Salah satu urgensi utama dari pengelolaan arsip adalah terjaminnya ketersediaan
informasi mengenai kegiatan-kegiatan sebuah lembaga/organisasi. Menurut
saudara apakah arsip yang dikelola tersebut menjadi literature primer bagi
peneliti atau tidak? Berikan beberapa alasan-alasannya.
Jawab :
Menurut pendapat saya, arsip yang dikelola dengan baik tentu saja akan
menjadi literatur primer bagi peneliti, sebab sebuah arsip menyajikan berbagai
informasi terekam yang bersumber dari tangan pertama yang dihasilkan oleh
seseorang atau organisasi yang dibutuhkan para peneliti mengenai kegiatan atau
laporan atas sebuah lembaga/ organisasi. Arsip dinamis ini menyajikkan data-
data, informasi dan laporan hasil dari seluruh kegiatan organisasi secara orisinil
dan sistematis, karena tujuan dari arsip dinamis ini untuk menjamin ketersediaan
arsip dalam penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kerja dan alat
bukti yang sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi syarat seperti andal,
sistematis, menyeluruh dan sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria.
Arsip sebagai literatur primer ini memiliki nilai guna tersendiri untuk para
peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Dokumen/arsip yang bisa diartikan sebagai bukti hasil kegiatan sebuah badan
korporasi pada awalnya disebut dengan arsip dinamis. Kemukakan pendapat
saudara mengapa dinamakan arsip dinamis?
Jawab :
Jawab :
Di sisi lain, sistem penyusunan menurut abjad memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Untuk menemu balik makalah dalam sistem yang besar, diperlukan waktu yang
lama sehingga mengurangi kecepatan operasi sistem.
2. Akan terjadi kekacauan apabila terdapat nama yang sama. Sebagai contoh, untuk
Indonesia, peluang tersebut besar dengan banyaknya nama yang sama, misalnya
Tahir dan Sukarno.
3. Berkas mungkin dimasukkan ke berkas yang memiliki tajuk yang berlainan atau
salah pemberkas karena kekeliruan penulisan nama. Misalnya, dimasukkan ke
berkas Bandung, padahal Bandung dapat diartikan sebagai Kabupaten Bandung,
Kotamadya Bandung, atau berkas Karesidenan Bandung (Prianagan).
4. Kesulitan meramalkan ruang atau tempat yang diperlukan untuk berbagai huruf.
Sebagai conto, bagaiamana meramalkan berkas untuk huruf S yang banyak
digunakan di Indonesia dibandingkan huruf B.
Selain membahas pemberkasan menurut abjad, saya akan membahas secara khusus
mengenai pemberkasan menurut abjad subjeknya.
Adapun pemberkasan menurut abjad subjek ini banyak dilakukan oleh badan
korporasi. Pendekatan ini menekankan pendekatan subjek, bukan ancangan lokasi atau
nama koresponden. Sistem pemberkasan abjak subjek ini sendiri memiliki keunggulan
atau keuntungan berupa menghemat waktu karena semua komentar tertulis menyangkut
sebuah topik, situasi, proyek, masalah yang memerlukan keputusan atasan terkelompok
menjadi satu, serta tidak tersebar menurut nama koresponden atau pengirim surat.
Informasi yang berkelompok itu mencakup arsip dinamis tentang transaksi yang telah
berjalan, prosedur yang diikuti, pemerikasaan yang telah dilaksanakan, antisipasi
perkembangan, perkembangan yang telah berlangsung dan hasil yang diperoleh.
Semua materi yang berhubungan terkumpul menjadi satu di bawah tajuk subjek
yang sama sehingga memudahkan pemakai. Namun, pemberkasan menurut abjak subjek
memiliki kelemahan sebagai berikut :
Sumber Referensi :