Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
SAK ANISIETAS
1. Pegertian
Ansietas merupakan reaksi secara emosional terhadap suatu hal yang dianggap
mengancam . Pengertian lain ansietas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, ansietas
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Ansietas adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai
kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ciri –ciri fisik kecemasan Yaitu Kegelisahan kegugupan,Tangan atau anggota
tubuh bergetar,Banyak berkeringat,Telapak tangan berkeringat,Pening,Mulut atau
kerongkongan terasa kering,Sulit berbicara,Sulit bernapas ,Bernapas
pendek,Jantung berdebar keras atau berdetak kencang,Suara yang bergetar ,Jari-
jari atau anggota tubuh menjadi dinginm.Leher atau punggung terasa
kaku ,Sensasi seperti tercekik atau tertahan, dan sakit perut atau mual.
C. PENGKAJIAN
a. Identitas klien/pasien
b. Keluhan utama
c. riwayat kesehatan sekarang
d. riwayat kesehatan masa lalu
e. riwayat kesehatan keluarga
f. riwayat keadaan psikososial
g. setatus mental
h. pemeriksaan fisik
i. pola kebiasaan sehari-hari
D. POHON MASALAH
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur
2. Persiapan peningkatan persiapan diri
3. Anisetas
Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. (2021). Buku Panduan Kepeperawatan jiwaFakultas Ilmu
Keperawatan Program Study D3 Keperawatan. Semarang: Faculty Of Nursing, Islamic Sultan
Agung Semarang.
Hidayatullah.,F. 2017. Asuhan Keperawatan Tn. P Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman: Ansietas pada Pasien Abses Hati di RSUP H. Adam Malik. PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
KEPUTUSASAAN
Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
SAK KEPUTUSASAAN
B. PROSESTERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Keputusasaan adalah adanya perasaan terbatas pada individua tau minimnya
alternative atau pilihan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Missal pada pekerja seks kompersial dan pada remaja geng montor yang
mengalami keputusasaan mereka maupun menemukan makna hidup dengan logo
terapi
C. PENGKAJIAN
Identitas klien/pasien
Keluhan utama
riwayat kesehatan sekarang
riwayat kesehatan masa lalu
riwayat kesehatan keluarga
riwayat keadaan psikososial
setatus mental
pemeriksaan fisik
pola kebiasaan sehari-hari
D. POHON MASALAH
Ketidakerdayaan
Keputusasaan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keputusasaan
Resiko ketidakberdayaan
Isolasi sosial
Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
1. Definisi
Harga diri rendah situasional adalah presepsi negative terhadap diri sendiri,
disebabkan oleh pergeserannya penilaian diri dari yang tadinya positif menjadi
negative .Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan
dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri
sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi
C. PENGKAJIAN
a) Identitas klien/pasien
b) Keluhan utama
c) riwayat kesehatan sekarang
d) riwayat kesehatan masa lalu
e) riwayat kesehatan keluarga
f) riwayat keadaan psikososial
g) setatus mental
h) pemeriksaan fisik
i) pola kebiasaan sehari-hari
D. POHON MASALAH
Isolasi sosial
SP 1 Pasien : menilai harga diri rendah dan berlatih dengan aktivitas positif
SP 2 Pasien : mengevaluasi assesmen harga diri rendah serta mengetahui faedah berlatih
hal positif 1, perlatih hal positif 2
SP 1 Keluarga : menerangkan keadaan klien dan cara merawatnya
SP 2 Keluarga : penilaian terkait tugas keluarga terhadap klien cara merawat dan
memfollw up klien
G. REFERENSI :
Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
3. Etiologi
a. Kemungkinan etiologi:
1) Disfungi proses berduka.
2) Kurangnya umpan balik positif.
3) Umpan balik negatif yang konsisten.
C. Pengkajian
a. Identitas klien/pasien
b. Keluhan utama
c. riwayat kesehatan sekarang
d. riwayat kesehatan masa lalu
e. riwayat kesehatan keluarga
f. riwayat keadaan psikososial
g. setatus mental
h. pemeriksaan fisik
i. pola kebiasaan sehari-hari
D. Pohon masalah
E. Diagnosa keperawatan :
Harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan.
Sp I pasien :
Assesmen ketidak berdayaan dan latihan berfikir positif
Sp II Pasien :
Evaluasi asesmen ketidakpercayaan, kegunaan pengembangan harapan yang
positif serta latihan dalam kontrol perasaan ketidak berdayaan
Sp I Keluarga :
Penjelasan kondisi pasien dan cara Merawat
Sp II Keluarga :
Menilai kesimpulan akhir keterlibatan pihak bertekad bagaimana bentuk
Trainning dalam mengatur perasaan ketidakberdayaan serta menindaklanjutinya
G. REFERENSI :
Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
1. Pengertian
Citra tubuh adalah salah satu bagian konsep diri Yang mana dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif dan fisik. Selain itu citra tubuh merupakan kumpulan dari sikap
individu, disadari ataupun tidak disadari ternyata tubuhnya, termasuk di dalamnya
persepsi seseorang mengenai masa lalu dan masa sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh merupakan persepsi ketidak
Puasan akan perubahan tubuh karena tidak seperti keinginan oleh individu yang
bersangkutan.
Subjektif :
Adanya penolakan klien terhadap perubahan anggota tubuhnya
Klien mengungkapkan hal negatif tentang ketidak berfungsi Yan
anggota itu punya
Klien memiliki perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak berharga
Klien tidak mau berkomunikasi dengan yang lain
Klien menuntut anggota tubuh yang tidak berfungsi
Klien menyatakan kehilangan fungsi anggota tubuhnya secara terus
menurus
Kalian merasa ada yang beda dengan anggota tubuhnya
3. Etiologi
1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi,
suntikan, pemasangan, alat di dalam tubuh.
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai
dengan pemasangan
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem
tubuh
5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6) Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi,
respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
7) Memungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)
8) Kekurangan umpan balik positif
9) Kegagalan yang dirasakan
10) arapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
Perkembangan ego mengalami ketardasi
11) Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi
12) Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada
dinamika-dinamika keluarga
C. Pengkajian
1. Identitas klien/pasien
2. Keluhan utama
3. riwayat kesehatan sekarang
4. riwayat kesehatan masa lalu
5. riwayat kesehatan keluarga
6. riwayat keadaan psikososial
7. setatus mental
8. pemeriksaan fisik
9. pola kebiasaan sehari-hari
D. Pohon masalah
E. Diagnosa keperawatan :
Sp I pasien :
Menilai gangguan citra tubuh dan memastikan klien dapat menerima keadaan
tubuh nya
Sp II Pasien :
Evaluasi gangguan citra tubuh, mengetahui Faidah memiliki keinginan positif
dan exercise dalam mengontrol ketidak berdayaan yang dialami klien
Sp I Keluarga :
Menjelaskan hal terkait pasien dan cara merawatnya
Sp II Keluarga :
Supervisi peran pada keluarga dalam merawat klien, dan bagaimana keluarga
mengajarkan klien untuk diet supaya tercipta bentuk tubuh yang ideal
G. REFERENSI :
Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
3. Etiologi
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan adalah
pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan (Husnudzon) dan
kompensasi yang positif (konstruktur). Apa bila kondisi tersebut tidak tercapai, maka
akan berdampak pada terjadinya depresi. Pada saat individu depresi sering menunjukkan
sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun
C. Pengkajian
Faktor Predisposisi
1. Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam bersikap
optimis dan menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur mempunyai
kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat kepekaan
yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk kambuh kembali.
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di masa kanak-kanak akan
memengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa
dewasa.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi
individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit,
kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.
Perilaku:
1) Menangis atau tidak mampu menangis.
2) Marah.
3) Putus asa.
4) Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
D. Pohon masalah
Kehilangan objek eksternal
Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehilangan sesesuatu atau seseorang yang berarti
Kehilangan suatu aspek diri
Kehilangan hidup
E. Diagnosa keperawatan :
2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan memberikan
dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan marahnya secara
verbal tanpa melawan kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah
adalah ekspresi frustasi dan ketidakberdayaan.
G. REFERENSI :
Fajri.,H.,A.,A.,A. Aprillya., D. 2017. LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN KEHILANGAN DAN
BERDUKA. AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
STIMULASI PERKEMBANGAN SEHAT JIWA PADA ANAK SEKOLAH
(USIA 12-18 TAHUN)
Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep
SEHAT MENTAL 5
1. Definisi
Untuk mampu mencapai hal ini, maka remaja harus membawa segalanya
secara bersamaan untuk belajar mengenai diri mereka sendiri sebagai seorang
anak laki-laki atau perempuan, seorang atlet, seorang teman, sebagai juru tulis
toko rokok, sebagai pelajar, seorang pemandu dan sebagainya. Selain itu
mengintegrasikan perbedaan pandangan mereka sendiri secara keseluruhan untuk
bisa dipertimbangkan.
3. Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Normal
Menilai diri secara objektif, kelebihan dan
kekurangan diri
Bergaul dengan teman
Memiliki teman curhat
Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka,
pengajian, bela diri)
Bertanggung jawab dan mampu mengambil
keputusan tanpa tergantung pada orang tua
Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-
cita masa depan
Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak
asusila
Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk
memenuhi keinginan yang berlebihan dan negatif
Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru
dan bersikap baik pada teman
Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup
b. Karakteristik penyimpangan perkembangan
Tidak menemukan ciri khas (kelebihan dan
kekurangan diri)
Merasa bingung, bimbang
Tidak memiliki rencana masa depan
Tidak mampu berinteraksi secara baik dengan
lingkungan, perilaku antisosial
Tidak menyukai dirinya sendiri, tidak mandiri
Kesulitan mengambil keputusan
Tidak mempunyai minat terhadap kegiatan yang
positif
Menyendiri, tidak suka bergaul dengan teman
C. PENGKAJIAN
D. POHON MASALAH
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PERKEMBANGAN NORMAL
a. Intervensi generalis :
Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Tidak membatasi atau terlalu mengekang remaja melainkan membimbingnya.
Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan bakat dan
kepribadian diri :
Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-
cita remaja.
Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan
apapun.
b. Intervensi spesialis :
Terapi kelompok terapeutik : remaja.