Anda di halaman 1dari 5

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG

DEMAM
DOHARMAULI SITOHANG / 181101093

sitohangdoharmauli@gmail.com

Abstrak

Tahapan perencanaan pada asuhan keperawatan adalah memberikan kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan mengatasi masalah-
masalah klien/pasien. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami kejang. Metode yang dilakukan adalah deskriptig analisis
untuk menggambarkan serta menjelaskan bagaimana perencanaan asuhan keperawatan pada pasien
kejang dengan pendekatan kasus keperawatan.

Latar Belakang memiliki peran terhadap bangkitan kejang


demam dimana pada anggota keluarga
Kejang demam pada anak penderita memiliki peluang untuk
merupakan suatu peristiwa yang mengalami kejang lebih banyak
menakutkan pada kebanyakan orang tua dibandingkan dengan anak normal.Kejang
karena kejadiannya yang mendadak dan demam adalah bangkitan yang terjadi akibat
kebanyakan orang tua tidak tahu harus kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari
berbuat apa. Kejang demam adalah kejang 38°C), disebabkan suatu proses
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu ekstrakranium ( Afif Wibisono, 2015).
rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu
proses diluar otak. Tidak jarang orang tua Etiologi dari kejang demam masih
khawatir jika anaknya panas, apakah nanti tidak dapat diketahui. Namun sebagian besar
akan kejang atau tidak. Dari penelitian, anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan
kejadian kejang demam sendiri tidaklah kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya
terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya dari suhu demam diatas 38,8 C dan terjadi saat
100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah
yang mengalami kejang. Kejang demam terjadinya kenaikan suhu tubuh. Namun,
terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan faktor-faktor penyebab kejang demam yang
terbanyak terjadi pada usia 17- 23 bulan sering muncul pada anak, antara lain efek
(Hestini, 2009). Kejang demam merupakan produk toksik daripada mikroorganisme
kelainan neurologis yang paling sering terhadap otak, Neoplasma toksin, respon
ditemukan pada anak,karenabangkitan alergik yang abnormal oleh infeksi,
kejang demam berhubungan dengan usia, gangguan metabolik : hipoglikemi, gagal
tingkatan suhu serta kecepatan peningkatan ginjal, hipoksia,hipokalsemia, hiponatremia,
suhu, termasuk faktor hereditas juga
hiperbilirubinemia, Hasil
aminoasiduria,hipomagnesemia.
Hasil yang ditemukan dalam kajian ini
Patofisiologi kejang demam yaitu adalah setelah dilakukan asuhan
penyebab terbanyak kejang demam terjadi keperawatan, didapatkan pengkajian data
pada infeksi luar kranial dari bakteri, seperti yang meliputi kenaikan suhu klien yang di
tonsilitis,bronkitis dan otitis media akut lakukan pemeriksaan, kulit teraba hangat
akibat bakteri yang bersifat toksik.Toksik dan kemerahan. Masalah keperawatan yang
yang dihasilkan menyebar ke seluruh tubuh muncul padapasien yaitu hipertermi,
secara hematogenataupun limfogen.Naiknya defisiensi pengetahuan, dan resiko cidera
suhu di hipotalamus, otot, kulit,dan jaringan dan hipertermi dan risiko defisit volume
tubuh yanglain akan mengeluarkan mediator cairan.
kimia berupa epinefrin dan prostaglandin.
Pengeluaran mediator kimia ini merangsang Pembahasan
peningkatan potensial aksi pada neuron.
Intervensi dan implementasi yang sudah
Pada keadaan kejang demam
dilakukan pada pasien yang mengalami
terjadipeningkatan reaksi kimia tubuh,
kejang demam adalah kompres hangat,
sehinggareaksi-reaksi oksidasi terjadilebih
pemberian antipiretik, pendidikan kesehatan
cepat dan menyebabkan oksigen cepat habis
tentang kejang demam, dan penanganan
sehingga terjadi hipoksia. Pada kejadian ini
kejang demam. Evaluasi yang dilakukan
transport ATP terganggu sehingga
selama tiga hari menunjukkan bahwa
Naintrasel dan K ekstrasel meningkat dan
hipertermi teratasi dengan kompres hangat
menyebabkan potensial membran cenderung
dan pemberian antipiretik.
turun dan aktifitas sel saraf meningkat
terjadi fase depolarisasi neuron dengan cepat Pada pasien kejang demam, sebelum adanya
sehingga timbul kejang. perencanaan asuhan keperawatan terlebih
dahulu perawat melakukan pengkajian data
Tujuan
pasien secara objektif dan juga subjektif.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk Kemudian ditetapkan diagnose
mengetahui bagaimana perencanaan asuhan keperawatannya. Tujuannya untuk
keperawatan pada pasien yang mengalami memudahkan dalam menentukan
kejang demam. perencaannya dalam asuhan keperawatan.

Metode Perencanaan asuhan keperawatan pada


pasien kejang demam sederhana yaitu:
Metode yang digunakan pada kajian ini
adalah deskriptif analisis yaitu untuk a. Peningkatan suhu tubuh
menggambarkan dan menjelaskan berhubungan dengan proses
bagaimana perencanaan asuhan keperawatan patofisiologis:
pada pasien kejang demam dengan 1. Pantau suhu pasien (derajat dan
pendekatan kasus keperawatan. pola ) harus diperhatikan
2. Pantau suhu lingkungan, 6. Berikan tambahan oksigen/
batasi/tambahkan linen tempat ventilasi manual sesuai
tidur sesuai indikasi kebutuhan pad fase osiktal
3. Berikan kompre hangat : hindari
pemberian penggunaan kompres d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
alcohol kebutuhan tubuh dan intake yang
4. Berikan selimut pendingin tidak adekuat
5. Berikan antipirek sesuai indikasi 1. Buat tujuan berat badan
minimum dan kebutuhan nutrisi
b. Resiko tinggi kekurangan volume harian
cairan berhubungan dengan 2. Gunakan pendekatan konsisten,
peningkatan suhu tubuh: duduk dengan pasien saat makan,
1. Pantau dan catat pengeluaran sediakan dan buang makanan
urin tanpakomentar
2. Pantau tekanan darah dan denyut 3. Berikan makan sedikit dan
jantung makanan kecil tambahan yang
3. Kaji membrane mukosa kering, tepat
turgor kulit yang tidak elastis 4. Buat pilihan menu yang ada dan
4. Palpasi denyut jantung perifer izinkan paisen untuk mengontrol
5. Berikan cairan intravena, pilihan sebanyak mungkin
misalnya kristaloid dan koloid 5. Pertahankan jadwal bimbingan
6. Pantau nilai laboratorium berat badan teratur

c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas


dan peningkatan sekresi mucus
Kesimpulan
1. Anjurkan pasien untuk
mengosongkan mulut dari Pemberian kompres hangat terhadap pasien
benda/zat tertentu merupakan tindakan keperawatan yang
2. Letakkan pasien pada posisi efektif untuk menurunkan suhu pada pasien
miring, permukaan datar, yang mengalami kejang demam. Dan juga
miringkan kepala selama untuk mendapatkan kesembuhan yang
serangan kejang optimal dengan dilakukan nya asuhan
3. Tanggalkan pakaian pada daerah keperawatan pada pasien yang mengalami
leher, dada dan obdomen kejang demam.
4. Masukkan spatel lidah/jalan
nafas buatan atau gulungan Daftar Pustaka
benda lunak sesuai dengan
Amalia, R & Bulan A.( 2013). Faktor
indikasi
Resiko Kejadian Kejang Demam Pada Anak
5. Lakukan penghisapan sesuai
Balita Diruang Perawatan Anak RSUD
indikasi
Daya Kota Makasar Volume 1.3 201.
Bulecheck M. Gloria, et. Al. (2015). Maling, Bartolomeus., Sri,H., Syamsul A,.
Nursing Intervention Clasification (NIC), (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge
Nurjanah Intansari, Roxana D Tumanggor Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
(2016) (Alih Bahasa) Yogyakarta: Pada Anak Umur 1-10 Tahun Dengan
Mocomedia. Hipertermia (Studi Kasus di RSUD
Tugurejo Semarang). Semarang: STIKES
Fauzie, Rifan. (2014). Pengaruh Kejang Telogorejo.
Demam Pada Kecerdasan Anak.
Nurarif, A,H. & Kusuma, H. (2015).
Imaduddin & Rahmat. (2013). Jurnal Aplikasi Asuhan KeperawatanBedasarkan
Kesehatan Andalas: Gambaran Elektrolit Diagnosis Medis Dan Nanda Nic – Noc
dan Gula Darah Pasien Kejang Demam yang Edisi Revisi Jilid 2. Jogyakarta : Medication.
Dirawat Di Bangsal Anak RSUP Dr. M.
Djamil 2(3): 122-131. Marwan, Roly. 2017. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penanganan Pertama
Listautin & Lismawati. (2014). Hubungan Kejadian Kejang Demam Pada Anak Usia 6
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Bulan – 5 Tahun Di Puskesmas. Universitas
Penanganan Demam Pada Balita Di Wilayah Muhammadiyah Banjarmasin: Program
Studi S.1 Keperawatan, Fakultas
Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan.
Tahun 2014. Stikes Prima Jambi.
Moorhead Sue, et. Al. (2015). Nursing
Kurnia, P., Anggraeni, L.D., & Rustika. Outcame Clasification (NOC), Nurjannah
(2015). Analisis Perbedaan Faktor-Faktor Intansari, Roxana D. Tumanggor (2006)
pada Kejang Demam Pertama dengan (Alih Bahasa), Yogyakarta: Mocomedia.
Kejang Demam Berulang pada Balita di
RSPI Puri Indah Jakarta, 2014. Program Nanda International. (2010). Diagnosa
studi keperawatan stik sint carolus: Jakarta. Keperawatan “Definisi dan Klaifikasi 2009-
2011”. Jakarta: EGC.
Lumbantobing, S.M. (2007). Kejang
Ngastiyah. 2007. Perawatan anak sakit,
Demam ( Febrile Convulsions ). FKUI:
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Jakarta.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Simamora, R.H. ( 2009). Dokumnetasi
Fundamental Keperawatan; Konsep Prose Proses Keperawatan.
dan Praktek. Edisi 7. Volume 1. Jakarta:
EGC. Simamora, R.H. (2010). Komunikasi Dalam
Keperawatan. Jember Uniercity Press.
Ridha, N,H. 2014. Buku Ajar Keperawatan
Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Simamora, R.H. (2008). Peran Manager
Dalam Pembinaan Etika Perawat Dalam
Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan Peningkatan Kualitas Pelayanan Asuhan
Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Keperawatan. IKESMA.
Ilmu.
Simamora, R.H. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press

Anda mungkin juga menyukai