Proposal Takdir
Proposal Takdir
SAKIT KONAWE”
PROPOSAL
TAKDIR
NIM : P201801080
KENDARI
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal ini telah kami setujui untuk di sajikan di hadapan tim penguji pada ujian
kompreherensif programm studi keperawatan universitas mandala waluya kendari dalam
rangka penyempurnaan penulisan
Tim pembimbing
Pembimbing I pembimbing II
……………… ……………….
Mengetahui,
Ketua program studi S1 keperawatan
Armayani, S.kep.,Ns.,M.kes
NIDN, 09-0808-8301
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
dalam minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe” guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa menhaturkan rasa terima kasih yang sebesar-
selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam
Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Waluya Kendari
7. Kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang serta yang
memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya karya tulis ini
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii
ABSTRAK.................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN
E. kebaruan penelitian………………………………………………………………. 6
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
seperti penyakit jantung, strok, dan penyakit kardiovaskuler lain yang menjadi penyebab
hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Dikawasan asia
tenggara sendiri terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan
mengakibatkan 1,5 juta orang meninggal setiap tahunnya(Galih Adi Pramana., 2019).
Treatment of High pressure VII (2003), hipertensi adalah suatu keadaan seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Meningkatnya kejadian hipertensi
cenderung terjadi pada orang dengan faktor risiko, orang dengan usia diatas 18 tahun,
orang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, serta pada orang dengan gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok, faktor genetik, ciri individu (usia, jenis kelamin,
ras) dan faktor lain seperti masukan tinggi natrium, obesitas, dan stress mempengaruhi
kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun.
Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan
negara maju hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara, terdapat 36% orang dewasa yang
menderita hipertensi dan telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar
29% atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Depkes
RI 2013:1).
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko
antara lain obesitas, alkohol dan merokok. Rendahnya penderita hipertensi untuk berobat
dikarenakan hipertensi atau dikenal dikalangan awam sebagai penyakit darah tinggi tidak
menunjukkan gejala atau tanda khas yang bisa dipakai sebagai peringatan dini.
sehingga disebut sebagai silent killer, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi
perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala(kontrol
beberapa faktor yang terdiri dari pendidikan, akomodasi, perubahan model terapi,
dengan klien, pengetahuan, dan dukungan keluarga. Menurut Penelitian yang dilakukan
oleh Wal, terhadap faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan adalah pengetahuan
mengenai hipertensi, keyakinan mengenai manfaat dan kendala dalam melaksanakan
program pengobatan, faktor demografi (umur, tingkat pendidikan) dan kondisi klien
(tingkat keparahan penyakit dan gejala depresi yang muncul) (Niven, 2008 ; Wal, etc,
2005 dalam Pujianto, 2009). Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan tidak minum
dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak
terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung, hipertensi
meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga
meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung. (Depkes, 2006; Hanns, 2008;
Suhardjono, 2008).
Menyebutkan bahwa Kepatuhan sering menjadi masalah pada pasien yang menderita
penyakit kronik yang membutuhkan modifikasi gaya hidup serta pengobatan jangka
panjang. Ketidak pathan pasien dalam menjalani terapi secara potensial dapat
dkk, 2007). Kepatuhan minum obat bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi sangat
penting karena dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pasien.
Sehingga resiko kerusakan organ yang lain akibat meningkatnya tekanan darah dapat
pada pada urutan ke empat dari 10 besar penyakit. Prevelensi penyakit hipertensi di
kabupaten konawe pada tahun 2018 mencapai 4.399 (100%). Selama 5 (lima) tahun
terakhir kasus hipertensi terjadi peningkatan khususnya dalam penanganan penderita
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
B. Rumusan masalah
1. Apakah dukugan keluarga berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam minum obat
2. Apakah motivasi berobat berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam minum obat
3. Apakah jumlah peran tenaga kesehatan berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kepatuhan pasien dalam minum
dalam minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe.
c. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah obat yang di komsumsi dengan
kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah
sakit konawe.
D. Manfaat penelitian
I. Manfaat Praktis
Bagi Pihak Rumah Sakit penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
2. Manfaat Teoritis
a. Peneliti
mendatang.
penelitian penelitian
1 Galih Adi Pramana dkk. cross sectional Tempat. Kepatuhan dan
di Puskesmas Pringapus
Kabupaten Semarang
2 Fithria, Dkk. Faktor-Faktor purposive pengetahuan, Kepatuhan dan
kesehatan,
dukungan
keluarga,
akomodasi
3 Nuratiqa, dkk. Faktor Yang Cross sectional Tidak ada Hipertensi,
Kesehatan
4 Fajrin Violita, dkk. Faktor Cross sectional Obat Hipertensi dan
Hipertensi Di Wilayah
Jakarta Pusat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep kepatuhan
1. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan adalah bentuk prilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara
petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala
R.I. 2011 )
Menurut niven dalam Ghana (2009) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku
Kepatuhan adalah istilah yang di pakai untuk menjelaska ketaatan atau pasrah
tentang instruksi yang diterima. Niven (2002),menemukan bahwa lebih dari 60%
yang harus diingat dan penggunaan istilah medis. Tidak seorangpun dapat
mematuhi instruksi jika dia salah paham tentang instruksi yang diberika padanya.
c. Kualitas interaksi
meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu
hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh
d. Isolasi sosial
e. Dukungan keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas
dua orang tua atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau tali persaudaraan,
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama yang lain,
2) Mengiatkan, misalnya kapan harus minum obat, istirahat serta kapan saatnya
kontrol
5) Keyakinan
f. Keyakinan
patuhan. Seseorang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi,
ansietas sangat memperhatikan kesehatanya, memiliki ego yang lebih lemah dan
kehidupan sosial yang memusatkan perhatian pada diri sendiri (Niven, 2002)
kesehatan (sacket dalam diven. 2000). Pada penderita hipertensi kepatuhan dalam
pengobatan yang diberikan oleh petugas medis merupakan hal mutlak yang harus
didukung oleh peran perawat, dengan memberikan edukasi dengan komunikasi yang
baik, karena peran perawat bertujuan memberikan penjelasan kepada pasien, memberi
Kepatuhan terjadi jika aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberian di
Rumah Sakit tau fasilitas kesehatan lainya diikuti dengan benar. Jika pengobatan ini
akan dilanjutkan dirumah setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan
meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Sangat penting bagi
2014).
e. Kurang perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin bertanggung jawab atas
supositoria.
i. Tindakan apa yang harus diambil jika lupa minum obat khususnya di goskin,
keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan
dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada
yang memperhatikan. Orang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif
umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat
penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram. Dukungan ini
merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu
siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan keluarga yang
diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya dalam
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material.
Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada
Susilawati, 2014).
2. Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga Friedman (2013) membagi bentuk dan fungsi
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu
untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain
b. Dukungan Instrumental
praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan,
c. Dukungan Informasional
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang
dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal
dari keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh
orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan
aggota keluarga yang baik anggota keluarga memiliki peran yang penting dalam
kepatuhan berobat Penderita hipertensi. Hal ini termasuk sikap caring berupa
(Septia dkk, 2014). Berdasarkan hasil penelitian serta kajian literatur ini, Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan yamg didapatkan dari anggota keluarga
semakin rendah dukungan dari keluarga penderita hipertensi, maka semakin rendah
pula kepatuhan berobatnya. Beberapa penelitian lain juga sejalan dengan penelitian
ini. Seperti penelitian oleh Dewi 2018 yang menuliskan adanya hubungan antara
menjalani pengobatan Dewi, 2018. hal yang sama juga ditemukan oleh penelitian lain
yang menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat penderita hipertensi dengan keeratan hubungan yang positif, yang berarti
dukungan keluarga seiring sejalan dengan kepatuhan minum obat pasien penderita
hipertensi (Ahda, 2016). Kondisi ini dimungkinkan mengingat bahwa budaya lokal
lokasi penelitian masih sangat akrab jalinan silaturahmi dalam konteks kekeluargaan,
sehingga peran keluarga akan sangat menentukan keberhasilan dari program terapi
yang dilakukan.
1. Pengertian motivasi
Istilah motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang
dan terjadinya prestensi kegiatan- kegiatan sukarela (voluteer ) yang di arahkan kea
Sikap atau motivasi yang paling kuat berasal dari individu sendiri. Motivasi
penyakitnya.
motivasi yang tinggi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya ialah dorongan dari orang lain seperti halnya keluarga. Motivasi tinggi ini
terbangun oleh hubungan dari dorongan, tujuan, dan kebutuhan akan kesembuhan.
hal tersebut mendorong Penderita hipertensi untuk patuh dalam menjalani pengobatan
rutinnya. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh penderita
hipertensi, maka akan semakin tinggi pula kepatuhan orang tersebut untuk berobat.
semakin rendah pula tingkat kepatuhan penderita tersebut untuk berobat. Hal ini
yang tinggi akan cenderung untuk patuh berobat (Fitria dkk, 2012). Selain itu,
menghadapi tentang perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal yang penting,
begitu pula mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan
antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara berkelanjutan
memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi
Pada peran tenaga kesehatan sendiri dalam penelitian ini, bahwa tinggi peran
petugas kesehatan kepada Penderita hipertensi maka semakin pula kepatuhan berobat
dari penderita hipertensi tersebut, begitupun sebaliknya. hasil yang serupa juga
merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mendukung kepatuhan pengobatan bagi
penderita hipertensi (Novian, 2013). Hal yang sama juga dinyatakan oleh penelitian
yang mendapatkan peran petugas kesehatan baik adalah lebih tinggi dibandingkan
dengan yang memiliki peran petugas kesehatan rendah. Dengan adanya dukungan
petugas kesehatan yang baik tersebut, berupa edukasi untuk menambah pengetahuan
peneliti berasumsi bahwa hal ini dapat menjadi suatu motivasi tersendiri bagi
E. Tinjauan empiris
pengaruh adalah sebagai berikut kelamin = 0,15; umur = 0,56; pendidikan = 0,03;
pekerjaan = 0,78; lama terapi = 0,42; jenis obat hipertensi yang didapatkan = 0,59 serta
banayaknya obat yang dikonsumsi = 0,66. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan
bahwa faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien
hipertensi sedangkan faktor kelamin, umur, pekerjaan, lama terapi, jenis obat hipertensi
yang didapatkan serta banayaknya obat yang dikonsumsi tidak berpengaruh signifikan
Obat Anti Hipertensi” penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara motivasi
berobat (ρ= 0,025 < α =0,05), dukungan keluarga (ρ= 0,021 < α=0,05), dan peran tenaga
kesehatan (ρ= 0,037 < α = 0,05) dengan kepatuhan minum obat anti hipertensi penderita
antara motivasi berobat, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan dengan
kepatuhan minum obat anti hipertensi sehingga disrankan untuk memaksimalkan kondisi-
Fajrin Violita, dkk. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum
berdasarkan karakteristik responden terbanyak adalah umur 60-74 tahun sebanyak 41,8%,
jenis kelamin perempuan 69,4%, pendidikan akhir SD sebanyak 53,7%, bekerja sebagai
ibu rumah tangga 40,3%, telah menikah 96,3% dan berpendapatan rendah sebanyak
80,6%. Prevalensi penderita yang patuh minum obat adalah 41,8% dan yang tidak patuh
sebesar 58,2%. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara tingkat
(p=0,025) dengan kepatuhan minum obat. Faktor umur, status pekerjaan, pendapatan,
lama menderita hipertensi dan jenis terapi antihipertensi tidak berhubungan dengan
Dalam Menjalani Pengobatan Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Pratama GKI Jabar
Jakarta Pusat. penelitian dengan uji chi-square menunjukan tingkat pendidikan terakhir
(0,215), lama menderita hipertensi (0,325), lama menjalani pengobatan hipertensi (0,325),
dukungan keluarga (0,542), peran tenaga kesehatan (0,609). Sehingga terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan terakhir, sosial ekonomi, tingkat pengetahuan tentang
Berobat Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Sumber Sehat Indrapuri Aceh Besar.
penelitian ini deskriptif eksploratif dan metode purposive sampling yaitu 70 responden.
Alat pengumpulan data yaitu kuesioner dengan wawancara terpimpin. Analisis data
klinik sumber sehat sebagian besar di kategori tidak patuh 38 orang (54,3%), faktor
pengetahuan berada pada kategori baik 36 orang (51,4%), faktor lingkungan social berada
pada kategori baik 38 orang (54,3%), faktor perubahan terapi berada pada kategori rendah
40 orang (57,1 %), faktor interaksi tenaga kesehatan berada pada kategori kurang 39
orang (55,7%), faktor dukungan keluarga berada pada kategori baik 40 orang (57,1%) dan
faktor akomodasi berada pada kategori susah 51 orang (72,9). Diharapkan tenaga