Anda di halaman 1dari 25

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PASIEN

DALAM MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA BLUD RUMAH

SAKIT KONAWE”

PROPOSAL

TAKDIR

NIM : P201801080

Proposal ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah kami setujui untuk di sajikan di hadapan tim penguji pada ujian
kompreherensif programm studi keperawatan universitas mandala waluya kendari dalam
rangka penyempurnaan penulisan

Kendari, juni 2021

Tim pembimbing

Pembimbing I pembimbing II

……………… ……………….

Mengetahui,
Ketua program studi S1 keperawatan

Armayani, S.kep.,Ns.,M.kes
NIDN, 09-0808-8301
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien

dalam minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe” guna

memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi

Keperawatan di universitas mandala waluya Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk

meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa menhaturkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada ibu ………………….selaku pembimbing I dan kepada ibu ………………

selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Proposal ini.

Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari

2. Ketua Rektor universitas Mandala Waluya Kendari

3. Para Wakil Ketua (Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan) universitas Mandala

Waluya Kendari

4. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPM) universitas Mandala Waluya Kendari

5. Ketua Program Studi keperawatan universitas Mandala Waluya Kendari


6. Seluruh dosen dan staf/karyawan universitas Mandala Waluya Kendari yang telah banyak

membantu penulis semasa pendidikan

7. Kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang serta yang

selalu menjadi motivasi bagi penulis

8. Seluruh teman-teman kelas L2 khususnya program studi keperawatan yang telah

memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya karya tulis ini

Kendari, juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii

ABSTRAK.................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4

C. Tujuan Masalah .................................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 5

E. kebaruan penelitian………………………………………………………………. 6

BAB II TINJAUAN LITERTAUR

A. Konsep kepatuhan ……………………………………………………………… 8

B. Tinjauan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat………………… 11

C. Tinjauan motivasi berobat terhadap kepatuhan minum obat………………...... 15

D. Tinjauan peran tenaga kesehatan terhadap kepatuhan minum obat……………. 16

E. Tinjauan empiris ……………………………………………………………….. 17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi merupakan faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular

seperti penyakit jantung, strok, dan penyakit kardiovaskuler lain yang menjadi penyebab

banyak kematian di dunia. WHO menjelaskan bahwa hipertensi memberikan kontribusi

hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Dikawasan asia

tenggara sendiri terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan

mengakibatkan 1,5 juta orang meninggal setiap tahunnya(Galih Adi Pramana., 2019).

Menurut Joint National Commitee on Prevention Detection, Evaluation, and

Treatment of High pressure VII (2003), hipertensi adalah suatu keadaan seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Meningkatnya kejadian hipertensi

cenderung terjadi pada orang dengan faktor risiko, orang dengan usia diatas 18 tahun,

orang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, serta pada orang dengan gaya

hidup yang tidak sehat seperti merokok, faktor genetik, ciri individu (usia, jenis kelamin,

ras) dan faktor lain seperti masukan tinggi natrium, obesitas, dan stress mempengaruhi

tekanan darah (Depkes, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 Hipertensi memberikan

kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun.

Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan

meningkatkan risiko stroke sebesar 24% (WHO, 2012).


Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari WHO,

menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan

negara maju hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara, terdapat 36% orang dewasa yang

menderita hipertensi dan telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah

penderita hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar

29% atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Depkes

RI 2013:1).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah genetik, lingkungan,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko

antara lain obesitas, alkohol dan merokok. Rendahnya penderita hipertensi untuk berobat

dikarenakan hipertensi atau dikenal dikalangan awam sebagai penyakit darah tinggi tidak

menunjukkan gejala atau tanda khas yang bisa dipakai sebagai peringatan dini.

Diprediksi, terdapat 76% kasus hipertensi di masyarakat yang belum terdiagnosis

(Mansjoer, 1999; Kemenkes, 2010). Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala

sehingga disebut sebagai silent killer, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi

dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi

perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala(kontrol

tekanan darah) (Depkes RI, 2012).

Tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang terdiri dari pendidikan, akomodasi, perubahan model terapi,

modifikasi faktor lingkungan dan sosial, meningkatkan interaksi profesional kesehatan

dengan klien, pengetahuan, dan dukungan keluarga. Menurut Penelitian yang dilakukan

oleh Wal, terhadap faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan adalah pengetahuan
mengenai hipertensi, keyakinan mengenai manfaat dan kendala dalam melaksanakan

program pengobatan, faktor demografi (umur, tingkat pendidikan) dan kondisi klien

(tingkat keparahan penyakit dan gejala depresi yang muncul) (Niven, 2008 ; Wal, etc,

2005 dalam Pujianto, 2009). Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan tidak minum

obat antihipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga

dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak

terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung, hipertensi

meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga

meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung. (Depkes, 2006; Hanns, 2008;

Suhardjono, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Galih Adi Praman.dkk (2019).

Menyebutkan bahwa Kepatuhan sering menjadi masalah pada pasien yang menderita

penyakit kronik yang membutuhkan modifikasi gaya hidup serta pengobatan jangka

panjang. Ketidak pathan pasien dalam menjalani terapi secara potensial dapat

meningkatkan morbiditas, mortalitas serta biaya pengobatan (oghedeghe dkk,2009; funk

dkk, 2007). Kepatuhan minum obat bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi sangat

penting karena dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pasien.

Sehingga resiko kerusakan organ yang lain akibat meningkatnya tekanan darah dapat

dikurangi (BPOM, 2006).

Menurut data dinas kesehatan kabupaten konawe menyatakan hipertensi berada

pada pada urutan ke empat dari 10 besar penyakit. Prevelensi penyakit hipertensi di

kabupaten konawe pada tahun 2018 mencapai 4.399 (100%). Selama 5 (lima) tahun
terakhir kasus hipertensi terjadi peningkatan khususnya dalam penanganan penderita

hipertensi I dinas kesehatan konawe. 2019)

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien dalam minum obat

antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe”

B. Rumusan masalah

1. Apakah dukugan keluarga berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam minum obat

antihipertensi di wilayah kerja Blud rumah sakit konawe.?

2. Apakah motivasi berobat berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam minum obat

antihipertensi di wilayah kerja Blud rumah sakit konawe.?

3. Apakah jumlah peran tenaga kesehatan berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam

minum obat antihipertensi di wilayah kerja Blud rumah sakit konawe.?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien dalam

minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kepatuhan pasien dalam minum

obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe.

b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan pasien

dalam minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah sakit konawe.
c. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah obat yang di komsumsi dengan

kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di wilayah kerja BLUD rumah

sakit konawe.

D. Manfaat penelitian

I. Manfaat Praktis

Bagi Pihak Rumah Sakit penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

bahan masukan dan menjadi informasi penting tentang Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien dalam minum obat antihipertensi di wilayah

kerja rumah sakit BLUD konawe.

2. Manfaat Teoritis

a. Peneliti

Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti sehingga

dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa

mendatang.

b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan atau tambahan referensi pada perpustakaan serta

pedoman terhadap para peneliti mahasiswa utamanya mahasiswa keperawatn

universitas Mandala Waluya Kendari selanjutnya.


E. Kebaruan penelitian

No Nama dan judul Metode Perbedaan Persamaan

penelitian penelitian
1 Galih Adi Pramana dkk. cross sectional Tempat. Kepatuhan dan

Faktor-Faktor yang Study, prolanis, hipertensi

Mempengaruhi Kepatuhan MMAS-8

Minum Obat Pasien

Hipertensi Peserta Prolanis

di Puskesmas Pringapus

Kabupaten Semarang
2 Fithria, Dkk. Faktor-Faktor purposive pengetahuan, Kepatuhan dan

Yang Berhubungan Dengan sampling lingkungan dan hipertensi

Kepatuhan Berobat Pada social,

Penderita Hipertensi Di perubahan

Klinik Sumber Sehat terapi, interaksi

Indrapuri Aceh Besar tenaga

kesehatan,

dukungan

keluarga,

akomodasi
3 Nuratiqa, dkk. Faktor Yang Cross sectional Tidak ada Hipertensi,

Berhubungan Dengan Kepatuhan,

Kepatuhan Minum Obat Motivasi,

Anti Hipertensi. Dukungan,


Petugas

Kesehatan
4 Fajrin Violita, dkk. Faktor Cross sectional Obat Hipertensi dan

Yang Berhubungan Dengan kepatuhan

Kepatuhan Minum Obat

Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Segeri.


5 W Pratiwi, dkk. Faktor- Cross sectional tingkat hipertensi,

Faktor Yang Berhubungan pendidikan motivasi

Dengan Kepatuhan Dalam terakhir, sosial berobat.

Menjalani Pengobatan Pada ekonomi,

Penderita Hipertensi Di tingkat

Klinik Pratama GKI Jabar pengetahuan

Jakarta Pusat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep kepatuhan

1. Pengertian kepatuhan

Kepatuhan adalah bentuk prilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara

petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala

konsekuensi nya dan menyutujui rencana tersebut serta melaksanakannya. (Kemenkes

R.I. 2011 )

Menurut niven dalam Ghana (2009) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

pasien sesuai dengan kententuan yang diberikan oleh professional kesehatan.

Kepatuhan adalah istilah yang di pakai untuk menjelaska ketaatan atau pasrah

pada tujuan yang telah ditentukan (basteble, 2002)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan.

Menurut Niven dalam Ghana (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan digolongkan menjadi lima, antara lain:

b. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorangpun dapat mempengaruhi intruksi, jika dia salah paham

tentang instruksi yang diterima. Niven (2002),menemukan bahwa lebih dari 60%

di wawancarai setelah bertemu dokter salah mengerti tentang instruksi yang

diberikan kepada mereka. Hal ini disebabkan karena kegagalan petugas

kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap dan banyaknya instruksi

yang harus diingat dan penggunaan istilah medis. Tidak seorangpun dapat

mematuhi instruksi jika dia salah paham tentang instruksi yang diberika padanya.

c. Kualitas interaksi
meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu

hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh

informasi tentang diaknosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana

pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang

diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula pasien melakukan kunjungan

untuk mengontrol penyakit yang dideritanya. Kualitas interaksi antara

profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam

menentukan derajat kepatuhan.

d. Isolasi sosial

Pendiskriminasian sosial dari masyarakata terhadap seseorang yang

dirasakan dapat menggangu hubungan interaksi dalam masyarakat sangat

berpengaruh terhadap derajat kepatuhan seseorang.

e. Dukungan keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas

dua orang tua atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau tali persaudaraan,

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama yang lain,

mempertahankan satu sama lain kebudayaan (Effendi, 2006). Penderita

hipertensi sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya yaitu

keluarga. Dukungan dapat ditunjukan melalui sikap yaitu dengan.

1) Memberikan perhatian misalnya mempertahankan makanan meliputi porsi,

jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi

2) Mengiatkan, misalnya kapan harus minum obat, istirahat serta kapan saatnya

kontrol

3) Menyiapkan obat yang harus diminum


4) Memberikan motivasi untuk melakukan diet

5) Keyakinan

f. Keyakinan

seseorang tentang kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidak

patuhan. Seseorang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi,

ansietas sangat memperhatikan kesehatanya, memiliki ego yang lebih lemah dan

kehidupan sosial yang memusatkan perhatian pada diri sendiri (Niven, 2002)

2. Kepatuhan minum Obat

Kepatuhan minum obat adalah sejauh mana perilaku pasien dalam

mengomsumsi obat sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan (sacket dalam diven. 2000). Pada penderita hipertensi kepatuhan dalam

pengobatan yang diberikan oleh petugas medis merupakan hal mutlak yang harus

dijalankan. Pengobatan yang tidak sesuai petunjuk dokter dapat memperparah

peningkatan tekanan darah (Rusdy dkk,2009). Kepatuhan minum obat dapat

didukung oleh peran perawat, dengan memberikan edukasi dengan komunikasi yang

baik, karena peran perawat bertujuan memberikan penjelasan kepada pasien, memberi

motivasi terhadap pengobatan pasien (Ariayanto,2016).

Kepatuhan terjadi jika aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberian di

Rumah Sakit tau fasilitas kesehatan lainya diikuti dengan benar. Jika pengobatan ini

akan dilanjutkan dirumah setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan

meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Sangat penting bagi

penderita penyaki-penyakit menahun seperti asma, atritis rheumatoid, hipertensi,

tuberkulosis paru, dan diabetes militus (Tambayong, 2014).


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pengobatan menurut (Tambayong,

2014).

a. Kurang pemahaman pasien tentang pengobatan.

b. Kurang pemahaman pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan

yang diprogram sehubungan dengan prognosis penyakit yang dialami.

c. Kesulitan memperoleh obat tertentu di luar rumah sakit

d. Harga obat yang mahal.

e. Kurang perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin bertanggung jawab atas

pembelian atau pemberian obat tersebut kepada pasien.

f. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.

g. Rute pemberian obat.

h. Perhatian khusus yang diperlukan oleh pemberian, misalnya tets matadan

supositoria.

i. Tindakan apa yang harus diambil jika lupa minum obat khususnya di goskin,

terapi antikoagulan oral.

B. Tinjauan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat

1. Pengetian dukungan keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan

keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan

dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada

yang memperhatikan. Orang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif
umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa

keuntungan ini, karena dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau

menyangga efek kesehatan mental individu.

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota

keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat

penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram. Dukungan ini

merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu

siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan keluarga yang

diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya dalam

rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. Bentuk

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material.

Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada

penderita dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya (Misgiyanto &

Susilawati, 2014).

2. Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga Friedman (2013) membagi bentuk dan fungsi

dukungan keluarga menjadi 4 dimensi yaitu:

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek

dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan

emosional melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat,


kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional (Friedman, 2013). Dengan

semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu

untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain

bersedia untuk memberikan perhatian (Sarafino, & Smith 2011)

b. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan,

minum, dan istirahat (Friedman, 2013).

c. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi (Friedman, 2013).

d. Dukungan Penilaian atau Penghargaan

Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga bertindak

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan

perhatian (Friedman, 2013).

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang

menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif


menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal

dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal

dari keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh

orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda

cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan

juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

dukungan keluarga yang tinggi dengan kepatuhan minum obat dukungan

aggota keluarga yang baik anggota keluarga memiliki peran yang penting dalam

kepatuhan berobat Penderita hipertensi. Hal ini termasuk sikap caring berupa

perhatian pada pelayanan kesehatan, bantuan biaya dalam berobat, maupun

mengingatkan untuk minum obat teratur terbukti menimbulkan kepatuhan bagi

penderita hipertensi dibandingkan mereka yang kurang mendapatkan perhatian dari

keluarganya. Penelitian tersebut menuliskan bahwa dukungan keluarga dapat

mempengaruhi kepatuhan lansia Penderita hipertensi dalam menjalani pengobatannya

(Septia dkk, 2014). Berdasarkan hasil penelitian serta kajian literatur ini, Dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan yamg didapatkan dari anggota keluarga

penderita hipertensi, maka semakin tinggi pula kepatuhan berobatnya. Sebaliknya,

semakin rendah dukungan dari keluarga penderita hipertensi, maka semakin rendah

pula kepatuhan berobatnya. Beberapa penelitian lain juga sejalan dengan penelitian

ini. Seperti penelitian oleh Dewi 2018 yang menuliskan adanya hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita hipertensi. Pasien akan

merasa bahwa ada seseorang yang memperhatikan atau mengawasinya dalam

menjalani pengobatan Dewi, 2018. hal yang sama juga ditemukan oleh penelitian lain
yang menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat penderita hipertensi dengan keeratan hubungan yang positif, yang berarti

dukungan keluarga seiring sejalan dengan kepatuhan minum obat pasien penderita

hipertensi (Ahda, 2016). Kondisi ini dimungkinkan mengingat bahwa budaya lokal

lokasi penelitian masih sangat akrab jalinan silaturahmi dalam konteks kekeluargaan,

sehingga peran keluarga akan sangat menentukan keberhasilan dari program terapi

yang dilakukan.

C. Tinjauan motivasi berobat terhadap kepatuhan minum obat

1. Pengertian motivasi

Istilah motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang

berarti menggerakkan ( to move ). Pengertian motivasi berarti bahwa motivasi

mewakili proses – proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, di arahkanya

dan terjadinya prestensi kegiatan- kegiatan sukarela (voluteer ) yang di arahkan kea

rah tujuan tertentu. ( winardi, 2007).

Sikap atau motivasi yang paling kuat berasal dari individu sendiri. Motivasi

individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya, ini sangat berpengaruh terhdap

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien dalam mengontrol

penyakitnya.

motivasi yang tinggi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya ialah dorongan dari orang lain seperti halnya keluarga. Motivasi tinggi ini

terbangun oleh hubungan dari dorongan, tujuan, dan kebutuhan akan kesembuhan.

hal tersebut mendorong Penderita hipertensi untuk patuh dalam menjalani pengobatan

rutinnya. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh penderita
hipertensi, maka akan semakin tinggi pula kepatuhan orang tersebut untuk berobat.

Begitupun sebaliknya, semakin rendah motivasi seorang penderita hipertensi,

semakin rendah pula tingkat kepatuhan penderita tersebut untuk berobat. Hal ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan responden dengan motivasi

yang tinggi akan cenderung untuk patuh berobat (Fitria dkk, 2012). Selain itu,

penelitian lainnya juga menunjukkan adanya hubungan motivasi dengan tingkat

kepatuhan penderita hipertensi (Ekarini, 2011).

D. Tinjauan peran tenaga kesehatan terhadap kepatuhan minum obat

1. Pengertian peran tenaga kesehatan

Dukungan petugas kesehatan/medis merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien dalam

menghadapi tentang perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal yang penting,

begitu pula mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan

antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara berkelanjutan

memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi

dengan program pengobatannya (Niven, 2002).

Pada peran tenaga kesehatan sendiri dalam penelitian ini, bahwa tinggi peran

petugas kesehatan kepada Penderita hipertensi maka semakin pula kepatuhan berobat

dari penderita hipertensi tersebut, begitupun sebaliknya. hasil yang serupa juga

didapatkan oleh penelitian sebelumnya gimana dukungan petugas kesehatan

merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mendukung kepatuhan pengobatan bagi

penderita hipertensi (Novian, 2013). Hal yang sama juga dinyatakan oleh penelitian

sebelumnya yang menuliskan adanya hubungan antara dukungan petugas kesehatan


dengan kepatuhan meminum obat antihipertensi (Violita, 2015). Pada penelitian ini

maupun penelitian sebelumnya, didapatkan bahwa kepatuhan pengobatan responden

yang mendapatkan peran petugas kesehatan baik adalah lebih tinggi dibandingkan

dengan yang memiliki peran petugas kesehatan rendah. Dengan adanya dukungan

petugas kesehatan yang baik tersebut, berupa edukasi untuk menambah pengetahuan

terkait penyakitnya sehingga pasien dapat menghindari terjadinya komplikasi.

peneliti berasumsi bahwa hal ini dapat menjadi suatu motivasi tersendiri bagi

penderita hipertensi agar dapat lebih memperhatikan dan mengelola kesehatannya

secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kepatuhannya dalam pengobatan.

E. Tinjauan empiris

Galih Adi Pramana, dkk. (2019). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Minum Obat Pasien Hipertensi Peserta Prolanis di Puskesmas Pringapus Kabupaten

Semarang”. hubungan antara kepatuhan dan faktor yang memungkinkan memberikan

pengaruh adalah sebagai berikut kelamin = 0,15; umur = 0,56; pendidikan = 0,03;

pekerjaan = 0,78; lama terapi = 0,42; jenis obat hipertensi yang didapatkan = 0,59 serta

banayaknya obat yang dikonsumsi = 0,66. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan

bahwa faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien

hipertensi sedangkan faktor kelamin, umur, pekerjaan, lama terapi, jenis obat hipertensi

yang didapatkan serta banayaknya obat yang dikonsumsi tidak berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan minum obat pasien.

Nuratiqa. Dkk. (2020). “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum

Obat Anti Hipertensi” penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara motivasi

berobat (ρ= 0,025 < α =0,05), dukungan keluarga (ρ= 0,021 < α=0,05), dan peran tenaga
kesehatan (ρ= 0,037 < α = 0,05) dengan kepatuhan minum obat anti hipertensi penderita

di wilayah kerja Puskesmas Samata Kabupaten Gowa. Kesimpulan: Terdapat hubungan

antara motivasi berobat, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan dengan

kepatuhan minum obat anti hipertensi sehingga disrankan untuk memaksimalkan kondisi-

kondisi tersebut agar pasien hipertensi dapat tertangani dengan baik.\

Fajrin Violita, dkk. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum

Obat Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri. penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan karakteristik responden terbanyak adalah umur 60-74 tahun sebanyak 41,8%,

jenis kelamin perempuan 69,4%, pendidikan akhir SD sebanyak 53,7%, bekerja sebagai

ibu rumah tangga 40,3%, telah menikah 96,3% dan berpendapatan rendah sebanyak

80,6%. Prevalensi penderita yang patuh minum obat adalah 41,8% dan yang tidak patuh

sebesar 58,2%. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara tingkat

pengetahuan (p=0,019), dukungan keluarga (p=0,005) dan dukungan petugas kesehatan

(p=0,025) dengan kepatuhan minum obat. Faktor umur, status pekerjaan, pendapatan,

lama menderita hipertensi dan jenis terapi antihipertensi tidak berhubungan dengan

kepatuhan minum obat (p>0,05).

W Pratiwi, dkk. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Dalam Menjalani Pengobatan Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Pratama GKI Jabar

Jakarta Pusat. penelitian dengan uji chi-square menunjukan tingkat pendidikan terakhir

(p=0,024), sosial ekonomi (p=0,002), tingkat pengetahuan tentang hipertensi (p=0,001),

motivasi berobat (p=0,015), status tinggal (p=0,159), keterjangkauan akses pelayanan

(0,215), lama menderita hipertensi (0,325), lama menjalani pengobatan hipertensi (0,325),

dukungan keluarga (0,542), peran tenaga kesehatan (0,609). Sehingga terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan terakhir, sosial ekonomi, tingkat pengetahuan tentang

hipertensi, motivasi berobat. Tingkat pengetahuan tentang hipertensi memiliki nilai OR

paling tinggi dengan nilai memiliki OR=7,32 (p=0,001, CI 95%= 2,186-18,806).

Sehingga tingkat pengetahuan tentang hipertensi merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi pada lansia di

GKI Jabar Jakarta Pusat.

Fithria, dkk. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Berobat Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Sumber Sehat Indrapuri Aceh Besar.

penelitian ini deskriptif eksploratif dan metode purposive sampling yaitu 70 responden.

Alat pengumpulan data yaitu kuesioner dengan wawancara terpimpin. Analisis data

menggunakan analisa univariat. Dari hasil penelitian disimpulkan penderita hipertensi di

klinik sumber sehat sebagian besar di kategori tidak patuh 38 orang (54,3%), faktor

pengetahuan berada pada kategori baik 36 orang (51,4%), faktor lingkungan social berada

pada kategori baik 38 orang (54,3%), faktor perubahan terapi berada pada kategori rendah

40 orang (57,1 %), faktor interaksi tenaga kesehatan berada pada kategori kurang 39

orang (55,7%), faktor dukungan keluarga berada pada kategori baik 40 orang (57,1%) dan

faktor akomodasi berada pada kategori susah 51 orang (72,9). Diharapkan tenaga

kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan pentingnya

meningkatkan kepatuhan berobat sehingga dapat mencegah terjadinya peningkatan

hipertensi yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai