Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS


ANISIETAS

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)

SAK ANISIETAS

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pegertian
Ansietas merupakan reaksi secara emosional terhadap suatu hal yang dianggap
mengancam . Pengertian lain ansietas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, ansietas
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Ansietas adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai
kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ciri –ciri fisik kecemasan Yaitu Kegelisahan kegugupan,Tangan atau anggota
tubuh bergetar,Banyak berkeringat,Telapak tangan berkeringat,Pening,Mulut atau
kerongkongan terasa kering,Sulit berbicara,Sulit bernapas ,Bernapas
pendek,Jantung berdebar keras atau berdetak kencang,Suara yang bergetar ,Jari-
jari atau anggota tubuh menjadi dinginm.Leher atau punggung terasa
kaku ,Sensasi seperti tercekik atau tertahan, dan sakit perut atau mual.

2. Penyebab gejala kecemasan


Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan mental yang serius.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya masalah pada fungsi otak yang
mengatur rasa takut dan emosi.
Ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena
gangguan kecemasan, yaitu:

 Pengalaman negatif yang menyebabkan stres atau trauma psikologis.


 Keturunan.
 Gangguan kepribadian.
 Masalah hidup yang besar, misalnya quarter life crisis.
 Efek samping obat atau zat tertentu, termasuk kafein dan narkoba.
 Penyakit tertentu, seperti gangguan irama jantung dan penyakit tiroid.

C. PENGKAJIAN
a. Identitas klien/pasien
b. Keluhan utama
c. riwayat kesehatan sekarang
d. riwayat kesehatan masa lalu
e. riwayat kesehatan keluarga
f. riwayat keadaan psikososial
g. setatus mental
h. pemeriksaan fisik
i. pola kebiasaan sehari-hari

D. POHON MASALAH

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

Anisetas (core problem)

Koping individu tak efektif

Kurang pengetahuan Perubahan fisik/operasi/setressor fisik

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur
2. Persiapan peningkatan persiapan diri
3. Anisetas

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Mendialogkan berkaitan dengan ansietas seperti


patofisologi factor dari sebab nya,symptom (gejala) dan
impactnya.
2. Melatih bagaimana menata hati atau perasaan dan fisik
dari proses relaksasi.
 SP1 : Kajian tentang ansietas dan mengajarkan
cara merelaksasi
 SP2 : Evaluasi asesmen yang
sebelumnya ,kegunaan relaksasi dan latih 5 jari
(hypnosis) dan aktivitas pemenuhan jiwa atau
spiritual
G. REFERENSI :

Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. (2021). Buku Panduan Kepeperawatan jiwaFakultas Ilmu
Keperawatan Program Study D3 Keperawatan. Semarang: Faculty Of Nursing, Islamic Sultan
Agung Semarang.
Hidayatullah.,F. 2017. Asuhan Keperawatan Tn. P Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman: Ansietas pada Pasien Abses Hati di RSUP H. Adam Malik. PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
KEPUTUSASAAN

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)

SAK KEPUTUSASAAN

B. PROSESTERJADINYA MASALAH

1. Definisi
Keputusasaan adalah adanya perasaan terbatas pada individua tau minimnya
alternative atau pilihan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Missal pada pekerja seks kompersial dan pada remaja geng montor yang
mengalami keputusasaan mereka maupun menemukan makna hidup dengan logo
terapi

2. Tanda dan Gejala

a. Perkataan penderita mengenai kondisi segala sisi dari


hidupnya yang krisis ghairah dan amat terasa kosong
hatinya “ saya tidak dapat melakukan sesuatu “
b. Mimic muka yang murung dan prilaku sering mengeluh
c. Minimnya bicara padahal enggan berkomunikasi satu
halpun
d. Memperlihatkan rasa murung serta efek datar atau miskin
ekspresi
e. Adanya isolasi sosial
f. Minimnya kontak mata secara langsung
g. Menunjukan prilaku acuh tak acuh
h. Terlihat selalu melankolis atau negative introvert akut
i. Hilangnya selera makan
j. Sering tidur
k. Males merawat diri
l. Kurang kompratif dalam perawatan
m. Kondisi pasca anisetas

C. PENGKAJIAN

 Identitas klien/pasien
 Keluhan utama
 riwayat kesehatan sekarang
 riwayat kesehatan masa lalu
 riwayat kesehatan keluarga
 riwayat keadaan psikososial
 setatus mental
 pemeriksaan fisik
 pola kebiasaan sehari-hari

D. POHON MASALAH

Ketidakerdayaan

Keputusasaan

Harga Diri Rendah

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Keputusasaan
 Resiko ketidakberdayaan
 Isolasi sosial

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

 Mendialogkan penyebab terjadinya putus asa dan penyebab berubahnya pikiran


/perasaan/prilaku
 Berlatih untuk berfikir positif,sehingga dapat menemukan harapan dan makna
hidup
 Melatih aktifitas yang bisa menghantarkan pada penemuan keingginan dan
hakikat hidup

SP 1 Pasien : penilaian keputusasaan dan training menanamkan sugesti sehingga


dapat menemukan keingginan dan hakikat hidup.
SP 2 Pasien : intropeksidari penilaian akhir assesmen/penilaian keputusan,
pentingnya positif thingking dan training melalui kegiatan agar menciptakan
harapan atau keingginan dan hakikat hidup.
SP 1 Keluarga : keterangan keadaan klien serta bagaimana merawatnya
SP 2 Keluarga : menilai kembali bagaimana peran keluarga merawat pasien serta
upaya menindak lanjuti
G. REFERENSI :

Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. (2021). Buku Panduan Kepeperawatan jiwaFakultas


Ilmu Keperawatan Program Study D3 Keperawatan. Semarang: Faculty Of Nursing,
Islamic Sultan Agung Semarang.
ENDAFYAUA.,A.,A. 2020. LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH PSIKOSOSIAL
KEPUTUSASAAN STATE KEPERAWATAN JIWA.KEMENTRIAN
RISET,TEKNOLOGI , DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDRAL
SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)

SAK HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi
Harga diri rendah situasional adalah presepsi negative terhadap diri sendiri,
disebabkan oleh pergeserannya penilaian diri dari yang tadinya positif menjadi
negative .Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan
dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri
sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi

2. Tanda dan gejala

 Menyatakan rasa malu dan bersalah


 Sering mengatakan dirinya jelek
 Menyatakan bahwa dirinya lemah
 Tindakan menyalahkan diri sendiri secara terus menerus
 Sangat sulit dalam menempatkan keputusan

C. PENGKAJIAN

a) Identitas klien/pasien
b) Keluhan utama
c) riwayat kesehatan sekarang
d) riwayat kesehatan masa lalu
e) riwayat kesehatan keluarga
f) riwayat keadaan psikososial
g) setatus mental
h) pemeriksaan fisik
i) pola kebiasaan sehari-hari

D. POHON MASALAH
Isolasi sosial

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh


E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko harga diri rendah situasional


 Harga diri rendah situasional
 Resiko ketidak berdayaan

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 Pasien : menilai harga diri rendah dan berlatih dengan aktivitas positif
SP 2 Pasien : mengevaluasi assesmen harga diri rendah serta mengetahui faedah berlatih
hal positif 1, perlatih hal positif 2
SP 1 Keluarga : menerangkan keadaan klien dan cara merawatnya
SP 2 Keluarga : penilaian terkait tugas keluarga terhadap klien cara merawat dan
memfollw up klien

G. REFERENSI :

Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. (2021). Buku Panduan Kepeperawatan jiwaFakultas


Ilmu Keperawatan Program Study D3 Keperawatan. Semarang: Faculty Of Nursing,
Islamic Sultan Agung Semarang.
Ambarati., Heryanti.,E ., Pratama.,Y. Rizky., P., Thaniyah., L., D. 2019. LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN
KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KASUARI RUMAH SAKIT
JIWA DR RADJIMAN WEDIONINGRAT LAWANG. PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN : MALANG
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
KETIDAKBERDAYAAN

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. Masalah Utama
SAK Ketidakberdayaan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna; suatu kurang kontrol terhadap situasi tertentu atau kejadian baru yang
dirasakan. Kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya kontrol personal
terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang mempengaruhi pandangan, tujuan
dan gaya hidup. Ketidakberdayaan adalah perasaan yang dialami semua orang dalam
derajat yang berbeda pada situasi yang berlainan.
Stephenso dalam Carpenito menggambarkan dua jenis ketidak-berdayaan, yaitu :
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya
hidup, dan hubungan.Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan mungkin
lebih bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang mengalami
ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan situasional.

2. Tanda dan Gejala


a. Mengungkapkan dirinya tidak produktif
b. Mengungkapkan dirinya tidak memiliki pengaruh atau mengendalikan keadaan
c. Mengungkapkan keraguan pada penampilan peran
d. Mengungkapkan rasa puas serta frustrasi dari kegiatan sebelumnya
e. Mengungkapkan keraguan pada penampilan peran
f. Menyatakan adanya tidak mampu merawat diri
g. Enggan terlibat saat diberi kesempatan dalam kegiatan musyawarah
h. Memilih tidak mengambil kesempatan untuk bergabung dalam pemilihan
keputusan
i. Punya sifat menggantung kan orang lain yang hal ini pertam pak iritabilitas,
marah dan rasa bersalah
j. Perkataan serta gerakan lambat
k. Agak lemas gundah
l. Adanya rasa tidak peduli dan sedikit terlibat aktivitas
m. Gairah makan buruk
n. Cenderung menyendiri

3. Etiologi
a. Kemungkinan etiologi:
1) Disfungi proses berduka.
2) Kurangnya umpan balik positif.
3) Umpan balik negatif yang konsisten.

b. Faktor yang berhubungan:


 Patofisiologis :
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat menyebabkan
ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan ketidakberdayaan.
Beberapa sumber umum antara lain:
a. Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder akibat CVA,
trauma servikal, infark miokard, nyeri.
b. Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab peran,
sekunder akibat pembedahan, trauma, artritis.
c. Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder akibat
sklerosis multipel, kanker terminal.
d. Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
e. Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat depresi.

2) Situasional (Personal, Lingkungan)


a. Berhubungan dengan perubahan status kuratif menjadi paliatif.
b. Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan pembatasan gaya hidup,
sekunder akibat (sebutkan)
c. Berhubungan dengan pola makan yang berlebihan.
d. Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat mengontrol nilai (mis.,
lokus kontrol internal).
e. Berhubungan dengan pengaruh pembatasan rumah sakit atau lembaga.
f. Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan (helplessness).
g. Berhubungan dengan rasa takut akiat penolakan (ketidaksetujuan).
h. Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak terpenuhi.
i. Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-menerus.
j. Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.
k. Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
l. Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat.
 Maturasional:
a. Anak remaja: berhubungan dengan masalah pengasuhan anak.
b. Dewasa: berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari satu kali, sekunder
akibat penuaan (mis., pensiun, defisit sensori, defisit motorik, uang, orang
terdekat.

C. Pengkajian

a. Identitas klien/pasien
b. Keluhan utama
c. riwayat kesehatan sekarang
d. riwayat kesehatan masa lalu
e. riwayat kesehatan keluarga
f. riwayat keadaan psikososial
g. setatus mental
h. pemeriksaan fisik
i. pola kebiasaan sehari-hari

D. Pohon masalah
E. Diagnosa keperawatan :
Harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan.

F. Rencana tindakan keperawatan :

 Sp I pasien :
Assesmen ketidak berdayaan dan latihan berfikir positif
 Sp II Pasien :
Evaluasi asesmen ketidakpercayaan, kegunaan pengembangan harapan yang
positif serta latihan dalam kontrol perasaan ketidak berdayaan
 Sp I Keluarga :
Penjelasan kondisi pasien dan cara Merawat
 Sp II Keluarga :
Menilai kesimpulan akhir keterlibatan pihak bertekad bagaimana bentuk
Trainning dalam mengatur perasaan ketidakberdayaan serta menindaklanjutinya

G. REFERENSI :

Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. (2021). Buku Panduan Kepeperawatan jiwaFakultas


Ilmu Keperawatan Program Study D3 Keperawatan. Semarang: Faculty Of Nursing,
Islamic Sultan Agung Semarang.
.Utami.,P.,A.,U. 2011. LAPORAN PENDAHULUAN KETIDAKBERDAYAAN .
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA : JURUSAN KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
GANGGUAN CITRA TUBUH

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. Masalah Utama
SAK GANGGUAN CITRA TUBUH

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian
Citra tubuh adalah salah satu bagian konsep diri Yang mana dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif dan fisik. Selain itu citra tubuh merupakan kumpulan dari sikap
individu, disadari ataupun tidak disadari ternyata tubuhnya, termasuk di dalamnya
persepsi seseorang mengenai masa lalu dan masa sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh merupakan persepsi ketidak
Puasan akan perubahan tubuh karena tidak seperti keinginan oleh individu yang
bersangkutan.

2. Tanda dan Gejala


 Objektif :
 Adanya bagian tubuh yang hilang
 Adanya bentuk tubuh yang berubah
 Klien menyembunyikan tubuh yang bermasalah
 Klien menghindari untuk melihat bagian tubuhnya
 Adanya penurunan pada aktivitas sosial klien

 Subjektif :
 Adanya penolakan klien terhadap perubahan anggota tubuhnya
 Klien mengungkapkan hal negatif tentang ketidak berfungsi Yan
anggota itu punya
 Klien memiliki perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak berharga
 Klien tidak mau berkomunikasi dengan yang lain
 Klien menuntut anggota tubuh yang tidak berfungsi
 Klien menyatakan kehilangan fungsi anggota tubuhnya secara terus
menurus
 Kalian merasa ada yang beda dengan anggota tubuhnya

3. Etiologi
1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi,
suntikan, pemasangan, alat di dalam tubuh.
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai
dengan pemasangan
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem
tubuh
5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6) Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi,
respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
7) Memungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)
8) Kekurangan umpan balik positif
9) Kegagalan yang dirasakan
10) arapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
Perkembangan ego mengalami ketardasi
11) Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi
12) Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada
dinamika-dinamika keluarga

C. Pengkajian

1. Identitas klien/pasien
2. Keluhan utama
3. riwayat kesehatan sekarang
4. riwayat kesehatan masa lalu
5. riwayat kesehatan keluarga
6. riwayat keadaan psikososial
7. setatus mental
8. pemeriksaan fisik
9. pola kebiasaan sehari-hari

D. Pohon masalah

Gangguan isolasi social

Gangguan citra tubuh


Perubahan bentuk tubuh

E. Diagnosa keperawatan :

1. Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh


2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Defisit perawatan diri

F. Rencana tindakan keperawatan :

 Sp I pasien :
Menilai gangguan citra tubuh dan memastikan klien dapat menerima keadaan
tubuh nya
 Sp II Pasien :
Evaluasi gangguan citra tubuh, mengetahui Faidah memiliki keinginan positif
dan exercise dalam mengontrol ketidak berdayaan yang dialami klien
 Sp I Keluarga :
Menjelaskan hal terkait pasien dan cara merawatnya
 Sp II Keluarga :
Supervisi peran pada keluarga dalam merawat klien, dan bagaimana keluarga
mengajarkan klien untuk diet supaya tercipta bentuk tubuh yang ideal

G. REFERENSI :

Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. (2021). Buku Panduan Kepeperawatan jiwaFakultas


Ilmu Keperawatan Program Study D3 Keperawatan. Semarang: Faculty Of Nursing,
Islamic Sultan Agung Semarang
MAELANI.,I., 2016., LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CITRA TUBUH.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH LROGRAM STUDI
PROFESI KEPERAWATAN BEKASI.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
BERDUKA

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. Masalah Utama
SAK Berduka

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini
diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing – masing orang dan
didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang
dianutnya.

2. Tanda dan Gejala


1) Efek fisik Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah,berat badan menurun, sakit
kepala, berat badan menurun, sakit kepala, pandangan kabur, susah bernapas, palpitasi
dan kenaikan berat , susah bernapas.
2) Efek emosi Mengingkari, bersalah , marah, kebencian, depresi,kesedihan, perasaan gagal,
perasaan gagal, sulit untuk berkonsentrasi, gagal dalam menerima kenyataan, iritabilita,
perhatian terhadap orang yang meninggal.
3) Efek social :
 Menarik diri dari lingkungan.
 Isolasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.

3. Etiologi
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan adalah
pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan (Husnudzon) dan
kompensasi yang positif (konstruktur). Apa bila kondisi tersebut tidak tercapai, maka
akan berdampak pada terjadinya depresi. Pada saat individu depresi sering menunjukkan
sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun
C. Pengkajian

 Faktor Predisposisi
1. Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam bersikap
optimis dan menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur mempunyai
kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat kepekaan
yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk kambuh kembali.
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di masa kanak-kanak akan
memengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa
dewasa.

 Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi
individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit,
kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.
Perilaku:
1) Menangis atau tidak mampu menangis.
2) Marah.
3) Putus asa.
4) Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
D. Pohon masalah
Kehilangan objek eksternal
Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehilangan sesesuatu atau seseorang yang berarti
Kehilangan suatu aspek diri
Kehilangan hidup

Koping individu inefektif Causa

Isolasi Sosial : Menarik Diri Cor Problem

Perubahan sensori persepsi :


Effect
Halusinasi

E. Diagnosa keperawatan :

a. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual.


b. Berduka disfungsional.
c. Berduka fungsional.

F. Rencana tindakan keperawatan :

1. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah memberi


kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara berikut.

a. Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.


b. Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan kehilangan pasien
secara emosional.
c. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum dan menghakimi.
d. Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada individu yang
mengalami kehilangan.
e. Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk bahu, dan
merangkul.
f. Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas, dan singkat.
g. Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.

2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan memberikan
dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan marahnya secara
verbal tanpa melawan kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah
adalah ekspresi frustasi dan ketidakberdayaan.

a. Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).


b. Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.
c. Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.

3. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining) adalah membantu


pasien mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan takutnya.

a. Amati perilaku pasien.


b. Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.
c. Tingkatkan harga diri pasien.
d. Cegah tindakan merusak diri.

4. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi tingkat


depresi, risiko merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah.

a. Observasi perilaku pasien.


b. Diskusikan perasaan pasien.
c. Cegah tindakan merusak diri.
d. Hargai perasaan pasien.
e. Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.
f. Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.
g. Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.

5. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance) adalah membantu


pasien menerima kehilangan yang tidak dapat dihindari dengan cara berikut.

a. Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.


b. Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.

G. REFERENSI :
Fajri.,H.,A.,A.,A. Aprillya., D. 2017. LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN KEHILANGAN DAN
BERDUKA. AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
STIMULASI PERKEMBANGAN SEHAT JIWA PADA ANAK SEKOLAH
(USIA 12-18 TAHUN)

Wiwit Prihatini
40901900063
Dosen pembimbing : Ns. Wigyo, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)

SEHAT MENTAL 5

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Teori Perkembangan Psikososial mengatakan bahwa ada dimensi dalam


hubungan interpersonal selama tahap adolescent yaitu identitas versus
kebingungan peran (identity versus role confusion). Ini merupakan tahap
perkembangan kelima dari delapan tahap perkembangan menurut Erikson.

Untuk mampu mencapai hal ini, maka remaja harus membawa segalanya
secara bersamaan untuk belajar mengenai diri mereka sendiri sebagai seorang
anak laki-laki atau perempuan, seorang atlet, seorang teman, sebagai juru tulis
toko rokok, sebagai pelajar, seorang pemandu dan sebagainya. Selain itu
mengintegrasikan perbedaan pandangan mereka sendiri secara keseluruhan untuk
bisa dipertimbangkan.

2. Tugas perkembangan pada usia 12 sampai 18 tahun ini meliputi:

a. Membentuk rasa identitas versus kebingungan peran.


b. Mempelajari siapa laki-laki dan perempuan dan bagaimana jenis kelamin laki-laki
atau perempuan akan mengatur gambaran diri yang baru
c. Menunjukkan emansipasi dari orang tua
d. Memilih pekerjaan
e. Menentukan sistem nilai

3. Karakteristik Perilaku

a. Karakteristik Normal
 Menilai diri secara objektif, kelebihan dan
kekurangan diri
 Bergaul dengan teman
 Memiliki teman curhat
 Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka,
pengajian, bela diri)
 Bertanggung jawab dan mampu mengambil
keputusan tanpa tergantung pada orang tua
 Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-
cita masa depan
 Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak
asusila
 Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk
memenuhi keinginan yang berlebihan dan negatif
 Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru
dan bersikap baik pada teman
 Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup
b. Karakteristik penyimpangan perkembangan
 Tidak menemukan ciri khas (kelebihan dan
kekurangan diri)
 Merasa bingung, bimbang
 Tidak memiliki rencana masa depan
 Tidak mampu berinteraksi secara baik dengan
lingkungan, perilaku antisosial
 Tidak menyukai dirinya sendiri, tidak mandiri
 Kesulitan mengambil keputusan
 Tidak mempunyai minat terhadap kegiatan yang
positif
 Menyendiri, tidak suka bergaul dengan teman
C. PENGKAJIAN

1) Pertumbuhan dan perkembangan


2) Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan)
3) Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan
pikiran tentang bunuh diri atau membunuh orang lain)
4) Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
5) Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari (rumah, sekolah)
6) Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial,
acting out, menarik diri)
7) Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
8) Persepsi remaja tentang/dan kepuasan terhadap keadaan
kesehatan
9) Tujuan kesehatan remaja
10) Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
11) Sumber materi dan nara sumber yang tersedia bagi remaja
(sahabat, sekolah dan keterlibatannya dalam kegiatan di
masyarakat)

D. POHON MASALAH

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Kesiapan peningkatan perkembanagan usia remaja


2) Potensial pembentukan identitas diri
3) Resiko tidak efektifnya penampilan peran
4) Potensial berhubungan akrab dengan orang lain
5) Resiko isolasi sosial
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. PERKEMBANGAN NORMAL
a. Intervensi generalis :
 Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat.
 Tidak membatasi atau terlalu mengekang remaja melainkan membimbingnya.
 Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan bakat dan
kepribadian diri :
 Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-
cita remaja.
 Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan
apapun.
b. Intervensi spesialis :
 Terapi kelompok terapeutik : remaja.

2. INTERVENSI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN


a. Intervensi generalis :
 Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif (olah raga, seni,
bela diri, pramuka, pengajian,dll).
 Berperan sebagai teman curhat atau mendorong remaja untuk bergaul dengan
teman / orang lain.
 Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktifitas
bersama kelompoknya.
 Membimbing remaja secara bijak bila remaja terlibat kriminal narkoba,
perkelahian dan tindak asusila.
 Sediakan waktu dan sesering mungkin diskusi dengan remaja
b. Terapi spesialis :
 Terapi stimulasi perkembangan remaja.
 Triangel terapi
H. REFERENSI :

MENTARI.,A.,F.2018. LAPORAN PENDAHULUAN DIAGNOSA SEHAT JIWA


PUSKESMAS SERONDOL BANYUMANIK KOTA SEMARANG. PROGRAM STUDI
NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG PRODI PROFESI NERS : Jalan Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik,
Semarang

Anda mungkin juga menyukai