Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BUDIDAYA TANAMAN KENTANG


(Solanum tuberosum L.)

Nama : HANIN DWI HARNUM


Kelas / NIS : XII ATPH 2 / 6758
MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN
SMK NEGERI 1 BULAKAMBA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan Judul :


..........................................................
Disusun Oleh :
Nama : ....................................
Kelas : ....................................
NIS : ....................................

Makalah dari komoditas sumber pangan alternatif ini

Dikerjakan secara mandiri, merupakan prasyarat mengikuti ujian


kenaikan kelas semester gasal kelas XII Kompetensi Keahlian ATPH

SMK Negeri 1 Bulakamba tahun pelajaran 2021-2022

Disahkan Pada :

................................................

Mengetahui Guru Pembimbing


Ketua Kompetensi Keahlian ATPH, Mapel Agribisnis Tanaman Pangan,

Ernowati, SP Mochamad Himawan, SP

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai,

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mapel
Agribisnis Tanaman Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Cara Budidaya Tanaman kentang bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kentang merupakan bahan pangan dari umbi tanaman perennial Solanum


tuberosum L, dari family solanaceae. Kentang juga salah satu pangan utama
dunia setelah padi, gandum dan juga jagung yang mendapatkan prioritas dalam
pengembangnnya di indonesia (Wattimena,2000; Suwarno,2008)

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mochamad Himawan,SP selaku


guru pembimbing,yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang saya tekuni.

Bulakamba, oktober 2021

Hanin Dwi Harnum

BAB I
Diskripsi Komoditas
A. Klasifikasi Botani Tanaman
Kentang ( Solanum tuberosum L.) merupakan umbi-umbian dan
tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan
menjalar dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya
berwarna hijau kemerahan atau berwarna ungu. Umbinya berawal dari cabang
samping yang masuk kedalam tanah,yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
karbohidrat sehingga bentuknya membengkak. Umbi ini dapat mengeluarkan
tunas dan nantinya akan membentuk cabang yang baru (Aini, 2012). Kentang
diklasifikasikan sebagai berikut :

 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Class : Dicotiledonea
 Family : Solanaceae
 Ordo : Solanales
 Genus: Solanum
 Species : Solanum tuberosum

Morfologi Tanaman Kentang

Gambar 1. Bagian –bagian tanaman kentang

1. Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk
poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer
dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan ( daun
majemuk ) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau keputih-putihan. Posisi
tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari 45º atau
lebih besar 45º. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat
berkembang menjadi cabang sekunder ( Rukmana,1997 ). Daun berkerut kerut
dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun tanaman berfungsi sebagai
tempat proses asimilasi untuk pembemtukan karbohidat,lemak,protein dan
vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi dan persediaan
tanaman.

2.Batang

Batang tanaman berbentuk segiempat atau segilima, tergantung pada


varietasnya. Batang tanaman berbuku-buku, berongga, dan tidak berkayu,
namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat
mencapai 50-120 cm,tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan
atau hijau keungu-unguan (Rukmana,1997). Batang tanaman berfungsi sebagai
jalan zat-zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis
dari daun ke bagian tanaman yang lain.

3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar


tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,sedangkan akar
serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) kesamping dan menembus
tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan halus berukuran
sangat kecil. Diantara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan
fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.
Akar tanaman berfungsi menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dan untuk
memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi,1997).

4. Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam


rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan
tiap karangan bunga memiliki 7-15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi:
Putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak ( calyix), daun
mahkota ( corolla ), benang sari ( stamen), yang masing-masing berjumlah 5
buah serta putik 1 buah. Bunga bersifat protogami, takni putik lebih cepat
masak daripada tepungsari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri
ataupun silang ( Rukmana,1997).

5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar-akar. Proses

pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari


rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.
Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin ,mineral,dan air (Samadi,1997).

Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang
beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang
atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun
solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena
sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna
hijau walaupun telah tua(Samadi, 1997).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang


Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau
daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 m dpl. Pada dataran
medium, tanaman kentang dapat ditanam pada ketinggian 300-700 m dpl.

(sumadi, 1977).

Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15º-20º C. Kelembapan udara 80-
90% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200-
300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan.

(Rukmana, 1997).

Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar


antara 15º-18º C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu
tanah kurang dari 10º C dan lebih dari 30º C (sumadi, 1977)

Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak


mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik dengan PH tanah 5-
6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri-ciri solum tanah
agak tebal antara 1-2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua,
bertekstur debu atau lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah andosol
memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi, produktivitas sedang
sampai tinggi dan reaksi tanah(PH) masam sampai netral (Rukmana, 1977).

Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup


dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang
berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan areal
pertanaman yang lain

C. Tinjauan Aspek Ekonomi dari Komoditas


Kentang ( Solanum tuberosun L. ) termasuk famili terung-terungan
berumur genjah/ pendek dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak mendatangkan keuntungan bagi petani, mempunyai dampak baik dalam
pemasaran dan ekspor,kentang merupakan jenis umbi yang memiliki nilai
ekonomis lebih tinggi dibandingkan jenis umbi lainnya. Terdapat 3 jenis
kentang,yakni kentang putih, kentang kuning dan kentang merah.

Tanaman kentang memiliki prospek yang sangat besar untuk menunjang


program diversifikasi pangan,bahan baku industri dan komoditas ekspor. Umbi
kentang dapat diolah menjadi berbagai macam hasil olahan seperti keripik
kentang, donat kentang,perkedel kentang dan masih banyak lagi olahan kentang
lainnya.

Kandungan zat gizi kentang per 100 gram.

Komponen Kadar
Kalori 83 kalori
Air 78 gram
Karbohidrat 19 gram
Protein 2 gram
Lemak 0,1 gram
Vitamin C 16 mg
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin B3 1,4 mg
Kalsium 11 mg
Fosfor 56 mg
Besi 0,7 mg
Serat 30 mg
Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan umbi kentang dikenal sebagai
bahan pangan yang dapat menggantikan bahan pangan penghasil karbohidrat
lain seperti beras, gandum dan jagung E. Varietas varietas kentang

› Kentang Varietas Atlantic Malang › Kentang Varietas Merbabu 17

› Kentang Varietas Amudra › Kentang Varietas Granola L

› Kentang Varietas Tenggo › Kentang Varietas Erika

› Kentang Varietas Repita › Kentang Varietas Cipanas

› Kentang Varietas Cosima › Kentang Varietas Ping 06

› Kentang Varietas Margahayu › Kentang Varietas Kikondo

› Kentang Varietas GM 05 › Kentang Varietas GM 08

› Kentang Varietas Maglia › Kentang Varietas Medians

› Kentang Varietas Olimpus Agrihorti › Kentang Varietas AR 08


Agrihorti

› Kentang Varietas AR 07 Agrihorti › Kentang Varietas Vernei

› Kentang Varietas Kastanum › Kentang Varietas Andina

› Kentang Varietas Amabile › Kentang Varietas Dayang Sumbi Agrihorti

› Kentang Varietas Sangkuriang Agrihorti › Kentang Varietas Papita


Agrihorti

› Kentang Varietas Spudy Agrihorti › Kentang Varietas Balsa

› Kentang Varietas Manohara › Kentang Varietas Krespo

› Kentang Varietas Fries › Kentang Varietas Golden Agrihorti

› Kentang Varietas Ventury Agrihorti


BAB II

Teknik Budidaya

A. Teknik Penanaman

Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas


tanaman . Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada pagi atau
sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan sehingga
tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati

(sumadi, 1977).

1. Pengolahan Lahan

Tanah untuk budi daya kentang harus digemburkan terlebih dahulu, dengan cara membajak atau
mencangkul. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman kurang lebih 30 cm. Untuk kondisi
tanah tertentu, pembajakan dilakukan hingga 2 atau 3 kali agar tanah benar-benar gembur.Setelah
selesai pembajakan kemudian dilakukan penjemuran minimal satu minggu.Bedengan dibuat dengan
lebar 80 cm, tinggi 10 cm serta panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar
bedengan kurang lebih 40 cm untuk akses aliran air hujan agar tidak menggenangi
bedengan.Pembuatan bedengan dimaksudkan agar tanaman kentang tidak terendam saat hujan turun.
Karena tanaman kentang merupakan tanaman yang sensitif, tidak menyukai kondisi tanah yang terlalu
basah maupun terlalu kering.

2. Pemberian Pupuk Dasar

Setelah pengolahan lahan selesai, selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar.


Pupuk dasar ditaburkan secara merata diatas bedengan.Pupuk yang baik adalah
pupuk kandang yang telah matang, dengan dosis 20-30 ton per hektar lahan.
Bisa juga ditambahkan pupuk NPK sebanyak 300-350 kg per hektar
lahan.Kemudian pupuk ditutup dengan tanah agar tidak tergerus air saat hujan
turun. Biarkan selama 10-15 hari sebelum penanaman dilakukan.

3. Persiapan Bibit dan Cara Menanam Bibit

Pilih umbi yang sehat, tidak terinfeksi penyakit dan dipanen pada usia yang
cukup. Bibit yang digunakan sebaiknya berasal dari umbi yang tua dengan ciri
umbi kuat, bobot umbi 30-45/50 gram atau 45/50-60 gram dengan besar rata-
rata 30-35 mm atau 45-50 mm, dan memiliki tiga hingga lima mata
tunas.Varietas yang digunakan Granola, Cipanas, Atlantik M, Repita,
Amabile dan Maglia.Untuk mendapatkan umbi yang baik dapat dilakukan
dengan pemilihan dan cara:

Umbi yang baik adalah umbi bertunas dan juga kuat yang telah melewati proses
penyimpanan 4 bulan setelah panen

Benih yang bagus jika telah tumbuh tunas kurang lebih 2 cm dan jumlah tunas
mencapai 3 hingga 5 tunas per umbi.

Permukaan umbi harus mulus dan bebas dari cacat.


Selanjutnya, dibuat garitan pada bedengan untuk meletakkan bibit. Bibit
kentang ditanam dengan jarak 20 atau 30 cm. Kemudian ditimbun dengan tanah
sehingga membentuk guludan setinggi 15 atau 20 cm.

B. Teknik Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pengairan
Pada awal pertumbuhan di perlukan ketersediaan air yang memadai .

Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau setiap hari, tergantung cuaca
dan keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore
hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak
terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air
basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana 1977).

2. Penyulaman

Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam
dengan bibit yang baru. Waktu penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam.
Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakan
umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm.
Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari (Rukmana, 1977).

3. Penyiangan

Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan gulma


disekitar tanaman. Cara penyiangan adalah mencabuti atau membersihkan
rumput dengan alat bantu tangan atau sabit. Penyiangan dilakukan secara
berhati -hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang.

4. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu


pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam,
pembumbunan kedua dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam atau 10 hari
setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989).

Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi


berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang
yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek
umbi (phitorimaea opercuella). Cara pembumbunan adalah menimbun bagian
pangkal tanaman dengan tanah sehingga terbentuk guludan-guludan
(Rukmana,1977).

5. Pemupukan Susulan

Standar pemupukan susulan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat
dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis sesuai kebutuhan hara tanaman.
Pada pemupukan susulan, pupuk yang digunakan terdiri dari campuran pupuk
NPK dengan takaran :

C. Teknik Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman

Hama

 Ulat grayak (Spodoptera litura )


Gejala : Ulat menyerang daun dengan memakan bagian ephidermis
dan jaringan hingga habis daunnya.
Pengendalian :
memangkas daun yang telah ditempeli telur atau dengan cara
penyemprotan insektisida yang tepat.

 Kutu daun ( Aphis Sp )

Gejala : Kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman juga


dapat menularkan virus.
Pengendalian :
Memotong dan membakar daun yang terinfeksi,serta penyemprotan
Pestona atau BVR

 Orong-orong ( Gryllotalpa Sp )

Gejala : menyerang umbi di kebun, akar,tunas muda dan tanaman


muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian : Pengocoran pestona

 Penggerek Umbi ( Phtorimae Poerculella zael )

Gejala: Daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi
yang terserang bila dibelah,terlihat lubang-lubang karena sebagian
umbi telah dimakan.
Pengendalian: Pengecoran pestona.
 Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: Pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih,berubah
menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-
ujung daun yang masih muda.
Pengendalian: Memangkas bagian daun yang terserang,
Menggunakan pestona atau BVR.

Penyakit

 Busuk Daun
Penyebab : Jamur phytophora infestans.
Gejala :Timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu
dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi
coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna
putih yang merupakan sporangium dan daun
membusuk/mati.
Pengendalian :Sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan
natural glio pada sebelum awal tanam.

 Layu bakteri
Penyebab : Bakteri pseudomonas solanacearum.
Gejala : Beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu
dan daun tua. daun bagian bawah menguning.
Pengendalian :Sanitasi kebun,pergiliran tanaman.Pencegahan
dengan penggunaan natural glio pada sebelum
awal tanam.
 Busuk Umbi
Penyebab : Jamur colleotrichum coccodes.
Gejala :Daun menguning dan menggulung,lalu layu dan
kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah
terdapat bercak-bercak warna coklat. Infeksi akan
menyebabkan akar dan umbi muda busuk.
Pengendalian :Pergiliran tanaman,sanitasi kebun dan
penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan
penggunaan natural glio pada sebelum awal tanam.

 Fusarium
Penyebab : Jamur fusariun sp.
Gejala :Busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu.
Penyakit ini juga menyerang kentang digudang
pnyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka
yang disebabkan nematoda atau faktor mekanis.
Pengendalian :Menghindari terjadinya luka pada saat penyianga
dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan
naturl glio pada sebelum awal tanam.
 Bercak kering ( early blight)
Penyebab : Jamur alternaria solani.
Gejala :daun berbecak kecil tersebar tidak teratur, waena
coklat tua, Meluas kedaun muda. Permukaan kulit
umbi berbecak gelap tidak beraturan, kering,
berkerut dan keras
Pengendalian : Pergiliran tanaman
Pencegahan : Dengan penggunaan natural glio pada sebelum
awal tanam.
D. Teknik Pemanenan
BAB III
Pasca Panen Tanaman Kentang
A. Pengembangan produk sumber pangan alternatif

Anda mungkin juga menyukai