Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS FAKTOR KERUSAKAN MESIN SIZING ROLUX


ENTERPRISE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE
AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA).
(Studi Kasus: PT. Iskandar Indah Printing Textile, Surakarta)
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Teknik Industri

Oleh:
Muhammad Fauzan
D.600.180.045

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS FAKTOR KERUSAKAN MESIN SIZING ROLUX


ENTERPRISE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE
AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA).
(Studi Kasus: PT. Iskandar Indah Printing Textile, Surakarta)
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Teknik Industri

Oleh:
Muhammad Fauzan
D.600.180.045

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK diajukan kepada Universitas Muhammadiyah


Surakarta untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program
Sarjana Teknik Industri.

Hari/Tanggal:……………………………….

Oleh:
MUHAMMAD FAUZAN
D600.180.045

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Agus Mulyo Much. Djunaidi, S.T., M.T.

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri

Ir. Eko Setiawan, S.T., M.T., Ph.D.

iii
ABSTRAK

iv
KATA PENGANTAR

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN.......................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................. 1
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ................................................................ 1
B. Misi dan Tujuan Perusahaan .................................................................... 2
C. Struktur Organisasi dan Job Description ................................................. 2
D. Sistem Produksi dan Peta Proses Operasi ................................................ 4
E. Hasil Produksi dan Pemasaran ................................................................. 5
F. Lokasi dan Layout Pabrik ........................................................................ 5
G. Personalia ................................................................................................. 6
H. Identifikasi Permasalahan Umum dan Permasalahan Khusus ................. 9
BAB II ANALISIS PERMASALAHAN KHUSUS .......................................... 11
A. Pendahuluan ........................................................................................... 11
B. Metode.................................................................................................... 13
C. Hasil dan Pembahasan............................................................................ 13
D. Kesimpulan ............................................................................................ 18
E. Ucapan Terimakasih............................................................................... 19
F. Daftar Pustaka ........................................................................................ 19
BAB III DESKRIPSI LAPORAN HARIAN .................................................... 20
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Shift Karyawan Departemen Weaving dan Finishing ............................ 8


Tabel 1. 2 Shift Karyawan Departemen Finishing .................................................. 8
Tabel 2. 1 Identifikasi faktor Kerusakan Mesin Sizing Rolux Enterprise ............. 14
Tabel 2. 2 Skala Parameter Severity...................................................................... 14
Tabel 2. 3 Skala Parameter Occurance ................................................................. 14
Tabel 2. 4 Skala Parameter Detection ................................................................... 15
Tabel 2. 5 Hasil Pengisian Variabel FMEA dan Perhitungan RPN ...................... 16
Tabel 2. 6 Hasil Usulan Perbaikan dengan Analisis FMEA ................................. 18

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Proses Operasi Kain Grey .......................................................... 4


Gambar 1. 2 Kain Grey ........................................................................................... 5
Gambar 1. 3 Batik Iskandar .................................................................................... 5
Gambar 1. 4 Lokasi PT. Iskandar Indah Printing Textile ...................................... 6
Gambar 1. 5 Layout Pabrik PT. Iskandar Indah Printing Textile ........................... 6
Gambar 2. 1 Fault Tree Analysis (FTA) Faktor Kerusakan Mesin....................... 17

viii
BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan


PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta merupakan perusahaan
perorangann yang berdiri sejak tahun 1975 tepatnya berada di jalan Pakel No 11
Kerten, Laweyan, Surakarta yang didirikan oleh Bapak Wahyu Iskandar.
Perusahaan tersebut berbadan hukum pada tahun 1983 berdasarkan akte perusahaan
No.98 tanggal 23 Mei 1983.
Pada pendirian CV Iskandartex tanggal 23 Mei 1975, dengan menanamkan
investasinya pada mesin tenun yang pada waktu itu baru berjumlah 25 Unit dan
karyawan yang berjumlah kurang lebih 200 orang yang dibagi menjadi 16 jam kerja
(dua shift). Pada tahun 1977 mesin tenun ditambah menjadi 77 Unit, di tahun 1991
mesin tenun bertambah menjadi 520 Unit, pada akhir tahun 1993 mesin yang
digunakan sudah bertambah menjadi 614 Unit. Dan saat ini jumlah seluruh mesin
tenun yang dimiliki oleh perusahaan ada sebanyak 625 Unit. Penambahan mesin
tenun tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Hal ini
dilakukan perusahaan karena permintaan textile yang terus meningkat. sehingga
perusahaan memperoleh daerah pemasaran yang cukup luas. Konsumen textile dan
batik dari perusahaan berasal dari daerah dalam kota maupun luar kota. Bahkan
perusahaan mampu melayani pesanan dari luar negeri. Perusahaan ingin
mengembangkan usahanya lebih luas lagi, sehingga pimpinan perusahaan
mengusahakan suatu bentuk badan usaha dari CV menjadi PT. Berdasarkan SK
Menkeu RI No.7/12/12 tertanggal 1 November 1989, Akhirnya pada tanggal 2
Januari 1991 perusahaan resmi menjadi PT. Iskandartex dengan nonor izin usaha
yaitu 199/11.16/PB/VIII/1991/PT. Penggantian nama berikutnya terjadi pada bulan
Februari 1996 sehingga namanya menjadi PT Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta.
Adapun faktor-faktor yang mendorong pendirian PT Iskandar Indah Printing
Textile, antara lain:
1. Adanya keinginan untuk mengembangkan jenis usaha keluarga menjadi jenis
usaha yang lebih maju
2. Adanya keyakinan bahwa permintaan akan tekstil di pasar masih sangat
terbatas
3. Adanya keinginan untuk memperoleh laba yang lebih dari sebelumnya untuk
meningkatkan taraf hidup
4. Adanya dorongan dari pihak pemerintah agar pihak swasta turut serta
menciptakan lapangan pekerjaan dan turut aktif menciptakan iklim kerja usaha
yang baik, khususnya di bidang tekstil
5. Adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan tekstil dalam negeri

1
2

B. Misi dan Tujuan Perusahaan


1. Visi PT. Iskandar Indah Printing Textile
Visi dari PT. Iskandar Indah Printing Textile adalah “Menjadikan perusahaan
Textile terbaik di Jawa Tengah”.
2. Misi PT. Iskandar Indah Printing Textile
a. Memperoleh keuntungan demi kelangsungan hidup perusahaan, kesejahteraan
karyawan maupun memenuhi kebutuhan konsumen.
b. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat
sekitar lokasi perusahaan.
c. Meningkatkan hasil produksi dalam negeri melalui memproduksi kain grey
untuk memenuhi bahan baku bagi perusahaan Textile yang mempunyai Unit
proses finishing.

C. Struktur Organisasi dan Job Description


Struktur organisasi dan job description PT. Iskandar Indah Printing Textile
adalah sebagai berikut.
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Iskandar Indah Printing Textile dipimpin langsung oleh
seorang direktur utama yang membawahi Direktur dan 5 Manajer Bagian.
(Terlampir)
2. Job Description
Berdasarkan struktur organisasi diatas pada gambar 1.2, job description PT.
Iskandar Indah Printing Textile dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Direktur Utama
Tugas dan wewenang direktur utama sebagai berikut:
1) Menyusun dan menetapkan visi dan misi perusahaan
2) Mengadakan hubungan kerja sama dengan perusahaan lain
3) Memutuskan dan merumuskan kebijakan perusahaan
b. Direktur
Tugas dan wewenang direktur sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian perusahaan
2) Mengangkat dan memberhentikan karyawan
3) Memelihara dan mengawasi kekayaan perseroan terbatas
c. Manajer Produksi
Tugas dan wewenang manajer produksi sebagai berikut:
1) Membuat rencana jadwal produksi
2) Mengkoordinasi bagian weaving dan printing
3) Mengelola SDM dan material untuk memenuhi target produksi
d. Manajer Pemasaran
Tugas dan wewenang manajer pemasaran sebagai berikut:
3

1) Melakukam identifikasi, pengembangan, dan evaluasi terhadap strategi


pemasaran yang dijalankan
2) Menjalin kerja sama dengan pihak yang dapat meningkatkan penjualan
3) Menyusun strategi harga yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
e. Manajer Keuangan
Tugas dan wewenang manajer keuangan sebagai berikut:
1) Mengambil keputusan penting dalam investasi dan berbagai pembiayaan serta
semua hal yang terkait dengan keputusan tersebut
2) Menjalankan dan mengelola roda kehidupan perusahaan secara efektif dan
optimal
3) Mengkoordinasi dan mengontrol perencanaan, pelaporan, serta pembayaran
kewajiban pajak perusahaan
f. Manajer Personalia
Tugas dan wewenang manajer personalia sebagai berikut:
1) Menyusun rencana dan melakukan orientasi/training kepada karyawan baru
untuk menumbuhkan sikap positif terhadap tujuan perusahaan
2) Melakukan tahapan seleksi personal terhadap calon tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan
3) Memastikan kesejahteraan bagi tenaga kerja dalam perusahaan
g. Manajer Umum
Tugas dan wewenang manajer umum sebagai berikut:
1) Merencanakan, mengarahkan, atau mengkoordinasi pelaksanaan organisasi,
baik di bidang publik atau swasta.
2) Merumuskan kebijakan operasional
3) Merencanakan penggunaan bahan dan SDM
h. Kepala Departemen Weaving
Tugas dan wewenang kepala bagian weaving sebagai berikut:
1) Melaksanakan kebijakan produksi dari manajer produksi yaitu memproduksi
kain grey
2) Merencakan jenis produksi, jenis bahan baku dan melaksanakan produksi dalam
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang
3) Memimpin, mengarahkan, dan memantau kegiatan produksi di Departemen
weaving
i. Kepala Departemen Printing
Tugas dan wewenang kepala bagian printing sebagai berikut:
1) Melaksanakan kebijakan produksi dari manajer produksi yaitu memproduksi
kain print
2) Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan produksi kepada
bawahan, yaitu kepada pengawas produksi printing
3) Bertanggung jawab atas kegiatan produksi di Departemen printing
j. Kepala Departemen Quality Control
Tugas dan wewenang kepala bagian quality control sebagai berikut:
4

1) Memverifikasi kualitas produk


2) Memantau dan menguji perkembangan semua produk yang diproduksi oleh
perusahaan
3) Memonitor setiap proses yang terlibat dalam proses produksi
k. Kepala Unit Kendaraan
Tugas dan wewenang kepala sie kendaraan sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab atas transportasi pengiriman produk
2) Memproses berjalannya rantai pasok produk
3) bertanggung jawab atas ketersediaan kendaraan

D. Sistem Produksi dan Peta Proses Operasi


PT. Iskandar Indah Printing Textile memproduksi dari bahan baku setengah jadi
berupa benang sampai menjadi kain grey berdasarkan permintaan pesanan dari
pembeli/buyer, sistem produksi yang dijalankan adalah Make to Order (MTO) yang
berorientasikan kepada pembeli/buyer dari pihak luar sebesar 50% dan 50% diserap
pada bagian printing. Berikut ini sistem produksi dan peta proses operasi yang ada
di PT. Iskandar Indah Printing Textile.
MULAI

BENANG

BENANG LUSI BENANG PAKAN

PALET
MESIN WARPING PREPARATION
(WINDING)

MESIN SIZING
(KANJI)

CUCUK
(RACING)

TENUN
PROSCESS
(LOOM)

INSPECTING

FOLDING FINISHING

KAIN GREY

GUDANG

SELESAI

Gambar 1. 1 Peta Proses Operasi Kain Grey


5

E. Hasil Produksi dan Pemasaran


PT. Iskandar Indah Printing Textile membagi tempat produksi menjadi 2 bagian
yaitu weaving dan printing. Pada bagian Departemen Weaving menghasilkan
produk berupa kain grey yang dibagi menjadi 2 jenis kain yaitu kain katun dan kain
rayon. Kemudian kain grey yang diproduksi diserap oleh bagian printing dan
diproses menjadi berbagai jenis kain maupun pakaian batik.

Gambar 1. 2 Kain Grey

Gambar 1. 3 Batik Iskandar

F. Lokasi dan Layout Pabrik


PT. Iskandar Indah Printing Textile berlokasi di Jl. Pakel No.11, Kerten, Kec.
Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57171. Berikut merupakan gambar lokasi
PT. Iskandar Indah Printing Textile.
6

Gambar 1. 4 Lokasi PT. Iskandar Indah Printing Textile

Gambar 1. 5 Layout Pabrik PT. Iskandar Indah Printing Textile

G. Personalia
Uraian lengkap personalia pada PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Tenaga Kerja
Karyawan-karyawan PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dibagi dalam 2
bagian, yaitu:
a. Bagian Produksi, yaitu bagian yang bekerja di Departemen Weaving,
Departemen Finishing dan Departemen Printing. Pada Departemen Weaving
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu operator RRT 52, operator picanol,
operator toyoda, pengisi palet, palet, warping, pengkanjian, cucuk, pengawas
monitor, pengawas umum, bengkel, dan listrik. Adapun bagian finishing terdiri
dari inspecting, folding, dan mending.
b. Bagian non produksi, yaitu karyawan kantor sesuai dengan struktur organisasi.
7

2. Penggajian Karyawan
Penggajian keryawan PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dilakukan
menggunakan beberapa sistem upah, yaitu:
a. Upah Bulanan
Upah bulanan diberikan setiap tanggal 1 setiap bulannya, sistem gaji bulanan
ini diterima oleh staff, kepala bagian dan mandor.
b. Upah Mingguan
Upah mingguan diberikan setiap hari sabtu setiap minggunya. Sistem upah
mingguan ini diterima oleh bagian operator pada Departemen weaving,
finishing dan printing.
c. Upah borongan
Upah atau gaji yang diberikan sesuai dengan jumlah pekerja yang dapat
diselesaikan, misalnya pengepakan dan pembungkusan.
d. Upah lembur
Upah lembur diberikan ketika pekerja atau operator melakukan kerja diluar jam
kerja yang ditetapkan perusahaan.
3. Kesejahteraan Karyawan
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan, perusahaan memberikan
beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh semua karyawan dan hak yang perlu
diterima, yaitu:
a. Tunjangan.
Masing-masing pegawai tetap di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta
mendapatkan tunjangan hari raya, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan
Tunjangan pensiun. Sedangkan untuk pegawai tidak tetap hanya mendapat
tunjangan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan tunjangan hari raya.
b. Cuti Hamil
Tunjangan kesehatan yang diberikan kepada karyawan yang sedang mengambil cuti
hamil, yaitu berupa upah 50% dari upah minimum yang diterima.
c. Fasilitas kendaraan.
Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan berupa alat transportasi, guna menunjang
mobilitas keryawan ke perusahaan, yaitu berupa bus untuk karyawan.
d. Pelatihan
Terdapat beberapa pelatihan dan pengembangan bagi karyawan di PT. Iskandar
Indah Printing Textile Surakarta, bentuk pelatihan yang dilakukan berupa seminar
dan training. Seminar ditunjukan kepada para karyawan yang dirasa berkompeten
di masing-masing divisi perusahaan. Sedangkan training ditunjukan kepada
karyawan baru yang sedang dalam masa training selama 3 bulan, hal ini
dimaksudkan agar karyawan memiliki ketrampilan dan tanggungjawab terkait
dengan proses produksi produk yang berkualitas.
e. Memberikan pakaian dan seragam dinas.
f. Setiap satu tahun sekali diadakan acara santai bersama.
g. Mushola sebagai sarana ibadah seluruh karyawan.
8

4. Pembagian Jam Kerja Karyawan


Pembagian jam kerja karyawan PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta
sesuai dengan keputusan Kemenaker RI yag menyebutkan bahwa dalam satu hari
karyawan bekerja selama 8 jam, 40 jam selama 1 minggu dengan durasi istirahat
selama 1 jam. Untuk pembagian kerja operator dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. 1 Shift Karyawan Departemen Weaving dan Finishing
Departemen Weaving
Grup A 07.00 – 15.00 WIB (Istirahat: 11.30 - 12.30 WIB)
Grup B 15.00 – 23.00 WIB (Istirahat: 19.30 - 20.30 WIB)
Grup C 23.00 – 07.00 WIB (Istirahat: 03.30 - 04.30 WIB)

Tabel 1. 2 Shift Karyawan Departemen Finishing


Departemen Finishing
Senin – kamis 07.00 – 15.00 WIB (Istirahat: 11.30 - 12.30 WIB)
Jumat 07.00 – 15.00 WIB (Istirahat: 11.45 - 12.45 WIB)
Sabtu 07.00 – 12.00 WIB (Tidak ada istirahat)

5. Rekrutmen Karyawan
PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta menerima karyawan baru dengan
beberapa pertimbangan, yaitu:
a. Tingkat Pendidikan
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Pengalaman Kerja
e. Jumlah yang dibutuhkan oleh perusahaan
Kemudian diadakan ujian, bila dinyatakan lulus, maka calon karyawan diwajibkan
mengkuti Job training dengan masa percobaan selama 3 bulan. Apabila dalam masa
percobaan dianggap berhasil menyelesaikan dengan baik maka calon karyawan
tersebut diangkat menjadi keryawan perusahaan.
6. Pemberhentian karyawan
Ketentuan dalam pemberhentian keryawan yang diterapkan PT. Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta sebagai berikut :
a. Tidak mengikuti training atau mengikuti training namun tidak lulus.
b. Melanggar peraturan yang berlaku diperusahaan
c. Mengundurkan diri dari perusahaan atas permintaan sendiri.
d. Meninggal dunia.
7. Bagian Produksi
a. Proses Produksi
Proses produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta menggunakan
sistem make to order (MTO) yang berorientasikan kepada buyer 50 % dan 50%
digunakan untuk bahan pembuatan batik oleh perusahaan. Bahan-bahan yang
digunakan dalam proses produksi adalah :
9

1) Bahan pokok
a) Benang katun (benang yang berasal dari kapas)
b) Benang rayon (benang yang berasal dari serat buatan)
2) Bahan penolong
Dalam proses produksi, perusahaan juga membutuhkan beberapa bahan lagi untuk
memproses produknya. yaitu antara lain
a) Garam, sabun, kanji, soda, kaustik dan minyak tanah.
b) Naptol, deskol, reaktif, pgmen, dan direk untuk pewarnaan.
c) Sn untuk mengawetkan bahan agar tidak luntur.
d) Tepuk gajung (Cornstat) untuk melenturkan benang.
e) Akrelic untuk melenturkan benang tetapi kelenturannya lebih kuat dari pada
tepung jagung.
f) Bisulfat yang digunakan untuk menghilangkan bau pewarnaan.

H. Identifikasi Permasalahan Umum dan Permasalahan Khusus


1. Identifikasi Permasalahan Umum
Identifikasi permasalahan umum PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta
yang dihadapi pada seluruh Departemen. Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan terdapat permasalahan umum yang dihadapi yaitu meliputi manusia,
mesin, metode, material, lingkungan kerja. Permasalahan umum tersebut antara
lain.
a. Manusia
Keahlian pekerja kurang dan belum merata dikarenakan kurangnya pelatihan
kerja, belum optimalnya penerapan K3 terutama pada penggunaan earplug pada
pekerja produksi.
b. Material
Bahan baku benang yang didapatkan melalui supplier terkadang kualitasnya
kurang baik (benang mudah putus) dan tidak sesuai dengan pesanan yang tertera
sehingga mengganggu output hasil proses produksi.
c. Mesin
Kondisi mesin yang sudah tua, sehingga membutuhkan maintenance mesin
yang terjadwal rutin, staff maintenance bertanggungjawab memegang 600 mesin
dimana setiap orang staff maintenance memegang 25 mesin. Ketika mesin rusak,
sparepart mesin susah untuk dicari karena sudah langka.
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja terutama pada bagian mesin tenun dirasa sangat bising
sehingga mengganggu karyawan dalam bekerja, lingkungan kerja kurang ventilasi
udara dan banyak nya debu akibat proses produksi kain yang mengakibatkan infeksi
saluran pernapasan.
10

2. Permasalahan Khusus
Permasalahan khusus pada laporan ini berfokus pada analisis maintenance atau
perawatan mesin. Pada proses prosuksi, mesin merupakan hal yang paling krusial
sehingga perlu adanya upaya untuk menjaga keandalan dan kinerjanya agar tidak
menghambat kinerja perusahaan dalam menghasilkan produk. PT. Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta berdiri pada tahun 1976 sehingga masih menggunakan
mesin dengan usia yang cukup tua dengan rentang usia mesin antara 30-50 tahun.
Sehingga potensi untuk terjadi kerusakan cukup tinggi baik kerusakan minor
maupun major. Kerusakan tersebut dapat menggangu berjalannya proses produksi
perusahaan. Untuk menganalisa risiko operasional dalam sistem produksi PT.
Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Khususnya pada Unit mesin sizing
(kanji). Maka perlu adanya observasi dan wawancara untuk mengetahui penyebab
terjadinya kerusakan tersebut.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN KHUSUS

A. Pendahuluan Commented [u1]: Bagian pendahuluan sudah cukup baik.


PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta merupakan suatu perusahaan Namun demikian, perlu tambahan dukungan referensi pada
pernyataan-pernyataan yang dinilai penting. Usahakan ada
yang bergerak di bidang tekstil dan menjadi salah satu perusahaan kelas menengah 15 sitasi pada bagian pendahuluan ini, tanpa harus
di Jawa Tengah. PT. Iskandar Indah Printing Textile didirikan pada tahun 1977 menambah panjang bagian pendahuluan.

yang terletak di Jl. Pakel No.11, Kerten, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa
Tengah. Luas perusahaan memiliki lahan dengan luas sebesar 20.000 m2. PT.
Iskandar Indah Printing Textile memproduksi kain grey untuk bahan baku batik.
Perusahaan melakukan proses produksi untuk memenuhi permintaan di dalam
maupun luar negeri. Dalam proses produksi kain grey, raw material harus melewati
banyak proses salah satunya adalah proses pengkanjian. Proses pengkanjian
merupakan proses pelapisan benang-benang arah memanjang (benang lusi) dengan
campuran bahan kimia seperti Polyvinil Alcohol (PVA), dextrin, teepol dan lemak
hewan agar benang-benang tersebut memiliki daya tenun yang sesuai dengan
harapan dan memenuhi syarat dalam proses tenun (weaving). Dimana pada proses
tersebut menggunakan mesin sizing Rolux Enterprise. Proses pengkanjian pada
produksi kain grey di PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan proses yang
vital sehingga apabila terjadi kerusakan pada mesin sizing maka akan menghambat
aliran produksi selain itu raw material akan terhambat sehingga menyebabkan tidak
tercapainya target produksi. Disisi lain sistem perawatan yang dilaksanakan pada Commented [u2]: Ada referensinya?
perusahaan masih tergolong konvensional sehingga kurang terkendalinya
ketersediaan mesin.
Salah satu kegiatan penting dalam proses produksi salah satunya adalah
ketersediaan mesin produksi. Mesin diharapkan selalu memiliki tingkat keandalan
beroperasi. Pemeliharaan mesin produksi juga perlu dilakukan untuk menjaga
keandalan dan kinerjanya agar dapat melakukan proses produksi dengan baik
sehingga tidak menghambat aliran produksi (Jannah Dkk, 2017). Pemeliharaan Commented [u3]: Kalimat ini kok agak rancu. Tolong
merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin dicek lagi ya.

kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat
diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang dikehendaki. (Ramere Dkk,
2021). Perlu adanya solusi yang diterapkan untuk mengontrol ketersediaan mesin
sizing Rolux Enterprise dikarenakan jumlah mesin yang tersedia hanya 2 unit dan
harus beroperasi selama ±24 jam/hari.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan dapat
diketahui bahwa sistem perawatan yang diterapkan oleh perusahaan saat ini adalah
perawatan corrective, karena perusahaan hanya melakukan perbaikan pada mesin
setelah mesin mengalami kegagalan dalam beroperasi, pihak perusahaan sendiri
kurang melakukan kegiatan preventive maintenance akan tetapi yang dilakukan

11
12

hanya seperti pembersihan mesin dan pemberian pelumas, perawatan dilakukan


dengan jangka waktu seminggu sekali, selain itu belum adanya pencacatan
perawatan secara berkala seperti data historis kerusakan mesin sehingga sulit untuk
mendeteksi maupun mengendalikan kerusakan yang tidak terjadwal (unpredictive
maintenance). Pendekatan metode FMEA dan FTA dalam analisis faktor kerusakan
mesin sizing Rolux Enterprise diharap dapat menyelesaikan permasalahan dan
mengoptimalkan sistem perawatan mesin pada proses produksi khususnya
pengkanjian di PT. Iskandar Indah Printing Textile. Commented [u4]: Apakah ini rumusan masalah? Atau
Salah satu solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah masih bagian dari latar belakang permasalahan?

diperlukannya konsep maintenance yang baik dimana harus diiringi dengan metode
menganalisa penyebab penurunan performance mesin yang baik pula. Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan tindakan before the event untuk
mengeliminasi dan meminimalisasi kemungkinan kegagalan yang terjadi di masa
mendatang. (Nurul, 2020). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yaitu perlu dilakukan identifikasi risiko atau gangguan yang berpotensi untuk
muncul pada bagian mesin sizing Rolux Enterprise dengan menggunakan metode
FMEA berdasarkan nilai RPN (Risk Priority Number). Dengan demikian metode
ini diharapkan dapat mengidentifikasi dan menetapkan prioritas untuk tindakan
perbaikan pada proses yang mengalami kegagalan. Hal tersebut sejalan dengan
(Ayi, 2019), bahwa penggunaan FMEA mampu mengidentifikasi resiko kegagalan
yang terjadi selama proses produksi pada pembuatan kain dengan cara menganalisa
moda kegagalan yang menyebabkan cacat produk dengan menggunakan metode
FMEA, mendapatkan risiko kegagalan proses produksi terbesar dalam nilai RPN,
memberikan usulan perbaikan untuk produksi selanjutnya. Hasil dari identifikasi
kegagalan dapat menjadi acuan dalam melakukan perbaikan suatu mesin.
Hasil FMEA tersebut berupa risiko kegagalan pada mesin dapat dianalisis lebih
detail menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA). FTA merupakan sebuah
analytical tool yang menerjemahkan secara grafik kombinasi-kombinasi dari
kesalahan yang menyebabkan kegagalan dari sistem. Teknik ini berguna
mendeskripsikan dan menilai kejadian di dalam sistem. (Windhi Dkk, 2016). Fault
Tree merupakan gambaran hubungan timbal balik yang logis dari peristiwa
peristiwa dasar yang mendorong dalam membangun model pohon kesalahan yang
dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen dan melakukan pengamatan
langsung terhadap proses produksi di lapangan (Angga Pratama, dkk, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor kerusakan mesin sizing Rolux
Enterprise dengan menggunakan metode FMEA dan FTA di PT. Iskandar Indah
Printing Textile dan mengetahui jenis kerusakan yang terjadi pada mesin dalam
proses kanji benang, mengidentifikasi faktor penyebab dan akibat kerusakan pada
mesin serta memberikan usulan pencegahan untuk meminimalisir kejadian terulang
kembali kemudian menganalisa salah satu faktor kegagalan mesin dengan faktor
kegagalan tertinggi menggunakan analisis pohon kesalahan. Commented [u5]: Tujuan merupakan bagian terakhir
dalam pendahuluan.
13

B. Metode
Penelitian ini dilakukan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, pada
Departemen Weaving Unit Pengkanjian tanggal 1 Agustus – 31 Agustus 2021.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan tools
pengolahan data yang digunakan berupa FMEA dan FTA dengan tahapan penelitian
yang dilakukan dimulai dari identifikasi dan perumusan masalah dengan cara
melakukan pengumpulan data menggunakan observasi lapangan dan wawancara,
pada tahap observasi dilakukan pengamatan pada proses pengkanjian yang
bertujuan untuk melakukan pengamatan pada mesin sizing Rolux Enterprise dengan
melakukan pendekatan secara langsung terhadap proses produksi mesin sizing.
Dengan melakukan pendekatan tersebut peneliti dapat mengetahui faktor dan gejala
kerusakan mesin sizing Rolux Enterprise. Pada tahap wawancara dilakukan secara
langsung dengan pihak terkait yang memiliki kompetensi mengenai mesin sizing
Rolux Enterprise dengan pengalaman kerja >30 tahun yaitu Kepala Maintenance
lapangan. Data yang diambil dari sumber tunggal dikarenakan seluruh pelaporan
kerusakan dan perawatan mesin dibawah pengawasan dan pengetahuan Kepala
Maintenance. Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai data
derajat severity, occurance, dan detection.
Data tersebut digunakan untuk pengisian variabel FMEA dan mencari RPN
untuk mengetahui usulan perbaikan. Tahapan selanjutnya dilakukan pengolahan
data, pengolahan data dilakukan dengan cara merekap data yang sudah didapat dari
hasil observasi dan wawancara terkait kerusakan mesin, kemudian mencari sebab
dan akibat dari beberapa faktor kerusakan serta mengolahnya menggunakan metode
FMEA dengan pembobotan pada setiap faktor kerusakan untuk mengetahui tingkat
RPN (Widianti, 2016). Faktor kerusakan yang memiliki tingkat RPN tertinggi akan
dianalisis lebih lanjut faktor penyebabnya, kerusakan dengan resiko tertinggi
digunakan sebagai top event dalam analisis akar penyebab resiko dengan
menggunakan metode FTA (Saiful dkk, 2019). Kemudian hasil yang didapatkan Commented [u6]: Metode penelitian berisikan hal-hal
dari pengolahan data tersebut akan menjadi dasar dari usulan perbaikan yang akan teknis yang dilakukan dalam penelitian tersebut. Uraian
yang detail akan lebih baik. Referensi diperlukan untuk
direkomendasikan melalui analisis FMEA. mendukung hal teknis tersebut.
Oleh karena itu, sebutkan apa yang dilakukan, kapan dan
dimana dilakukannya, siapa saja yang terlibat, dan
C. Hasil dan Pembahasan bagaimana melakukannya.
1. Proses Identifikasi Faktor Kerusakan Mesin Sizing Rolux Enterprise Commented [u7]: Hasil dan pembahasan membicarakan
Proses identifikasi yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang hasil penelitian yang diperoleh dan membahasnya.
Pembahasan dilakukan dengan cara membandingkan hasil
digunakan antara lain data faktor dan gejala kerusakan mesin. Identifikasi faktor
yang diperoleh terhadap hasil penelitian sebelumnya.
kerusakan mesin merupakan sebuah teknik dalam tercapainya manajemen Pada bagian ini baru sebatas menyampaikan hasil penelitian
operasional yang efektif dan efisien. Metode yang digunakan yaitu FMEA. (pengolahan datanya), namun belum ada pembahasan
terhadap hasil tersebut.
Metode FMEA memiliki tujuan untuk mengidentifikasi faktor
kegagalan/kerusakan, penyebab (cause), serta akibat (effect) dari kegagalan
tersebut, sehingga dapat membantu meminimalisir dan mencegah timbulnya
kegagalan tersebut terulang terus menerus (Hery, 2018). Pada metode FMEA
langkah yang dilakukan adalah menentukan prioritas untuk setiap kegagalan
14

berdasarkan nilai RPN (Rio Agus Dkk, 2018). Berikut ini merupakan hasil
identifikasi faktor kerusakan mesin sizing Rolux Enterprise pada Departemen
weaving yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 1 Identifikasi faktor Kerusakan Mesin Sizing Rolux Enterprise
No Jenis Kegagalan Penyebab Kegagalan
1 Gearbox Gearbox macet
2 Selang Pump Selang putus/bocor
3 Bearing Bearing ambrol
4 Selang Angin Selang bocor
5 Rantai Rantai putus
6 Press Roll Press roll tidak berfungsi sempurna
7 Coupling Bush coupling aus

2. Penentuan Skala Parameter Severity, Occurance, dan Detection


Tahapan selanjutnya setelah melakukan identifikasi kerusakan yang terjadi,
kemudian dilakukan penentuan nilai parameter Severity, Occurance, dan Detection
dengan skala-skala yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. 2 Skala Parameter Severity
Skala Parameter Severity
Rank Parameter Skala
1 Tidak ada akibat Sedikit penyesuaian dan tidak mengakibatkan waktu tunggu
2 Sangat Ringan < 30 menit downtime (sedikit gangguan peralatan)
3 Ringan < 30 menit downtime (hanya sedikit gangguan mesin)
4 Minor < gangguan mesin banyak (30 menit downtime)
5 Rendah 30-60 menit downtime
6 Sedang 1-2 Jam downtime
7 Tinggi 2-4 Jam downtime
8 Sangat Tinggi 4-8 Jam downtime
9 Serius > 8 Jam downtime
10 Berbahaya > 8 Jam downtime (menimbulkan kecelakaan tiba-tiba)
Sumber: (Supriyadi, 2020)

Tabel 2. 3 Skala Parameter Occurance


Skala Parameter Occurance
Rank Parameter Tingkat Kejadian
1 Hampir tidak pernah >10000 jam operasi mesin
2 Remote 6001-10000 jam operasi mesin
3 Sangat Sedikit 3001-6000 jam operasi mesin
4 Sedikit 2001-3000 jam operasi mesin
5 Rendah 1001-2000 jam operasi mesin
6 Medium 401-1000 jam operasi mesin
7 Agak Tinggi 101-400 jam operasi mesin
15

Skala Parameter Occurance


Rank Parameter Tingkat Kejadian
8 Tinggi 11-100 jam operasi mesin
9 Sangat Tinggi 2-10 jam operasi mesin
10 Hampir Selalu <2 jam operasi mesin
Sumber: (Supriyadi, 2020)

Tabel 2. 4 Skala Parameter Detection


Skala Parameter Detection
Rank Akibat Kriteria Verbal
Kontrol selalu dapat mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme
1 Hampir Pasti
dan mode kegagalan
kontrol memiliki kemungkinan sangat tinggi untuk mendeteksi
2 Sangat Tinggi penyebab potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan tinggi untuk mendeteksi penyebab
3 Tinggi potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan moderate high untuk mendeteksi
4 Moderate High penyebab potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan moderate untuk mendeteksi penyebab
5 Moderate potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan rendah untuk mendeteksi penyebab
6 Rendah potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan sangat rendah untuk mendeteksi
7 Sangat Rendah penyebab potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan remote untuk mendeteksi penyebab
8 Remote potensial atau mekanisme dan mode kegagalan
Kontrol memiliki kemungkinan very remote untuk mendeteksi
9 Very Remote penyebab potensial atau mekanis medan mode kegagalan
Kontrol akan selalu tidak mampu untuk mendeteksi penyebab
10 Tidak Pasti potensial atau mekanisme dan mode kegagalan

Sumber: (Supriyadi, 2020)

3. Pengisian Variabel FMEA dan Perhitungan Nilai RPN


Metode FMEA memiliki tujuan untuk mengidentifikasi faktor
kegagalan/kerusakan, penyebab (cause), serta akibat (effect) dari kegagalan
tersebut, sehingga dapat membantu meminimalisir dan mencegah timbulnya
kegagalan tersebut terulang terus menerus (Hery, 2018). Pada metode FMEA
langkah yang dilakukan adalah menentukan prioritas untuk setiap kegagalan
berdasarkan nilai RPN (Rio Agus Dkk, 2018).
Nilai RPN merupakan perkalian antara nilai occurance, severity dan detection
masing-masing mode kegagalan (failure mode). Kemudian nilai dari RPN yang
telah diketahui diurutkan berdasarkan nilai tertinggi hingga yang paling rendah.
Nilai RPN tertinggi dapat diartikan bahwa komponen tersebut membutuhkan
16

penanganan yang segera apabila mode kegagalan (failure mode) terjadi. (Nuzul,
2018).

Risk Priority Number (RPN) = severity x occurance x detection ……………(1.1)

Terdapat tiga proses variabel utama dalam FMEA yaitu Severity,


Occurance, dan Detection. Ketiga proses ini berfungsi untuk menentukan nilai
rating keseriusan pada Potential Failure Mode. Rating dapat ditentukan dari skala
1 sampai dengan 10, dimana skala 1 menyatakan dampak yang paling rendah dan
skala 10 dampak yang paling tinggi. Penentuan skala harus disesuaikan antara
potential failure mode dan studi literatur.
Tabel 2. 5 Hasil Pengisian Variabel FMEA dan Perhitungan RPN Commented [u8]: Usahakan tabel tidak keluar dari batas
Jenis Penyebab Derajat Derajat Derajat tulisan.
No RPN Rank
Kegagalan Kegagalan Severity Occurance Detection
1 Gearbox Gearbox macet 6 3 6 108 2
2 Selang Pump Selang putus/bocor 6 2 6 72 3
3 Bearing Bearing ambrol 8 5 7 280 1
4 Selang Angin Selang bocor 6 4 3 72 4
5 Rantai Rantai putus 5 1 5 25 7
Press roll tidak
6 Press Roll 4 3 4 48 5
berfungsi sempurna
7 Coupling Bush coupling aus 4 2 4 32 6
Jumlah 39 20 35
Rata-rata 5.57 2.86 5

Berdasarkan hasil pengisian variabel FMEA dan perhitungan RPN dari tujuh
jenis kegagalan dengan masing-masing penyebab kegagalan. Didapatkan pada jenis
kegagalan bearing dengan penyebab kegagalan bearing ambrol mendapatkan nilai
RPN tertinggi yang berarti memiliki tingkat resiko kritis tertinggi sehingga
berdasarkan metode FMEA diharuskan memprioritaskan perawatan pada jenis
kegagalan dengan nilai RPN tertinggi. Nilai RPN tersebut diambil dari derajat
severity, occurance, dan detection dengan nilai berturut-turut 8, 5, 7. Derajat
severity tersebut didasarkan hasil pengamatan mengenai downtime mesin dengan
parameter sangat tinggi yaitu 4-8 jam downtime. Derajat occurance tersebut
didasarkan hasil pengamatan mengenai tingkat kejadian terjadinya kerusakan
dengan parameter rendah yaitu 2000 jam operasi. Kemudian untuk derajat detection
didapatkan dari hasil wawancara dengan kepala maintenance dengan parameter
sangat rendah yang berarti sangat sulit kemungkinan untuk mendeteksi kerusakan
yang terjadi.
17

4. Identifikasi Fault Tree Analysis (FTA)


Metode analisis penyebab kegagalan yang digunakan adalah tool FTA dengan
pendekatan top down yang dimulai dari top level event yang telah dianalisis
berdasarkan prioritas risiko, kemudian mencari kejadian penyebab sampai kejadian
yang paling dasar, sehingga diperoleh kejadian paling dasar dari penyebab
kegagalan yang terjadi. Hasil yang didapatkan berdasarkan diagram rank RPN jenis
kegagalan dengan nilai kritis tertinggi terdapat pada mode kegagalan dengan jenis
kegagalan bearing dan penyebab yang ditimbulkan adalah bearing ambrol. Resiko
kritis tersebut kemudian diidentifikasi menggunakan metode FTA yang digunakan
sebagai top event dalam analisis akar penyebab resiko (basic event) dengan
menggunakan FTA. Hasil identifikasi FTA dapat dilihat pada gambar 2.1.

Bearing bermasalah

Bearing ambrol Bearing aus

Mengalami
Kurang Mengalami
benturan dan Kualitas part
Suhu tinggi Umur pakai pemberian Umur pakai gesekan
gesekan buruk
pelumas grease berlebih
berlebih

Gambar 2. 1 Fault Tree Analysis (FTA) Faktor Kerusakan Mesin

Berdasarkan gambar 2.1 diagram FTA terdapat 7 basic event dari 1 top event
yang berada pada mesin sizing Rolux Enterprise. basic event merupakan faktor
penyebab terjadinya kegagalan pada part bearing, basic event tersebut diataranya
mengalami benturan dan gesekan berlebih, suhu tinggi, umur pakai, kualitas part
buruk, kurang pemberian pelumas grease, dan mengalami gesekan berlebih. Hasil
dari basic event tersebut menjadi dasar untuk mencari solusi menyelesaikan atau
meminimalisir kegagalan tersebut dapat terulang kembali.
18

5. Usulan Perbaikan
Tabel 2. 6 Hasil Usulan Perbaikan dengan Analisis FMEA
Failure Mode and Effect Analysis
Departemen : Weaving
Unit : Pengkanjian
Nama Mesin : Sizing Rolux Enterprise
Functional
No Failure Mode Failure Cause RPN Usulan Perbaikan
Failure
Terjadi karat Operator harus selalu
Macet dan
yang berlebihan menerapakan SOP,
tidak dapat
1 Gearbox kurangnya 108 penggantian oli
menghasilkan
kebersihan secara rutin.
tenaga
setelah dipakai
Masa pakai Pengecekan tekanan
Terjadi melebihi batas secara rutin,
2 Selang pump 72
kebocoran Terdampak suhu melakukan cek fisik
panas sebelum beroperasi.
Kurangnya Penjadwalan
pemberian penggantian bearing
pelumas dengan benar,
melakukan
Bearing
3 Bearing Masa pakai 280 pengecekan dan
ambrol/aus
melebihi batas pembersihan setiap
hari, melakukan
Karat berlebihan pemberian pelumas
secara rutin.
Selang Terjadi Masa pakai Melakukan cek fisik
4 72
Angin kebocoran melebihi batas sebelum beroperasi.
Masa pakai Memberi oli sebelum
5 Rantai Putus melebihi batas 25 pemakaian atau
Terjadi karat beberapa hari sekali.
Penjadwalan Pengecekan secara
6 Press roll Press rol aus penggantian 48 rutin tiap shift kerja.
tidak tepat
Terjadi masalah Melakukan
kelistrikan pengecekan secara
7 Coupling Macet Kurangnya 32 rutin setiap hari dan
pembersihan perawatan setiap
part minggu.

Berdasarkan hasil analisis FMEA yang digunakan dalam usulan perbaikan


dapat diambil kesimpulan bahwa dari hal tersebut sebaiknya dilakukan suatu
penjadwalan yang tepat untuk penggantian komponen, perlu adanya pengecekan
rutin pada tiap subgroup mesin, pengunaan mesin sesuai dengan SOP, pembersihan
yang dilakukan tiap hari dan pemberian pelumas grease yang berskala agar tidak
terjadi aus. Memprioritaskan pekerjaan perbaikan/pengantian komponen apabila
terjadi kerusakan sesuai dengan rating tertinggi nilai RPN dan identifikasi FTA
yaitu part bearing.
19

D. Kesimpulan
Hasil penelitian didapatkan beberapa faktor kerusakan mesin sizing Rolux
Enterprise antara lain, penjadwalan penggantian bearing yang tidak berskala
sehingga menyebabkan bearing ambrol, kurangnya pemberian pelumas dan kurang
nya perawatan rutin pada bearing sehingga berakibat keausan pada mesin.
Berdasarkan hasil perhitungan RPN jenis kegagalan bearing memiliki nilai kritis
tertinggi dengan derajat severity bernilai 8, derajat occurance bernilai 5, dan derajat
detection bernilai 7. Hasil analisis faktor kerusakan bearing pada mesin
menggunakan metode FTA menunjukkan 7 basic event yaitu mengalami benturan
dan gesekan berlebih, suhu tinggi, umur pakai, kualitas part buruk, dan kurangnya
pemberian pelumas berupa grease. Usulan perbaikan yang seharusnya dilakukan
yaitu Sebaiknya dalam melakukan pekerjaan operator sudah menjalankan SOP
dengan baik dan benar, Melakukan penjadwalan penggantian pada semua
komponen terutama pada komponen yang sering mengalami keausan, Sebaiknya
melakukan perawatan rutin tiap minggu, Penyediaan suku cadang yang sering
mengalami penggantian, Sebaiknya operator diberi pengarahan bagaimana
menggunakan mesin agar tidak cepat mengalami kerusakan, Memprioritaskan
pekerjaan perbaikan komponen apabila terjadi kerusakan sesuai dengan rating
tertinggi nilai RPN pada setiap failure mode yang telah dirumuskan pada penelitian
ini.

E. Ucapan Terimakasih
1. Pembimbing lapangan Bapak Agus Mulyo yang selalu menyempatkan waktu
membimbing penulis selama kerja praktik di PT. Iskandar Indah Printing
Textile.
2. Kepala Maintenance Bapak Murwanto yang telah bersedia di wawancara dan
telah membantu selama pelaksanaan kerja praktik di PT. Iskandar Indah
Printing Textile.
3. Dosen Pembimbing Bapak Much. Djunaidi, S.T., M.T. atas kesediaan beliau
membimbing penulisan laporan kerja praktik ini.
4. Saudari Riya Anjani dan Nur Khofifah yang sudah menemani dalam
melaksanakan Kerja Praktik. Commented [u9]: Ucapan terima kasih sebaiknya hanya
untuk pihak2 yang langsung terlibat dalam penelitian.

F. Daftar Pustaka
Ardiansyah, N. and Wahyuni, H. C. (2019) ‘Analisis Kualitas Produk Dengan
Menggunakan Metode FMEA dan Fault Tree Analisys (FTA) Di Exotic
UKM Intako’, PROZIMA (Productivity, Optimization and Manufacturing
System Engineering).
Bakhtiar, A., Sembiring, J. I., & Suliantoro, H. (2018) ‘Analisis Penyebab
Kecacatan Dengan Menggunkan Metode Failure Mode and Effect Analysis
( FMEA ) Dan Metode Fault Tree Analysis ( FTA ) Di PT . Alam Daya
Sakti Semarang’, Jurnal Ilmiah Teknik Industri.
20

Chi, C. F., Sigmund, D. and Astardi, M. O. (2020) ‘Classification Scheme for Root
Cause and Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) of Passenger
Vehicle Recalls’, Reliability Engineering and System Safety.
Jannah, R. M., Supriyadi, S. and Nalhadi, A. (2017) ‘Analisis Efektivitas pada
Mesin Centrifugal dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE)’.
Kardos, P., Lahuta, P. and Hudakova, M. (2021) ‘Risk Assessment Using the FMEA
method in the Organization of Running Events’, Transportation Research
Procedia.
Kartika, W. Y., Harsono, A. and Permata, G. (2016) ‘Usulan Perbaikan Produk
Cacat Fault Menggunakan Metode Fault Mode and Effect Analysis Pada
Pt. Sygma Examedia Arkanleema’, Jurnal Online Institut Teknologi
Nasional, 4(01), pp. 345–356.
Mangengre, S. (2019) ‘Implementasi Metode Fault Tree Analysis Untuk Analisis
Kecacatan Produk’, Journal of Industrial Engineering Management, 4(1).
Nurwulan, N. R. and Veronica, W. A. (2020) ‘Implementation of Failure Mode and
Effect Analysis and Fault Tree Analysis in Paper Mill: A Case Study’,
Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 9(3), pp. 171–176.
Pratama, A., Endang W. A., dan Petrus W. (2016). Analisis Penyebab Kecacatan
Wreapper Pada Mesin Single Flowrap (SFW) Menggunakan Metode
Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) & Fault Tree Analysis (FTA)
Pada PT. Nestle Indonesia. Jurnal REKAVASI, 4 (1), 1-9. Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Ramere, M. D. and Laseinde, O. T. (2021) ‘Optimization of condition-based
maintenance strategy prediction for aging automotive industrial
equipment using FMEA’, Procedia Computer Science, 180, pp. 229–238.
Sharma, K. D. and Srivastava, S. (2018) ‘Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) Implementation: A Literature Review’, Copyright Journal of
Advance Research in Aeronautics and Space Science J Adv Res Aero
SpaceSci, 5(2), pp. 2454–8669.
Subriadi, A. P. and Najwa, N. F. (2020) ‘The consistency analysis of failure mode
and effect analysis (FMEA) in information technology risk assessment’,
Heliyon, 6(1).
Supriyadi and Nabilla, M. (2020) ‘Analisa Kegagalan Produk CLIP RI dengan
Pendekatan Failure Mode and Effect Analysis ( FMEA )’, Journal of
Industrial Engineering, 5(2), pp. 101–109.
Tejaningrum, A. and Rustyani, I. (2019) ‘Analisis Kualitas Produk Menggunakan
Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Untuk Mengidentifikasi
Faktor Penyebab Dominan’, Management, and Industry (JEMI), 2(3), pp.
128–137.
Widianti, T. (2016) ‘AMTeQ 2015 Annual Meeting on Testing and Quality’.
BAB III
DESKRIPSI LAPORAN HARIAN

20
21

b
22

b
23

b
LAMPIRAN
1. Form Penilaian Pembimbing Lapangan
2. Peta Proses Operasi Kain Grey
OPERATION PROCESS CHART
NAMA OBYEK : KAIN GREY
NAMA PETA : 01
DIPETAKAN OLEH : MUHAMMAD FAUZAN
TANGGAL DIPETAKAN : 08 AGUSTUS 2021

KAIN GREY

O-1
I-1 Benang Lusi

Warping/
O-2
Penghanian

Sizing/
O-3
Kanji

Racing/
O-4
Cucuk

Loom/
O-5
Penenunan

Transportasi

O-6
Inspecting/
Inspeksi

Folding/
O-7
Pelipatan

Mending/
O-8
Perbaikan

O-9
QC
I-2

Finishing /
O-10
Pemutihan

RINGKASAN Transportasi
KEGIATAN JUMLAH WAKTU
Operasi 8 Jam
Transportasi 2 jam
Gabungan 2 jam
S-1 Penyimpanan
Total 12 jam
3. Struktur Organisasi PT. Iskandar Indah Printing Textile

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR

KEPALA KEPALA KEPALA MANAJER MANAJER MANAJER MANAJER KEPALA UNIT


DEPARTEMEN DEPARTEMEN DEPARTEMEN PRODUKSI MANAJER UMUM
PEMASARAN KEUANGAN PERSONALIA KENDARAAN
WEAVING PRINTING QUALITY CONTROL

KEPALA UNIT KEPALA UNIT KEPALA UNIT KEPALA UNIT KEPALA BAGIAN KEPALA BAGIAN KEPALA UNIT
KEPALA UNIT BAGIAN KAS
PERSIAPAN PROSES FINISHING TEKNIK PEMBUKUAN PEMBELIAN KEAMANAN

PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU


KEPALA UNIT RT
ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI

KARY AWAN
4. Data Hasil Observasi Analisis Sebab Akibat Faktor Kerusakan Mesin Sizing Rolux Enterprise
Jenis Kegagalan Mode Tingkat Kriteria
No Fungsi Penyebab Akibat Kegagalan Downtime
Kegagalan Fungsi Kegagalan Kejadian Verbal
Tidak dapat
Sistem Gagal Seal karet aus,
menghasilkan
1 Gearbox pemindah memindah Jamming/macet tidak ada 4000 Jam 1 Jam Rendah
tenaga sehingga
tenaga tenaga perawatan rutin
macet
Selang bocor
Gagal Faktor usia selang
Mengalirkan sehingga cairan 10000
2 Selang Pump mengalirkan Kebocoran sehingga part 8 Jam Rendah
coolant coolant tidak dapat Jam
cairan bocor
disalurkan
Bearing/laher
Menyangga Gagal Part aus kurang patah tidak dapat
Sangat
3 Bearing perputaran menahan Patah pemberian grease menyangga 2000 Jam 5-6 Jam
Rendah
pada shaft beban sebagai pelumas komponen yang
berputar
Media Gagal Angin dari mesin
Kompressor rusak,
4 Selang Angin penyalur mengalirkan Kebocoran kompressor tidak 2880 Jam 1 Jam Tinggi
selang bocor
angin angin dapat mengalir
Media untuk Gagal
Kurang pelumas Mesin tidak dapat > 10000
5 Rantai meneruskan meneruskan Jamming/macet 30 Menit Sedang
dan faktor usia berjalan/berputar Jam
putaran putaran
Media Gagal Press roll tidak
3000-4000 Sedang
6 Press Roll pengantar mengalirkan Jamming/macet Press roll aus berfungsi <30 Menit
Jam tinggi
benang benang sempurna
Media Gagal
Coupling tidak Sedang
7 Coupling meneruskan meneruskan Jamming/macet Bush coupling aus 6000 Jam <30 Menit
berfungsi tinggi
putaran putaran
5. Data Hasil Observasi Kerusakan Mesin Sizing Rolux Enterprise Bulan Agustus

Mesin Uraian Waktu


Tanggal Nama Mesin Perawatan
Rusak Kegiatan Kejadian
Pengecekan
Mesin Sizing Rolux
01/08/2021  dan pemberian 08:00
Enterprise 1 & 2
pelumas
Bearing aus,
Mesin Sizing Rolux
04/08/2021  penggantian 10:45
Enterprise 1
part
Selang pump
bocor,
Mesin Sizing Rolux
05/08/2021  Penggantian 21:00
Enterprise 2
selang pump
kompressor
Pengecekan
Mesin Sizing Rolux rutin dan
08/08/2021  08:00
Enterprise 1 & 2 pemberian
pelumas
Bearing
Mesin Sizing Rolux ambrol,
09/08/2021  9:30
Enterprise 2 penggantian
part
Pengecekan
Mesin Sizing Rolux  rutin dan
15/08/2021  08:00
Enterprise 1 & 2 pemberian
pelumas
Mesin Sizing Rolux Mesin macet,
16/08/2021  14:10
Enterprise 1 Cek kelistrikan
Pengecekan
Mesin Sizing Rolux rutin dan
22/08/2021  08:00
Enterprise 1 & 2 pemberian
pelumas
Gearbox
Mesin Sizing Rolux
28/08/2021  macet, 19:00
Enterprise 2
perbaikan
6. Dokumentasi

Departemen Weaving

Pemberian Kenang-Kenangan

Dokumentasi Wawancara

Anda mungkin juga menyukai