Anda di halaman 1dari 30

APPENDICOGRAM

Diagnosis apendisitis merupakan hal yang


penting karena apendisitis yang tidak
terdiagnosis dengan benar dapat
menyebabkan komplikasi seperti
peritonitis, abses apendiks atau sepsis. Untuk
itu, pemeriksaan penunjang seperti USG, CT
Scan, dan MRI dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis apendisitis dan
menyingkirkan diagnosis banding.[1,2]
 Walau sudah tidak digunakan di negara-
negara lain, pemeriksaan appendicogram masih
bermanfaat untuk diagnosis apendisitis di
Indonesia.
merupakan salah satu jenis pemeriksaan
radiografi yang umum digunakan di Indonesia
sebagai pemeriksaan penunjang dalam
menegakkan diagnosis apendisitis.
Pemeriksaan ini menggunakan BaSO4 (barium
sulfat) yang diencerkan dengan air menjadi
suspensi barium dan dimasukkan secara oral.
Selain secara oral, barium juga dapat
dimasukkan melalui anus (barium enema).
Hasil dari pemeriksaan ini dapat
menggambarkan anatomi fisiologis dari
apendiks dan kelainan pada apendiks berupa
sumbatan pada pangkal apendiks. Hasil
pemeriksaan apendikografi dibagi menjadi
tiga, yakni:
1. filling atau positive appendicogram:
keseluruhan lumen apendiks terisi penuh oleh
barium sulfat. Gambaran ini menandakan
bahwa tidak ada obstruksi pada pangkal
apendiks sehingga suspensi barium sulfat yang
diminum oleh pasien dapat mengisi lumen
apendiks hingga penuh.
2. partial filling: suspensi barium sulfat hanya
mengisi sebagian lumen apendiks dan tidak
merata.
3. non filling atau negative appendicogram:
barium sulfat tidak dapat mengisi lumen
apendiks.
Ada beberapa kemungkinan penyebab dari
gambaran negatif appendicogram yakni
adanya obstruksi pada pangkal apendiks
(dapat berupa inflamasi) yang
mengindikasikan apendisitis atau suspensi
barium sulfat belum mencapai apendiks
karena perhitungan waktu yang tidak
tepat (false negative appendicogram).
 • Appendisitis akut
• Appendisitis kronis
• Benda asing
• Hiperplasi folikel ( pembesaran jaringan
limfoid yang dapat mengakibatkan teradinya
radang appendiks)
• Tumor
1. Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium
maupun barium.
2. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi
obat-obatan saat ini.
3. Apabila pasien wanita dalam usia produktif,
tanyakan apakah pasien sedang hamil atau
tidak ?
9. Pasien dianjurkan tidak banyak bicara dan
tidak merokok untuk mengurangi udara di
dalam usus.
10. Penandatanganan informed consent
 Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi &
dilengkapi alat bantu kompresi yg berfungsi
untuk memperluas permukaan organ yg ada
didaerah ileosaekal / memodifikasi posisi
pasien supine mjd prone
 Kaset + film
• Kaset dan film 30 x 40 cm2
• Marker
• Gonad shield
• Spuit
• Sarung tangan
• Apron
 Bahan kontras barium sulfat dengan
perbandingan 1 : 4 sampai 1 : 8
Posisi Pasien : Pasien pada posisi pone atau
supine, dengan bantal di kepala.

Posisi Objek :
 MSP berada di tengah-tengah meja
pemeriksaan
 Pastikan tidak ada rotasi
Central Ray :
 CR tegak lurus terhadap kaset

 CR setingi iliac crest

 SID minimal 100 cm


Posisi Pasien : 35 to 45o menuju right dan left
porterior oblique (RPO atau LPO), dengan bantal

Posisi Objek :
 Letakan bantal di atas kepala.
 Flexikan siku dan letakan di depan tubuh pasien
 Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan
abdominal margins kiri dan kanan sama jauhnya
dari garis tengah meja pemeriksaan
CENRAL RAY :
 CRtegak lurus terhadap IR

 Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac


crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis
midsaggital plane (MSP).
 SID minimal 100 cm
 LPO – colic flexura hepatic kanan dan
ascending & recto sigmoid portions harus
tampak terbuka tanpa superimposition yang
significant. RPO- colicflexure kiri dan
descending portions harus terlihat terbuka
tanpa superimposition yang significant.
Jika pada foto 12 jam gambaran kontras barium
belum mengisi Colon Ascendens dan
Appendiks, maka dianjurkan agar dilakukan
pengambilan foto 24 jam.
 Appendicogram saat ini masih digunakan walau di negara maju
sudah tidak lagi digunakan untuk diagnosis apendisitis.
Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang rendah dan efek
samping serta risiko yang signifikan. Selain itu, pemeriksaan ini
juga tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis
banding keluhan pasien.
 USG direkomendasikan sebagai metode diagnostik lini pertama
untuk apendisitis namun dokter perlu mengerti keterbatasan
metode diagnostik ini. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti CT
scan dan MRI juga perlu mempertimbangkan masalah biaya dan
ketersediaan alat. Alternatif lain adalah menatalaksana pasien
hanya berdasarkan kondisi klinis dan laboratorium tanpa
pemeriksaan penunjang. Dalam memutuskan pilihan
pemeriksaan penunjang, seorang dokter harus menimbang semua
aspek, termasuk risk vs. benefit, ketersediaan alat, rekomendasi
organisasi dan kemampuan ekonomi pasien

Anda mungkin juga menyukai