Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada


104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang
Selatan.Batas-batas wilayah Provinsi Kep. Bangka Belitung, sebelah Barat dengan
Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut
Natuna, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim Tropis yang
dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering. Pada tahun
2011 musim penghujan dan musim kemarau tidak mengikuti pola umum yang
biasanya terjadi dalam setahun, sepanjang tahun 2011 bulan kering hanya terjadi
selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Juli, Agustus dan September yang ditandai
dengan curah hujan di bawah 200 mm. Sebaliknya bulan basah terjadi selama
pada bulan Januari hingga Juni kemudian berlanjut bulan Oktober sampai
Desember dengan curah hujan 228,5 hingga 356,2 mm per bulan.
Keadaan topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar
merupakan dataran rendah, lembah (96 persen) dan sebagian kecil pegunungan
dan perbukitan (4persen). Ketinggian dataran rendah sekitar 0-50 meter di atas
permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan sekitar 300-700 meter antara
lain untuk gunung Maras di Kabupaten Bangka mencapai 699 meter, gunung
Tajam di Kabupaten Belitung Timur kurang lebih 500 meter, bukit Menumbing di
Kabupaten Bangka Barat mencapai 445 meter dan bukit Mangkol di Kabupaten
Bangka Tengah dengan ketinggian mencapai 395 meter di atas permukaan laut.
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah
daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,23 km²,
terdiri dari luas daratan lebih kurang 16.424,23km² atau 20 persen dari total
wilayah dan luas laut lebih kurang 65.301,00km² atau 80 persen dari total wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah : 1. Kabupaten Bangka 2.950,69km², 2.

1
Kabupaten Belitung 2.293,69km², 3. Kota Pangkalpinang 118,80 km², 4.
Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 km², 5. Kabupaten Bangka Tengah 2.126,36
km², 6. Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 km², 7. Kabupaten Belitung Timur
2.507,00 km².
Pulau Bangka Belitung merupakan pulau yang sangat menarik apabila kita
melihat dari segi letak geografisnya dan daya tarik akan hasil alam yaitu Timah
Pulau Bangka yang merupakan salah satu penghasil Timah terbesar di Indonesia
yang merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa dalam negeri selain
hasil tambang lainnya. Batuan – batuannya yang sangat unik serta sedimentasi
atau pengendapan mineral yang terjadi di pulau Bangka Belitung sangat menarik
untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana faktor-faktor kondisi geografis Provinsi Bangka Belitung?
2. Bagaimana kondisi fisik wilayah Provinsi Bangka Belitung ?

B. Tujuan

Tujuan yang dapat dibuat dari rumusan masalah diatas yaitu sebagi
berikut :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor kondisi geografis Provinsi Bangka
Belitung
2. Untuk mengetahui kondisi fisik wilayah Provinsi Bangka Belitung

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor Geografis Provinsi Bangka Belitung


Pada zaman Paleozoikum P. Bangka Belitung dan laut di sekitarnya
merupakan daratan. Selanjutnya pada zaman Karbon-Trias berubah menjadi
laut dangkal. Orogenesa kedua terjadi pada masa mesozoikum, P. Bangka dan
Riau muncul ke permukaan. Intrusi granit menerobos batuan sedimen seperti
batupasir, batulempung, dlll pada Trias-Yura atas. Pada batas antara sedimen
dan granit terjadi metamorfosa sentuh. Bersamaan intrusi granit ini terjadi
proses pneumotolitik yang menghasilkan kasiterit. Proses ini dengan proses
hydrotermal yang menghasilkan kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada
granit. Erosi intensif terjadi pada kenozoikum dimana lapisan yang menutupi
granit terkikis habis sehingga batuan granit tersingkap.
Selanjutnya diikuti oleh proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan
di lembah-lembah. Suasana daratan bangka berlanjut sampai Tersier.
Pencairan es pada kala Pliostosen mengakibatkan beberapa daerah di Bangka
menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk P.
Bangka Belitung menjadi daratan hampir rata seperti sekarang ini. Bangka
Belitung merupakan daerah dengan stadia erosi tingkat lanjut, hal ini
dicirikan dengan keadaan yang umumnya relative datar dan adanya bukit-
bukit sisa erosi (“monadrock”). Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas
batuan beku granit yang umumnya menempati bagian tepi P. Bangka
Belitung.
Di bagian utara : Granit Klabat, yang berrrientasi barat-timur melewati
teluk Klabat,granit yang ada disekitarnya terdiri atas granit Pelangas, granit
Menumbing, granit Mangkol. Sedangkan di bagian selatan : Tersusun atas
pluton yang lebih kecil yaitu,Pluton Koba, Pluton Bebuluh, Pluton Permis,
dan granit Toboali, serta pluton yang lain yang terletak diantaranya.
Daerah pedataran menempati ± 80 % luas seluruh daerah. Daerah inilah
merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih

3
Timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan
muda (Plistosen/Pliosen), kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah
perbukitan.
Pembentukan Pulau Bangka dan Pulau Belitung
Pada zaman Kuarter, terdapat perbedaan mencolok pada kondisi
geografis antara Pulau Bangka dan Belitung. Perbedaan ini sangat
berpengaruh dalam intensitas pelapukan, erosi, dan transportasi yang terjadi.
Pada zaman Kuarter Pulau Bangkadiduga tersusun dari sejumlah
daratankecil yang terpisah satu sama lain dan dihubungkan oleh perairan
(SutedjoSujitno, Personal Communication,2008). Hal ini disimpulkan
berdasarkanpola penyebaran rawa-rawa pada masasekarang, interpolasi dari
letak sungai-sungai utama sekarang, dan penelitianmengenai batas pantai
tua Pulau Sumatera pada zaman Kuarter.

Pada zaman Kuarter lebar Pulau Sumater atidak seperti sekarang,


melainkan lebih sempit. Berdasarkan bukti-bukti dan penelitian yang telah
dilakukan, pada masa Kerajaan Sriwijaya, Kota Palembang terletak di
pinggir pantai. Pada masa sekarang kita bisa melihat Kota Palembang

4
berada sekian kilometer dari pantai barat Pulau Sumatera. Dapat
diperkirakan adanya peristiwa penurunan muka air laut yang sangat besar
dan transport sedimen yang sangat intensif. Jika Sumatera saja
mengalami hal seperti ini pada masa itu, bagaimana jika kita
bandingkan dengan Pulau Bangka yang jauh lebih kecil? Besar
kemungkinan pada masa itu Pulau Bangka hanyalah kumpulan daratan-
daratan kecil yang menjulang tinggi menyerupai pegunungan karena
berlitologikan granit. Kemudian laut-laut kecil yang menghubungkan
daratan-daratan ini menerima transport sedimen yang berasal dari
pelapukan dan erosi dari daratan-daratan tersebut. Sebegitu intensifnya
pelapukan, erosi, dan transportasi yang terjadi sampai-sampai granit
berbutir kasar yang harusnya berada jauh di bawah permukaan bumi
tersingkap di permukaan pada topografi cukup tinggi sekarang. Dan laut-
laut kecil yang tadinya menghubungkan daratan-daratan, berubah
menjadi rawa-rawa dan flood plain. Deposit timah primer yang tadinya
berada dekat dengan granit, mengalami transportasi ke tempat yang lebih
jauh, berupa cebakan sekunder. Letak geografis Pulau Bangka pada masa
itu adalah tepat di sebelah Cekungan Busur Belakang Sumatera
(Sumatera’s Back Arc Basin).

Pada masa itu Pulau Bangka ibarat puncak gunung yang berada tepat
di sebelah cekungan sedimentasi. Proses pengikisan yang terjadi sangatlah
intensif, karena morfologi Pulau Bangka mendekati gunung jika
dibandingkan dengan dengan Cekungan Busur Belakang Sumatera.
Faktor iklim, dan litologi sangat berperan dalam intensitas pelapukan
yang terjadi, sedangkan kemiringan lereng, dan gravitasi berpengaruh
pada erosi dantransportasi yang terjadi. Dapat diperkirakan pada waktu
itu intensitas erosi dan transportasi di Pulau Bangka lebih tinggi daripada
Pulau Belitung yang terletak di sebelah timur Pulau Bangka, dan berjarak
lebih jauh dengan Cekungan Belakang Sumatera.

5
Berbeda halnya dengan Pulau Belitung, dimana pada zaman tersebut
pulau ini kemungkinan besar telah terbentuk dan tidak terpisah-pisah
seperti Pulau Bangka. Hal ini disimpulkan berdasarkan sedikitnya daerah
rawa-rawa, dan pola aliran sungai yang tersebar hampir merata di
seluruh pulau. Pada zaman kuarter peristiwa yang terjadi adalah
peneplainasi, yaitu proses terbentuknya peneplain yang sekarang meliputi
¾ dari luas keseluruhan pulau ini. Di masa lalu, Pulau Belitung hampir
seluruhnya sudah menyatu dan tidak terpotong oleh selat-selat, sehingga
proses erosi dan transportasi terjadi tidak seintensif seperti di Pulau
Bangka.

B. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai


109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut:

 Di sebelah Barat dengan Selat Bangka


 Di sebelah Timur dengan Selat Karimata
 Di sebelah Utara dengan Laut Natuna
 Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari enam kabupaten dan satu kota,
terletak di dua pulau besar:

 Pulau Bangka: Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka


Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kota Pangkalpinang
 Pulau Belitung: Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur

Total, luas wilayah daratan dan wilayah lautan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung mencapai 81.725,06 kilometer persegi. Luas daratan setidaknya
mencapai 16.424,06 kilometer persegi, atau 20,10 persen dari total wilayah.

6
Sementara luas laut kurang lebih 65.301 kilometer persegi, atau 79,90 persen dari
total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Wilayah daratan terbagi menjadi kabupaten dan kota, yaitu :

 Kabupaten Bangka dengan luas wilayah 2.950,68 kilometer persegi;


 Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 kilometer persegi;
 Kabupaten Bangka Tengah 2.155,77 kilometer persegi;
 Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 kilometer persegi;
 Kabupaten Belitung dengan luas wilayah 2.293,61 kilometer persegi;
 Kabupaten Belitung Timur 2.506,91 kilometer persegi;
 Kota Pangkalpinang 89,40 kilometer persegi.

Kepulauan Bangka Belitung terbentang pada 0050’LS-4010’ LS, sehingga


iklim tropis memiliki bulan basah dan kering. Saat musim penghujan (bulan
basah), beberapa daerah tergenang air, apalagi sekitar 40 persen desa/kelurahan
terletak di tepi laut. Saat kemarau, banyak sumur warga kehabisan air.

Namun, sering terjadi juga hujan dan panas bergantian dalam kurun waktu
berdekatan. Hal ini tak lepas dari luas wilayah lautan (65.301 kilometer persegi),
empat kali luas wilayah daratan (16.424 kilometer persegi). Suhu udara cenderung
panas, dengan rata-rata selama tahun 2018 mencapai 27 derajat celsius di

7
Pangkalpinang dan 26,5 derajat celsius di Tanjungpandan.

Kelembaban udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih


tergolong baik untuk kesehatan dan pertanian. Pada 2018, kelembaban udara
berkisar antara 51 persen sampai 100 persen, sementara tekanan udara antara
1.007,5 mb sampai 1.014,3 mb.

Kepulauan Bangka Belitung merupakan gugusan dua pulau yaitu Pulau


Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi pulau-pulau kecil. Pulau-
pulau kecil yang mengitari Pulau Bangka antara lain Nangka, Penyu, Burung,
Lepar, Pongok, Gelasa, Panjang, dan Tujuh. Sementara Pulau Belitung dikelilingi
pulau-pulau kecil, antara lain Lima, Lengkuas, Selindung, Pelanduk, Seliu, Nadu,
Mendanau, Batu Dinding, Sumedang dan pulau-pulau kecil lainnya.

Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum mempunyai PH


atau reaksi tanah yang asam rata-rata di bawah 5, akan tetapi memiliki kandungan
aluminium sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral biji timah dan
bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat, dll.

Kepulauan Bangka Belitung terbentang pada 0050’LS-4010’ LS, sehingga


iklim tropis memiliki bulan basah dan kering. Saat musim penghujan (bulan
basah), beberapa daerah tergenang air, apalagi sekitar 40 persen desa/kelurahan
terletak di tepi laut. Saat kemarau, banyak sumur warga kehabisan air. Namun,

8
sering terjadi juga hujan dan panas bergantian dalam kurun waktu berdekatan. Hal
ini tak lepas dari luas wilayah lautan (65.301 kilometer persegi), empat kali luas
wilayah daratan (16.424 kilometer persegi). Suhu udara cenderung panas, dengan
rata-rata selama tahun 2018 mencapai 27 derajat celsius di Pangkalpinang dan
26,5 derajat celsius di Tanjungpandan.

Kelembaban udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih


tergolong baik untuk kesehatan dan pertanian. Pada 2018, kelembaban udara
berkisar antara 51 persen sampai 100 persen, sementara tekanan udara antara
1.007,5 mb sampai 1.014,3 mb. Kepulauan Bangka Belitung merupakan gugusan
dua pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi
pulau-pulau kecil.

Pulau-pulau kecil yang mengitari Pulau Bangka antara lain Nangka,


Penyu, Burung, Lepar, Pongok, Gelasa, Panjang, dan Tujuh. Sementara Pulau
Belitung dikelilingi pulau-pulau kecil, antara lain Lima, Lengkuas, Selindung,
Pelanduk, Seliu, Nadu, Mendanau, Batu Dinding, Sumedang dan pulau-pulau
kecil lainnya. Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum
mempunyai PH atau reaksi tanah yang asam rata-rata di bawah 5, akan tetapi
memiliki kandungan aluminium sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak
mineral biji timah dan bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin,
tanah liat, dll.

Kepulauan Bangka Belitung juga ditumbuhi bermacam-macam jenis kayu


berkualitas, bahkan sampai diperdagangkan ke luar daerah seperti: kayu meranti,
ramin, mambalong, mandaru, bulin, dan kerengas. Tanaman hutan lainnya adalah
kapuk, jelutung, pulai, gelam, meranti rawa, mentagor, mahang, bakau, dan lain-
lain.

Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan, terutama madu alam dan
rotan. Madu Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan rasa pahit. Sementara
fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di

9
Kepulauan Riau, termasuk semenanjung Malaysia, daripada dengan daerah di
Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka
Belitung antara lain rusa, beruk, monyet, lutung, babi, tringgiling, kancil, musang,
elang, ayam hutan, pelanduk, berjenis-jenis ular, dan biawak.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada


104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang
Selatan.Batas-batas wilayah Provinsi Kep. Bangka Belitung, sebelah Barat dengan
Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut
Natuna, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim Tropis yang


dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering. Pada tahun
2011 musim penghujan dan musim kemarau tidak mengikuti pola umum yang
biasanya terjadi dalam setahun, sepanjang tahun 2011 bulan kering hanya terjadi
selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Juli, Agustus dan September yang ditandai
dengan curah hujan di bawah 200 mm. Sebaliknya bulan basah terjadi selama
pada bulan Januari hingga Juni kemudian berlanjut bulan Oktober sampai
Desember dengan curah hujan 228,5 hingga 356,2 mm per bulan.

Keadaan topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar


merupakan dataran rendah, lembah (96 persen) dan sebagian kecil pegunungan
dan perbukitan (4persen). Ketinggian dataran rendah sekitar 0-50 meter di atas
permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan sekitar 300-700 meter antara
lain untuk gunung Maras di Kabupaten Bangka mencapai 699 meter, gunung
Tajam di Kabupaten Belitung Timur kurang lebih 500 meter, bukit Menumbing di
Kabupaten Bangka Barat mencapai 445 meter dan bukit Mangkol di Kabupaten
Bangka Tengah dengan ketinggian mencapai 395 meter di atas permukaan laut.

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah


daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,23 km²,
terdiri dari luas daratan lebih kurang 16.424,23km² atau 20 persen dari total

10
wilayah dan luas laut lebih kurang 65.301,00km² atau 80 persen dari total wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah : 1. Kabupaten Bangka 2.950,69km², 2.
Kabupaten Belitung 2.293,69km², 3. Kota Pangkalpinang 118,80 km², 4.
Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 km², 5. Kabupaten Bangka Tengah 2.126,36
km², 6. Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 km², 7. Kabupaten Belitung Timur
2.507,00 km².

Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar yaitu
Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi oleh pulau-pulau
kecil dimana jumlah keseluruhan mencapai 950 pulau (2 pulau besar dan 948
pulau kecil). Total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan sisanya 480
buah belum bernama, sedangkan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Beberapa
Sungai besar yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk di
Pulau Bangka adalah S. Baturusa, S. Kotawaringin, S. Mancang, S. Menduk, S.
Selan, S. Kurau, S. Kepoh, S. Bangka Kota, S. Balar dan S. Rangkui, sedangkan
Sungai di Pulau Belitung diantaranya S. Cerucuk, S. Linggang, S. Balok dan S.
Manggar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 522.53-958 Tahun


2010 tanggal 24 November 2010 tentang Penetapan Flora dan Fauna Identitas
Daerah Provinsi, telah ditetapkan Nyatoh Terong (Palaquium rostratum (Mig.)
Burk) dan Tarsius Belitung/Mentilin (Tarsius bancanussaltator Elliot) sebagai
flora dan fauna identitas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

1. Flora
Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh
bermacam-macam jenis kayu berkualitas yang
diperdagangkan ke luar daerah seperti: Kayu
Meranti, Ramin, Mambalong, Mandaru, Bulin
dan Rengas, meskipun saat ini keberadaannya
semakin berkurang. Tanaman hutan lainnya

Pohon nyatoh terong


11
adalah: Jelutung, Pulai, Gelam, Meranti rawa, Mentagor, Mahang, Bakau
dan lain-lain. Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan terutama madu
alam dan rotan.Madu Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan madu
pahit.

2. Fauna
Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih
memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan
Riau dan semenanjung Malaysia daripada dengan
daerah Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat
ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain :
Mentilin, Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi
Hutan, Tringgiling, Musang, Elang, Ayam Hutan,
Pelanduk Kancil, beberapa jenis Ular dan Biawak.

Pulau Bangka merupakan salah satu gugusan pulau di Indonesia yang


mempunyai peranan strategis bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pulau
Bangka yang terbagi menjadi 5 daerah administrasi pemerintahan daearah Tingkat
II yaitu Kotamadya Pangkal Pinang, Kab. Bangka Induk, Kab. Bangka Selatan,
Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Barat dan luas wilayah keseluruhannya adalah
11.534.231.4 Kilometer persegi, terkenal tidak hanya dari catatan sejarahnya saja
akan tetapi pulau Bangka itu terkenal akan hasil alam yaitu Timah Pulau Bangka
yang merupakan salah satu penghasil Timah terbesar di Indonesia yang
merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa dalam negeri selain hasil
tambang lainnya.
Perubahan kontrol terhadap timah memberi akses kepada masyarakat
untuk menambang sehingga pertambangan di Bangka Belitung tumbuh tanpa
terkendali. Dewasa ini, penambangan timah terus berkembang pada penambangan
timah lepas pantai. Masyarakat ambil bagian dengan menggunakan ponton untuk
melakukan penambangan yang biasa disebut Tambang Inkonvensional (TI)
Apung. Penelitian ini bertujuan mengkaji kandungan logam di air, sedimen dan

12
plankton di wilayah penambangan masyarakat. Hasil dari penelitian, didapat
kandungan Pb di air dan TSS telah melebihi Baku mutu sedangkan kandungan
logam berat Cd dan Zn pada air dan sedimen serta Pb di sedimen masih berada di
bawah baku mutu cemaran logam beradasarkan Kepmen No.51/MENLH/2004.
Kandungan logam Pb di air (<0,0001 (ttd)–0,09260) ppm, logam Cd dan Zn di air
<0,0001 (ttd) ppm. Kandungan logam Pb di sedimen (0,0918–0,1897) mg/kg,
logam Cd di sedimen ttd dan kandungan logam Zn di sedimen (0,0565–0,1806)
mg/kg.
Wilayah Penambangan TI Apung di perairan Batu Belubang telah
mengalami penurunan kualitas air dengan tingginya nilai TSS dan Logam Pb yang
terlarut di air. Kandungan TSS dan dan logam Pb di air tersebut telah melebihi
baku mutu yang ditetapkan. Kandungan logam Cd tidak terdeteksi di air, sedimen
dan plankton. Kandungan Zn tidak terdeteksi di air dan di sedimen masih berada
di bawah baku mutu yang di keluarkan oleh Norwegia dan Irlandia. Pengaruh
penambangan TI Apung tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kontaminasi logam berat di perairan dikarenakan kedalaman penggalian yang
dilakukan oleh masyarakat terbatas pada kelaman 2 – 12 m di dasar perairan.
Adanya kebijakan pemerintah dalam pembatasan lokasi penambangan juga
membantu lingkungan untuk memulihkan sendiri kondisi lingkungan.
Perlu diketahui juga bahwa status konsentrasi dan dalam
sedimen pesisir pulau bangka. Telah dilakukan analisis kandungan dan
di dalam sedimen wilayah pesisir Bangka Barat dan Selatan. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data dasar dan yang dapat digunakan
untuk meperkirakan dampak dari radionuklida tersebut terhadap kesehatan
manusia. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sample di 62 lokasi
pengamatan, preparasi sample dan analisis menggunakan gamma spectrometer
beresolusi tinggi. Radioisotop ditetapkan dari rerata konsentrasi
(238,6 keV) dan (911,1 keV)[2]. Disisi lain ditetapkan dari rerata
konsentrasi (351,9 keV) dan (609,3 dan 1764 keV). Hasil analisis
menunjukkan Data dasar konsentrasi dan dalam sedimen di Pesisir

13
Pulau Bangka 18,69 – 627,17 Bq.Kg-1 dan 74,78 – 2333,50 Bq.Kg-1. Kontribusi
tailing hasil penambangan timah ikut berkontribusi pada konsentrasi dan
di wilayah pesisir Pulau Bangka. Terdapat korelasi sebesar 50% antara
konsentrasi dan . Data dasar konsentrasi dan dalam
sedimen di Pesisir Pulau Bangka 18,69 – 627,17 Bq.Kg-1 dan 74,78 – 2333,50
Bq.Kg-1. Kontribusi tailing hasil penambangan timah ikut berkontribusi pada
konsentrasi dan di wilayah pesisir Pulau Bangka. Terdapat korelasi
sebesar 50% antara konsentrasi dan .
Konsentrasi logam berat di air, sedimen dan biota di teluk kelabat, pulau
Bangka. Teluk Kelabat merupakan perairan semi terutup yang dapat dibagi ke
dalam dua bagian yaitu Teluk Kelabat bagian Luar (T Luar) yang berbatasan
langsung dengan laut Natuna dan Teluk Kelabat bagian Dalam (T Dalam)
berhadapan pemukiman penduduk dan lima muara sungai. Penelitian tentang
kandungan logam dalam tiga komponen ekosistem Teluk Kelabat (air, sedimen
dan biota) dilakukan pada bulan Maret 2006 (musim barat) dan Juli 2006 (musim
tenggara). Analisis logam berat terlarut, di sedimen dan biota menggunakan
Spektofotometer Serapan Atom dengan nyala (Flame AAS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa logam berat terlarut umumnya relatif rendah dengan kisaran
sebagai berikut, Pb (1,0 – 26,0 μg L-1), Cd (<0,1– 3,0 μg L-1 ), Cu (1–2,0 μg L-1)
dan Zn (1,0–4,0 μg L-1). Konsentrasi rata-rata logam berat dalam sedimen Pb
(11.46 mg kg-1), Cd (0,10 mg kg-1), Cu (2,50 mg kg-1) dan Zn (13,64 mg kg-1).
Konsentrasi logam Pb, Cu dan Zn di sedimen T Dalam dapat mencapai dua kali
lipat lebih tinggi dibanding T Luar, namun demikian ketiga konsentrasi logam
tersebut tidak dipengaruhi oleh musim. Sebaliknya, konsentrasi logam Cd
cenderung merata di sedimen dan sangat dipengaruhi musim. Konsentrasi logam
Pb, Cd, Cu dan Zn pada ikan umumnya lebih rendah dibanding pada jenis kerang-
kerangan. Akumulasi Pb dan Cu tertinggi oleh siput gonggong Strombus
canarium, dan Cd dan Zn tertinggi oleh kerang darah Anadara sp.
Beradasarkan kriteria baku mutu laut nasional (KLH, 2004) dan ASEAN ,
konsentrasi logam terlarut Pb, Cd. Cu dan Zn di Teluk Kelabat umumnya relatif

14
rendah dan aman bagi kehidupan biota. Konsentrasi Pb, Cu dan Zn di sedimen
Teluk Kelabat bagian dalam dua kali lipat lebih tinggi dibanding Teluk bagian
luar, dan tidak dipengaruhi oleh faktor musim. Sebaliknya, konsentrasi Cd di
sedimen cenderung sama di seluruh sedimen Teluk Kelabat dan sangat
dipengaruhi musim. Konsentrasi residu logam berat pada jaringan siput gonggong
telah melampui batas maksimum residu Pb dan Cd, sedangkan kerang darah
melebihi batas maksimum residu Cd.
Deteksi dan Karakterisasi Akustik Sedimen Dasar Laut Dengan Teknologi
Seismik Dangkal Di Perairan Rambat, Bangka Belitung. Seismik refleksi dasar
yang beresolusi tinggi digunakan untuk mendeteksi lapisan-lapisan sedimen dasar
laut dan memudahkan dalam menginterpretasi data seismik secara geologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi sedimen dasar
laut di daerah Rambat, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung. Akuisisi data
lapangan dilaksanakan pada tanggal 10 - 24 Agustus 2012 pada koordinat
105.1°00’00’ – 105.5°00’00” LU dan 1.7°00’00”–1.9°00’00” BB. Pemrosesan
data menggunakan beberapa metode seperti Geometry processing, Band pass
filter, Predictive deconvolution, dan Autocoralation Gain Control (AGC) untuk
mengurangi noise dan multiple untuk memudahkan interpretasi data. Penampang
seismik yang terdapat pada Cross Rambat (CRMBT) line 11 menunjukan adanya
proses sedimentasi yang menutupi dasar laut yang bersubstrat batuan, proses
sedimentasi ini telah lama terjadi yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan
secara legal maupun illegal.
Penampang seismik yang terdapat pada line CRMBT 11 terlihat adanya
proses sedimentasi yang menutupi dasar laut bersubstrat batuan dimana proses se-
dimentasi ini telah lama terjadi yang diakibatkan oleh faktor alam dan kegiatan
penambangan secara legal maupun illegal didearah tersebut. Dalam pengolahan
data seismic single channel metode band pass filter merupakan jenis filter yang
sesuai untuk processing data karena band pass filter dapat menapis noise.
Sedangkan predictive deconvolution untuk memini-malisir multiple permukaan
sehingga dapat mempermudah dalam interpretasi data seismic single channel.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah
provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan
Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau
dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang
berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau
Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal
sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar
etnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini
disahkan pada tanggal 9 Februari 2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H.
Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya
aktivitas roda pemerintahan provinsi

B. Saran
Informasi data dan sumber daya untuk wilayah provinsi Sulawesi Utara
berupa data base belum tersedia di beberapa instansi di provinsi Sulawesi Utara di
bidang pertanian khususnya, sehingga untuk menyusun maklah ini dapat
memperolehnya dengan mudah di instansi-instansi provinsi Sulawesi Utara

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8211566/Kepulauan_Bangka_Belitung?auto=downloa
https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-kepulauan-bangka-
belitung
https://babelprov.go.id/content/aspek-geografis
https://babelprov.go.id/content/letak-geografis-0

17

Anda mungkin juga menyukai