KTI Katarak
KTI Katarak
DISUSUN OLEH ;
SYAFRINAWATI
Pertama-tama Saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberkati Saya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Saya
juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya
dalam pembuatan karya tulis ini dapat berbagai sumber yang telah saya pakai
sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Saya mengakui bahwa Saya adalah manusia biasa yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah
Saya selesaikan. Tidak semua hal dapat Saya deskripsikan dengan sempurna
dalam karya tulis ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang dimiliki.
Maka dari itu, Saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
Budiman. Saya akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan perbaikan
dalam membuat karya tulis di masa datang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini Saya mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini
dapat memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai Pelaksanaan Program di
Bidang Pelayanan Kesehatan.
SYAFRINAWATI
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Program Katarak ……………………..…………..………………….. 3
2.1.1 Faktor Risiko ……………………………..……………………. 4
2.1.2 Manifestasi Klinis Katarak …………………………………… 5
2.1.3 Penatalaksanaan Katarak ……………………………………. 5
2.2 Sunat Massal ……………………………..…………………………… 8
2.3 Jaminan Kesehatan nasional (JKN) ……….……………………… 10
2.3.1 Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan ….…………………. 10
2.3.2 Kepesertaan Jaminan Kesehatan ….…………….…………. 11
2.3 Krisis Kesehatan dan Pasaca Krisis Kesehatan ………………… 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
bagaimana pelaksanaan pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Labuhanbatu?
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
3. Pemeriksaan Retina Mata
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan obat tetes mata yang
berfungsi untuk membesarkan pupil mata dalam mengecek penyakit katarak
tersebut.
vi
e. Diabetes mellitus
Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stres
oksidatif, stress osmotic dan glikasi tanpa enzim pada lensa mata. Hal-hal ini
dapat menyebabkan kejadian katarak.
vii
3. Obat Untuk Penanganan Edema Macular Setelah Pembedahan Katarak. Obat-
obat seperti anti inflamatorik non-steroid dapat menghalang enzim
siklooksigenase yang berfungsi untuk menghasilkan prostaglandin (Pollreisz,
A.dan Schimdt-Erfurht, U. 2010). 2.2.8.2 Pembedahan Pembedahan
merupakan satu-satunya penatalaksanaan kuratif dari katarak, di mana lensa
akan diangkat dan digantikan oleh lensa palsu, lensa donor atau kaca mata
afakia.
Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan tingkat keparahan katarak
dan terganggunya kualitas hidup pasien. Saat ini tatalaksana pembedahan masih
menjadi satu satunya tatalaksana kuratif dari katarak.
Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang terbukti mampu
memperlambat atau menghilangkan katarak. Beberapa agen yang diduga dapat
memperlambat pertumbuhan katarak adalah penurun sorbitol, aspirin, dan vitamin C,
namun belum ada bukti yang signifikan mengenai hal tersebut
Berikut merupakan indikasi dan kontraindikasi pembedahan katarak. Indikasi :
1. Penurunan kualitas penglihatan sehingga menganggu kehidupan seharian
pasien.
2. Anisometropeia signifikan.
3. Lensa mengakibatkan inflamasi atau glaukoma sekunder.
4. Lensa mengakibatkan angle closure.
5. Kekeruhan lensa mengganggu diagnosis atau penatalaksanaan dari kondisi
segmen posterior.
Kontraindikasi :
1. Kualitas penglihatan pasien belum lagi mengganggu aktivitas seharian.
2. Pembedahan tidak dapat membaiki kualitas penglihatan, dan tidak terdapat
indikasi untuk mengangkat lensa yang lain.
3. Pasien tidak dapat melalui pembedahan dengan aman akibat komormiditas
okular atau lainnya.
4. Penanganan pasca operasi pasien tidak dapat dilakukan.
5. Pasien atau keluarga pasien tidak memberiinformed consent.
Terdapat beberapa jenis teknik pembedahan untuk mengangkat lensa dalam
kasus katarak :
viii
1. Pharmacoemulsification.
2. Manual Small Incision Cataract Surgery.
3. Extracapsular Cataract Extraction.
Tujuan dari tindakan pembedahan ini adalah untuk mengangkat lensa yang
keruh dari mata.
Operasi katarak dari waktu ke waktu semakin berkembang, baik dalam hal
teknik operasi, bentuk dan panjang sayatan, arsitektur luka, dan jumlah jahitan. Hal
ini ditujukan agar tercapainya prosedur operasi yang aman dan juga memiliki
efektivitas yang tinggi. Parameter keberhasilannya adalah pemulihan yang cepat,
efek samping dan komplikasi yang minimal, serta tajam penglihatan setelah operasi
optimal dan stabil, sehingga kualitas hidup pasien dapat menjadi lebih baik.
Operasi katarak merupakan operasi yang paling banyak dilakukan di dunia.
Metode yang pada umumnya dipilih adalah metode yang menyisakan bagian
posterior dari kapsul lensa yang disebut juga dengan ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer, pada arah superior atau
temporal. Dibuat celah di kapsul anterior (anterior capsulorhexis), kemudian nukleus
dan korteks lensa dikeluarkan. Lensa intraokular dimasukkan kedalam kantong
kapsul yang disokong oleh kapsul posterior.
Tidak seperti ekstraksi katarak ekstrakapsuler, operasi ini membuang lensa
dan kapsul secara keseluruhan tanpa meninggalkan kapsul posterior. Operasi
ekstraksi katarak intrakapsuler diindikasikan untuk katarak hipermatur, intumescent
cataract, katarak dengan dislokasi lensa akibat zonula yang tidak stabil, dan jika
fasilitas mikroskop operasi kurang memadai. Metode ini dahulu dilakukan sebelum
teknik katarak ekstrakapsuler semakin dikembangkan.
Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari metode ini yaitu prosedurnya
relatif mudah, menggunakan peralatan yang sederhana dan pemulihan visus dapat
dilakukan dengan menggunakan kacamata 10 Dioptri segera setelah operasi.
Sedangkan kekurangannya adalah irisan yang besar membuat penyembuhan
menjadi lebih lama, dapat menimbulkan komplikasi iris dan vitreous inkarserata,
ablasio retina, serta mencetuskan astigmatisma.
ix
Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi katarak ekstrakapsular dengan
mengemulsifikasikan lensa menggunakan gelombang ultrasonik 40.000 MHz. Teknik
fakoemulsifikasi banyak digunakan saat ini.
Teknik ini menggunakan vibrator ultrasonik untuk memecah nukleus yang
keras sehingga isi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui insisi kecil berukuran
2,5 - 3,0 mm. Ukuran insisi yang sama juga cukup untuk memasukkan lensa
intraokuler yang dilipat. Jika lensa intraokuler rigid digunakan, insisi harus
diperpanjang hingga 5 mm.
x
1. Anak akan disuruh mandi pada saat hari masih sangat pagi. di bersihkan
seluruh kemaluan anak sampai benar-benar bersih. Si anak lalu di suruh
berendam di air yang sangat dingin. kegunaannya adalah untuk proses bius
tradisional agar tidak terlalu sakit saat kulit kulupnya di potong.
2. Si anak di dudukkan di pangkuan orangtuanya berhadapan dengan
calak/mantri/paraji/tukang sunat dan badan, tangan, dan kaki mereka dipegang
erat-erat ini dimaksudkan agar anak tidak bergerak sewaktu di sunat karena
akan membahayakan. biasanya dibutuhkan 3 orang untuk memegangi badan,
tangan, dan kaki si anak agar tidak meronta.
3. Jika si anak sudah terpegangi erat-erat maka juru sunat tersebut akan mulai
beraksi. Ditariknya ujung kulup anak lalu di tarik ke belakang agar kepala penis
anak tersebut mumcul. kemudian diambilnya kapas dan dibersihkan kepala
penis tersebut dari kotoran kotoran yang menempel. setelah dirasa cukup
bersih rongga diantara kulup dan kepala penis akan dimasukkan sebatang
bambu lalu juru sunat tersebut akan memberi tanda dimana akan memotong
kulup tersebut.
4. Juru sunat akan menarik sepanjang panjangnya kulit kulup tersebut hingga si
anak berteriak hal itu bertujuan agar kulit kulup mudah untuk di potong. setelah
di tarik sebilah bambu penjepit di jepitkan pada kulup anak tersebut terdengar
si anak berteriak kesakitan karena penjepit tersebut memang dipasang sangat
kuat agar tidak mudah terlepas dan dimaksudkan agar kepala penis tidak ikut
terpotong.
5. Setelah penjepit di pasang maka selanjutnya adalah proses pemotongan. juru
sunat akan mengambil alat potong. biasanya alat yg digunakan adalah sebilah
bambu tajam/pisau kecil/bisa juga pecahan batok kelapa kering yang tajam.
juru sunat akan membacakan mantra. lalu dipotongnya kulup anak tersebut
dengan mengesekkan alat potong tersebut ke kulit kulup si anak. si anak pun
meangis sekencang-kencangnya karena sakit luarbiasa, panas, perih di
kemaluannya para orangtua biasanya akan lebih erat memegangi anak
tersebut karena anak tersebut akan lebih kuat meronta-ronta. sekitar 2 menit
proses pemotongan berlangsung. dan selama itu pula biasanya si anak
menagis dan meronta sekencang-kencangnya.
xi
6. Setelah proses pemotongan selesai juru sunat akan menarik penjepit bambu
sampai terlepas. pada saat penjepit di lepas darah akan deras keluar dari luka
potongan tadi. juru sunat akan menarik sisa kulup ke belakang dan melipatnya
ke dalam lalu mengambil perban dan melilitnkan pada kemaluan anak tersebut.
7. Setelah semuanya selesai si anak lalu di tidurkan dan biasanya akan diberikan
ucapan selamat dan mendapat hadiah, uang maupun yang laun dari keluarga
dan tetangganya yang datang menjenguk. terdengar si anak masih menangis
kesakitan pada kemaluannya. setelah itu biasanya akan diadakan acara
selamatan bagi si anak. Itulah sedikit cerita proses khitan tradisional yang ada
di masyarakat kita. namun pada jaman sekarang keberadaanya sudah tak lagi
nampak kecuali di pelosok pedalaman. Khitan tradisional dianggap sudah tak
lagi baik di gunakan karena menimbulkan kesakitan yang luar biasa.
xii
3. Praktik dokter gigi;
4. Klinik pratama atau yang setara; dan
5. Rumah sakit kelas D pratama atau yang setara
Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan adalah:
1. Klinik utama atau setara;
2. Klinik rumah saki umum; dan
3. Rumah sakit khusus
Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komperhensif, pelayanan
komperehensif adalah pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan darurat medis,termasuk
pelyanan penunjang meliputi pemeriksaan labolatorium sederhana dan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
xiii
yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu
membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya (PP No.101, 2012).
Dalam kebijakan program JKN yang menjadi peserta memiliki ketentuan
tersendiri. Peserta dalam program ini adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran. Peserta tersebut meliputi: PBI JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian
sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
yang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
1. Pegawai Negeri Sipil;
2. Anggota TNI;
3. Anggota Polri;
4. Pejabat Negara;
5. Pegawai Pemerintahan Non Pegawai Negeri;
6. Pegawai Swasta; dan
7. Pekerja yang tidak termasuk urutan 1 sampai dengan 6 yang menerima
upah
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
1. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri.
2. Pekerja yang yang tidak termasuk nomor 1 yang bukan penerima upah.
3. Pekerja sebagaimana dimaksud nomor 1 dan nomor 2, termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, yaitu:
1. Investor;
2. Pemberi kerja;
3. Penerima pensiun;
4. Veteran;
5. Perintis kemerdekaan; dan
6. Bukan pekerja yang tidak termasuk urutan 1 sampai 5 yang mampu
membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
xiv
1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
2. Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pension;
3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
4. Penerima pensiun selain nomor 1, nomor 2, nomor 3; dan
5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada poin 1 sampai dengan 4 yang mendapat hak pensiun.
xvi
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Ada Beberapa Program di Bidang Yankes yaitu Katarak, Sunat Massal,
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Program Krisis Kesehatan dan Penanganan
Krisis Kesehatan.
Katarak berasal dari bahasa Yunani “Katarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut sebagai bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya.
Penyakit katarak, dapat diantisipasi dengan melakukan tiga tahapan
pemeriksaan mata bertujuan untuk mendiagnosa penyebab dan gejala penyakit
katarak sejak dini, diantaranya yaitu Periksa Mata (Tes Ketajaman Penglihatan),
Pemeriksaan Lampu dan Pemeriksaan Retina Mata.
Khitan merupakan suatu keharusan bagi setiap umat muslim di seluruh dunia.
biasanya sunat dilakukan kepada laki-laki muslim namun tidak menutup
kemungkinan dilakukan pada laki-laki non muslim. Sunat adalah tindakan memotong
kulit di ujung kemaluan seorang laki-laki. Bicara soal khitan saya akan membahas
khitan tradisional di masyarakat pada umumnya. Khitan tradisional dilakukan saat
anak berusia kurang lebih 9 sampai 15 tahun.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Penyelenggarakan pelayanan kesehatan meliputi
xvii
semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komperhensif, pelayanan
komperehensif adalah pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan darurat medis,termasuk
pelyanan penunjang meliputi pemeriksaan labolatorium sederhana dan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau
adanya potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang
membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas kesehatan tidak
memadai.
Penyediaan obat dan SDM Kesehatan dalam situasi krisis merupakan salah
satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan pada saat
krisis. Oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan perbekalan
Kesehatan sebagai penyangga bila terjadi krisis mulai dari tingkat kabupaten,
provinsi sampai pusat. Penyediaan dan pendistribusian obat dan perbekalan
kesehatan dalam penanggulangan krisis pada dasarnya tidak akan membentuk
sarana dan prasarana baru, tetapi menggunakan sarana dan prasarana yang telah
tersedia, hanya intensitas pekerjaannya ditingkatkan dengan memberdayakan
sumber daya daerah (Kab/Kota/ Provinsi).
xviii
xix
DAFTAR PUSTAKA
20