Disahkan Pada :
................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai,
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mapel
Agribisnis Tanaman Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Cara Budidaya Tanaman kentang bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
BAB I
Diskripsi Komoditas
A. Klasifikasi Botani Tanaman
Kentang ( Solanum tuberosum L.) merupakan umbi-umbian dan
tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan
menjalar dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya
berwarna hijau kemerahan atau berwarna ungu. Umbinya berawal dari cabang
samping yang masuk kedalam tanah,yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
karbohidrat sehingga bentuknya membengkak. Umbi ini dapat mengeluarkan
tunas dan nantinya akan membentuk cabang yang baru (Aini, 2012). Kentang
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotiledonea
Family : Solanaceae
Ordo : Solanales
Genus: Solanum
Species : Solanum tuberosum
1. Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk
poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer
dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan ( daun
majemuk ) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau keputih-putihan. Posisi
tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari 45º atau
lebih besar 45º. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat
berkembang menjadi cabang sekunder ( Rukmana,1997 ). Daun berkerut kerut
dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun tanaman berfungsi sebagai
tempat proses asimilasi untuk pembemtukan karbohidat,lemak,protein dan
vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi dan persediaan
tanaman.
2.Batang
3. Akar
4. Bunga
5. Umbi
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang
beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang
atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun
solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena
sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna
hijau walaupun telah tua(Samadi, 1997).
(sumadi, 1977).
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15º-20º C. Kelembapan udara 80-
90% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200-
300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan.
(Rukmana, 1997).
Komponen Kadar
Kalori 83 kalori
Air 78 gram
Karbohidrat 19 gram
Protein 2 gram
Lemak 0,1 gram
Vitamin C 16 mg
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin B3 1,4 mg
Kalsium 11 mg
Fosfor 56 mg
Besi 0,7 mg
Serat 30 mg
Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan umbi kentang dikenal sebagai
bahan pangan yang dapat menggantikan bahan pangan penghasil karbohidrat
lain seperti beras, gandum dan jagung E. Varietas varietas kentang
Teknik Budidaya
A. Teknik Penanaman
(sumadi, 1977).
1. Pengolahan Lahan
Tanah untuk budi daya kentang harus digemburkan terlebih dahulu, dengan cara membajak atau
mencangkul. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman kurang lebih 30 cm. Untuk kondisi
tanah tertentu, pembajakan dilakukan hingga 2 atau 3 kali agar tanah benar-benar gembur.Setelah
selesai pembajakan kemudian dilakukan penjemuran minimal satu minggu.Bedengan dibuat dengan
lebar 80 cm, tinggi 10 cm serta panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar
bedengan kurang lebih 40 cm untuk akses aliran air hujan agar tidak menggenangi
bedengan.Pembuatan bedengan dimaksudkan agar tanaman kentang tidak terendam saat hujan turun.
Karena tanaman kentang merupakan tanaman yang sensitif, tidak menyukai kondisi tanah yang terlalu
basah maupun terlalu kering.
Pilih umbi yang sehat, tidak terinfeksi penyakit dan dipanen pada usia yang
cukup. Bibit yang digunakan sebaiknya berasal dari umbi yang tua dengan ciri
umbi kuat, bobot umbi 30-45/50 gram atau 45/50-60 gram dengan besar rata-
rata 30-35 mm atau 45-50 mm, dan memiliki tiga hingga lima mata
tunas.Varietas yang digunakan Granola, Cipanas, Atlantik M, Repita,
Amabile dan Maglia.Untuk mendapatkan umbi yang baik dapat dilakukan
dengan pemilihan dan cara:
Umbi yang baik adalah umbi bertunas dan juga kuat yang telah melewati proses
penyimpanan 4 bulan setelah panen
Benih yang bagus jika telah tumbuh tunas kurang lebih 2 cm dan jumlah tunas
mencapai 3 hingga 5 tunas per umbi.
B. Teknik Pemeliharaan
1. Pengairan
Pada awal pertumbuhan di perlukan ketersediaan air yang memadai .
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau setiap hari, tergantung cuaca
dan keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore
hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak
terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air
basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana 1977).
2. Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam
dengan bibit yang baru. Waktu penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam.
Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakan
umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm.
Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari (Rukmana, 1977).
3. Penyiangan
4. Pembumbunan
5. Pemupukan Susulan
Standar pemupukan susulan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat
dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis sesuai kebutuhan hara tanaman.
Pada pemupukan susulan, pupuk yang digunakan terdiri dari campuran pupuk
NPK dengan takaran :
Hama
Orong-orong ( Gryllotalpa Sp )
Gejala: Daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi
yang terserang bila dibelah,terlihat lubang-lubang karena sebagian
umbi telah dimakan.
Pengendalian: Pengecoran pestona.
Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: Pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih,berubah
menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-
ujung daun yang masih muda.
Pengendalian: Memangkas bagian daun yang terserang,
Menggunakan pestona atau BVR.
Penyakit
Busuk Daun
Penyebab : Jamur phytophora infestans.
Gejala :Timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu
dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi
coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna
putih yang merupakan sporangium dan daun
membusuk/mati.
Pengendalian :Sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan
natural glio pada sebelum awal tanam.
Layu bakteri
Penyebab : Bakteri pseudomonas solanacearum.
Gejala : Beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu
dan daun tua. daun bagian bawah menguning.
Pengendalian :Sanitasi kebun,pergiliran tanaman.Pencegahan
dengan penggunaan natural glio pada sebelum
awal tanam.
Busuk Umbi
Penyebab : Jamur colleotrichum coccodes.
Gejala :Daun menguning dan menggulung,lalu layu dan
kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah
terdapat bercak-bercak warna coklat. Infeksi akan
menyebabkan akar dan umbi muda busuk.
Pengendalian :Pergiliran tanaman,sanitasi kebun dan
penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan
penggunaan natural glio pada sebelum awal tanam.
Fusarium
Penyebab : Jamur fusariun sp.
Gejala :Busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu.
Penyakit ini juga menyerang kentang digudang
pnyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka
yang disebabkan nematoda atau faktor mekanis.
Pengendalian :Menghindari terjadinya luka pada saat penyianga
dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan
naturl glio pada sebelum awal tanam.
Bercak kering ( early blight)
Penyebab : Jamur alternaria solani.
Gejala :daun berbecak kecil tersebar tidak teratur, waena
coklat tua, Meluas kedaun muda. Permukaan kulit
umbi berbecak gelap tidak beraturan, kering,
berkerut dan keras
Pengendalian : Pergiliran tanaman
Pencegahan : Dengan penggunaan natural glio pada sebelum
awal tanam.
D. Teknik Pemanenan
BAB III
Pasca Panen Tanaman Kentang
A. Pengembangan produk sumber pangan alternatif