Anda di halaman 1dari 1

ESTETIKA BANAL:

MENGENALI KEINDAHAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DALAM


FOTOGRAFI

Apabila kita membicarakan mengenai estetika atau keindahan terhadap sesuatu


karya seni atau fotografi dalam budaya popular sering dikaitkan
dengan falsafah keindahan dan kesenian pada karya-karya agung. Dalam
pemikiran kita akan terlintas kepada lukisan-lukisan tersohor, bangunan-
bangunan megah, arca-arca yang besar dan sebagainya.

Apabila kita ingin mencari estetika atau keindahan terhadap karya-karya atau
gambar-gambar, kecenderungan kita akan menghala ke pameran seni, muzium,
lanskap alam, taman-taman indah serta tempat-tempat yang terkenal yang tidak
dapat diakses oleh semua orang.

Di kala kita perlu memikirkan konsep-konsep dan kategori estetika dalam konteks
falsafah, maka yang akan terfikir kita kepada konsep-konsep estetika klasik yang
seperti sublime, picturesque, beauty-ugly, katarsis, horror, disgust, pleasure-
displeasure dan sebagainya .
Konsep estetika sedemikian terlalu konvensional, terlalu western-centric, terlalu
idealistik, dan sejujurnya, tidak cukup untuk menggambarkan keindahan pada
pengalaman manusia secara universal.

Konsep-konsep estetika klasik ini berkembang bersama dengan peradaban barat,


yang sangat mengagungkan standard-standard tertentu dalam keindahan seperti
keteraturan, harmoni,kesempurnaan, ketepatan dan keseimbangan ukuran, dan
lainnya. Dengan demikian, konsep estetis ini juga bersifat western-centric atau
barat-sentris. Yang dianggap indah adalah mengikut pandangan kebudayaan
barat dan ras kulit putih, yang selama ini diindoktrinasi melalui penindasan dan
eksploitasi ras kulit berwarna di wilayah-wilayah koloni melalui pendidikan sejak
zaman penjajahan hingga kini. Oleh karena itu, konsep-konsep estetis barat ini
ketika diterapkan dalam konteks pandagan dunia kedua atau ketiga akan
cenderung bersifat orientalis dan menuntut standard ideal penindas kepada yang
tertindas. Selain itu, konsep estetika dan kesenian barat yang tumbuh bersama
dengan feudalisme, monarkisme dan kapitalisme juga menciptakan sebuah
keadaan dimana hal-hal yang estetika dan
seni hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat kelas atas, dimana karya-
karya seni biasanya disimpan dan ditampilkan di dalam istana, katedral dan
tempat mewah lainnya. Sementara itu, masyarakat kalangan bawah sama sekali
tidak memiliki akses terhadap estetika dan kesenian.

AZIZE BIN MOHD YUSOPH


LAVISTA

Anda mungkin juga menyukai