Anda di halaman 1dari 34

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI

PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA


pafkri.pusat@gmail.com
1. LATIHAN FUNGSIONAL
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Latihan yang melibatkan grup otot untuk melakukan aktivitas sehari hari
melalui gerak fungsional
TUJUAN Memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktifitas keseharian
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Gangguan jantung dengan kapasitas fungsional 1-3 METs
b. Pasien mampu diajak komunikasi
KONTRA INDIKASI a. Angina tidak stabil
b. hipertensi tidak terkontrol
c. aritmia berat
d. Hb < 8
e. saturasi O2 < 95%
f. skala borg RPE > 13 /20
PROSEDUR a. Persiapan:
PELAKSANAAN 1. Melihat rekam medis pasien
2. Cuci tangan
3. Memperkenalkan diri
4. Anamnesis (keluhan)
5. Memeriksa hemodinamik
6. Memposisikan pasien senyaman mungkin
7. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Pelaksanaan: Batas peningkatan HR maksimal 20x/ menit
1. Memegang , pengulangan 10 kali 2 set, repetisi 20-30x/ menit
2. Menggenggam, pengulangan 10 kali 2 set, repetisi 20-30x/ menit
3. Meraih, pengulangan 10 kali 2 set, repetisi 10-20x/ menit
4. Mengambil, pengulangan 10 kali 2 set, repetisi 20-30x/ menit
5. Mengayuh, pengulangan 10 kali 2 set, repetisi 20-30x/ menit
6. Transfer supine tidur miring  duduk berdiri
PROSEDUR TERKAIT Pemasangan IABP, CVVH, pemasangan drainase, pemasangan arteri/vena
line, pemasangan kateter urin.
REFERENSI 1. WHO | International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICD-9).
2. Boldt C, Grill E, Wildner M, et al. ICD-9 Core Set for patients with
cardiopulmonary conditions in the acute hospital. Disabil Rehabil.
2005;27(7-8):375-380.
3. Papaioannou TG, Stefanadis C. Basic Principles of the Intraaortic
Balloon Pump and Mechanism Affecting Its Performance. ASAIO
Journal. 2005;51(3):296-300
4. Perez M, Shaw D. Are inpatient upper extremity movement
precautions following median sternotomy justified? Cardiopulmonary
Physical Therapy. 2003;14(4):28.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
2. LATIHAN KESEIMBANGAN PADA KONDISI JANTUNG
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung
PENGERTIAN Latihan menstimulasi sensomotorik integrasi meliputi visual, vestibular.
TUJUAN Mengurangi resiko jatuh
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gangguan jantung dengan gangguan keseimbangan
KONTRA INDIKASI a. Angina tidak stabil
b. hipertensi tidak terkontrol
c. aritmia berat
d. Hb < 8
e. saturasi O2 < 95%
f. skala borg RPE > 13 /20
PROSEDUR A. Persiapan:
PELAKSANAAN 1. Melihat rekam medis pasien
2. Cuci tangan
3. Memperkenalkan diri
4. Anamnesis (keluhan)
5. Memeriksa hemodinamik
6. Memposisikan pasien senyaman mungkin
7. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta
persetujuan
B. Pelaksanaan: Batas peningkatan HR maksimal 20x/ menit
1. Pasien duduk diam ditepi bed, kedua tangan dipaha
2. Pasien Duduk ditepi bed, tangan kanan pasien meraih kekanan
3. Pasien Duduk ditepi bed tangan kiri pasien meraih kekiri
4. Pasien Duduk ditepi bed meraih kekanan silang
5. Pasien Duduk ditepi bed meraih kekiri silang
6. Pasien Berdiri diam
7. Pasien Berdiri meraih kekanan
8. Pasien Berdiri meraih kekiri
9. Pasien Berdiri meraih kekanan silang
10. Pasien Berdiri meraih kekiri silang
11. Pasien Jalan ditempat

*Durasi latihan minimal 15 menit*

PROSEDUR TERKAIT Pemasangan drainase, pemasangan arteri/vena line, pemasangan kateter


urin.
REFERENSI 1. WHO | International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICD-9).
2. Boldt C, Grill E, Wildner M, et al. ICD-9 Core Set for patients with
cardiopulmonary conditions in the acute hospital. Disabil Rehabil.
2005;27(7-8):375-380.
3. Papaioannou TG, Stefanadis C. Basic Principles of the Intraaortic
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
Balloon Pump and Mechanism Affecting Its Performance. ASAIO
Journal. 2005;51(3):296-300
4. Perez M, Shaw D. Are inpatient upper extremity movement
precautions following median sternotomy justified? Cardiopulmonary
Physical Therapy. 2003;14(4):28.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
3. LATIHAN BERJALAN PADA KONDISI JANTUNG
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung
PENGERTIAN Latihan berjalan dengan melibatkan otot-otot besar yang berkontraksi
secara ritmik dalam durasi tertentu.
TUJUAN Meningkatkan tingkat konsumsi oksigen maksimal (VO2max)
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Gangguan jantung dengan kapasitas fungsional 1,5 - 3 METs
b. Pasien mampu diajak komunikasi
KONTRA INDIKASI Angina tidak stabil, hipertensi tidak terkontrol, aritmia berat, Hb < 9,
saturasi O2 < 95%, skala borg ERP > 13 / 20
PROSEDUR 1. Persiapan:
PELAKSANAAN 2. Melihat rekam medis pasien
3. Melihat hasil test kemampuan pasien terakhir (Talk test
/6MWT dengan sub maksimal/ tanpa gejala/ peningkatan HR
dibawah 20)
4. Cuci tangan
5. Memperkenalkan diri
6. Anamnesis (keluhan)
7. Memeriksa hemodinamik
8. Memposisikan pasien berdiri tegak dengan nyaman
9. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta
persetujuan
Pelaksanaan:
1. Pasien diinstruksikan untuk berjalan sesuai dosis talk test
2. Pasien diinstruksikan untuk berjalan sesuai dosis 6 MWT

PROSEDUR TERKAIT Pemasangan drainase, pemasangan arteri/vena line, pemasangan kateter


urin.
REFERENSI 1. WHO | International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICD-9).
2. Boldt C, Grill E, Wildner M, et al. ICD-9 Core Set for patients with
cardiopulmonary conditions in the acute hospital. Disabil Rehabil.
2005;27(7-8):375-380.
3. Papaioannou TG, Stefanadis C. Basic Principles of the Intraaortic
Balloon Pump and Mechanism Affecting Its Performance. ASAIO
Journal. 2005;51(3):296-300
4. Perez M, Shaw D. Are inpatient upper extremity movement
precautions following median sternotomy justified? Cardiopulmonary
Physical Therapy. 2003;14(4):28.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
4.. EDUKASI PASIEN/ KELUARGA
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Proses komunikasi terapeutik dengan memberikan pengetahuan baru


dan memodifikasi perilaku
TUJUAN Pasien dan keluarga mampu mengadaptasikan diri sesuai dengan kondisi
pasien
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Gangguan jantung dengan ketidak tahuan terhadap kondisinya
b. Gangguan jantung dengan kecemasan
KONTRA INDIKASI -
PROSEDUR a. Persiapan:
PELAKSANAAN 1. Melihat rekam medis pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Anamnesis (keluhan)
4. Memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Menjelaskan prosedur kepada pasien/ keluarga dan meminta
persetujuan
b. Pelaksanaan:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sesuai dengan problemnya
2. Menjelaskan faktor resiko penyakit jantung
3. menjelaskan patofisiologi penyakit jantung
4. Menjelaskan latihan/aktifitas fisik yang boleh di lakukan sesuai
dosis
5. menjelaskan latihan/aktifitas fisik yang tidak boleh dilakukan
6. Memberikan motivasi kepada pasien untuk kembali beraktivitas
sesuai dengan kondisinya
7. Memberikan motivasi untuk berserah diri pada Tuhan YME

PROSEDURTERKAIT suku, agama, ras, strata sosial, pendidikan, usia


REFERENSI BRIGHAM AND WOMEN’S HOSPITAL. 2009. Standard of Care: Cardiac
.Inpatient Physical Therapy Management of the Surgical and Non-Surgical
Patient with Cardiac Disease. Department of Rehabilitation Services.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
5.. AEROBIC ENDURANCE TRAINING ON ERGOCYCLE
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung
PENGERTIAN Latihan dengan melibatkan otot-otot besar yang berkontraksi secara
ritmik menggunakan sepeda statis
TUJUAN Meningkatkan tingkat konsumsi oksigen maksimal (VO2max)
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Pasien dengan kemampuan/ kapasitas aerobik minimal 3 METs
KONTRA INDIKASI Angina tidak stabil, hipertensi tidak terkontrol, aritmia (VES
>6x/TAVB/sinus tachicardi/sinus bradicardi /VT/VF/ST elevasi / ST depresi
> 2 mm), Hb < 9, saturasi O2 < 95%, skala borg RPE > 13 / 20
PROSEDUR 1. Persiapan Tempat :
PELAKSANAAN  cahaya cukup terang
 suhu 25 - 30
2. Persiapan
a. Melihat rekam medis pasien
b. Melihat hasil test kemampuan pasien terakhir (VO2 max/
METs)
c. Cuci tangan
d. Memperkenalkan diri
e. Anamnesis (keluhan)
f. Memeriksa hemodinamik
g. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta
persetujuan
h. Prasarat latihan terpenuhi
i. Pasien menggunakan pakaian latihan yang nyaman dan
alas kaki yang sesuai
3. Persiapan alat :
a. Pengecekan fungsi ergocycle / sepeda statis
b. Atur ketinggian sadel sepeda statis sesuai dengan tinggi
trochanter mayor
c. Mengatur beban sesuai dosis
4. Pelaksanaan :
a. Memposisikan pasien senyaman mungkin diatas ergocycle
b. Pasien diminta melakukan pemanasan, latihan inti dan
pendinginan sesuai dengan intensitas dan durasi dibawah ini :
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

Untuk latihan intinya frekuensi dan durasinya disesuaikan


dengan tabel dibawah ini :

c. Monitor Keluhan
d. minimal pemantauan meliputi HR, BP, Saturasi O2

Prosedur Terkait Hidrasi


Monitor hemodinamik
REFERENSI Niebauer, J. (2011) Cardiac Rehabilitation Manual. British Library
Cataloguing in Publication Data. ISBN 978-1-84882-793-6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
6.. LATIHAN BEBAN
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Latihan aktif aerobic berupa kontraksi otot dinamik dengan


menggunakan tahanan dari luar baik manual atau mekanik
TUJUAN Untuk meningkatkan kekuatan otot terkait dengan kardiorespirasi
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Pasien dengan kemampuan/ kapasitas aerobik minimal 6 METs
KONTRA INDIKASI Angina tidak stabil, hipertensi tidak terkontrol, aritmia (VES
>6x/TAVB/sinus tachicardi/sinus bradicardi /VT/VF/ST elevasi / ST depresi
> 2 mm), Hb < 9, saturasi O2 < 95%, skala borg RPE > 13 / 20
PROSEDUR Persiapan Tempat :
PELAKSANAAN 1. Ruang gymnasium dengan penerangan yang cukup
2. Suhu ruangan tidak panas
Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien nyaman dan memudahkan untuk dilakukan tindakan
2. Perhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kontra indikasi
3. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan proses dari tindakan terapi
latihan secara singkat dan jelas
Persiapan Alat :
Sediakan barbel/ sand bag 1 kg dan 2 kg atau theraband
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Pada tahap awal, semua pasien harus memulai pelatihan dengan
intensitas yang sangat rendah (<30% 1-RM)
3. Pada tahap lanjut beban harus ditingkatkan secara bertahap dari 30%
menjadi 50%. Sementara pasien usia lanjut dan / atau pasien dengan
toleransi latihan rendah (yaitu, pasien gagal jantung) harus mulai
pelatihan di sangat rendah Intensitasnya (<30%), pasien dengan
toleransi latihan yang baik dapat memulai latihan di moderat
Intensitas (50%), beban harus bertahap meningkat
4. Mencuci tangan

Prosedur Terkait
REFERENSI Niebauer, J. (2011) Cardiac Rehabilitation Manual. British Library
Cataloguing in Publication Data. ISBN 978-1-84882-793-6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
7.. MANUAL TERAPI PADA KONDISI KARDIORESPIRASI
ICD-9 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Tehnik terapi yang menggunakan tangan berupa penguluran


TUJUAN Memperbaiki sifat fisiologi otot
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI 1. GCS < 8
KONTRA INDIKASI fraktur, luka terbuka
PROSEDUR 1. Persiapan Tempat :
PELAKSANAAN a. Ruangan bersih, nyaman
b.
2. Persiapan pasien :
a. Pengaturan posisi
b.

3. Pelaksanaan :
a. Mencuci tangan
b. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
c. Memposisikan pasien senyaman mungkin
d. Melakukan stretching intercosta, dosis
e. Melakukan stretching diafragma, dosis
f. Melakukan stretching otot otot bantu nafas, dosis
g. mencuci tangan setelah selesai terapi
Prosedur Terkait anatomi dan biomekanik
REFERENSI Niebauer, J. (2011) Cardiac Rehabilitation Manual. British Library
Cataloguing in Publication Data. ISBN 978-1-84882-793-6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
8.. STIMULASI LISTRIK PADA KONDISI JANTUNG
ICD-9
PENGERTIAN Tehnik intervensi dengan menggunakan stimulasi listrik
TUJUAN Untuk memfasilitasi ,
memelihara tonus otot,
memperbaiki sirkulasi,
mencegah atrofi otot
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Kasus bed rest total lebih dari 4 hari dengan aritmia (VES >6x/TAVB/sinus
tachicardi/sinus bradicardi /VT/VF/ST elevasi / ST depresi > 2 mm)
KONTRA INDIKASI Pasien dengan trombosit rendah (dibawah 60.000)
Luka bakar
PROSEDUR Persiapan Tempat :
PELAKSANAAN 1. Bersihkan dan rapikan tempat tidur (bed) pasien
2. Sediakan bantal dan guling
3. Siapkan kursi dan tangga tempat tidur
Persiapan Pasien :
4. Posisi pasien nyaman dan memudahkan untuk dilakukan tindakan
5. Bagian yang akan diterapi terbebas dari pakaian
6. Perhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kontra indikasi
7. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan proses dari tindakan ES
secara singkat dan jelas
Persiapan Alat :
8. Siapkan washlap kecil/spon basah untuk pelapis pad electrode
9. Siapkan tali/sabuk(belt) atau pemberat (sand bag)
10. Pastikan tombol intensitas pada posisi netral
11. Posisikan alat untuk kemudahan pelaksanaan tindakan
12. Kabel tidak boleh kontak dengan kulit pasien
13. Pastikan kabel power, kabel elektrode tersambung baik pada alat
Pelaksanaan :
14. Mencuci tangan
15. Tancapkan steker pada stop kontak dengan sempurna
16. Hidupkan alat dengan menekan tombol power “ON”
17. Tekan Tombol Utama (Data Selector) untuk memilih sub menu yang
dikehendaki
18. Pilih Menu Indikasi atau Program Individu sesuai kondisi pasien
19. Tempatkan elektrode pada daerah yang akan diterapi
20. Ikat/beri pemberat agar elektrode menempel di kulit dengan
sempurna
21. Naikkan intensitas dengan memutar Tombol Intensitas 1 dan 2
22. Selama terapi lakukan kontrol minimal sekali untuk memastikan
proses sudah sesuai
23. Bila waktu terapi selesai putar tombol intensitas ke posisi netral
24. Kembali ke Menu Awal (Display) dengan menekan tanda panah
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
(Back)
25. Lepas elektrode dari tubuh pasien
26. Perhatikan efek yang diharapkan sekaligus efek samping yang
mungkin timbul
27. Matikan alat dengan menekan tombol power “OFF”
28. Cabut steker dari stop kontak
Rapikan alat dan kembalikan ke tempat semula
Prosedur Terkait pacu jantung
REFERENSI Niebauer, J. (2011) Cardiac Rehabilitation Manual. British Library
Cataloguing in Publication Data. ISBN 978-1-84882-793-6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
9.. SPO INCENTIVE SPIROMETRI
ICF 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Latihan peningkatan volume inspirasi dengan menggunakan alat


incentive spirometri
TUJUAN Meningkatkan/mengembalikan volume paru
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI gangguan inspirasi
masalah pengembangan paru
KONTRA INDIKASI Sesak nafas, hipertensi tidak terkontrol, aritmia
PERSIAPAN ALAT 1. Cuci tangan (hand higiens)
2. Posisikan pasien nyaman
3. Siapkan alat insentive spirometri
4. Jelaskan prosedur pelaksanaan latihan
PROSEDUR 1. Duduk di tempat tidur, ditepi tempat tidur atau duduk
PELAKSANAAN 2. Pegang spirometer insentif dalam posisi tegak.
3. Tempatkan mouthpiece di mulut dan menutup bibir erat di
sekitarnya.
4. Tarik napas perlahan dan sedalam mungkin. Perhatikan piston
kuning naik ke bagian atas kolom.
5. buang napas perlahan
6. Istirahat selama 15 detik dan ulangi langkah 1-5, dilakukan 10 kali
setiap jam.
PROSEDUR TERKAIT Hygiene issue/nosokomial
REFERENSI Niebauer, J. (2011) Cardiac Rehabilitation Manual. British Library
Cataloguing in Publication Data. ISBN 978-1-84882-793-6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
10. SPO LATIHAN FUNGSIONAL
ICF 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Latihan yang melibatkan grup otot untuk menghasilkan gerakan dengan
tujuan tertentu dengan pendekatan interval untuk meningkatkan denyut
jantung
TUJUAN Memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktifitas keseharian
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gagal jantung, kardiomiopati, jantung koroner, infark miokard, jantung
katub, miokarditis, endokarditis, perikarditis, bedah pintas coroner
(CABG), PTCA/PCI, reparasi atau pergantian katub jantung, koreksi
kelainan kogenital, transplantasi jantung
KONTRA INDIKASI Angina tidak stabil, hipertensi tidak terkontrol, aritmia berat, Hb < 8,
saturasi O2 < 95%, skala borg > 13
PROSEDUR c. Persiapan:
PELAKSANAAN 8. Melihat rekam medis pasien
9. Cuci tangan
10. Memperkenalkan diri
11. Anamnesis (keluhan)
12. Memeriksa hemodinamik
13. Memposisikan pasien senyaman mungkin
14. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta
persetujuan
d. Pelaksanaan:
7. Memegang, repetisi 10 kali 2 set
8. Menggenggam, repetisi 10 kali 2 set
9. Meraih, repetisi 10 kali 2 set
10.Mengambil, repetisi 10 kali 2 set
11.Mengayuh, repetisi 10 kali 2 set
12.Transfer supine tidur miring  duduk berdiri
PROSEDUR TERKAIT Pemasangan IABP, CVVH, pemasangan drainase, pemasangan arteri/vena
line, pemasangan kateter urin.
REFERENSI 1. WHO | International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICF).
2. Boldt C, Grill E, Wildner M, et al. ICF Core Set for patients with
cardiopulmonary conditions in the acute hospital. Disabil Rehabil.
2005;27(7-8):375-380.
3. Papaioannou TG, Stefanadis C. Basic Principles of the Intraaortic
Balloon Pump and Mechanism Affecting Its Performance. ASAIO
Journal. 2005;51(3):296-300
4. Perez M, Shaw D. Are inpatient upper extremity movement
precautions following median sternotomy justified? Cardiopulmonary
Physical Therapy. 2003;14(4):28.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
11. SPO LATIHAN KESEIMBANGAN
ICF 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Latihan khusus untuk membantu meningkatkan kekuatan otot pada


anggota gerak bawah dan meningkatkan respon sesomotorik integrasi
TUJUAN Menurunkan resiko jatuh
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gagal jantung, kardiomiopati, jantung koroner, infark miokard, jantung
katub, miokarditis, endokarditis, perikarditis, bedah pintas coroner
(CABG), PTCA/PCI, reparasi atau pergantian katub jantung, koreksi
kelainan kogenital, transplantasi jantung
KONTRA INDIKASI Angina tidak stabil, hipertensi tidak terkontrol, aritmia berat, Hb < 8,
saturasi O2 < 95%, skala borg > 13
PROSEDUR C. Persiapan:
PELAKSANAAN 8. Melihat rekam medis pasien
9. Cuci tangan
10. Memperkenalkan diri
11. Anamnesis (keluhan)
12. Memeriksa hemodinamik
13. Memposisikan pasien senyaman mungkin
14. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta
persetujuan
D. Pelaksanaan:
12. Duduk diam
13. Duduk meraih kekanan
14. Duduk meraih kekiri
15. Duduk meraih kekanan silang
16. Duduk meraih kekiri silang
17. Berdiri diam
18. Berdiri meraih kekanan
19. Berdiri meraih kekiri
20. Berdiri meraih kekanan silang
21. Berdiri meraih kekiri silang
22. Jalan ditempat

*Durasi latihan 15 menit*

PROSEDUR TERKAIT Pemasangan drainase, pemasangan arteri/vena line, pemasangan kateter


urin.
REFERENSI 1. WHO | International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICF).
2. Boldt C, Grill E, Wildner M, et al. ICF Core Set for patients with
cardiopulmonary conditions in the acute hospital. Disabil Rehabil.
2005;27(7-8):375-380.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
3. Papaioannou TG, Stefanadis C. Basic Principles of the Intraaortic
Balloon Pump and Mechanism Affecting Its Performance. ASAIO
Journal. 2005;51(3):296-300
4. Perez M, Shaw D. Are inpatient upper extremity movement
precautions following median sternotomy justified? Cardiopulmonary
Physical Therapy. 2003;14(4):28.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
12. SOP LATIHAN BERJALAN
ICF 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Latihan gerakan bipedal dengan melibatkan otot-otot besar yang


berkontraksi secara ritmik dalam durasi tertentu.
TUJUAN Meningkatkan tingkat konsumsi oksigen maksimal (VO2max)
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gagal jantung, kardiomiopati, jantung koroner, infark miokard, jantung
katub, miokarditis, endokarditis, perikarditis, bedah pintas coroner
(CABG), PTCA/PCI, reparasi atau pergantian katub jantung, koreksi
kelainan kogenital, transplantasi jantung
KONTRA INDIKASI Angina tidak stabil, hipertensi tidak terkontrol, aritmia berat, Hb < 9,
saturasi O2 < 95%, skala borg > 13
PROSEDUR a. Persiapan:
PELAKSANAAN 13. Melihat rekam medis pasien
14. Cuci tangan
15. Memperkenalkan diri
16. Anamnesis (keluhan)
17. Memeriksa hemodinamik
18. Memposisikan pasien berdiri tegak dengan nyaman
19. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta
persetujuan
b. Pelaksanaan:
1. Pasien diinstruksikan untuk berjalan sesuai dosis talk test
2. Pasien diinstruksikan untuk berjalan sesuai dosis 6 MWT

PROSEDUR TERKAIT Pemasangan drainase, pemasangan arteri/vena line, pemasangan kateter


urin.
REFERENSI 1. WHO | International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICF).
2. Boldt C, Grill E, Wildner M, et al. ICF Core Set for patients with
cardiopulmonary conditions in the acute hospital. Disabil Rehabil.
2005;27(7-8):375-380.
3. Papaioannou TG, Stefanadis C. Basic Principles of the Intraaortic
Balloon Pump and Mechanism Affecting Its Performance. ASAIO
Journal. 2005;51(3):296-300
4. Perez M, Shaw D. Are inpatient upper extremity movement
precautions following median sternotomy justified?
Cardiopulmonary Physical Therapy. 2003;14(4):28.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
13. SOP EDUKASI & KONSELING PASIEN/KELUARGA
ICF 93.36 Terapi latihan untuk Jantung

PENGERTIAN Proses pemberian bantuan dari fisioterapis kepada pasien/keluarga


berupa proses interaktif dengan memberikan pengetahuan baru, sikap
dan memodifikasi perilaku dalam mengatasi masalah keterbatasan
kapasitas fungsional
TUJUAN Pasien mampu melakukan aktifitas fungsional secara mandiri
KEBIJAKAN PMK No 65 Tahun 2015 Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gagal jantung, kardiomiopati, jantung koroner, infark miokard, jantung
katub, miokarditis, endokarditis, perikarditis, bedah pintas coroner
(CABG), PTCA/PCI, reparasi atau pergantian katub jantung, koreksi
kelainan kogenital, transplantasi jantung
KONTRA INDIKASI Penurunan kesadaran
PROSEDUR a. Persiapan:
PELAKSANAAN 1. Melihat rekam medis pasien
2. Cuci tangan
3. Memperkenalkan diri
4. Anamnesis (keluhan)
6. Memposisikan pasien senyaman mungkin
7. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Pelaksanaan:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiolgi
2. Menjelaskan factor resiko penakit jantung
3. menjelaskan patofisiologi penyakit jantung
4. Menjelaskan latihan/aktifitas fisik yang boleh di lakukan sesuai
dosis
5. menjelaskan latihan/aktifitasfisik yang tidak boleh dilakukan

PROSEDURTERKAIT
REFERENSI Niebauer, J. (2011) Cardiac Rehabilitation Manual. British Library
Cataloguing in Publication Data. ISBN 978-1-84882-793-6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
14. LATIHAN PERNAFASAN DIAFRAGMA
ICD 93.18

PENGERTIAN Suatu teknik latihan pernafasan dengan menggunakan otot diafragma

TUJUAN a. Memperbaiki fungsi diafragma


b. Memperbaiki ventilasi
c. Memperbaiki pola napas
d. Mengurangi sesak napas
KEBIJAKAN PMK No. 65 TAHUN 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Sesak nafas
b. Gangguan pola pernafasan
c. Penurunan ventilasi paru
d. Inaktivitas diafragma
KONTRA INDIKASI a. Sesak nafas berat
b. Nilai FEV1 < 50%

PROSEDUR 15. Persiapan Pasien


PELAKSANAAN a. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Memposisikan pasien senyaman mungkin, dimana otot perut
rileks (Posisi yang disarankan semi fowler)
16. Pelaksanaan
a. Terapis berada di samping sebelah kanan pasien
c. Tangan pasien yang dominan di letakkan diatas perut dan tangan
yang lain diatas dada
d. Pasien diminta tarik napas lewat hidung dengan perut
dikembungkan kemudian ditahan selama 2-3 detik
e. Kemudian dihembuskan melalui mulut dengan perut
dikempeskan
f. Diulang 3-4 kali
g. Apabila pasien tidak mampu menggunakan otot diafragma
selama inspirasi, maka pasien diminta untuk bernafas beberapa
kali berturut-turut melalui hidung seperti gerakan ”mengendus”
untuk menfasilitasi diafragma
PROSEDUR TERKAIT a. OXYGEN THERAPY
b. ACBT
c. Deep breathing exercise
d. FET
e. Coughing exercise/latihan batuk efektif
f. Postural Drainage
REFERENSI a. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
b. Carolyn Kisner, MS PT & Lynn Allen Colby,MS,PT, Therapeutic exercise
(Foundations and techniques) third edition,FA Davis, Philadelphia:
1996
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

15. TEKNIK SIKLUS PERNAPASAN AKTIF (ACBT)


ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT)
ICD-9 93.99. Prosedur penanganan pernapasan lainnya
Posisi pengasatan
PENGERTIAN Siklus gabungan dari breathing control, latihan ekspansi thoraks dan
forced expiratory technique.
TUJUAN a. memobilisasi dan membersihkan kelebihan sekresi jalan nafas
b. meningkatkan ventilasi

KEBIJAKAN PMK no. 65 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi


INDIKASI a. Retensi sekret.
b. Atelektasis
c. Mencegah komplikasi paru pasca operasi
d. Batuk tidak efektif.
e. Penurunan fungsi ventilasi pernafasan
KONTRA INDIKASI a. Pasien tidak bernapas spontan
b. Pasien tidak sadar
c. Pasien tidak dapat mengikuti petunjuk fisioterapis
PROSEDUR 1. Persiapan pasien
PELAKSANAAN a. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Memposisikan pasien senyaman mungkin (Posisi yang paling baik
adalah duduk tegak) dan meletakkan tangan pasien secara relaks
di lower thorax sehingga dapat merasakan gerakan lower thorax
pada saat bernafas
2. Pelaksanaan
a. Pasien diminta untuk mengontrol pernapasan biasa dengan
memperhatikan gerakan perut.
b. Kemudian pasien diminta untuk menarik nafas dalam dan
ditahan 2-3 detik kemudian menghembuskan nafas secara
gentle. Diulang 2-3 kali.
c. Pasien diminta untuk mengontrol pernapasan biasa dengan
memperhatikan gerakan perut.
d. Pasien diminta melakukan huffing 2 kali dengan interval 15-30
detik
e. Teknik diulang sampai 3 kali siklus
f. Untuk terapi selanjutnya dilaksanakan dengan siklus yang lebih
kompleks (gambar1)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

PROSEDUR TERKAIT a. Breathing Exercise


b. Postural Drainage
REFERENSI a. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
b. Efficacy of Pursed Lip Breathing with Forced Expiration Techniques
and Active Cycle of Bteathing Technique on Pulmonary Mucus
Clearance in Health Subjects. 2010. J.Phys.Ther Sci (2) : 247-254
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
16. Latihan Batuk Efektif/coughing Exercise
ICD-9 93.99

PENGERTIAN Suatu teknik latihan untuk mengaktifkan fungsi batuk


TUJUAN Mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan bagian atas
KEBIJAKAN PMK No. 65 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Retensi sekret
KONTRA INDIKASI a. Sesak nafas berat
b. paska bedah cranial
c. Peningkatan tekanan intra cranial
d. Jumlah trombosit < 60.000
PROSEDUR 1. Persiapan pasien
PELAKSANAAN Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
2. Persiapan alat
Siapkan tissue dan bengkok tempat sputum
3. Pelaksanaan :
a. Terapis di sebelah kanan pasien
b. Pasien diposisikan duduk condong ke depan dan leher sedikit
fleksi
c. Pasien diminta meletakkan ke dua tangan diatas perut
d. Terapis memberikan contoh batuk efektif
e. Pasien diminta untuk melakukan pernafasan diafragma/
abdominal breathing 3 x
f. Ditahan 2 – 3 detik kemudian batuk 2 kali
g. Pasien diminta nafas biasa
h. Ulangi maneuver ini 2 – 3 kali
PROSEDUR TERKAIT a. FET
b. Postural Drainage
c. ACBT
REFERENSI a. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
b. Carolyn Kisner, MS PT & Lynn Allen Colby,MS,PT, Therapeutic exercise
(Foundations and techniques) 5 th edition,FA Davis, Philadelphia:
2007
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
17. HUFFING/TEKNIK EKSPIRASI PAKSA
HUFFING/FORCED EXPIRATORY TECHNIQUE (FET)
ICD-9 93.99. Prosedur penanganan pernapasan lainnya
Posisi pengasatan
PENGERTIAN Suatu teknik yang dilakukan dengan menghembuskan nafas secara paksa
TUJUAN a. Memobilisasi secret
b. Meningkatkan volume ekspirasi
c. mencegah kolapsnya paru
d. Mengurangi spasme bronchus
e. Mencegah komplikasi paru pasca operasi
KEBIJAKAN PMK No.65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Penurunan kemampuan ekspirasi
b. Penumpukan sekret
c. Spasme bronchus
d. Penurunan kemampuan untuk batuk
KONTRA INDIKASI a. Hemoptoe
b. Hemaptomisis
c. Peningkatan tekanan intra kranial
d. Sesak nafas berat
PROSEDUR a. Tarik nafas perlahan dan dalam sebanyak 3 kali melalui hidung ,
PELAKSANAAN kemudian menghembuskan melalui mulut. Pada saat menarik nafas,
kembungkan perutnya (diaphragmatic breathing)
b. Lanjutkan dengan menarik nafas dalam dan ditahan selama 1-3 detik
c. Hembuskan nafas secara perlahan dengan mengkontraksikan otot
perut (ekspirasi paksa) dan mulut terbuka
d. Pasien diminta menarik nafas biasa (normal) dan menghembuskannya
secara tiba-tiba dengan mengkontraksikan otot perut dan otot
dinding dada dengan mulut dan glottis terbuka
e. Lakukan 3 – 4 kali istirahat dengan diselingi istirahat 15 detik

PROSEDUR TERKAIT a. Postural Drainage


b. Breathing Exercise
c. Huffing
d. Coughing exercise
UNIT TERKAIT a. ICU
b. PoliklinikFisioterapi
c. Unit Rehabilitasi
d. PoliklinikParu
e. PerawatanParu
REFERENSI c. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
d. Efficacy of Pursed Lip Breathing with Forced Expiration Techniques
and Active Cycle of Bteathing Technique on Pulmonary Mucus
Clearance in Health Subjects. 2010. J.Phys.Ther Sci (2) : 247-254
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
18. LATIHAN PENGEMBANGAN THORAKS
ICD-9 93.99 Prosedur penanganan pernapasan lainnya
Posisi pengasatan
PENGERTIAN Teknik latihan nafas dalam dengan penekanan pada inspirasi berupa
inspirasi aktif
TUJUAN a. Mengembangkan thoraks
b. mencegah kolapsnya jaringan paru
c. Mencegah komplikasi paru pasca operasi
KEBIJAKAN PMK No. 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Gangguan pengembangan thoraks
b. Penumpukan sekret
KONTRA INDIKASI Sesak nafas berat
PROSEDUR 4. Persiapan pasien
PELAKSANAAN a. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Pelaksanaan
a. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, menahannya selama
3 detik kemudian menghembuskannya secara perlahan
PROSEDUR TERKAIT f. Segmental breathing exercise
g. ACBT
REFERENSI e. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
f. Efficacy of Pursed Lip Breathing with Forced Expiration Techniques
and Active Cycle of Bteathing Technique on Pulmonary Mucus
Clearance in Health Subjects. 2010. J.Phys.Ther Sci (2) : 247-254
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
19. LATIHAN MOBILISASI DADA
CHEST MOBILITY EXERCISE
ICD-9

PENGERTIAN Suatu teknik latihan yang merupakan kombinasi dari gerak aktif trunk
atau ekstemitas dengan nafas dalam

TUJUAN Mempertahankan dan meningkatkan mobilitas dinding dada, trunk, dan


shoulder girdle
KEBIJAKAN PMK No. 65 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gangguan pengembangan dinding dada

KONTRA INDIKASI Nilai FEV1 < 50%


PROSEDUR 1. Persiapan pasien
PELAKSANAAN a. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Memposisikan pasien senyaman mungkin dengan meletakkan
tangan terapis/pasien pada segmen yang mengalami gangguan
pengembangan
2. Pelaksanaan
a. Mobilisasi dada unilateral
1) Pasien diminta meletakkan tangan yang menggenggam
pada sisi dada yang mengalami gangguan mobilisasi
2) Pasien menggerakkan badan ke arak lateral fleksi
homolateral sambil menghembuskan nafas
3) Pasien diminta menarik nafas sambil menggerakkan
badan kearah lateral fleksi kontralateral
4) Pasien diminta menggerakkan badan kearah lateral fleksi
homolateral lagi sambil menghembuskan nafas dan
melakukan penekanan pada sisi homolateral dengan
tangan yang menggenggam.
5) Gerakan ditingkatkan : pada saat gerakan kontra lateral,
lengan di atas kepala dan kembali ke posisi no.4

b. Mobilisasi dada bagian atas dan stretching otot pectoralis


1) Pasien diminta meletakkan kedua tangan dibelakang
kepala
2) Pasien menggerakkan fleksi leher dan protraksi bahu
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
sambil menghembuskan nafas
3) Pasien diminta menarik nafas sambil menggerakkan
ekstensi leher dan retraksi bahu
4) Gerakan ditingkatkan : pada saat ekspirasi, disertai
dengan fleksi trunk dan kedua lengan ke bawah, dan
pada saat inspirasi disertai dengan menegakkan badan
kembali dan lengan ke atas membentuk huruf V

PROSEDUR TERKAIT h. Breathing Exercise


i. Postural Drainage
REFERENSI g. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
h. Carolyn Kisner, MS PT & Lynn Allen Colby,MS,PT, Therapeutic
exercise (Foundations and techniques) third edition,FA Davis,
Philadelphia: 1996
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
20. Postural Drainage (Posisi Pengasatan)
ICD-9 93.99

PENGERTIAN Pengaturan posisi untuk mempermudah mengalirkan sekret dengan


bantuan gravitasi

TUJUAN Memobilisasi dan membersihkan kelebihan sekret

KEBIJAKAN PMK No. 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi


INDIKASI Pasien dengan peningkatan produksi sekret

KONTRA INDIKASI d. Hipertensi sistole > 140 mmHg diastole >100 mmHg
e. Hipotensi sistole < 80 mmHg
f. Cidera kepala akut
g. Batuk darah berat (haemoptysis)
h. Gagal jantung
i. Aritmia (VES > 6 x/menit)
j. Paska bedah gastro esophangeal
PROSEDUR 6. Persiapan pasien
PELAKSANAAN a. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
b. Longgarkan/lepaskan baju
7. Persiapan tempat
a. Siapkan tempat sputum
b. Siapkan beberapa bantal
8. Pelaksanaan
a. Menjelaskan prosedur terapi kepada pasien
b. Memposisikan pasien relaks dan nyaman sesuai dengan letak
sekretnya
c. Pertahankan posisi 5 – 10 menit pada setiap bagian
d. Berikan perkusi, vibrasi atau shaking ditempat yang dibutuhkan
e. Pasien diminta deep breathing, huffing dan coughing
f. Dilakukan 2- 4 x / hari untuk sputum banyak dan 1-2 x / hari
untuk pencegahan

PROSEDUR TERKAIT j. Oxygen Therapy


k. ACBT
l. Huffing
m. Coughing
n. FET
REFERENSI i. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
j. Carolyn Kisner, MS PT & Lynn Allen Colby,MS,PT, Therapeutic exercise
(Foundations and techniques) third edition,FA Davis, Philadelphia:
1996
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
21. SOP SEGMENTAL BREATHING EXERCISE
ICD-9 93.18 Latihan Pernafasan

PENGERTIAN Suatu teknik latihan pernafasan pada bagian/segmen tertentu dari paru
TUJUAN Mengembangkan paru per segmen
KEBIJAKAN PMK No. 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gangguan pengembangan segmen paru
KONTRA INDIKASI a. Sesak nafas berat
b. FEV1 < 50%
c. Hipertensi systole > 160 mmHg dan diastole > 100 mmHg
PROSEDUR 9. Persiapan pasien
PELAKSANAAN c. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan meminta persetujuan
d. Memposisikan pasien senyaman mungkin dengan meletakkan
tangan terapis/pasien pada segmen yang mengalami gangguan
pengembangan
10. Pelaksanaan
a. Diawali dengan pasien menghembuskan nafas dengan
merasakan costa bergerak downward dan inward.
b. Pada saat ekspirasi, terapis memberikan penekanan secara
perlahan dengan tangan terapis/pasien
c. Pada akhir ekspirasi terapis memberikan tekanan dengan cepat
kearah downward dan inward
d. Pasien diminta menarik nafas dalam dengan mengembangkan
bagian yang mengalami gangguan
e. Terapis memberikan tahanan ringan
f. Kemudian pasien diminta untuk menghembuskan nafas lagi
dengan terapis memberikan tekanan downward dan inward
g. Maneuver tersebut diulangi 3-4 kali
Note:
Ajarkan pasien untuk melakukan maneuver tersebut secara mandiri
dengan menempatkan tangan di atas thoraks dan dapat menggunakan
handuk atau belt sebagai pengganti tahanan
PROSEDUR TERKAIT o. Oxygen Therapy
p. Breathing Exercise
q. Postural Drainage
REFERENSI k. Pryor, J and Webber, B.A.2001; Physiotherapy for Respiratory and
Cardiac Problem. Churchil Livingstone.
l. Efficacy of Pursed Lip Breathing with Forced Expiration Techniques
and Active Cycle of Bteathing Technique on Pulmonary Mucus
Clearance in Health Subjects. 2010. J.Phys.Ther Sci (2) : 247-254
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
22. TEKNIK DEBRIDEMENT
ICD-9
PENGERTIAN Serangkaian teknik yang dilakukan sebagai bagian dari kesehatan
integritas jaringan kulit
TUJUAN Untuk melindungi dan mendukung reparasi kulit serta mencegah
terjadinya komplikasi yang muncul akibat penekanan menetap (pressure
sore)
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Pasien tirah baring dengan risiko pressure sore
PERHATIAN Teknik ini dilakukan secara bekerjasama dengan tim tenaga kesehatan
dalam menjaga higienis kulit
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruangan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur
tindakan.
6. Meminta ijin dari pasien untuk pelaksanaan tindakan. Apabila
pasien tidak bersedia dilakukan tindakan, sampaikan risiko yang
dapat terjadi. Bila pasien tetap menolak, terminasi tindakan
PELAKSANAAN 7. Mengobservasi potensi risiko gangguan higienis kulit
8. Melaporkan kepada tim tenaga kesehatan terkait informasi
9. Menginformasikan agar teknik pembersihan kulit maupun terapi
tidak melibatkan menggunakan media air hangat dan atau alkohol
untuk menghindari peningkatan panas inti tubuh dan atau
menghilangkan kelembaban kulit.
10. Menggunakan pelembab untuk membersihkan kelembaban kulit.
11. Menghindari infeksi
12. Merawat kulit yang mengalami abrasi, gigitan serangga, lepuh, atau
luka bakar
13. Melindungi area yang berpotensi mengalami pressure sore dengan
menggunakan bantal dingin atau bantal lunak
PROSEDUR TERKAIT 1. Pengaturan posisi
2. Unit Keperawatan
REFERENSI 1. Kisner C, Colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and
Technique, ed 5. FA Davis Company: 2007.
2. Boissonault: Pathology—Special Implications for Physical Therapist
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
23. MANUAL LYMPH DRAINAGE PHYSIOTHERAPY
ICD-9 Manual therapy
PENGERTIAN Teknik menggunakan tangan yang ditujukan searah aliran limfatik
secara spesifik dengan tekanan yang sangat ringan
TUJUAN 1. Meningkatkan aliran dan membuka nodus limfatik
2. Meningkatkan sistem imun,
3. Meningkatkan respon parasimpatis,
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI 1. Gangguan aliran limfatik,
2. Gangguan sirkulasi vena kronis,
3. Meningkatkan penyembuhan luka,
4. Meningkatkan imunitas
KONTRAINDIKASI 1. Ada luka terbuka
2. Kasus neurologis akut
3. Mudah terjadi perdarahan/trombosit/platelet rendah
4. Kekurangan vit K
Additional warning: pada metastasis keganasan  lakukan kajian
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu
ruangan sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur
tindakan.
6. Mendapatkan ijin dari pasien untuk pelaksanaan tindakan. Apabila
pasien tidak bersedia dilakukan tindakan, sarankan alternatif lain
yang dapat dilakukan.
7. Apabila pasien setuju dengan pelaksanaan tindakan, minta pasien
berganti pakaian dengan sarung yang telah disediakan.
8. Minta pasien berbaring terlentang di atas tempat tidur.
PELAKSANAAN 9. Menghangatkan tangan, lalu mulai pemijatan dari ujung jari
tangan sampai ke bagian dalam ketiak. Lakukan pada sisi kanan
dan kiri secara bergantian.
PROSEDUR TERKAIT 1. Vasculotaping
2. Bandaging
REFERENSI 1. Korosec B: Manual Lymphatic Drainage Therapy. Home health care
management & practice vol 16:6, 499-511, 2004.
2. Piller NB, Douglass J: Manual Lymphatic Drainage—an effective
treatment for lymphoedemas.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
24. BANDAGING
ICD-9
PENGERTIAN Metode pembebatan yang dilakukan dengan menggunakan bebat
elastis dalam pola sirkuler silang
TUJUAN Untuk meningkatkan sirkulasi balik (vena dan limfatik) jaringan
setempat
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI 1. Pencegahan edema
2. Edema pada ekstremitas
KONTRAINDIKASI Gangguan sirkulasi arteri
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu
ruangan sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur
perawatan tindakan.
6. Mendapatkan ijin dari pasien untuk pelaksanaan tindakan. Apabila
pasien tidak bersedia dilakukan tindakan, sarankan alternatif lain
yang dapat dilakukan.
7. Apabila pasien setuju dengan pelaksanaan tindakan, minta pasien
membuka area yang akan ditindakan. Apabila terdapat luka, tutup
area luka dengan pembalutan yang memadai.
8. Apabila tidak terdapat luka terbuka, bersihkan area yang akan
ditindakan dengan alcohol swab. Bersihkan area yang akan
diterapi.
9. Hitung luas area yang akan diterapi
PERSIAPAN ALAT 10. Pilih ukuran perban elastis sesuai dengan luas area yang akan
ditindak.
Guideline ukuran
11. Pilih tipe elastisitas perban sesuai dengan tujuan terapi
Guideline tipe elastisitas
12. Perhatikan bahwa perban dilengkapi dengan pengunci perban.
PELAKSANAAN 13. Pasang jangkar dengan memasang perban melingkar 2 kali. Perban
dipasang dengan regangan 75% dari panjang normal perban.
14. Pasang perban melingkar ke atas dalam pola sirkuler yang saling
menyilang sehingga bentuk akhirnya akan menyerupai bentuk
rebung bambu.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

15. Jarak antar lingkar perban adalah setengah dari lebar perban
sebelumnya. Teruskan pembebatan hingga perban habis.
16. Setelah selesai, tunggu 5 menit untuk melihat respon jaringan.
Lakukan tes sirkulasi arteri. Apabila terjadi gangguan sirkulasi,
lepaskan bebat dan ulangi dari tahap 7.
17. Apabila bebat terlalu longgar, lepaskan bebat dan ulangi dari
tahap 7.
18. Sampaikan kepada pasien bahwa bebat dapat melonggar akibat
kegiatan, berkurangnya edema, atau elastisitas bebat yang
berkurang. Ulangi pembebatan bila hal tersebut terjadi atau
setelah 24 jam penggunaan bebat.
PROSEDUR TERKAIT 1. Teknik debridement
REFERENSI 1. MacDonald R: Pocketbook of TapingTechnique. Elsevier, 2010.
2. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and
Technique, ed 5. FA Davis Company: 2007.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
25. VASCULOTAPING
ICD-9
PENGERTIAN Teknik pemasangan elastic taping pada kondisi gangguan vaskularisasi
perifer
TUJUAN Untuk mengurangi edema atau hematoma melalui peningkatan sirkulasi
balik (vena dan limfatik)
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI 1. Gangguan sirkulasi limfatik/limfedema
2. Gangguan sirkulasi vena/edema
KONTRAINDIKASI 1. Luka terbuka
2. Riwayat hipersensitifitas terhadap tape
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur
tindakan.
6. Mendapatkan ijin dari pasien untuk pelaksanaan tindakan. Apabila
pasien tidak bersedia dilakukan tindakan, sarankan alternatif lain
yang dapat dilakukan.
7. Apabila pasien setuju dengan pelaksanaan tindakan, minta pasien
membuka area yang akan ditindak. Bersihkan area tersebut dengan
alcohol swab
PERSIAPAN ALAT 8. Ukur tape sesuai dengan luas area yang akan ditindak. Gunting tape
menjadi 5 bagian masing-masing 1 cm dengan menyisakan jangkar
pada salah satu ujung tape.
PELAKSANAAN 9. Posisikan area yang akan dilakukan tindakan dalam posisi
peregangan sedang.
10. Pasang jangkar, kemudian pasang tape satu per satu tanpa
menimbulkan penguluran tape.
11. Gerakan area yang ditindak hingga batas lingkup gerak akhir untuk 5
kali gerakan.
12. Tunggu 3 menit. Bila terjadi peningkatan reaksi inflamasi, lepaskan
tape dan jangan diulangi untuk hari ini.
13. Tape dilepas ketika terjadi reaksi alergi atau setelah 3 hari
PROSEDUR TERKAIT Gangguan sensibilitas
REFERENSI MacDonald R: Pocketbook of TapingTechnique. Elsevier, 2010.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
26. VACUUM COMPRESSION THERAPY
ICD-9
PENGERTIAN Penggunaan tekanan positif dan negatif secara bergantian
TUJUAN Melancarkan sirkulasi
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI Gangguan sirkulasi
KONTRAINDIKASI 1. Perdarahan berat
2. Potensial perdarahan/trombosit/platelet rendah
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur
vaccuum compression therapy.
6. Mendapatkan ijin dari pasien untuk pelaksanaan tindakan. Apabila
pasien tidak bersedia dilakukan tindakan, sarankan alternatif lain
yang dapat dilakukan.
7. Apabila pasien setuju dengan pelaksanaan tindakan, minta pasien
mengambil posisi yang tepat
PERSIAPAN ALAT 8. Pastikan unit vaccuum compression dalam keadaan siap
9. Nyalakan mesin untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik
PELAKSANAAN 10. Masukkan ekstremitas yang mengalami gangguan.
11. Sesuaikan modus mesin sesuai dosis terapi.
12. Nyalakan mesin.
PROSEDUR TERKAIT ADDITIONAL WARNING
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
27. PENGATURAN POSISI
PENGERTIAN Pengaturan posisi pasien tirah baring total secara teratur
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN Untuk mengurangi risiko terjadinya pressure sore dan atau kontraktur
INDIKASI 1. Pasien tirah baring total
2. Pasien ICU
KONTRAINDIKASI KI Relatif: pasien dengan fiksasi vertebrae, harus diawali dengan tindakan
pencegahan rotasi
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur
perawatan tindakan.
6. Mendapatkan ijin dari pasien untuk pelaksanaan tindakan.
PELAKSANAAN 7. Melindungi area yang berpotensi mengalami pressure sore dengan
menggunakan bantal dingin atau bantal lunak
8. Mengubah posisi pasien setiap 2 jam
9. Apabila tersedia, gunakan mobilization bed atau matras
antidecubitus
PROSEDUR TERKAIT Safety issue

Anda mungkin juga menyukai