Anda di halaman 1dari 36

1

ANALISIS GUGUS FUNGSI PADA BENSIN DENGAN


SPEKTROFOTOMETRI INFRA MERAH

OLEH :
Drs. I Wayan Suarsa, M.Si

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
2

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya Karya Tulis yang berjudul Analisis Gugus Fungsi pada Bensin dengan
Spektrometri Infra Merah ini dapat terselesaikan.
Karya Tulis ini merupakan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya di
Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih banyak kekurangannya, maka saran
dan kritik membangun dari semua pihak sangat diharapkan.
Harapan penulis, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 22 Desmber 2016

Penulis
3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. …….. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………... ……. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ……. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… ……..1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… ……..1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………… 3
2.1 Teori Spektroskopi Infra Merah ………………………………………………. 3
2.1.1 Jenis Vibrasi …………………………………………………………………… 4
2.1.2 Spektra Vibrasi ………………………………………………………………… 5
2.1.3 Rumus Vibrasi …………………………………………………………………. 7
2.2 Instrumentasi Spektrofotometer IR dan Penanganan Cuplikan………………… 8
2.2.1 Sumber Radiasi ………………………………………………………………… 8
2.2.2 Wadah Sampel ………………………………………………………………… 8
2.2.3 Monokromator ………………………………………………………………… 9
2.2.4 Detektor ………………………………………………………………………… 9
2.2.5 Rekorder ………………………………………………………………………. 10
2.2.6 Penanganan Cuplikan …………………………………………………………. 10
2.2.7 Kalibrasi dan Standarisasi …………………………………………………….. 12
2.2.8 Interpretasi Spektrum Infra Merah ……………………………………………. 12
2.3 Gugus Fungsi ………………………………………………………………….. 19
2.3.1 Senyawa Karbonil ……………………………………………………………... 19
2.3.2 Senyawa Alkohol dan Eter …………………………………………………… 21
2.3.3 Senyawa Nitro ………………………………………………………………… 21
2.3.4 Senyawa Hidrokarbon ………………………………………………………… 21
2.4 Bensin………… ………………………………………………………………. 25
BAB III PEMBAHASAN ……………. …………………………………………….. 27
3.1 Spektrum Vibrasi Bensin …... ………………………………………………. 27
3.2 Spektrum Vibrasi Spiritus …………………………………………………….. 30
BAB IV PENUTUP…… ……………………………………………………………… 32
4.1 Kesimpulan ……………………………… …………………………………… 32
4.2 Saran ……………………. …………………………………………………… 32
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 33
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya
dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana
“cahaya tampak” digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa kualitatif dan
kuantitatif. Dalam masa modern, definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru
yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain
dari radiasi elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang
radio, ating , fonon, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.

Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui ating yang dipancarkan atau yang diserap.
Alat untuk merekam ating disebut ating er. Spektroskopi juga digunakan
secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop
besar mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan atribut
fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek astronomi
berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis ating . Salah satu jenis spektroskopi adalah
spektroskopi infra merah (IR). Spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul.

Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul


dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000
µm atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang


dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti
“bawah merah” (dari ating Latin infra, “bawah”), merah merupakan warna dari cahaya
tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga “order”
dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara
tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang
mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk
5

mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai ating listrik dan ating ating yang keduanya saling tegak lurus dengan
arah rambatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja gugus fungsi yang ada pada bensin?
2. Bagaimana spektrum vibrasional dari bensin?
3. Bagaimana spektrum vibrasional dari spritus?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada bensin.
2.Untuk mengetahui spektrum vibrasional dari bensin.
3.Untuk mengetahui spektrum vibrasional dari spritus.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Spektroskopi Infra Merah
Spektrum infra merah (IR) terletak pada daerah dengan bilangan gelombang 12800
sampai 10 cm-1 atau panjang gelombang 0,78 – 1000 m. Umumnya daerah infra merah
terbagi dalam infra merah dekat, infra merah tengah dan infra merah jauh. Daerah spektrum
infra merah dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel. 3.1. Daerah Spektrum Infra Merah

Panjang Bilangan
Frekuensi
Daerah Gelombang Gelombang
(Hz)
-1
(m) (cm )

Dekat 0,78 – 2,5 12800 – 4000 3,8x1014 – 1,2x1014

Tengah 2,5 – 50 4000 – 200 1,2x1014 – 6,0x1014

Jauh 50 – 1000 200 – 10 6,0x1014 – 3,0x1014

Aplikasi spektroskopi infra merah sangat luas baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Penggunaan yang paling banyak adalah pada daerah pertengahan dengan kisaran
bilangan gelombang 4000 sampai 670 cm-1 atau dengan panjang gelombang 2,5 sampai 15
m. Kegunaan yang paling penting adalah untuk identifikasi senyawa organik karena
spektrumnya yang sangat kompleks terdiri dari banyak puncak-puncak. Dan juga spektrum
infra merah dari senyawa organik mempunyai sifat fisik yang karakteristik artinya
kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah kecil sekali.

Banyak senyawa organik menyerap radiasi pada daerah tampak dan ultra violet dari
spektrum elektromagnetik. Bila senyawa menyerap radiasi pada daerah tampak dan ultra
violet maka elektron akan tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Senyawa organik juga menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah infra merah. Radiasi
infra merah tidak mempunyai energi yang cukup untuk mengeksitasi elektron tetapi dapat
menyebabkan senyawa organik mengalami rotasi dan vibrasi. Bila molekul mengabsorpsi
7

radiasi infra merah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan dalam amplitudo getaran
atom-atom yang terikat itu. Jadi molekul ini berada dalam keadaan vibrasi tereksitasi.

Radiasi infra merah dengan frekuensi kurang dari 100 cm-1 atau dengan panjang
gelombang lebih dari 100 m diserap oleh molekul organik dan dikonversi ke dalam energi
rotasi molekul. Bila radiasi infra merah dengan frekuensi dalam kisaran 10000 sampai 100
cm-1 atau dengan panjang gelombang 1 sampai 100 m diserap oleh molekul organik dan
dikonversi ke dalam energi vibrasi molekul.

Keadaan vibrasi dari ikatan terjadi pada keadaan tetap, atau terkuantisasi, tingkat-
tingkat energi. Panjang gelombang eksak absorpsi oleh suatu tipe ikatan tertentu, bergantung
pada macam getaran dari ikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan (C-H, C-
C, O-H, dan sebagainya) menyerap radiasi infra merah pada panjang gelombang karakteristik
yang berbeda. Namun hanya vibrasi yang menghasilkan perubahan momen dwikutub saja
yang teramati di dalam infra merah.

2.1.1 Jenis Vibrasi

Terdapat dua jenis vibrasi molekul yaitu vibrasi ulur (stretching) dan tekuk (bending).
Vibrasi ulur adalah pergerakan atom yang teratur sepanjang sumbu ikatan antara dua atom
sehingga jarak antara atom dapat bertambah atau berkurang. Contoh vibrasi ulur , yaitu
uluran simetri dan asimetri.

Vibrasi tekuk adalah pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut ikatan
antara dua ikatan atau pergerakan dari sekelompok atom terhadap atom lainnya. Contoh dari
vibrasi tekuk adalah scissoring, wagging, twisting, dan rocking. Dari keempat vibrasi tekuk,
vibrasi scissoring dan rocking terletak pada satu bidang sedangkan vibrasi wagging dan
twisting terletak di luar bidang. Tanda + dan – pada vibrasi twisting menunjukkan arah tegak
lurus dengan bidang, + arahnya ke muka, dan – arahnya ke belakang.

Suatu ikatan dalam sebuah dapat menjalani pelbagai macam vibrasi. Oleh karena itu
suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi pada lebih daripada satupanjang gelombang.
Misal, suatu ikatan O-H menyerap energi pada kira-kira 3330 cm-1 (vibrasi ulur). Selain itu
ikatan O-H juga menyerap pada kira-kira 1250 cm-1 (vibrasi tekuk).

Frekuensi vibrasi ulur dapat didekati atau dihitung dengan menggunakan rumus
Hooke. Dalam hal ini dua buah atom beserta ikatan kimia dianggap sebagai suatu isolator
harmonik sederhana yang terdiri dari dua massa yang dihubungkan dengan suatu per (spring).
8

Hukum Hooke menyatakan bahwa hubungan antar frekuensi isolasi, masa atom dan
konstanta gaya ikatan adalah sebagai
berikut:

di mana :  = frekuensi vibrasi (cm-1)

c = kecepatan radiasi (3x1014 cm//detik)

k = konstanta gaya ikatan

 = m1m2/m1+m2 (m, massa atom)

Nilai k untuk ikatan tunggal kira-kira 5x105 dyne/cm dan bagi ikatan rangkap dua dan tiga
adalah berturut-turut 1x106 dyne/cm dan 15x105 dyne/cm. Sebagai contoh, berdasarkan
perhitungan ini, maka frekuensi vibrasi untuk ikatan C-H adalah 3040 cm-1.

2.1.2 Spektra Vibrasi

Vibrasi molekul dapat terjadi dengan dua mekanisme yang berbeda:

– Kuanta radiasi inframerah secara langsung mengeksitasi atom: absorpsi radiasi


inframerah oleh atom menghasilkan spektrum inframerah.

– Kuanta radiasi tampak secara tidak langsung juga dapat menghasilkan vibrasi molekul,
disebut dengan efek Raman.

Untuk memahami konsep dasar tentang spectra vibrasi akan ditinjau ikatan kovalen
sederhana dari dua atom sebagai suatu pegas/per yang menghubungkan 2 atom dengan massa
m1 dan m2. Kekuatan tarik pegas dinyatakan sebagai konstanta gaya, k.

Gb. Penggambaran 2 atom yang ber-ikatan sebagai bola dan pegas yangbergetar searah
dengan ikatan/pegas
9

Jika system tersebut digetarkan (dengan ditarik searah ikatan kemudian dilepas),
maka frekuensi (n) vibrasi yang terjadi dapat diterangkan dengan Hukum Hooke tentang
getaran harmonic sederhana:

n = ½p (k/m)1/2 (1)

di mana m adalah massa tereduksi kedua atom yang didefinisikan dengan persamaan berikut:

1/m = 1/m1 + 1/m2 (2)

atau,

m = (m1m2)/(m1+m2) (3)

menurut teori kuantum vibrasi molekul tidak boleh terjadi dengan frekuensi yang
sembarang dan energinya harus tertentu sesuai dengan bilangan kuantumnya (Ev):

Ev = (v + ½) hn (4)

Di mana v = 0, 1, 2, 3, …, dst dan h adalah konstanta Planck.

Sebagai contoh jika suatu molekul mengalami transisi energi vibrasi dari level
terendah ground state (v = 0) ke transisi tingkat pertama (v = 1) dengan cara menyerap radiasi
IR, maka frekuensi radiasi untuk transisi tersebut menurut prinsip Bohr adalah

hn = E1 – Eo (5)

dari persamaan (4) diperoleh Eo = ½ hn dan E1 = 3/2 hn, dengan demikian,

(E1 – Eo)/h = n (6)

Beberapa hal penting (Prinsip dasar ):

– Spektrofotometri IR didasarkan pada interaksi antara vibrasi atom2 yang berikatan atau
gugus fungsi dalam molekul dengan mengadsorbsi radiasi gelombang elektromagnetik
IR
– Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi energi vibrasi
molekul ke tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi dan besarnya absorpsi adalah
terkuantitasi dan spesifik.
10

– Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi


elektromagnetik yang diserap sehingga bersifat spesifik terhadap atom2 yang berikatan
atau gugus fungsi tertentu.
– Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai
maupun arah dari momen dwikutub ikatan.
– Dengan cara yang sama transisi energi vibrasi juga dapat terjadi dari tingkat energi
terendah (v = 0) ke tingkat energi kedua (v = 2) dengan frekuensi sebesar 2n (lihat
persamaan IV.6). Sebagai perbandingan dalam bahasa musik dikenal istilah:

n = frekuensi vibrasi dasar, sedangkan

2n = frekuensi overtone

Syarat-syarat terjadinya serapan IR → Perubahan momen dipol

Molekul yang tidak menyerap IR: H-H, Cl-Cl

Faktor-faktor yang mempengaruhi ating getaran: kekuatan gaya ikatan (k) dan massa atom-
atom

– jenis ikatan
– polaritas ikatan
2.1.3 Rumus Vibrasi

Banyaknya derajat bebas dalam suatu molekul sama dengan jumlah derajat bebas dari
masing-masing atom. Setiap atom mempunyai tiga derajat bebas dari masing-masing atom.
Setiap atom mempunyai tiga derajat bebas menurut sumbu x, y dan z yang diperlukan untuk
menentukan posisi relatif terhadap atom lain dalam molekul. Dengan demikian sebuah
molekul dengan N atom akan mempunyai derajat bebas 3N.

Pada molekul nonlinier, tiga dari derajat bebas adalah untuk rotasi dan tiga lagi untuk
translasi, sisanya 3N-6 derajat bebas yang merupakan derajat bebas vibrasi. Derajat bebas
vibrasi ini menunjukkan banyaknya sinyal vibrasi yang mungkin terjadi. Jadi banyaknya
sinyal vibrasi untuk molekul nonlinier adalah 3N-6 dimana N= banyaknya atom dalam
molekul.
11

Molekul linier mempunyai 3N-5 derajat bebas vibrasi karena hanya dua derajat bebas
yang diperlukan untuk rotasi dan tiga derajat bebas untuk translasi. Jadi banyaknya sinyal
vibrasi untuk molekul linier adalah 3N-5.

Vibrasi tersebut diatas biasanya disebut vibrasi pokok. Vibrasi pokok tidak
melibatkan adanya perubahan dalam pusat gravitasi dari molekul. Sebagai contoh molekul air
(H2O) mempunyai tiga vibrasi pokok karena molekul H2O adalah nonlinier. Banyaknya
molekul dalam H2O adalah 3 sehingga banyaknya kemungkinan sinyal vibrasi menjadi 3N-
6=9-6=3. Ketiga vibrasi pokok dari molekul H2O terlihat seperti pada Gambar 4.

Assymmetric
Symmetric Stretch Symmetric Bend
Stretch

2.2 Instrumentasi Spektrofotometer IR dan Penanganan Cuplikan


Gambar 3.1. Macam Vibrasi Molekul Air
Spektrofotometer infra merah terdiri atas lima bagian utama, yaitu sumber radiasi,
wadah sampel, monokromator, detektor dan rekorder. Terdapat dua macam spektrofotometer
infra merah, yaitu dengan berkas tunggal (single beam) dan berkas ganda (double beam).

2.2.1.Sumber radiasi

Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanassan suatu sumber radiasi dengan listrik
sampai suhu antara 1500 -2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst
Glower, Globar dan kawat Nikhrom. Filamen Nernst dibuat dari campuran oksida zirkom
(Zr) dan Yitrium (Y), yaitu ZrO2 dan Y2O3, atau campuran oksida thorium (TH) dan serium
(Ce). Nernst Glower berupa silinder dengan diameter 1-2 mm dan panjang 20 mm. Pada
ujung silinder dilapisi platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai
radiasi maksimun pad panjang gelombang 1,4 m atau bilangan gelombang 7100 cm-1.

Globar merupakan sebatang silikon karbida(SiC) biasanya dengan diameter 5 mm dan


panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang gelombang 1,8-20 m atau
bilangan gelombang 5500-5000 cm-1.Kawat nikhrom merupakan campuran nikel (Ni) dan
khrom (Cr). Kawat nikhrom ini berbentuk spiral dan mempunyai intensitas radiasi lebih
rendah dari Nernst Glower dan Globar tetapi umurnya lebih panjang.
12

2.2.2 Wadah sampel

Wadah sampel sell tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel berbentuk gas
digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini dimungkinkan
untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi
berulang kali melalui sampel.Wadah sampel untuk sampel berbentuk cairan umumnya
mempunyai berkas radiasi kurang dari 1 mm, biasanya dibuat dari lapisan tipis (film) diantara
dua keping senyawa yang tranparan terhadap radiasi infra merah. Senyawa yang biasa
digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium fluorida (CaF2), dan kalsium iodida (CaI2).
Wadah sampel untuk padatan mempunyai panjang berka radiasi kurang dari 1 mm. Sampel
berbentuk padatan ini dapat dibuat pelet, pasta atau lapis tipis.

2.2.3 Monokromator

Berkas radiasi dari sumber terbagi dua, sebagian melewati sampel dan sebagian lagi
melewati blangko (reference). Setelah dua berkas tersebut bergabung kembali kemudian
dilewatkan ke dalam monokromator. Pada pemilihan panjang gelombang infra merah dapat
digunakan filter, prisma atau grafting. Untuk tujuan analisis kuantitatif biasa digunakan filter
sebagai contoh filter dengan panjang gelombang 9,0 m untuk penentuan asetaldehida.

Prisma yang terbuat dari kuarsa digunakan untuk daerah infra merah dekat (0,8-3
m). Prisma yang paling umum digunakan adalah terbuat dari kristal natrium klorida dengan
daerah frekuensi 2000-670 cm-1 (5-15m). Contoh prisma lainnya kristal kalium bromida dan
cesium bromida. Sebagian kristal tersebut dapat menyerap air, sehingga kristal ini harus
benar-benar dijaga agar tidak kontak dengan air karena dapat meleleh atau menjadi
buram/keruh. Selain itu air adalah senyawa yang dapat mengabsorpsi infra merah dengan
kuat. Beberapa merek spektrofotometer infra merah menggunakan prisma atau lensa dari
kristal natrium klorida atau kalium bromida. Oleh karena itu monokromator harus dilindungi
dari kelembaban udara dan disekitanya harus selalu diberi bahan penyerap air misalnya silika
gel. Umumnya grating memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma. Biasanya grating
dibuat dari gelas atau plastik yang dilapisi dengan aluminium.

2.2.4 Detektor

Setelah radiasi infra merah melewati monokromator kemudian berkas radiasi ini
dipantulkan oleh cermin-cermin dan akhirnya ditangkap oleh detektor. Detektor pada
spektrofotometer infra merah merupakan alat yang bisa mengukur atau mendeteksi energi
13

radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda dengan detektor lainnya (misal phototube)
pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energi foton
infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detektor infra merah kecil sehingga dalam
pengukurannya harus diperbesar.

Terdapat dua macam detektor yaitu thermocouple dan bolometer. Detektor yang
paling banyak digunakan adalah thermocouple. Thermocouple merupakanalat yang
mempunyai impedans rendah dan seringkali dihubungkan denga preamplifier dengan
impedans tinggi. Detektor thermocouple terdiri atas dua kawat halus terbuat dari logam
seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimon (Sb) dan bismuth (Bi). Energi radiasi infra
merah akan menyebabkan terjadinya pemanasan pada salah satu kawat dan panasnya ini
sebanding dengan perbedaan gaya gerak listrik (emf) yang dihasilkan dari kedua kawat.

Bolometer merupakan semacam termometer resistans terbuat dari kawat platina atau
nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan tahanan pada bolometer
sehingga signal tidak seimbang. Signal yang tidak seimbang ini kemudian diperkuat sehingga
dapat dicatat atau direkam. Saat ini bolometer jarang digunakan dalam spektrofotometer infra
merah.

2.2.5 Rekorder

Signal yang dihasilkan dari detektor kemudian direkam sebagai spektrum infra merah
yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Spektrum infra merah ini menunjukkan hubungan
antara absorpsidan frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang. Sebagai
absis adalah frekuensi (cm-1) atau panjang gelombang (m) atau bilangan gelombang (cm-1)
dan sebagai ordinat adalah transmittans (%) atau absorbans.

2.2.6 Penanganan Cuplikan

Untuk keperluan kualitatif atau penentuan struktur molekul maka sampel yang diukur
harus berupa senyawa yang murni. Sedangkan untuk keperluan kuantiatif, sampel boleh
berupa campuran asalkan daerah panjang gelombangyang menjadi pengamatan tidak terjadi
gangguan dari senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam komponen campuran. Semua
bentuk sampel (padat, cair dan gas) dapat dilakukan pengukuran dengan spektrometer infra
merah, tetapi masing-masing perlu dilakukan penanganan khusus agar didapatkan spektrum
infra merah yang baik.
14

4. Sampel gas

Sampel berupa gas dapat dianalisis secara langsung, hanya perlu diperhatikan adanya
uap air dalam sampel tersebut. Adanya uap air dapat memberikan pita-pita serapan yang
tajam. Pengukuran sampel gas memerlukan tempat sampel khusus, biasanya berupa silinder
dari bahan silika. Silinder ini mempunyai dua buah lubang untuk tempat keluar masuknya
gas. Sebagai penutup lubang tersebut dapat digunakan lempengan kristal NaCl.

b. Sampel cair

Sampel cair dapat dianalisis dalam bentuk murninya atau dalam bentuk larutan.
Sampel cairan murni dianalisis secara langsung dengan cara membuat lapisan tipis yang
diletakkan diantara celah yang dibuat dari dua lempengan NaCl yang diletakkan berhimpitan.
Tebal lapisan tipis ini adalah 0,01 mm atau kurang. Sampel cairan murni yang terlalu tebal
menyerap sangat kuat, sehingga menghasilkan spektrum yang tidak memuaskan. Cairan yang
mudah menguap dianalisis dalam sel tertutup dengan lapisan tipis. Lempeng perak klorida
atau KRS-5 dapat digunakan untuk sampel yang melarutkan NaCl.

Larutan ditangani di dalam sel yang tebalnya 0,01-1 mm. Untuk sel yang tersedia,
diperlukan larutan 0,05-10% sebanyak 0,1-1 ml. Sebuah sel yang mengandung pelarut murni
diletakkan pada berkas acuan. Dengan begitu, spektrum yang diperoleh adalah milik zat
terlarut, kecuali pada daerah-daerah tempat pelarut menyerap dengan kuat.

Pelarut yang dipilih haruslah cukup bening di daerah yang diperlukan dan pula harus
kering. CCl4 merupakan pelarut yang paling baik sebab sedikit mengabsorpsi infra merah,
tetapi tidak semua zat dapat larut dalam CCl4. Beberapa jenis pelarut lainnya antara lain
kloroform dan sikloheksana. Pasangan zat terlarut dan pelarut yang bereaksi tidak dapat
digunakan. Contohnya, CS2 tidak dapat digunakan sebagai pelarut amina primer dan
sekunder.

c. Sampel padat

Sampel berbentuk padat dapat dianalisis dalam bentuk pelet, pasta atau lapisan tipis.
Bentuk pelet dibuat dengan menggerus campuran sampel dengan kristal KBr (0,1-2,0%
berdasarkan berat)) hingga halus dan homogen. Campuran ini kemudian ditekan dengan alat
pembuat pelet sampai tekanan 10-20 Mpa (Mega Pascal = ton/inc2) sehingga terbentu suatu
15

pelet. Pelet yang baik harus jernih/transparan dan tidak retak. Selain kristal KBr dapat juga
digunakan kristal KI, CsI atau CsBr.

Pasta (mull) dibuat dengan menggerus sampel dengan beberapa tetes mulling oil
sehingga terbentuk pasta. Pasta ini kemudian dioleskan di antara dua lempeng kristal NaCl
agar didapatkan lapisan yang tipis dan rata. Nujol (CH3(CH2)8CH3; parafin) suatu minyak
tanah yang bertitik didih tinggi lazim digunakan sebagai mulling agent. Yang perlu
diperhatikan adalah Nujol dapat mengabsorpsi infra merah sehingga spektrum yang tebentuk
berupa campuran antara sampel dan Nujol. Bila pita-pita hidrokarbon mengganggu spektrum,
maka Fluorolube (suatu polimer yang terhalogenasi seluruhnya oleh F dan Cl) atau
heksaklorobutadiena dapat digunakan. Baik penggunaan Nujol maupun Fluorolube
memungkinkan pembuatan spektrum yang bebas dari pita-pita yang menumpuk, di seluruh
daerah 4000-250 cm-1. Untuk analisis kualitatif, teknik mull mudah dan cepat, tetapi untuk
analisis kuantitatif harus menggunakan internal standar. Sedangkan lapis tipis dibuat dengan
meneteskan larutan dengan pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl
dan dibiarkan sampai menguap.

2.2.7 Kalibrasi dan Standarisasi

Kalibrasi spektrofotometer infra merah diperlukan untuk menyesuaikan antara skala


panjang gelombang dan tranmittans dengan komponen-komponen lain di dalam alat
spektrofotometer. Untuk mengkalibrasi skala panjang gelombang atau bilangan gelombang
dapat digunakan kisi defraksi, tetapi cara ini sulit dilakukan kecuali oleh teknisi yang telah
berpengalaman.

Cara lain untuk mengkalibrasi ialah dengan menggunakan standar sekunder yaitu film
polistirene. Spektrum dari polistirene digunakan sebagai pembanding terhadap spektrum
sampel yang diukur oleh alat yang sama. Jika ada pergeseran-pergeseran pita serapan dari
spektrum sampel maka dapat dilakukan koreksi. Pada spektrofotometer infra merah yang
single beam perlu diperiksa spektrum udara. Uap air dan CO2 di udara dapat memberikan
puncak-puncak serapan yang sangat tajam, sehingga dapat menimbulkan kesalahan
interpretasi spektrum.

2.2.8 Interpretasi Spektrum Infra Merah

Spektrum infra merah merupakan plot antara transmitans dengan frekuensi atau
bilangan gelombang. Spektrum ini juga menunjukkan banyaknya puncak absorpsi (pita) pada
16

frekuensi atau bilangan gelombang yang karakteristik. Daerah bilangan gelombang yang
sering digunakan pada spektrum infra merah berkisar antara 4000-670 cm-1 (2,5-15 m). Di
bawah ini spektrum infra merah 1-propanol (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Spektrum IR 1-propanol

Daerah antara 4000-1400 cm-1 (2,5-7,1m), bagian kiri spektrum infra merah,
merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus-gugus fungsional. Daerah
ini menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi (regangan) uluran. Vibrasi uluran
(stretching) khas bagi gugus-gugus fungsi yang penting seperti OH, NH dan C=O terletak
pada daerah ini. Ketiadaan serapan pada daerah gugus-gugus tertentu, dapat diartikan bahwa
molekul atau senyawa itu tidak mempunyai gugus tersebut. Tidak adanya serapan pada
daerah 1850-1540 cm-1 menunjukkan tidak adanya struktur yang mengandung gugus
karbonil. Namun dalam menafsirkan seperti itu, haruslah dengan hati-hati, sebab suatu
struktur tertentu yang khas dapat menyebabkan sebuah pita menjadi terlalu lebar sehingga
tidak terartikan. Sebagai contoh adalah ikatan hidrogen antar molekul pada asetilaseton yang
dalam bentuk enolnya menghasilkan pita O-H yang yang lebar, sehingga sering terlewatkan
untuk diinterpretasikan.

Daerah di kanan 1400 cm-1 seringkali sangat rumit karena baik vibrasi (regangan)
uluran maupun tekuk mangakibatkan absorpsi di situ. Dalam daerah ini biasanya korelasi
antara suatu pita dan suatu gugus fungsional spesifik tak dapat ditarik dengan cermat; namun,
tiap senyawa organik mempunyai absorpsinya yang unik di sini. Oleh karena itu bagian
17

spektrum ini disebut daerah sidikjari (fingerprint region). Meskipun bagian kiri suatu
spektrum nampaknya sama untuk senyawa-senyawa yang mirip, daerah sidikjari haruslah
pula cocok antara dua spektra, agar dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa itu sama. Di
bawah ini merupakan spektrum dari 2-propanol (Gambar 3.3). Bila dibandingkan dengan
spektrum 1-propanol di atas, kedua spektrum tersebut menunjukkan pita serapan yang mirip
pada daerah 4000-1400 cm-1, namun berbeda pada daerah sidikjari.

Gambar 3.3. Spektrum IR 2-propanol

Untuk menginterpretasikan sebuah spektrum infra merah tidak terdapat aturan yang
pasti. Akan tetapi terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan
interpretasi sebuah spektrum, antara lain:

a. Spektrum haruslah cukup terpisah dan mempunyai kuat puncak yang cukup memadai
b. Spektrum merupakan hasil analisis senyawa murni.
c. Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga pita serapan akan teramati pada bilangan
gelombang yang seharusnya. Kalibrasi yang benar dapat dilakukan dengan standar yang
dapat dipercaya, misalnya polistirena.
d. Metode penanganan sampel harus ditentukan. Bila menggunakan pelarut, maka jenis dan
konsentrasi pelarut serta tebal sel harus disebutkan juga.
Untuk mempermudah melakukan interpretasi suatu spektrum infra merah, periksa
adanya puncak absorpsi (pita) dari gugus fungsional utama seperti C=O, O-H, N-H, C-O,
C=C, C=N, C=C dan NO2. Tahap-tahap berikut ini dapat dilakakun:
18

1. Apakah terdapat gugus karbonil ?


Gugus C=O terdapat pada daerah 1820-1600 cm-1 (5,6-6,1 ). Puncak ini biasanya yang
terkuat dengan lebar medium dalam spektrum. Serapan tersebut sangat karakteristik.

2. Bila gugus C=O ada, ujilah daftar berikut ini. Bila tidak ada langsung pada nomor 3.
a. Asam : apakah ada –OH ?

Serapan melebar di dekat 3400-2400 cm-1 (biasanya tumpang tindih


dengan C-H).

b. Amida : apakah ada N-H ?

Serapan medium di dekat 3500 cm-1 kadang-kadang memiliki puncak


rangkap.

c. Ester : apakah ada C-O ?

Serapan kuat di dekat 1300-1000 cm-1.

d. Anhidrida : memiliki dua serapan C=O di dekat 1810 dan 1760 cm-1

e. Aldehida : apakah ada C-H aldehida ?

Dua serapan lemah di dekat 2850 dan 2750 cm-1 atau di sebelah
kanan serapan C-H.

f. Keton : bila kelima kemungkinan di atas tidak ada.

3. Bila gugus C=O tidak ada.


Alkohol : ujilah untuk O-H

- Serapan melebar di dekat 3600-300 cm-1.

- Pembuktian selanjutnya yaitu adanya serapan C-O di

dekat 1300-1000 cm-1.

Amida : ujilah untuk N-H

Serapan medium di dekat 3500 cm-1

Eter : ujilah serapan C-O (serapan O-H tidak ada) di dekat

1300-1000 cm-1
19

4. Ikatan rangkap dua dan/atau cincin aromatik.


- C=C memiliki serapan lemah di dekat 1650 cm-1
- Serapan medium dan kuat pada daerah 1650-1450 cm-1. Sering
menunjukkan adanya cincin aromatik.
- Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan di
daerah C-H. Aromatik dan vinil C-H terdapat di sebelah kiri 3000
cm-1. Sedangkan serapan C-H alifatik muncul di sebelah kanan
daerah tersebut.
5. Ikatan rangkap tiga
- C=N memiliki serapan medium dan tajam di dekat 2250 cm-1.
- C=C memiliki serapan lemah tapi tajam di dekat 2150 cm-1. Ujilah
C-H asetilenik di dekat 3300 cm-1.
6. Gugus nitro
- Dua serapan kuat pada 1600-1500 cm-1 dan 1390–
1300 cm-1.

7. Hidrokarbon
- Keenam serapan di atas tidak ada.
- Serapan utama untuk C-H di dekat 3000 cm-1.
- Spektrumnya sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain-lain di
dekat 1450 cm-1 dan 1375 cm-1.

Pada Gambar 3.4 dan Tabel 3.2 berikut ini tertera beberapa gugus fungsional beserta
puncak absorpsi karakteristiknya yang dapat membantu dalam mengidentifikasi suatu
senyawa. Gambar 3.4 Adsorbsi Infra Merah
20

Tabel 3.2. Puncak Absorpsi Infra Merah


Gugus Fungsional Frekuensi (cm-1) Intensitas

Alkil

C-H (ulur) 2853-2962 Sedang-tajam

Isopropil-CH(CH3)2 1380-1385 Tajam

1365-1370 Tajam

Tert-butil-C(CH3)3 1385-1395 dan Sedang

1365 Tajam

-CH3 (tekuk) 1375-1450 Sedang

-CH2 (tekuk) 1465 Sedang

Alkenil

C-H (ulur) 3010-3095 Sedqng

C=C (ulur) 1600-1680 Sedqng-lemah

R-CH=CH2 985-1000 Tajam

C-H (tekuk keluar bidang) 905-920 Tajam

R2C=CH2 880-900 Tajam

Cis-RCH=CHR 675-730 Tajam

Trans-RCH-CHR 960-975 Tajam

Alkunil

=C-H 3300 Tajam

C=C 2100-2250 Lemah-tajam


21

Aromatik

C=C 1475 dan 1600 Sedang-lemah

Ar-H (ulur) 3030 Tajam

Substitusi aromatik

(C-H tekuk keluar bidang)

Mono 690-710 Sangat tajam

730-770 Sangat tajam

Orto 735-770 Tajam

Meta 680-725 Tajam

Para 750-810 dan Sangat tajam

790-8840 Sangat tajam

Alkohol, Fenol, Asam Karboksilat

O-H (alkohol, fenol) 3590-3650 Sedang

O-H (alkohol, fenol, ikatan 3300-3600 Sedang


hidrogen)
2400-3400 Sedang
O-H (asam karboksilat, ikatan
hidrogen

Aldehida, Keton, Ester, dan

Asam Karboksilat

C=O (ulur) 1600-1820 Tajam

Aldehida 1690-1740 Tajam

Ketonn 1650-1730 Tajam

Ester 1735-1750 Tajam


22

Asam karboksilat 1735-1750 Tajam

Amida 1710-1780 Tajam

Anhidrida 1760 dan 1810 Tajam

Amida

N-H 3100-3500 Sedang

Nitril

C=N 2240-2260 Sedang-tajam

Alkohol, Eter, Ester, Asam karboksilat

Anhidrida

C-0 1000-1300 Tajam

Aldehida (C-H) 2700-2800 dan Lemah

2800-2900 Lemah

Nitro (N=O) 1300-1390 dan Tajam

1500-1600 Tajam

Merkaptan

S-H 2550 Lemah


23

2.3 Gugus Fungsi

2.3.1 Senyawa karbonil


Salah satu puncak absopsi dalam ating infra merah yang paling terbedakan ialah
puncak yang disebabkan oleh vibrasi uluran karbonil. Puncak absorpsi ini merupakan puncak
yang kuat yang dijumpai dalam daerah 1640-1840 cm-1.
Gugus karbonil merupakan bagiandari sejumlah gugus fungsional. Posisi eksak dari
absorpsi karbonil, posisi pita-pita absorpsi lain dalam ating infra merah, dan teknik
teknik ating lain (terutama NMR) mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional itu. Posisi absorpsi C=O untuk aldehida, keton, asam karboksilat dan ester
dicantumkan dalam Tabel.
Asam karboksilat mempunyai gugus karboksil yang paling mudah dideteksi karena
adanya C=O uluran serta menunjukkan absorpsi lebar dari O-H uluran yang sangat
terbedakan (distinctive), yang mulai pada sekitar 3300 cm-1 dan miring ke dalam pita absorpsi
CH alifatik. Mengapa OH karboksil mempunyai ating melebar yang berbeda dari
ating OH ating ialah karena asam karboksilat membentuk dimer berdasarkan ikatan
ating . Selain itu ating asam karboksilat mempunyai dua pita absorpsi dari C-O
uluran dan O-H tekuk yang muncul berturut-turut dekat 1320-1210 cm-1 dan 1440-1395 cm-1.
Salah satu karakteristik dari vibrasi O-H tekuk dalam asam karboksilat dengan struktur dimer
terjadi pada frekuensi dekat 920 cm-1.
Ester mempunyai pita absorpsi kuat dar vibrasi C=O uluran dan C-O uluran. Pita
absorpsi C=O terjadi pada frekuensi dekat 1740 cm-1, sedangkan pita absorpsi C-O dijumpai
dalam daerah sidikjari 1300-1110 cm-1. Pita ini kadang-kadang sukar untuk ditandai. Namun
pita C-O ini kuat dan dalam beberapa hal, dapat digunakan untuk membedakan antara ester
dan keton.
Aldehida biasanya dapat dibedakan dari keton oleh pita absorpsi C-H uluran. Aldehida
menunjukkan dua pita uluran karakteristik untuk C-H aldehida (tepat di sebelah kanan pita
CH alifatik) pada 2900-2800 cm-1 serta 2800-2700 cm-1. Kedua pita ini runcing, tetapi lemah,
dan pita pada 2900 cm-1 dapat tersembunyi oleh absorpsi yang ating -tindih dari ikatan CH
alifatik. Sedangkan vibrasi C=O uluran terjadi dekat 1740-1720 cm-1.
Anhidrida asam karboksilat menunjukkan dua pita absorpsi yang berasal dari vibrasi
asimetrik dan simetri C=O uluran pada frekuensi 1810 dan 1760 cm-1. Pemecahan pita terjadi
karena ikatan rangkap pada ikatan karbonil-oksigen mengalami resonansi. Dalam hal ini pita
frekuensi yang tinggi adalah C=O simetri.
24

Keton mempunyai ating senyawa karbonil yang tersederhana. Keton alifatk jenuh
mempunyai frekuensi pada 1715 cm-1. Metil keton memberikan absorpsi karakteristik yang
sangat kuat pada frekuensi dekat 1400 cm-1.
Amida menunjukkan pita absorpsi karbonil yang dikenal dengan pita amida I. Letak
frekuensi absorpsi dipengaruhi oleh keadaan senyawa berupa padat atau cair (ikatan
ating ). Amida primer mempunyai dua pita N-H uluran yang berasal dari simetri dan
asimetri N-H uluran. Amida sekunder hanya mempunyai satu pita N-H uluran.

2.3.2 Senyawa Alkohol dan Eter


Spektrum infra merah ating pada konsentrasi rendah menunjukkan sebuah pita
absorpsi tajam pada 3650 cm-1 disamping adanya pita tambahan yang lebar pada 3350 cm-1.
Pita tajam ini merupakan absorpsi O-H uluran dari molekul ating bebas, sedangkan pita
lebar berasal dari O-H uluran pada molekul-molekul ating yang berikatan ating .
Alkohol dalam keadaan pekat mempunyai ikatan ating yang kuat biasanya dalam
bentuk dimer, trimer, dan tetramer yang semuanya memberikan pita absorpsi yang melebar.
Eter mempunyai satu pita karakteristik C-O uluran. Pita ini mudah diidentifikasi yaitu
pada frekuensi 1300-1000 cm-1. Dalam hal ini bila gugus O-H tidak ada, sebab gugus O-H
juga akan memberikan pita absorpsi yang kuat pada daerah frekuensi tersebut.

2.3.3 Senyawa Nitro


Ikatan ating dalam amina mengakibatkan perubahan pita N-H uluran simetri dan
asimetri. Dalam larutan yang encer vibrasi N-H uluran terlihat pada frekuensi dekat 3500 cm-
1
. Pada ating infra merah ating menunjukkan pita absorpsi karakteristik yaitu N-
H tekuk pada 1620 cm-1 dan C-N uluran pada 1280 cm-1.
Nitril mempunyai pita absorpsi karakteristik yang kuat dari vibrasi C=N uluran pada
2250 cm-1. Spektrum infra merah benzonitril menunjukkan C=N uluran yang jelas pada
frekuensi tersebut.

2.3.4 Senyawa hidrokarbon


Kebanyakan senyawa ating menunjukkan tiga dari empat kemungkinan pita
C=C uluran yaitu pada frekuensi 1450 cm-1 dan dua pita pada frekuensi dekat 1600 cm-1.
Vibrasi C-H uluran ating dan alkena pada frekuensi di atas 3000 cm-1 sedangkan C-H
uluran ating pada frekuensi di bawah 3000 cm-1.
25

Alkuna mudah dideteksi karena ada pita absorpsi C=C uluran yang lemah pada
frekuensi dekat 2200 cm-1 terdapat bersama C-H uluran yang kuat pada frekuensi dekat 3300
cm-1. Alkana sederhana menunjukkan empat pita absorpsi C-H uluran yaitu asimetri CH3 dan
CH2 di mana masing-masing mempunyai sepasang pita pada frekuensi yang lebih rendah.
Trans alkena sering dapat dibedakan dari isomer cis. Trans alkena menunjukkan pita
absorpi pada frekuensi 970 cm-1 sedangkan isomer cis pada frekuensi sekitar 700 cm-1.

Berikut ini akan diberikan contoh ating dari berbagai golongan senyawa ating
serta interpretasinya.

Spektrum infra merah golongan asam karboksilat


Asam etanoat
Asam etanoat mempunyai struktur sebagai berikut:

Dari struktur di atas dapat diketahui bahwa senyawa tersebut terdiri dari ikatan-ikatan
sebagai berikut:
a. Ikatan rangkap karbon-oksigen, C=O
b. Ikatan tunggal karbon-oksigen, C-O
c. Ikatan oksigen-hidrogen, O-H
d. Ikatan karbon-hidrogen, C-H
e. Ikatan tunggal karbon-karbon, C-C
Ikatan karbon-karbon mempunyai pita absorpsi yang terjadi pada frekuensi dalam
jangkauan yang luas didalam „Area sidik jari‟ sehingga sangat sulit untuk membedakan
ating infra-merahnya. Ikatan tunggal karbon-oksigen juga mempunyai pita absorpsi
dalam „Area sidik jari‟, yang berkisar antara 1000 – 1300cm-1, tergantung pada molekul yang
mempunyai ikatan tersebut. Interpretasi ini harus sangat hati-hati dalam membedakan mana
yang merupakan ating ikatan C-O.
Ikatan-ikatan lainnya dalam asam etanoat ini dapat diketahui secara mudah dengan
memperhatikan pita absorpsi di luar area sidik jari. Ikatan C-H (dimana ating tersebut
menempel pada karbon yang mempunyai ikatan tunggal dengan unsur-unsur lainnya)
memiliki pita absorpsi pada daerah sekitar 2853-2962 cm-1. Karena ikatan ini terdapat pada
sebagian besar senyawa ornganik, maka ini sangatlah tidak ati diandalkan.
26

Ikatan rangkap antara karbon-oksigen, C=O, adalah salah satu pita absorpsi yang sangat
berguna, yang ati ditemukan pada daerah sekitar 1680-1750 cm-1. Posisinya sedikit
terpengaruh oleh jenis senyawa yang mempunyai ikatan tersebut.
Ikatan lainnya yang sangat berguna adalah ikatan O-H. Pita absorpsi ini muncul pada
frekuensi yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi lingkungannya. Ikatan ini akan sangat
mudah dikenali dalam sebuah asam karena akan menghasilkan pita absorpsi yang sangat luas
pada daerah sekitar 2500-3300 cm-1. Spektrum infra-merah untuk asam etanoat dapat diilihat
pada Gambar 3.5 di bawah.

Gambar 3.5. Spektrum IR Asam etanoat

Spektrum infra-merah golongan ating


Etanol
Pita absorpsi untuk ikatan O-H yang terdapat pada ating berada pada bilangan
gelombang (frekuensi) yang lebih besar daripada pita absorpsi untuk ikatan O-H yang
terdapat dalam asam, yaitu sekitar 3230-3550 cm-1. Puncak serapan ini akan terjadi pada
bilangan gelombang yang lebih besar lagi jika ating ini tidak terikat dengan ikatan
ating , seperti ating dalam bentuk gas.

Perhatikan bahwa penyerapan karena ikatan C-H hanya sedikit dibawah 3000cm-1, dan juga
pada puncak-puncak serapan sekitar 1000-1100cm-1, dimana salah satunya disebabkan oleh
ikatan C-O. Spektrum etanol tampak pada Gambar 3.6.
27

Gambar 3.6. Spektrum IR Etanol

Spektrum infra-merah golongan ester


Etil etanoat

Gambar 3.7. Spektrum IR Etiletanoat

Gambar 3.7 menunjukkan ating IR etiletanoat. Pada ating ini puncak


serapan oleh O-H hilang sama sekali. Puncak serapan pada frekuensi 1740 cm-1 menunjukkan
keberadaan ikatan rangkap C=O. Puncak serapan pada daerah 1000-1300cm-1 menunjukkan
adanya ikatan tunggal C-O. Beberapa atin data ada yang memutuskan bahwa penyerapan
dari 1230-1250 adalah karena ikatan C-O pada sebuah etanoat
28

Spektrum infra merah golongan keton


Propanon

Gambar 3.8. Spektrum IR Propanon

Spektrum ini sangat mirip dengan spektrum infra-merah etiletanoat atau ester. Karena tidak
ada puncak serapan yang disebabkan oleh ikatan O-H, dan karena adanya puncak serapan
kuat yang disebabkan oleh ikatan C=O pada daerah sekitar 1700cm-1.

2.4 Bensin

Bensin mengandung energi kimia. Energi ini diubah menjadi energi panas melalui
proses pembakaran (oksidasi) dengan udara didalam mesin atau motor bakar. Energi panas
ini meningkatkan temperatur dan tekanan gas pada ruang bakar. Gas bertekanan tinggi
tersebut berekspansi melawan mekanisme-mekanisme mesin. Ekspansi itu diubah oleh
mekanisme link menjadi putaran carnkshaft sebagai output dari mesin tersebut. Selanjutnya
carnkshaft dihubungkan kea system transmisi oleh sebuah poros untuk mentransmisikan daya
atau energy putaran mekanis.

Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus dengan rumus kimia
CnH2n+2, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan Cn. Dengan kata lain, bensin terbuat dari
molekul yang hanya terdiri dari hydrogen dan karbon saling terikat satu dengan lainya
sehingga membentuk rantai.

Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda memiliki sifat dan kelakuan
berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling “ringan”, bertambahnya atom C
dalam rantai tersebut membuatnya semakin “berat”. Empat molekul pertama hidrokarbon
29

adalah metana, etana, propane dan pbutana.Pada temperature dan tekanan kamar, keempatnya
berwujud gas dengan titik didih masing-masing -107-o , -67o, -43o, dan -18Oc. Berikutnya
dari C5 sampai C18 berwujud cair dan mulai dari C19 keatas berwujud padat.

Di Indonesia terdapat beberapa bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu
pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ditemukan berdasarkan nilai RON
(reserch octane number). Premium (RON 88) Premium adalah bahan bakar minyak jenis
distilat berwarna kuning jernih. Warna tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye).
Umumnya, premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermesin bensin, seperti mobil,
sepeda motor, dan motor tempel. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau
petrol.

Bensin, atau Petrol (biasa disebut gasoline di Amerika Serikat dan Kanada) adalah
cairan bening, agak kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang
sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Bensin juga
dapat digunakan sebagai pelarut, terutama karena kemampuannya yang dapat melarutkan cat.
Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana
atau benzena untuk menaikkan nilai oktan.
30

BAB III

PEMBAHASAN

4.2 Spektrum Vibrasional Bensin

Dari uji spektroskopi FTIR dengan sampel bensin didapatkan spektrum


inframerah seperti yang tampak pada gambar 3.

Bilangan gelombang (cm-1)


Gambar 3. Spektrum inframerah bensin
Bensin merupakan senyawa yang tersusun dari rantai hidrokarbon mulai dari C7
sampai dengan C11 yang dapat mempunyai susunan rantai lurus maupun aromatik. Salah
satu rumus kimia bensin dapat dituliskan sebagai berikut:

Gambar 4. Rumus kimia heptana (C7H16)


Dari rumus tersebut kemungkinan– kemungkinan vibrasi yang dapat terjadi adalah
uluran dan tekukan C–H dari gugus alkil atau alkana, sedangkan dari rumus aromatik
memberikan kemungkinan uluran C=C cincin aromatik dan vibrasi dari gugus lain yang
mungkin timbul.
Dalam menganalisa spektrum inframerah dari sampel bensin, pembahasan yang
pertama lakukan adalah pada kerangka karbon. Karena bensin tersusun atas rantai
hidrokarbon sehingga dalam spektrum inframerah bensin akan muncul berbagai macam
penyerapan yang ditimbulkan oleh adanya ikatan karbon. Dalam menentukan sifat-sifat
31

dari kerangka karbon dalam molekul organik dengan spektroskopi inframerah perlu
diperhatikan bahwa gugus aromatik sangat mudah dideteksi dari serapan C–C str dan C–H
def, gugus alkena sangat mudah dideteksi dari serapan C=C str kecuali jika aromatik juga
ada. Alkana dapat dideteksi dari serapan-serapan C–H str dan C–H def. Sedangkan alkuna
sangat mudah didetaksi dari serapan C≡C str dan C–H str.
Pada spektrum bensin tersebut kerangka karbon dapat langsung dilihat pada daerah
bilangan gelombang 3000– 2700 cm-1 yang merupakan karakteristik penyerapan untuk
gugus alkana dan alkil. Kedua serapan C–H str dan C–H def dalam gugus alifatik jenuh
ditandai dengan serapan yang sangat kuat dan jarang menemui kesukaran dalam
menentukan serapan-serapan tersebut. Kenampakan yang paling umum dari serapan C–H
str adalah Bensin merupakan senyawa yang tersusun dari rantai hidrokarbon mulai dari C 7
sampai dengan C11 yang dapat mempunyai susunan rantai lurus maupun aromatik. Salah
satu rumus kimia bensin dapat dituliskan sebagai berikut:

Gambar 4. Rumus kimia heptana (C7H16)


Dari rumus tersebut kemungkinan– kemungkinan vibrasi yang dapat terjadi adalah
uluran dan tekukan C–H dari gugus alkil atau alkana, sedangkan dari rumus aromatik
memberikan kemungkinan uluran C=C cincin aromatik dan vibrasi dari gugus lain yang
mungkin timbul.
Dalam menganalisa spektrum inframerah dari sampel bensin, pembahasan yang
pertama lakukan adalah pada kerangka karbon. Karena bensin tersusun atas rantai
hidrokarbon sehingga dalam spektrum inframerah bensin akan muncul berbagai macam
penyerapan yang ditimbulkan oleh adanya ikatan karbon. Dalam menentukan sifat-sifat
dari kerangka karbon dalam molekul organik dengan spektroskopi inframerah perlu
diperhatikan bahwa gugus aromatik sangat mudah dideteksi dari serapan C–C str dan C–H
def, gugus alkena sangat mudah dideteksi dari serapan C=C str kecuali jika aromatik juga
ada. Alkana dapat dideteksi dari serapan-serapan C–H str dan C–H def. Sedangkan alkuna
sangat mudah didetaksi dari serapan C≡C str dan C–H str.
Pada spektrum bensin tersebut kerangka karbon dapat langsung dilihat pada daerah
bilangan gelombang 3000– 2700 cm-1 yang merupakan karakteristik penyerapan untuk
32

gugus alkana dan alkil. Kedua serapan C–H str dan C–H def dalam gugus alifatik jenuh
ditandai dengan serapan yang sangat kuat dan jarang menemui kesukaran dalam
menentukan serapan-serapan tersebut. Kenampakan yang paling umum dari serapan C–H
str adalah munculnya tiga buah pita kuat di bawah 3000 cm-1. Pada spektrum di atas ketiga
pita tersebut adalah pada bilangan gelombang 2923,9, 2958,4 dan 2869,9 cm-1. Pita
dengan intensitas penyerapan paling kuat yaitu pada bilangan gelombang 2923,9 cm-1
disebabkan oleh adanya penyerapan dari gugus CH2, yaitu dari dari jenis uluran taksimetri
CH2 (Vas CH2). Dalam cara tersebut dua buah ikatan C–H saling memanjang tidak
bersamaan atau tidak sefase, sehingga mempunyai momen dipol listrik dan aktif dalam
spektrum inframerah.
Pita yang muncul pada bilangan gelombang 2958,6 cm-1kemungkinan disebabkan
oleh adanya penyerapan uluran taksimetris dari gugus metil (Vas CH3). Dalam cara
tersebut dua buah ikatan C–H dari gugus metil memanjang secara bersamaan sedang yang
ketiga memendek atau sebaliknya. Pita yang ketiga yang merupakan bagian dari C–H str
muncul pada bilangan gelombang 2869,9 cm-1. Pita tersebut berasal dari penyerapan uluran
simetri gugus metil (Vsim CH3). Untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan tersebut, dapat
ditinjau penyerapanpenyerapan yang disebabkan oleh adanya gugus alkil. Adanya gugus
alkil dapat dilihat dengan munculnya pita karakteristik yang sesuai dengan C–H def pada
daerah bilangan gelombang 1500–1300 cm-1. Pada spektrum tersebut tampak adanya
penyerapan yang tajam pada bilangan gelombang 1377 cm-1 yang menunjukkan adanya
gugus metil dengan vibrasi tekukan simetri dari CH3 (δ sim CH3) yang terbagi dalam
gugus-gugus (CH3)2=C dan (CH3)3– C. Adanya gugus metilen sebagai pendukung
penyerapan pada bilangan gelombang 2923,9 cm-1 dapat dilihat dengan munculnya pita
yang sangat tajam pada bilangan gelombang 1461 cm-1. Pita tersebut muncul akibat dari
penyerapan gugus CH2 dengan vibrasi tekukan simetri CH2 (δsim CH2). Petunjuk yang lain
yang dapat mendukung alasan tersebut adalah munculnya pita pada daerah bilangan
gelombang 750–720 cm-1 yaitu tepatnya pada bilangan gelombang 729 cm-1 yang
menunjukkan bahwa gugus alkil kemungkinan mengandung tiga gugus metilen yang
berdekatan (-CH2 –CH2–CH2– CH2 ).
Pita lemah pada bilangan gelombang di atas 3000 cm-1 menunjukkan adanya
senyawa aromatik. Empat daerah dalam spektrum yang berkaitan dengan vibrasi aromatik
yang dapat diketahui adalah C–H str, C–H def, C=C str dan gugus dari pita gabungan.
Kedudukan serapan C–H str lemah dan muncul sebagai bagian kecil dari pita C–H str
33

alkana yang lebih kuat. Pada spektrum di atas C–H str aromatik muncul pada bilangan
gelombang 3020 cm-1. Kemungkinan vibrasi yang lain sebagai pendukung adanya senyawa
aromatik adalah uluran C=C. Pada spektrum di atas pita uluran tersebut muncul pada
bilangan gelombang 1608 cm-1 dan 1492 cm-1. Perbedaan penyerapan tersebut
menunjukkan adanya substitusi pada senyawa aromatik. Substitusi tersebut dapat dilihat
pada tabel korelasi penyerapan inframerah pada lampiran B. Substitusi tersebut dapat
dilihat dengan munculnya pita pada bilangan gelombang 694 cm-1 yang menunjukkan
bahwa benzena tersubstitusi mono. Vibrasi yang lain yang dapat mendukung adanya
senyawa aromatik adalah C–H def. Pada spektrum tersebut C–H def muncul pada bilangan
gelombang 767 cm-1 yang berasal dari vibrasi tekukan keluar bidang dari C– H (δ C–H).

4.2 Spektrum Vibrasional Spiritus

Dari sampel spiritus didapatkan spektrum inframerah seperti pada gambar 5.


Spiritus merupakan senyawa alkohol jenis metanol dengan rumus kimia seperti gambar 6.
Dari rumus molekul tersebut kemungkinan–kemungkinan vibrasi yang dapat terjadi adalah
uluran dan tekukan gugus O–H dari alkohol, C–H dari gugus alkil, C–O dari ikatan
gugus hidroksil dengan rantai karbon dan gugus yang lain yang dapat muncul dalam
spektrum inframerah spiritus sebagai akibat penambahan zat warna pada
spiritus atau ketika melakukan preparasi sampel.
Pita lebar dan kuat yang muncul pada daerah 3000–3600 cm-1 hingga menutupi
pita uluran C–H di bawah 3000 cm-1 menunjukkan adanya gugus hidroksil (O–
H). Kesimpulan tersebut dikuatkan dengan munculnya dua buah pita pada 1014,5 dan
1053,1 cm-1 yang muncul dari uluran gugus C–O. Dua buah pita lemah yang muncul pada
bilangan gelombang 2862,2 dan 2981,7 cm-1 kemungkinan muncul dari uluran simetrik
dan taksimetrik dari gugus metil (CH3). Pita medium pada bilangan gelombang 1635,5 cm-
1
muncul dari uluran ikatan rangkap C=C. Pita tersebut kemungkinan berasal
dari zat warna yang ditambahkan ke dalam spiritus.
34

Bilangan gelombang (cm-1)


Gambar 5. Spektrum inframerah spiritus

Gambar 6. Rumus kimia metanol (CH4O)


35

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari Karya Tulis yang penulis buat dapat diambil kesimpulan bahwa Spektroskopi
inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000 µm. Spektroskopi
inframerah sebuah metode analisis instrumentasi pada senyawa kimia yang menggunakan
radiasi sinar infra merah. Spektroskopi inframerah berguna untuk mengetahui gugus fungsi
yang terdapat pada senyawa ating . Bila suatu senyawa diradiasi menggunakan sinar infra
merah, maka sebagian sinar akan diserap oleh senyawa, sedangkan yang lainnya akan
diteruskan. Serapan ini diakibatkan karena molekul senyawa ating mempunyai ikatan
yang dapat bervibrasi.
Vibrasi molekul dapat dialami oleh semua senyawa ating , namun ada beberapa
yang tidak terdeteksi oleh spektrometri IR. Sinar Inframerah adalah radiasi elektromagnetik
dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga “order” dan memiliki panjang
gelombang antara 700 nm dan 1 mm. kemudian untuk analisis gugus fungsi sampel bensin
menunjukkan bahwa terdapat gugus metil (CH3), gugus alkana, senyawa benzena yang
ditunjukkan dengan vibrasi uluran C–H dan cincin aromatik (C=C) dan gugus lain yang
tidak dapat diidentifikasi dengan tepat.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis ini masih jauh yang
diharapkan dari segi isi , untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari kesempurnaan Karya Tulis ini dimasa yang akan datang
36

DAFTAR PUSTAKA

Sitorus,Marham.2009. Spektroskopi Elusida Struktur Molekul Organik.Yogyakarta:Graha

Ilmu

Tim Penyusun. (1982). Ensiklopedia Indonesia . Chapter31. Jakarta: Ichtiar Baru - Van

Hoeve

Anda mungkin juga menyukai