Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI MARKETING MIX 7P PADA UMKM KERIPIK TEMPE

KHAS BLORA (STUDI KASUS UMKM TIGA DELIMA)

Nama : Yohanes Hendrik Hartono


Email : hendrikyohanes926@gamil.com
Program Studi : S1-Manajemen

Abstrak
Latar belakang dari penelitian ini adalah banyaknya usaha UMKM keripik tempe khas
Blora yang menjadi salah satu industri yang terkenal di Kabupaten Blora. UMKM ini berada
di daerah Kelurahan Kedung Jenar, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora. Tepatnya di
sepanjang jalan Barito. Salah satu UMKM keripik tempe yang terkenal adalah UMKM
keripik tempe Tiga Delima. Menarik untuk meneliti apakah UMKM ini sudah menjalankan
marketing mix 7P dalam memasarkan produk unggulannya yaitu keripik tempe.
Penelitian ini menggunakan teknik pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif.
Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan metode tanya jawab (wawancara) dan
pengamatan langsung (observasi). Nantinya data yang diperoleh akan direduksi, dianalisis,
kemudian ditarik kesimpulannya.
Setelah penelitian dan analisis data dilakukan maka diperoleh hasil bahwa UMKM
Tiga Delima sudah menerapkan semua variabel yang ada dalam marketing mix 7P walaupun
belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, penerapan variabel marketing mix 7P yang paling
baik adalah pada variabel harga, produk, dan proses. Dari ketiga variabel inilah produk
keripik tempe UMKM Tiga Delima banyak diminati dan dibeli oleh konsumen. Sedangkan
yang masih menjadi kendala dalam pemasaran berasal dari penerapan varianbel tempat,
promosi, orang, dan kemasan yang belum diterapkan dengan baik. Ke depannya diharapkan
UMKM Tiga Delima dapat mempertahankan keunggulan yang diperoleh dari penerapan
variabel marketing mix 7P dan berusaha memenuhi variabel marketing mix 7P yang belum
dilakukan dengan baik agar pemasaran produknya menjadi lebih maksimal.

Kata kunci : Marketing mix 7P, UMKM Tiga Delima, Keripik Tempe
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era ekonomi yang sangat kompetitif seperti saat ini sangat penting bagi suatu
perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa maupun barang untuk memiliki dan
menerapkan strategi pemasaran yang baik dengan memperhatikan bauran pemasaran atau
marketing mix agar layanan atau produknya dapat dikenal oleh masyarakat dan
meningkatkan daya beli masyarakat terhadap barang tersebut. Marketing mix adalah
variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yang mana variabel tersebut harus
dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dapat menciptakan kepuasan maksimal bagi
pelanggan dan dapat mewujudkan tujuan organisasi (Peter and Donnelly, Jr. 2007).
Marketing mix tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar tetapi juga untuk
UMKM. UMKM sendiri adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil Menengah adalah
salah satu jenis usaha ekonomi berskala kecil yang dimiliki oleh individu, rumah tangga
atau badan usaha yang berukuran kecil. Segala sesuatu mengenai UMKM ini diatur dalam
UU No. 20 Tahun 2008 BAB IV Pasal 21 sampai 24. Pada era ekonomi saat ini banyak
berkembang UMKM yang bergerak di berbagai bidang, seperti bidang fashion, bidang
kecantikan, bidang kerajinan tangan, bidang kuliner/makanan ringan, dan masih banyak
lagi. Dengan adanya UMKM dapat membantu meningkatkan lapangan kerja dan
menyerap tenaga kerja yang ada di sekitarnya sehingga dapat menyejahterakan
masyarakat yang ada di lingkungan UMKM tersebut.
Pada era ekonomi saat ini. Salah satu bidang UMKM bisa dibilang paling
berkembang adalah UMKM yang bergerak dibidang kuliner dan jajanan. Terutama
UMKM yang memproduksi dan memasarkan kuliner dan jajanan khas daerahnya. Hal ini
juga terjadi pada UMKM di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di Kabupaten ini salah satu
UMKM yang terkenal dan cukup produktif adalah UMKM keripik tempe khas Blora.
UMKM ini terletak di sepanjang Jalan Barito, Kelurahan Kedung Jenar, Kabupaten Blora.
Saat akan memasuki jalan Barito pengunjung akan disambut dengan gapura yang pada
bagian atasnya bertuliskan “Sentra Keripik Tempe Kedung Jenar”. Penyematan nama ini
sesuai dengan keadaan yang ada di sepanjang jalan ini yaitu, hampir semua rumah
memproduksi dan memasarkan keripik tempe di depan rumah mereka dengan membuka
kios kecil atau meletakkannya di etalase di halaman rumah. Di depan rumah juga terdapat
papan nama dan spanduk yang bertuliskan merek dari produk mereka masing-masing.
Untuk penelitian ini saya akan memfokuskan penelitian pada UMKM Tiga
Delima karena keterbatasan waktu dan banyaknya UMKM Keripik Tempe di Sentra
Kripik Tempe Kedung Jenar. Saya memilih UMKM Tiga Delima sebagai fokus penelitian
karena UMKM ini merupakan merek keripik tempe yang cukup terkenal di Blora,
banyak sekali pembeli yang berasal dari daerah Blora maupun yang dari luar Blora rela
datang hanya untuk membeli keripik tempe ini. Selain itu, tingkat kepuasan pelanggan
juga cukup tinggi karena banyak konsumen yang membeli produk tersebut baik untuk
dikonsumsi atau dijual kembali dalam jumlah yang cukup banyak. Kemasan keripik
tempe Tiga Delima ini mudah dikenali oleh pembeli, namun kurang menarik karena
terkesan klasik. Untuk tempat dan penataan produk di kios terkesan hanya sedikit
sehingga pembeli menjadi kurang leluasa dalam memilih. Lokasi tokonya pun juga
kurang strategis. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mengetahui apakah keunggulan
yang dimiliki oleh produk keripik tempe ini adalah hasil penerapan marketing mix 7P atau
tidak, dan apakah masih adanya beberapa kelemahan yang dimiliki oleh UMKM Keripik
Tempe Tiga Delima berasal dari penerapan marketing mix 7P yang belum dilaksanakan
dengan baik.
Untuk itu saya akan melakukan penelitian berkaitan dengan Implementasi
Marketing Mix 7P yang meliputi Products (produk), Price (harga), Place (tempat),
Promotions (promosi), People (orang), Process (proses), dan Physical Evidence
(tampilan fisik), (Booms and Bitner, 1981) di UMKM Keripik Tempe Tiga Delima.
B. Rumusan Masalah
Berapa masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana penerapan marketing mix 7P pada pemasaran produk UMKM Keripik
Tempe Tiga Delima?
b. Bagaimana dampak marketing mix 7P pada pemasaran UMKM Keripik Tempe Tiga
Delima?
c. Bagaimana Kendala yang dihadapi oleh UMKM Keripik Tempe Tiga Delima dalam
menerapkan marketing mix 7P?
C. Tujuan Penelitian
Rumusan masalah di atas disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
a. Mengetahui dan menganalisis penerapan marketing mix 7P oleh UMKM Keripik
Tempe Tiga Delima dalam pemasaran produknya
b. Mengetahui dan menganalisis dampak marketing mix 7P pada pemasaran produk
UMKM Keripik Tempe Tiga Delima.
c. Mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi oleh UMKM Keripik Tempe
Tiga Delima dalam menerapkan marketing mix 7P.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pengelola UMKM Tiga Delima
Dengan adanya penelitian ini pengelola UMKM Tiga Delima dapat
mengetahui tentang marketing mix, variabel-variabel yang ada di dalamnya,
pengimplementasiannya dan dampaknya bagi keberlangsungan usaha dan pemasaran
produknya
b. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat mengasah kemampuannya dalam
merancang penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan,
dan menyusun laporan penelitian dengan baik dan benar.
c. Bagi Pembaca
Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan informasi kepada pembaca
laporan ini tentang Implementasi marketing mix 7P, dampaknya pada pemasaran
produk, dan kendala yang dialami dalam penerapan marketing mix 7P pada usaha
keripik tempe khas Blora khususnya UMKM Tiga Delima. Selain itu, laporan
penelitian ini juga bisa dijadikan acuan dan referensi bagi pembaca yang ingin
melakukan penelitian sejenis.
E. Tinjauan Pustaka
Marketing Mix atau yang biasa disebut dengan bauran pemasaran adalah variabel
yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yang mana variabel tersebut harus dikelola
dengan baik oleh perusahaan agar dapat menciptakan kepuasan maksimal bagi pelanggan
dan dapat mewujudkan tujuan organisasi (Peter and Donnelly, Jr. 2007). Untuk
perusahaan manufaktur variabel yang dapat dikendalikan adalah Product (Produk),
Product (Produk), Place (tempat), dan Promotions (promosi). Variabel ini kemudian
dikenal dengan 4P. Namun seiring berkembangnya waktu 4P tadi ditambah dengan 3P
yaitu people (orang), Process (proses), dan Physical Evidence (tampilan fisik) sehingga
menjadi 7P.
Marketing Mix 7P adalah konsep bauran pemasaran yang dikemukakan oleh
Booms and Bitner, 1981. Dalam konsep ini bauran pemasaran yang baik harus
memperhatikan variabel Product (Produk) yaitu segala hasil produksi dari produsen yang
ditawarkan ke pasar untuk dikonsumsi atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta
konsumen, Price (harga) yaitu nilai uang yang harus dibayarkan oleh konsumen agar
memperoleh produk yang ditawarkan oleh penjual, Place (tempat) yaitu lokasi atau
tempat usaha berada, Promotions (promosi) yaitu cara serta media yang digunakan oleh
penjual untuk mengenalkan produk kepada calon pembeli, People (orang) yaitu SDM
yang berkaitan dengan produk, Process (proses) yaitu cara melayani permintaan
konsumen dan cara memproduksi produk, dan Physical Evidence (tampilan fisik) yaitu
bentuk kemasan yang digunakan untuk mengemas produk.
BAB II
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Yang Digunakan Dalam Penelitian dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan secara
kualitatif. Pendekatan ini dipilih dengan tujuan untuk melakukan analisis terkait
Implementasi Marketing Mix 7P Pada UMKM Keripik Tempe Khas Blora dengan
difokuskan pada UMKM Tiga Delima dengan mencari informasi dari pihak-pihak
yang bersangkutan terkait dampak marketing mix pada pemasaran produk dan kendala
yang dihadapi dalam menerapkan marketing mix.
Untuk jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif kualitatif dengan
tujuan mengetahui atau memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan
kondisi di UMKM Tiga Delima, serta mempelajari masalah-masalah yang ada, dan
cara kerja yang berlaku di tempat tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Untuk lokasi dari penelitian ini sendiri akan dilaksanakan di UMKM Tiga
Delima yang beralamat di Jalan Barito Kios No. 2 Jenar, Kedung Jenar, Kecamatan
Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada letak dari
UMKM Tiga Delima dan UMKM ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Blora,
serta merupakan rumah produksi keripik tempe Khas Blora yang cukup menonjol
dibandingkan keripik tempe dari UMKM yang lain yang ada di Sentara Keripik
Tempe Kedung Jenar yang ada di sepanjang Jalan Barito.
3. Jenis Data dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah jenis data yang dapat diperoleh dari keterangan
atau pemaparan yang diberikan oleh narasumber selaku sumber utama
penelitian dan pengambilan datanya dilakukan secara langsung. Untuk
penelitian ini, data penelitian akan diambil melalui metode wawancara dengan
pemilik UMKM Tiga Delima yaitu Ibu Erna selaku pemilik usaha.
Wawancara akan dilakukan secara langsung di lokasi UMKM Tiga Delima.
Pada hari Jumat, 5 November 2021 pukul 18.00 WIB.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh secara tidak langsung
melainkan melalui media perantara. Untuk memperoleh data sekunder ini
peneliti akan membaca dan mengumpulkan data mengenai penerapan,
dampak, dan kendala yang dialami dalam penerapan marketing mix yang dapat
diperoleh melalui beberapa artikel dan kasus yang berkaitan dengan
implementasi marketing mix yang ada di internet dan penjelasan tentang
bauran pemasaran dan marketinh mix di Modul UT.
4. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data akan menggunakan metode wawancara dan Observasi
1. Wawancara
Wawancara adalah metode/teknik pengumpulan data dengan cara
menanyakan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan topik permasalahan
yang diangkat oleh peneliti kepada narasumber yang merupakan orang yang
terlibat dalam permasalahan yang dijadikan topik penelitian. Untuk penelitian
ini wawancara akan dilakukan dengan satu orang narasumber yaitu Ibu Erna
selaku pemilik UMKM Tiga Delima. Wawancara dilakukan sesuai panduan
yang sudah saya buat yang berisi pertanyaan berkaitan tentang penerapan
marketing mix 7P, dampak penerpanya terhadap pemasaran produk keripik
tempe Tiga Delima, dan kendala yang dihadapi dalam penerapan marketing
mix 7P.
2. Observasi
Observasi adalah metode/teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati dan menganalisis secara langsung kejadian-kejadian atau
ketampakan yang ada di lokasi yang dijadikan objek penelitian yang sesuai
dengan permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Untuk penelitian ini
observasi akan dilakukan di lokasi UMKM Tiga Delima dengan tujuan
mengamati dan menganalisis secara langsung bagaimana pengimplementasian
marketing mix di tempat usaha tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan
teknik reduksi data dengan tujuan agar dapat merangkum data yang diperoleh agar
sesuai dengan tujuan dari penelitian. Kemudian data akan disajikan dengan
memperhatikan indikator marketing mix 7P, mengikuti rumusan masalah yang telah
dibuat, dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Setelah itu, akan dilakukan
penarikan kesimpulan dari data yang sudah diolah.
6. Tahap Penelitian
1. Tahap Pra-Lapangan, yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang akan
digunakan dan dapat memperlancar proses pekerjaan lapangan.
2. Tahap Lapangan, yaitu melakukan pengumpulan data melalui wawancara
dengan narasumber dan observasi tempat usaha.
3. Tahap Analisis Data, yaitu data yang sudah diperoleh akan dianalisis sesuai
dengan batasan-batasan masalah yang sudah ditetapkan.
4. Tahap Penulisan Laporan, yaitu menulis laporan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penerapan Marketing Mix 7P Pada Pemasaran Produk UMKM Keripik Tempe


Tiga Delima
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan marketing mix 7P pada
pemasaran produk UMKM Keripik Tempe Tiga Delima akan ditulis berdasarkan
variabel-variabel yang ada dalam 7P yaitu:
a. Product (Produk)
Untuk variabel produk ini, Berdasarkan penuturan dari Bu Erna selaku
pemilik dapat saya simpulkan bahwa variabel produk pada UMKM Tiga Delima
di Implementasikan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dari produk keripik
tempe yang memiliki beberapa varian seperti original dengan bentuk persegi
panjang, pedas manis, pedas, dan keripik tempe sagu memiliki bentuk lingkaran.
Kualitas produk juga terus dijaga dengan menggunakan bahan baku terbaik
sehingga tidak mengecewakan konsumen. Jumlah produk per kemasan juga dibuat
tidak terlalu banyak yaitu 8 biji untuk yang original dan 1 ons untuk yang
memiliki varian rasa.
b. Price (harga)
Untuk variabel harga, berdasarkan penjelasan dari ibu Erna dapat saya
tarik kesimpulan untuk harga yang ditetapkan untuk produknya cukup terjangkau.
Untuk keripik tempe original dengan isi 8 biji perkemasan harganya Rp. 6.500,00.
Sedangkan untuk varian pedas manis, pedas, dan keripik tempe sagu dengan berat
1 ons per kemasan harganya Rp. 9.000,00. Penetapan harga ini menurut saya juga
memiliki dasar yang jelas karena dasar penetapan harganya disesuaikan dengan
harga bahan baku dan situasi. Ibu Erna menuturkan saat Idul Fitri biasanya harga
keripik tempe original akan dinaikkan menjadi Rp. 7.000,00 karena banyaknya
permintaan, namun saat hari biasa harganya akan kembali seperti semula.
c. Place (tempat)
Untuk variabel ini ibu Erni menjelaskan seperti berikut. Untuk variabel
tempat, dapat saya simpulkan belum terpenuhi dengan baik, karena menurut
pemaparan Bu Erna lokasi kios ini memang tidak strategis karena berada terlalu
dekat dengan jalan dan lampu lalu lintas sehingga tidak ada lahan parkir dan
menyusahkan pembeli untuk memarkirkan kendaraannya. Selain itu, ukuran kios
juga kecil sehingga menyusahkan dalam menata barang dan penempatan barang
terkesan menumpuk karena barang yang dipasarkan tidak hanya keripik tempe
tetapi ada produk lain seperti ledre, semprong, dan masih banyak lagi.
d. Promotions (promosi)
Untuk variabel ini saya menyimpulkan bahwa promosinya masih sangat
terbatas karena menurut penjelasan Bu Erna promosi hanya mengandalkan dari
mulut ke mulut dan belum menggunakan media sosial dikarenakan belum
sepenuhnya menguasai dalam menggunakan media sosial.
e. People (orang)
Untuk variabel SDM ini kesimpulan saya masih sangat kurang. Hal ini
juga di iyakan oleh Bu Erna yang menjelaskan untuk tenaga produksi hanya ada
empat orang termasuk dirinya dan dua tenaga kerja yang ada merupakan saudara.
Satu di bagian pembuatan tempe, satu di bagian mengiris, satu di bagian
menggoreng, dan Bu Erni sendiri sebagai tenaga kerja ke empat yang bertugas di
bagian pengemasan dan memasarkan di kios. Namun, Bu Erni menuturkan kalau
masih merasa kualahan untuk produksi karena SDM yang sangat terbatas dan sulit
sekali dalam mencari tenaga kerja.
f. Process (proses)
Untuk variabel ini saya simpulkan sudah di terapkan dengan baik, untuk
proses pelayanan menurut pengamatan saya Bu Erna melayani pembeli dengan
ramah dan atraktif. Pembelian dalam jumlah banyak pun proses pelayanannya
cepat dan pembeli tidak perlu menunggu terlalu lama. Untuk proses produksi
menurut penuturan Bu Erna setiap hari dilakukan dan cukup produktif karena
dapat menghasilkan 150 kemasan keripik tempe per hari.
g. Physical Evidence (tampilan fisik)
Untuk variabel ini saya menyimpulkan bahwa sudah terpenuhi tapi perlu
peningkatan. Menurut Bu Erna inovasi pada kemasan belum bisa dilakukan
karena pembeli lebih menyukai kemasan lama yang berupa plastik bening dengan
ada cap logo Tiga Delima dan beberapa rincian produk seperti komposisi, slogan
produk, jumlah isi, rasa, alamat, dan nomor HP. Semuanya diberi warna merah
sehingga terkesan klasik. Bu Erna mengakui bahwa sebenarnya ada desakan dari
DISPERINGDAKOP (Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil
dan Menengah) Kabupaten Blora untuk mengemas produknya dengan kemasan
yang lebih berwarna dan menarik, namun setelah dicoba ternyata banyak
pelanggan yang komplain sehingga kemasan produk kembali ke kemasan dengan
model yang klasik.
2. Dampak Marketing Mix 7P Pada Pemasaran UMKM Keripik Tempe Tiga
Delima
Dampak yang dirasakan dari penerapan marketing mix ini menurut penuturan
Bu Erna cukup besar dan positif dalam pemasaran produknya terutama dari variabel
produk, harga, dan proses. Karena dengan variabel produk yang diperhatikan seperti
rasa dan kualitas yang selalu dipertahankan dapat memenuhi harapan pembeli dan
pembeli tidak merasa kecewa sehingga pembeli selalu datang kembali dan dalam
membeli biasanya dalam jumlah yang cukup banyak rata-rata lebih dari lima bungkus.
variabel harga juga berdampak pada daya beli konsumen, karena harga produk yang
masih terjangkau dan sesuai dengan kualitas produk maka pembeli tidak merasa harga
produk keripik tempe Tiga Delima ini terlalu mahal.
Proses pelayanan yang cepat dan proses produksi yang mampu menghasilkan
produk yang cukup banyak dalam sehari juga membuat konsumen terlayani dengan
baik dan merasa puas. Namun, Bu Erna juga memaparkan dampak negatif dari
variabel marketing mix yang belum terpenuhi secara maksimal yaitu SDM dan
promosi yang belum berjalan dengan baik. Dampak dari variabel SDM yang terbatas
membuat produksi belum maksimal karena SDM yang sudah tidak muda lagi akan
merasa kelelahan jika harus memproduksi lebih dari 1.200 buah keripik tempe dalam
sehari. Dan terkedang menjadikan produk belum bisa memenuhi permintaan
konsumen khususnya saat Idul Fitri.
variabel promosi yang belum berjalan dengan baik juga dirasa menghambat
dalam pemasaran produk yang berkaitan dengan lebih mengenalkan produk untuk
calon pembeli di luar Kabupaten Blora. Untuk penerapan variabel tempat dan
tampilan fisik memang masih belum dilakukan dengan baik, namun tidak
memberikan dampak berarti bagi pemasaran produk keripik tempe Tiga Delima.
3. Kendala yang dihadapi oleh UMKM Keripik Tempe Tiga Delima dalam
menerapkan marketing mix 7P
Menurut pemaparan Bu Erna kendala pada penerapan marketing mix ini
berasal dari belum terpenuhinya variabel promosi, tempat, dan SDM. Dari variabel
promosi kendalanya berasal dari kurang mampunya Bu Erni dalam memanfaatkan
media sosial dan situs belanja daring untuk mempromosikan produknya, untuk
variabel tempat, Bu Erna mengakui jika tempatnya berjualan kurang strategis karena
terletak terlalu dekat dengan jalan dan tidak ada lahan parkir serta berjarak hanya ± 5
meter dari lampu lalu lintas sehingga menyusahkan pembeli untuk memarkirkan
kendaraannya dan kebanyakan pembeli terlewat saat ingin datang ke kios Bu Erna dan
harus putar balik. Untuk SDM memang menjadi kendala karena untuk memproduksi
hanya dilakukan oleh empat orang itu pun Bu Erna merangkap menjadi tenaga
produksi dan pemasaran sehingga Bu Erna sering merasa kewalahan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
UMKM Tiga Delima sudah menerapkan marketing mix 7P, namun tidak
semuanya diterapkan secara penuh. Dari ke 7 variabel yang ada baru variabel harga,
produk, dan produk yang sudah diterapkan secara baik dan benar sehingga
memberikan dampak positif pada pemasaran keripik tempe Tiga Delima yaitu proses
produksi yang mampu menghasilkan 150 kemasan keripik tempe per hari, dengan
kualitas dan rasa yang selalu bisa memuaskan konsumen dan harga yang terjangkau
sehingga produk keripik tempe Tiga Delima selalu menjadi pilihan konsumen. Untuk
variabel SDM dan promosi belum diimplementasikan dengan baik sehingga
memberikan negatif, karena jumlah tenaga kerja yang dimiliki hanya sedikit dan
adanya kesulitan mencari tenaga kerja menjadikan tenaga kerja yang ada merasa
kelelahan, dan promosi yang masih terbatas dari mulut ke mulut karena belum mampu
menggunakan teknologi dengan baik menjadikan promosi produk belum berjalan
dengan maksimal.
Dalam penerapan marketing mix 7P UMKM Tiga Delima mengalami kendala
saat menerapkan variabel tempat dan kemasan. Tempat atau kios UMKM Tiga
Delima letaknya kurang strategis karena terletak di dekat lampu lalu lintas, ukuran
kios juga sempit sehingga sang pemilik merasa kesusahan dalam memosisikan produk
yang dijualnya. Untuk pengembangan kemasan memang menjadi kendala karena
konsumen yang tidak menginginkan untuk kemasan produk untuk diubah menjadi
lebih berwarna dan terkesan kekinian seperti yang diinstruksikan oleh
DISPERINGDAKOP (Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah) Kabupaten Blora.
2. Saran
Untuk penerapan marketing mix 7P yang sudah berjalan dengan baik seperti
pada variabel produk, harga, dan proses harus terus dipertahankan agar todak
mengecewakan konsumen. Untuk variabel SDM dan promosi sebaiknya lebih
ditingkatkan agar tidak menghambat proses produksi dan pemasaran, khususnya
variabel promosi akan lebih baik jika segera mempelajari cara memromosikan melalui
media sosial yang ada di internet seperti melalui Instagram dan Facebook/Meta
karena era digital seperti saat ini promosi lewat media sosial akan lebih diperhatikan
oleh konsumen dan dapat menjangkau konsumen di luar daerah Kabupaten Blora.
Untuk variabel tempat jika memungkinkan UMKM Tiga Delima mencari tempat kios
lain yang lebih strategis dan memiliki lahan parkir seperti pada Pusat Oleh-Oleh Khas
Blora di Blok T yang ukuran per kiosnya cukup luas sehingga lebih leluasa dalam
memosisikan barang di dalam kios dan konsumen yang datang juga tidak terlalu repot
dalam memarkirkan kendaraan.
Untuk ke depannya akan lebih baik jika produk keripik tempe Tiga Delima
dipasarkan secara daring melalui situs belanja daring seperti shopee dan tokopedia
sehingga konsumen dari luar Kabupaten Blora yang ingin membeli dan menikmati
keripik tempe khas Blora tidak perlu datang jauh-jauh ke Blora, namun cukup
membelinya di situs belanja daring. Dengan masuknya produk lokal khas Blora ini ke
situs belanja daring diharapkan dapat meningkatkan penjualan keripik tempe,
mengenalkan keripik tempe sebagai produk khas Blora, dan menjadikan produk
keripik tempe khas Blora semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Peter, J.P. and J.H. Donnelly, Jr. (2005). Marketing Management: Knowledge and Skills, 8th
ed, New York: McGraw-Hill.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

ASLICHATI, Lilik. (2014) Materi pokok metode penelitian sosial; 1- 9; ISIP4216/3 sks
/Lilik Aslichati, H.I. Bambang, Prasetyo, Prasetya Irawan.-- Cet 13; Ed.1 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

DHARMMESTA, Basu Swastha. (2015). Materi pokok manajemen pemasaran; 1 –


9/EKMA4216/3 sks/ Basu Swastha Dharmmesta. -- Cet.11; Ed. 2 --. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

https://salamadian.com/bauran-pemasaran-marketing-mix-4p-7p/. Diakses pada 22 November


2021 pukul 21.34 WIB.

https://www.professionalacademy.com/blogs/marketing-theories-the-marketing-mix-from-4-
ps-to-7-ps/. Diakses pada 22 November 2021 pukul 21.37 WIB.

https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/peraturan/undang-undang/Pages/Undang-
Undang-Republik-Indonesia-Nomor-20-Tahun-2008-Tentang-Usaha-Mikro,-Kecil,-
dan-Menengah.aspx. Diakses pada 22 November 2021 pukul 21.42 WIB.

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-7-konsep-mix-marketing-dalam-perusahaan-
jasa/. Diakses pada 22 November 2021 pukul 21.43 WIB.

Adhaghassani, Fakhriyan Sefti, “Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 7P (Product,


Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence) di cherryka bakery”,
Jurnal Pendidikan Teknik Boga, Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai