabat, pulau
Bangka. Teluk Kelabat merupakan perairan semi terutup yang dapat dibagi ke
dalam dua bagian yaitu Teluk Kelabat bagian Luar (T Luar) yang berbatasan
langsung dengan laut Natuna dan Teluk Kelabat bagian Dalam (T Dalam)
berhadapan pemukiman penduduk dan lima muara sungai. Penelitian tentang
kandungan logam dalam tiga komponen ekosistem Teluk Kelabat (air, sedimen
dan biota) dilakukan pada bulan Maret 2006 (musim barat) dan Juli 2006 (musim
tenggara). Analisis logam berat terlarut, di sedimen dan biota menggunakan
Spektofotometer Serapan Atom dengan nyala (Flame AAS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa logam berat terlarut umumnya relatif rendah dengan kisaran
sebagai berikut, Pb (1,0 – 26,0 μg L-1), Cd (<0,1– 3,0 μg L-1 ), Cu (1–2,0 μg L-1)
dan Zn (1,0–4,0 μg L-1). Konsentrasi rata-rata logam berat dalam sedimen Pb
(11.46 mg kg-1), Cd (0,10 mg kg-1), Cu (2,50 mg kg-1) dan Zn (13,64 mg kg-1).
Konsentrasi logam Pb, Cu dan Zn di sedimen T Dalam dapat mencapai dua kali
lipat lebih tinggi dibanding T Luar, namun demikian ketiga konsentrasi logam
tersebut tidak dipengaruhi oleh musim. Sebaliknya, konsentrasi logam Cd
cenderung merata di sedimen dan sangat dipengaruhi musim. Konsentrasi logam
Pb, Cd, Cu dan Zn pada ikan umumnya lebih rendah dibanding pada jenis kerang-
kerangan. Akumulasi Pb dan Cu tertinggi oleh siput gonggong Strombus
canarium, dan Cd dan Zn tertinggi oleh kerang darah Anadara sp.
Beradasarkan kriteria baku mutu laut nasional (KLH, 2004) dan ASEAN ,
konsentrasi logam terlarut Pb, Cd. Cu dan Zn di Teluk Kelabat umumnya relatif
14
rendah dan aman bagi kehidupan biota. Konsentrasi Pb, Cu dan Zn di sedimen
Teluk Kelabat bagian dalam dua kali lipat lebih tinggi dibanding Teluk bagian
luar, dan tidak dipengaruhi oleh faktor musim. Sebaliknya, konsentrasi Cd di
sedimen cenderung sama di seluruh sedimen Teluk Kelabat dan sangat
dipengaruhi musim. Konsentrasi residu logam berat pada jaringan siput gonggong
telah melampui batas maksimum residu Pb dan Cd, sedangkan kerang darah
melebihi batas maksimum residu Cd.
Deteksi dan Karakterisasi Akustik Sedimen Dasar Laut Dengan Teknologi
Seismik Dangkal Di Perairan Rambat, Bangka Belitung. Seismik refleksi dasar
yang beresolusi tinggi digunakan untuk mendeteksi lapisan-lapisan sedimen dasar
laut dan memudahkan dalam menginterpretasi data seismik secara geologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi sedimen dasar
laut di daerah Rambat, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung. Akuisisi data
lapangan dilaksanakan pada tanggal 10 - 24 Agustus 2012 pada koordinat
105.1°00’00’ – 105.5°00’00” LU dan 1.7°00’00”–1.9°00’00” BB. Pemrosesan
data menggunakan beberapa metode seperti Geometry processing, Band pass
filter, Predictive deconvolution, dan Autocoralation Gain Control (AGC) untuk
mengurangi noise dan multiple untuk memudahkan interpretasi data. Penampang
seismik yang terdapat pada Cross Rambat (CRMBT) line 11 menunjukan adanya
proses sedimentasi yang menutupi dasar laut yang bersubstrat batuan, proses
sedimentasi ini telah lama terjadi yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan
secara legal maupun illegal.
Penampang seismik yang terdapat pada line CRMBT 11 terlihat adanya
proses sedimentasi yang menutupi dasar laut bersubstrat batuan dimana proses se-
dimentasi ini telah lama terjadi yang diakibatkan oleh faktor alam dan kegiatan
penambangan secara legal maupun illegal didearah tersebut. Dalam pengolahan
data seismic single channel metode band pass filter merupakan jenis filter yang
sesuai untuk processing data karena band pass filter dapat menapis noise.
Sedangkan predictive deconvolution untuk memini-malisir multiple permukaan
sehingga dapat mempermudah dalam interpretasi data seismic single channel.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah
provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan
Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau
dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang
berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau
Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal
sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar
etnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini
disahkan pada tanggal 9 Februari 2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H.
Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya
aktivitas roda pemerintahan provinsi
B. Saran
Informasi data dan sumber daya untuk wilayah provinsi Sulawesi Utara
berupa data base belum tersedia di beberapa instansi di provinsi Sulawesi Utara di
bidang pertanian khususnya, sehingga untuk menyusun maklah ini dapat
memperolehnya dengan mudah di instansi-instansi provinsi Sulawesi Utara
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8211566/Kepulauan_Bangka_Belitung?auto=downloa
https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-kepulauan-bangka-
belitung
https://babelprov.go.id/content/aspek-geografis
https://babelprov.go.id/content/letak-geografis-0
17