Menghitung RQD, SCR, Fi
Menghitung RQD, SCR, Fi
BAB 1 Pendahuluan
Klasifikasi batuan dan massa batuan merupakan faktor yang penting dalam keteknikan
geologi. Hal ini berpengaruh terhadap jenis bangunan yang dapat dibangun diatasnya,
kemudian bisa untuk mencegah kelongsoran.
Klasifikasi batuan berbeda dengan tanah, sampai saat ini studi tentang hal ini terus
berkembang dan hingga saat ini masih banyak usulan tentang klasifikasi batuan dan terutama
massa batuan. Klasifikasi batuan menurut geologi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral
telah banyak kita kenal, namun demikian hal ini masih belum teridentifikasi dengan baik,
misalnya terdapat bidang-bidang diskontinu. Bidang diskontinu merupakan bagian kritis dan
sangat penting dalam penentuan sifat keteknikan batuan. Bidang diskontinu dengan ukuran
mikro hingga makro harus dapat dikenal dengan baik karena sifatnya yang mengurangi
kekuatan batuan.
Tujuan pekerjaan rekayasa yang akan dilakukan adalah hal yang mempengaruhi klasifikasi
keteknikan. Klasifikasi yang digunakan adalah RMR yang mulanya adalah klasifikasi untuk
membangun pekerjaan pembuatan terowongan.
2 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
BAB 2 Tujuan
1. Melakukan deskripsi dan menentukan nama batuan yang menjadi sampel percobaan
2. Untuk RQD (Rock Quality Designation) core menghitung:
a. Perolehan keseluruhan inti (core recovery)
b. Perolehan inti padat (solid core recovery)
c. Indeks rekahan (fracture index)
d. RQD
3. Untuk scanline sampling menghitung:
a. UCS (Uniaxial compressive strength) batuan
b. RQD
c. Spasi diskontinuitas
d. Kondisi diskontinuitas
e. Kondisi airtanah
f. Orientasi diskontinuitas
g. RMR (Rock Mass Rating)
4. Menjelaskan tujuan dan aplikasi nilai RMR
3 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
Teori ini adalah untuk mengambil data rekahan yang ada pada batuan yang tersingkap,
digunakan tali untuk memberikan arah pengukuran. Dalam metode ini pencatatan atribut
rekahan dilakukan sepanjang garis pengamatan dengan batasan 30cm keatas dan 30cm
kebawah. Rekahan yang diukur adalah rekahan yang melewati garis pengamatan. Hal yang
perlu dicatat untuk pengamatan rekahan dengan scan line adalah, orientasi rekahan, posisi
rekahan, bukaan rekahan, panjang rekahan, kondisi batuan dan keairan.
4 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
Tabel 1. Klaifikasi batuan dari nilai RQD berdasarkan (Deere dll, 1967)
Klasifikasi Batuan Nilai RQD
Sangat Jelek 0-25%
Jelek 25-50%
Cukup 50-75%
Baik 75-90%
Sangat Baik 90-100%
Tabel 2. Estimasi kekuatan batuan berdasarkan pukulan dengan palu geologi berdasarkan
(Hoek dan Brown, 1997)
No Kriteria Kekuatan (kg/cm2) Kualitas
1. Mudah dipotong dengan tangan < 70 Sangat lemah
2. Mudah dipecah oleh pukulan ringan 70 – 210 Ringan
3. Pecah oleh pukulan keras 210 – 700 Sedang
4. Sukar pecah oleh pukulan, suara nyaring 700 – 1600 Kuat
5. Sukar pecah oleh palu godam >1600 Sangat kuat
6 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
2. Scanline sampling
a. Menentukan singkapan di lapangan yang akan diobservasi nilai RQD-nya
b. Melakukan deskripsi terhadap singkapan tersebut (deskripsi singkapan dan
komposisi mineralogi serta derajat pelapukannya)
c. Menentukan litologi (nama batuan) yang ada di singkapan tersebut
d. Menentukan lokasi observasi di singkapan berupa garis pengamatan sepanjang 4,07
m dengan batasan 30 cm ke atas dan 30 cm ke bawah dari garis pengamatan
e. Menentukan salah satu ujung garis pengamatan sebagai datum pengukuran
f. Menentukan kedudukan rekahan dengan menggunakan kompas kemudian
mencatatnya
g. Menghitung panjang setiap rekahan yang memotong garis pengamatan dengan
panjang lebih dari 10 cm kemudian mencatatnya
h. Menghitung bukaan setiap rekahan kemudian mencatatnya
i. Mengukur letak rekahan dihitung dari datum kemudian mencatatnya
8 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
BAB 6 Flowchart
- Warna
Mangukur panjang
- Derajat pelapukan
total pemboran 5 m
- Tekstur
- Struktur sedimen Mangukur panjang Mangukur panjang Menghitung
- Rekahan core yang utuh core > 10 cm jumlah rekahan
- komposisi
Singkapan
batugamping Deskripsi batuan Nama Batuan
`Panjang
Gambar 2.
Lebar
RMR Flowchart
Letak
Langkah Kerja
Spasi
Scanline
Kondisi
orientasi RQD
10 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
Foto Core
Core dalam praktikum ini menggunakan core pada laci 22 sepanjang 5 meter yang dibagi
menjadi 5 bagian terdiri dari 1 meter. Tiap meter diberi kode ITB-1 109.0, 110.0, 111.0,
112.0, dan 113.0. Adapun deskripsi core secara umum sebagai berikut,
Gambar 6. Core
pada kedalaman
111 – 112 m.
Gambar 7. Core
pada kedalaman
112 – 113.
Gambar 8. Core
pada kedalaman
113 – 114 m.
113 m 114 m
13 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
Foto Singkapan
PANJANG PEMBORAN
100 100 100 100 100
(cm)
LINE 2 (5 m)
Kondisi Orientasi
Letak Spasi Kondisi
Rekahan Diskontuniutas Diskontinuitas
Diskontinuitas Diskontinuitas Keairan/air
ke- (tidak ada
(dari 0 cm) (cm) tanah Strike Dip
yang terisi)
LINE 3 (5 m)
Hasil
Percobaan
(Mpa)
1 18
2 30
3 33
4 42
5 40
6 45
7 44
8 40
9 48
10 45
11 30
18 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
12 28
13 33
14 42
15 42
16 45
17 30
18 39
19 45
20 45
21 43
22 35
23 36
24 36
25 45
26 46
27 44
28 40
29 40
30 42
d. RQD =
Dengan menggunakan data-data yang sudah didapat di atas, maka didapat hasilnya
sebagai berikut:
a. λ =
= 17/500
= 3,40 m-1
b. X =
= 5/17
= 0,29 m
c. RQD = 100 (0.1 λ + 1) e-0.1 λ
= 100 (0.1 (3,4) + 1) e-0.1 (3,4)
= 95,38 %
Lokasi 2
N (Jumlah Diskontinuitas) = 8
L (Panjang Garis Observasi) = 500 cm
a. λ =
= 8/500
= 1,6 m-1
b. X =
= 5/8
= 0,63 m
c. RQD = 100 (0.1 λ + 1) e-0.1 λ
= 100 (0.1(1,6) + 1) e-0.1 (1,6)
= 98,85 %
Lokasi 3
N (Jumlah Diskontinuitas) = 7
L (Panjang Garis Observasi) = 500 cm
a. λ =
= 7/500
= 1.4 m-1
21 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
b. X =
= 5/7
= 0,71 m
c. RQD = 100 (0.1 λ + 1) e-0.1 λ
= 100 (0.1 (1.4) + 1) e-0.1 (1.4)
= 99.11 %
Rata-Rata 3 lokasi
λ = (3,4 + 1,6 + 1,4)/3 = 2,13 m-1
X
= (0,29 + 0,63 + 0,71 )/3 = 0,54 m
RQD = (95,38 + 98,85 + 99,11) = 97,78 %
22 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
= 1171/30
= 39,03
Dari nilai rata-rata hasil pengukuran Schmidt hammer sebesar 39,03. Kemudian,
dengan menggunakan grafik di bawah, dapat dihitung nilai UCS dengan menganggap sampel
batugamping Modul 2 sama dengan sampel Modul 1.
Densitas batugamping :
Maka nilai RMR adalah 72, dengan menggunakan klasifikasi massa batuan
berdasarkan nilai total pembobotan geomekanika (rock mass rating system), (Bieniawski,
1984) didapat hasil sebagai GOOD ROCK.
24 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
BAB 9 Pembahasan/Dikusi
Pada analisis core, diperoleh harga RQD rata-rata dari kelima kolom sebesar 36,88%.
Berdasarkan klasifikasi batuan dari nilai RQD pada tabel diatas, batuan tergolong dalam
kondisi fair. Hal ini kemungkinan disebabkan karena batuan tersebut adalah batuan yang
getas sehingga hasil core pemboran kurang akurat atau tidak mencerminkan kualitas batuan
sebenarnya akibat mudah pecah.
Pada percobaan Scanline sampling batuan di padalarang, hasil perhitungan RMR adalah 64.
Berdasarkan klasifikasi geomekanika (rock mass rating system) diatas, maka dapat
digolongkan sebagai Good rock. Hal ini disebabkan nilai kriteria-kriteria RMR yang ada
seperti RQD, Intact Rock UCS, dan Conditions of discontinuities dari batuan rata-rata baik.
Jika di daerah ini akan dilakukan kegiatan konstruksi maka tidak dibutuhkan banyak
penguatan dari segi batuan.
25 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
Hasil analisis core berbeda pada percobaan Scanline sampling. Hal ini disebabkan pada
pengukuran core, sebagian core pada laci banyak yang hancur sehingga hasil scanline
sampling di lapangan lebih akurat.
26 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
RMR (Rock Mass Rating) adalah suatu metode penentuan nilai batuan berdasarkan
beberapa parameter yang dapat diukur, meliputi: kuat tekan, uniaxial batuan, RQD, Spasi
diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, kondisi keairan/airtanah, dan orientasi dari
diskontinuitas.
Kemudian dari nilai-nilai di atas dijumlahkan hingga didapat nilai total pembobotan. Nilai
total akan menghasilkan deskripsi dari batuan tersebut, yaitu:
Aplikasi dari deskripsi di atas kita dapat memperkirakan kondisi batuan apabila
dilakukan kegiatan rekayasa/keteknikan seperti pertambangan, konstruksi, atau analisis
kestabilan lereng. Apabila batuan berada pada kondisi baik maka tidak dibutuhkan penguatan
pada saat blasting.
27 Laporan Praktikum 2 Kelompok 16
BAB 11 Kesimpulan
1. Dari perhitungan core didapatkan nilai rata-rata 5 kolom batuan, dengan masing-
masing kolom memiliki panjang pemboran 1m yaitu sebagai berikut:
a. Perolehan inti sebesar 91,98 %
b. Perolehan inti padat sebesar 74,2 %
c. RQD sebesar 57,8 %
d. Fracture Index 0,048 m-1
Berdasarkan klasifikasi batuan dari nilai RQD dan harga FI, batuan tergolong dalam kondisi
fair sehingga dalam pembuatan konstruksi harus banyak dilakukan banyak metode
penguatan.
DAFTAR PUSTAKA