KONSEP PENGANGGARAN

DARI BEBERAPA PENDAPAT SEBAGAI BERIUT:

1. MENURUT HARAHAP ( 1997 ) MENYATAKAN
BAHWA, BUDGET ( ANGGARAN )
MERUPAKAN SUATU KONSEP YANG
MEMBANTU MANAJEMEN DALAM MENCAPAI
TUJUANNYA MELALUI UPAYA
MENUANGKANNYA SECARA TERTULIS.

2. MENURUT SYAKROZA ( 2000)

MENDEFINISIKAN ANGGARAN SEBAGAI
ALAT UTAMA BAGI MANAJER UNTUK
MENJALANKAN FUNGSI MANAJEMEN
SEPERTI : PLANNING, ORGANIZING,
COORDINATING, AND CONTROLLING DENGAN
MENGACU PADA TARGET DAN STRATEGI
PERUSAHAAN DALAM RANGKA MENCAPAI
TUJUAN PERUSAHAAN.

3. MENURUT ADISAPUTRO DAN ASRI ( 2003 ),

MENYATAKAN BAHWA, BUSSINESS BUDGET
ADALAH SUATU PENDEKATAN YANG
FORMAL DAN SISTEMATIS DARIPADA
PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB
MANAJEMEN DI DALAM PERENCANAAN,
KOORDINASI DAN PENGAWASAN.
 4. MENURUT NAFARIN ( 2004 ), MENYATAKAN
BAHWA: 1). ANGGARAN ADALAH SUATU
RENCANA KEUANGAN PERIODIK YANG
DISUSUN BERDASARKAN PROGRAM-
PROGRAM YANG TELAH DISAHKAN. 2).
ANGGARAN ( BUDGET ) MERUPAKAN
RENCANA TERTULIS MENGENAI KEGIATAN
SUATU ORGANISASI YANG DIRENCANAKAN
SECARA KUANTITATIF DAN UMUMNYA
DINYATAKAN DALAM SATUAN UANG UNTUK
JANGKA WAKTU TERTENTU.

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN

1. UNTUK DIGUNAKAN SEBAGAI LANDASAN

YURIDIS FORMAL DALAM MEMILIH SUMBER
DAN INVESTASI DANA.
2. UNTUK MENGADAKAN PEMBATASAN JUMLAH
DANA YANG DICARI DAN DIGUNAKAN.
3. UNTUK MERINCI JENIS SUMBER DANA YANG
DICARI MAUPUN JENIS INVESTASI DANA
SEHINGGA DAPAT MEMUDAHKAN
PENGAWASAN.
4. UNTUK MERASIONALKAN SUMBER DAN
INVESTASI DANA AGAR DAPAT MENCAPAI
HASIL YANG MAKSIMAL.
5. UNTUK MENYEMPURNAKAN RENCANA YANG
TELAH DISUSUN, KARENA DENGAN ANGGARAN
LEBIH JELAS DAN NYATA DILIHAT.
 6. UNTUK MENAMPUNG DAN MENGANALISIS
SERTA MEMUTUSKAN SETIAP USULAN YANG
BERKAITAN DENGAN KEUANGAN.
( TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN MENURUT
NAFARIN TAHUN 2004 ).

MANFAAT PENYUSUNAN ANGGARAN

1. SEGALA KEGIATAN DAPAT TERARAH PADA

PENCAPAIAN TUJUAN BERSAMA.
2. DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT UNTUK
MENILAI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
PEGAWAI.
3. DAPAT MEMOTIVASI PEGAWAI
4. MENIMBULKAN TANGGUNG JAWAB TERTENTU
PADA PEGAWAI.
5. MENGHINDARI PEMBOROSAN DAN
PEMBAYARAN YANG KURANG PERLU.
6. SUMER DAYA SEPERTI : TENAGA KERJA,
PERALATAN, DAN DANA DAPAT
DIMANFAATKAN SEEFISIEN MUNGKIN.
7. SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN BAGI PARA
MANAJER.
( MANFAAT PENYUSUNAN ANGGARAN
MENURUT NAFARIN TAHUN 2004 ).

MENURUT AHYARI ( 2002 ), PENGGUNAAN ANGGARAN DALAM

PERUSAHAAN AKAN MENDAPATKAN BEBERAPA MANFAAT
DIANTARANYA :
1). TERDAPATNYA PERENCANAAN TERPADU.
MAKSUDNYA ADALAH, DENGAN MEMPERGUNAKAN
ANGGARAN PERUSAHAAN, MAKA AKAN DAPAT
MENYUSUN PERENCANAAN SELURUH KEGIATAN
SECARA TERPADU. TIDAK ADA SATUPUN KEGIATAN
YANG DILAKUKAN DALAM PERUSAHAAN YANG
TERLEPAS DARI ANGGARAN, KARENA SELURUH
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN TERSEBUT AKAN
MEMERLUKAN BIAYA.

2). TERDAPATNYA PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PERUSAHAAN.
MAKSUDNYA ADALAH, DENGAN ADANYA ANGGARAN
PERUSAHAAN, MAKA PELAKSANAAN KEGIATAN YANG
ADA DALAM PERUSAHAAN TERSEBUT DAPAT
DILAKSANAKAN DENGAN LEBIH PASTI, KARENA DAPAT
MENDASARKAN DIRI KEPADA ANGGARAN YANG TELAH
ADA. PELKSANAAN DENGAN MEMPERGUNAKAN
ANGGARAN YANG TELAH DITETAPKAN AKAN
MENGHASILKAN KEGIATAN YANG SESUAI DENGAN
PERENCANAAN YANG TELAH DISUSUN DALAM
PERUSAHAAN TERSEBUT.

3). TERDAPATNYA ALAT KOORDINASI DALAM

PERUSAHAAN.
MAKSUDNYA ADALAH : PENYUSUNAN ANGGARAN AKAN
MELIPUTI SELURUH KEGIATAN YANG ADA, DENGAN
DEMIKIAN AKAN MELIBATKAN SELURUH BAGIAN
DALAM PERUSAHAAN. PELAKSANAAN KEGIATAN
DENGAN MENGGUNAKAN ANGGARAN SEBAGAI
PEDOMAN AKAN BERARTI MELAKUKAN KEGIATAN
DALAM PERUSAHAAN TERSEBUT DIBAWAH
KOORDINASI YANG BAIK.

4). TERDAPATNYA ALAT PENGAWASAN YANG BAIK.

MAKSUDNYA ADALAH : JIKA PERUSAHAAN SEDANG
MENYELESAIKAN SUATU KEGIATAN , MAKA
MANAJEMEN PERUSAHAAN AKAN DAPAT
MEMBANDINGKAN PELAKSANAAN KEGIATAN
TERSEBUT DENGAN ANGGARAN YANG TELAH
DITETAPKAN DALAM PERUSAHAAN TERSEBUT. DALAM
HAL INI ANGGARAN AKAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI
ALAT PENGAWASAN KEGIATAN YANG SEDANG
DILAKSANAKAN DALAM PERUSAHAAN.

5). TERDAPATNYA ALAT EVALUASI KEGIATAN

PERUSAHAAN.
MAKSUDNYA ADALAH : PERUSAHAAN YANG
MEMPUNYAI ANGGARAN UNTUK KEGIATAN
PELAKSANAAN KEGIATAN OPERASIONALNYA, AKAN
DAPAT MELAKSANAKAN EVALUASI RUTIN SETIAP KALI
SELESAI MELAKSANAKAN KEGIATAN TERSEBUT.
SEBERAPA JAUH PENYIMPANGAN PELAKSANAAN KERJA
DARI RENCANA YANG TELAH DISUSUN SERTA
PENYEBAB APA SAJA YANG MENIMBULKAN
 PENYIMPANGAN KERJA TERSEBUT DAPAT
DIDISKUSIKAN DI DALAM PERUSAHAAN SERTA DICARI
JALAN KELUARNYA.

KARAKTERISTIK ANGGARAN
MENURUT MULYADI ( 2001 ) KARAKTERISTIK ANGGARAN
SEBAGAI BARIKUT :
1. ANGGARAN DINYATAKAN DALAM SATUAN
KEUANGAN DAN SATUAN LAIN KEUANGAN.
2. ANGGARAN UMUMNYA MENCAKUP JANGKA
WAKTU SATU TAHUN.
3. ANGGARAN BERISI KOMITMEN ATAU
KESANGGUPAN MANAJEMEN, YANG BERARTI
BAHWA PARA MANAJER SETUJU UNTUK
MENERIMA TANGGUNG JAWAB UNTUK MENCAPAI
SASARAN YANG DITETAPKAN DALAM ANGGARAN.
4. USULAN ANGGARAN DI – REVIEW DAN DISETUJUI
OLEH PIHAK YANG BERWENANG LEBIH TINGGI
DARI PENYUSUN ANGGARAN.
5. SEKALI DISETUJUI, ANGGARAN HANYA DAPAT
BERUBAH PADA KONDISI TERTENTU.
6. SECARA BERKALA, KINERJA KEUANGAN
SESUNGGUHNYA DIBANDINGKAN DENGAN
ANGGARAN DAN SELISIHNYA DIANALISIS.

FUNGSI ANGGARAN
ANGGARAN MEMILIKI FUNGSI YANG SAMA DENGAN FUNGSI
MANAJEMEN, YANG MELIPUTI : FUNGSI PERENCANAAN, FUNGSI
PELAKSANAAN, DAN FUNGSI PENGAWASAN. HAL INI
DISEBABKAN KARENA ANGGARAN MEMPUNYAI FUNGSI
SEBAGAI ALAT MANAJEMEN DALAM MELAKSANAKAN
FUNGSINYA.
MENURUT NAPARIN ( 2004 ) FUNGSI ANGGARAN DIANTARANYA
SEBAGAI BERIKUT :
1. FUNGSI PERENCANAAN
ANGGARAN MERUPAKAN ALAT PERENCANAAN TERTULIS
YANG MENUNTUT PEMIKIRAN YANG TELITI, KARENA
ANGGARAN MEMBERIKAN GAMBARAN YANG LEBIH
NYATA / JELAS DALAM UNIT DAN UANG.
2. FUNGSI PELAKSANAAN
ANGGARAN MERUPAKAN PEDOMAN DALAM
PELAKSANAAN PEKERJAAN SEHINGGA PEKERJAAN
DAPAT DILAKSANAKAN SECARA SELARAS DALAM
MENCAPAI TUJUAN UNTUK MEMPEROLEH LABA.
3. FUNGSI PENGAWASAN
ANGGARAN MERUPAKAN ALAT PENGENDALIAN /
PENGAWASAN ( CONTROLLING ).
PENGAWASAN BERARTI MELAKUKAN EVALUASI
( MENILAI ) ATAS PELAKSANAAN PEKERJAAN, DENGAN
CARA SEBAGAI BERIKUT :
a) MEMBANDINGKAN REALISASI DENGAN RENCANA
ANGGARAN.
b) MELAKUKAN TINDAKAN PERBAIKAN APABILA
DIPANDANG PERLU ( JIKA ADA PENYIMPANGAN
YANG MENGIKAT ).

KETERBATASAN ANGGARAN
 DALAM MENYUSUN ANGGARAN TERDAPAT BEBERAPA
HAL YANG MEMBATASI PENYUSUNAN ANGGARAN.
MENURUT HARAHAP ( 1997 ) KETERBATASAN ANGGARAN
TERSEBUT MELIPUTI :
1. BUDGET BERDASARKAN TAKSIRAN
BUDGET HARUS DISADARI BAHWA, IA MERUPAKAN
TAKSIRAN SAAT INI TENTANG APA YANG AKAN TERJADI
DI MASA YANG AKAN DATANG. OLEH KARENA ITU
DALAM PENYUSUNANNYA TENTU APA YANG AKAN
DIJADIKAN DASAR ADALAH PENGETAHUAN DAN
INFORMASI BERDASARKAN TAHUN LALU DAN ANALISIS
SERTA TAKSIRAN.

2. MEMERLUKAN PENYUSUNAN YANG TERUS MENERUS

KARENA SIFATNYA TAKSIRAN DAN KARENA SITUASI
BERGERAK DAN BERUBAH TERUS MENERUS, MAKA
KITA HARUS TERUS MENERUS SECARA PERIODIK
MELAKUKAN PERBAIKAN DAN PENYESUAIAN
MENGIKUTI PERKEMBANGAN YANG MEMPENGARUHI
BUDGET ITU.

3. PELAKSANAAN BUDGET TIDAK BERJALAN SECARA

OTOMATIS.
SISTEM BUDGET TIDAK DAPAT DIBIARKAN TANPA
TERUS – MENERUS DIKENDALIKAN OLEH PIMPINAN.
BUDGET HARUS DIANALISIS, DIREVISI, DAN DIIKUTI,
 TIDAK BOLEH DIBIARKAN BERJALAN SENDIRI.

4. TIDAK DAPAT MENGAMBIL ALIH TUGAS MENEJEMEN /

ADMINISTRASI.
KARENA SIFATNYA YANG HARUS DIIKUTI, DINILAI,
DAN DIPERBAIKI MAKA BUDGET TIDAK AKAN DAPAT
MENGGANTIKAN POSISI PIMPINAN DAN TIDAK DAPAT
PULA MENGGANTIKAN POSISI ADMINISTRASI.

5. MEMERLUKAN DANA / PERHATIAN

SISTEM BUDGET TENTU MEMERLUKAN DANA,
PERHATIAN, DAN SUMBER LAINNYA UNTUK DAPAT
BERJALAN EFEKTIF.

6. DAPAT MEMPENGARUHI PERILAKU.

SISTEM BUDGET DAPAT MEMPENGARUHI PERILAKU
MANUSIA BISA POSITIF DAN BISA NEGATIF.

7. DAPAT MENIMBULKAN SLACK BUDGETING.

SLACK BUDGETING ARTINYA, SUTUASI DIMANA ORANG
MENYALAHGUNAKAN BUDGET UNTUK
KEPENTINGANNYA. HAL INI HARUS DIWASPADAI OLEH
PERUSAHAAN.

8. TIDAK MENJAMIN TERCAPAINYA TARGET.

BUDGET HANYA RENCANA DAN FOKUS. BUDGET TIDAK
DAPAT MENJAMIN SECARA MUTLAK BAHWA IA AKAN
TERCAPAI.
 MACAM – MACAM ANGGARAN
MENURUT NAFARIN ( 2004 ) ANGGARAN ITU DAPAT
DIKELOMPOKKAN DARI BEBERAPA SUDUT PANDANG SEBAGAI
BERIKUT :
1. DIPANDANG DARI DASAR PENYUSUNANNYA, MAKA
ANGGARAN ITU TERDIRI DARI :
a. ANGGARAN VARIABEL, YAITU ANGGARAN YANG
DISUSUN BERDASARKAN INTERVAL ( KISAR ) PADA
KAPASITAS ( AKTIVITAS ) TERTENTU DAN PADA
INTINYA MERUPAKAN SUATU SERI ANGGARAN YANG
DAPAT DISESUAIKAN PADA TINGKAT – TINGKAT
AKTIVITAS ( KEGIATAN ) YANG BERBEDA. ANGGARAN
VARIABEL INI DISEBUT JUGA DENGAN ANGGARAN
FLEKSIBEL.
b. ANGGARAN TETAP, YAITU ANGGARAN YANG DISUSUN
BERDASARKAN SUATU TINGKAT KAPASITAS
TERTENTU.
ANGGARAN TETAP INI DISEBUT JUGA DENGAN
ANGGARAN STATIS.

2. MENURUT BIDANGNYA, ANGGARAN ITU TERDIRI DARI

ANGGARAN OPERASIONAL DAN ANGGARAN
KEUANGAN.
a. ANGGARAN OPERASIONAL ADALAH ANGGARAN
UNTUK MENYUSUN ANGGARAN LAPORAN LABA / RUGI.
YANG TERDIRI DARI :
1). ANGGARAN PENJUALAN
 2). ANGGARAN BIAYA PABRIK, TERDIRI DARI :
ANGGARAN BIAYA BAHAN BAKU, ANGGARAN BIAYA
TENAGA KERJA LANGSUNG, DAN ANGGARAN BIAYA
OVERHEAD PABRIK ( BOP ).
3). ANGGARAN BEBAN USAHA
4). ANGGARAN LAPORAN LABA RUGI
b. ANGGARAN KEUANGAN ADALAH, ANGGARAN UNTUK
MENYUSUN ANGGARAN NERACA. ANGGARAN
KEUANGAN TERDIRI DARI :
1). ANGGARAN KAS
2). ANGGARAN PIUTANG
3). ANGGARAN PERSEDIAAN
4). ANGGARAN UTANG
5). ANGGARAN NERACA.

3). MENURUT KEMAMPUAN MENYUSUN ANGGARAN, TERDIRI

DARI :
a. ANGGARAN KOMPREHENSIF, MERUPAKAN PERPADUAN
DARI ANGGARAN OPERASIONAL DAN ANGGARAAN
KEUANGAN YANG DISUSUN SECARA LENGKAP.
b. ANGGARAN PARSIAL ADALAH ANGGARAN YANG DISUSUN
TIDAK SECARA LENGKAP, MELAINKAN YANG DISUSUN
HANYA BAGIAN ANGGARAN TERTENTU SAJA.
 ANGGARAN PENJUALAN
ADALAH ANGGARAN YANG MENJELASKAN SECARA TERPERINCI
MENGENAI PENJUALAN PERUSAHAAN DI MASA YANG AKAN
DATANG.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KECILNYA

ANGGARAN PENJUALAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1) JENIS PRODUK YANG AKAN DIJUAL

2) UNIT ( JUMLAH ) PRODUK YANG AKAN DIJUAL
 3) DAERAH PEMASARAN
4) HARGA PRODUK
5) WAKTU PENJUALAN PRODUK

AD. 1. JENIS PRODUK YANG AKAN DIJUAL

MAKSUDNYA ADALAH, SEMAKIN BANYAK JENIS PRODUK YANG

AKAN DIJUAL , MAKA ANGGARAN PENJUALAN SEMAKIN BESAR.
KARENA SETIAP PRODUK YANG ADA HARUS DIBUAT
ANGGARANNYA SENDIRI – SENDIRI SEBELUM PADA AKHIRNYA DI
JUMLAHKAN.

AD.2. UNIT ( JUMLAH ) PRODUK YANG DIJUAL

MAKSUDNYA ADALAH, SEMAKIN BANYAK JUMLAH BARANG

YANG DIANGGARKAN, MAKA ANGGARAN PENJUALAN JUGA
SEMAKIN BESAR.

AD.3. DAERAH PEMASARAN

MAKSUDNYA ADALAH, PRODUK YANG ADA BIASANYA DIJUAL DI

BEBERAPA DAERAH PEMASARAN BAIK DALAM WILAYAH :

1. LOKAL
2. REGIONAL
3. NASIONAL
4. INTERNASIONAL
AD. 4. HARGA PRODUK

MAKSUDNYA ADALAH, HARGA PRODUK UNTUK SETIAP PASAR

BISA DITENTUKAN BERBEDA YANG DISEBABKAN KARENA BIAYA
PRODUKSINYA YANG BERBEDA.

AD.5. WAKTU PENJUALAN PRODUK

MAKSUDNYA ADALAH, ANGGARAN PENJUALAN ITU BISA

DISUSUN SECARA RINCI DENGAN WAKTU SBB:

1. PER TRIWULAN ( TW )
2. BULANAN
3. PER SEMESTER ( SETIAP ENAM BULAN )

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN

DIMISALKAN BAHWA PERUSAHAAN AKAN MENYUSUN

ANGGARAN PENJUALAN UNTUK TAHUN 2020 DENGAN DATA
SEBAGAI BERIKUT :

1. PERUSAHAAN MEMPRODUKSI DAN MENJUAL 2 MACAM

PRODUK, YAITU PRODUK ( A ) DAN PRODUK ( B )
2. PERUSAHAAN SUDAH MELAKUKAN PENJUALAN PRODUK ( A )
DAN PRODUK ( B ) SEJAK TAHUN 2015 – 2019 SEPERTI YANG
TERLIHAT PADA TABEL BERIKUT INI :

PENJUALAN PRODUK ( A ) DAN ( B ) TAHUN 2015 – 2019

TAHUN PRODUK ( A ) PRODUK ( B )

(UNIT ) ( UNIT )
2015 6.000 4.000
2016 6.200 4.100
2017 6.500 4.300
2018 6.800 4.450
2019 7.000 4.500
3. DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PROYEKSI, KAPASITAS DAN
TERSEDIANYA SUMBER DAYA MATERIAL , TENAGA KERJA,
MODAL, DISTRIBUSI DLL, MAKA ANGGARAN PENJUALAN
TAHUN 2020 DITENTUKAN SBB :
A. UNTUK PRODUK ( A ) SEBESAR 80 % DARI PROYEKSI.
B. UNTUK PRODUK ( B ) SEBESAR 75 % DARI PROYEKSI.
4. KEDUA PRODUK TERSEBUT AKAN DIJUAL DIBEBERAPA
DAERAH PEMASARAN DENGAN PROPORSI ( JATAH ) SBB :
 UNTUK PRODUK ( A )
DIY : 30 %
JATENG : 20%
JATIM : 15%
JABAR : 35%

 UNTUK PRODUK ( B )
DIY : 15 %
JATENG : 35 %
JATIM : 30 %
JABAR : 20 %
5. MENENTUKAN HARGA PER – UNIT UNTUK MASING – MASING
PRODUK SBB :
 UNTUK PRODUK ( A )
DIY : RP. 5.000
JATENG : RP. 5.250
JATIM : RP. 5.350
JABAR : RP. 5.500
  UNTUK PRODUK ( B )
DIY : RP. 6.250
JATENG : RP. 6.350
JATIM : RP. 6.500
JABAR : RP. 6.600
6. PENJUALAN DIRENCANAKAN PER TRIWULAN ADALAH SBB:
ANGGARAN PENJUALAN PER TRIWULAN

TRIWULAN PRODUK ( A ) PRODUK ( B )

TW I 30% 25%
TW II 20% 30%
TW III 30% 20%
TW IV 28% 25%

BERDASARKAN DATA TERSEBUT DI ATAS, MAKA PERUSAHAAN

MENYUSUN ANGGARAN PENJUALAN PRODUK ( A ) DAN PRODUK
( B ) UNTUK TAHUN 2018. DENGAN LANGKAH-LANGKAH BERIKUT:

1).MENENTUKAN PROYEKSI PENJUALAN UNTUK TAHUN 2020.

a) PROYEKSI PENJUALAN PRODUK ( A ) TAHUN 2020

PROYEKSI PENJUALAN PRODUK ( A )

TAHUN Y X XY X2
2015 6.000 -2 -12.000 4
2016 6.200 -1 -6.200 1
2017 6.500 0 0 0
2018 6.800 1 6.800 1
2019 7.000 2 14.000 4
JUMLAH 32.500 0 2.600 10

JADI PROYEKSI PENJUALAN TAHUN 2020 ADALAH

SEBAGAI BERIKUT :
Y = 6.500 + 260 ( 3 ) = 7.280.

b). PROYEKSI PENJUALAN UNTUK PRODUK ( B ) TAHUN 2020

PROYEKSI PENJUALAN PRODUK ( B )

TAHUN Y X XY X2
2015 4.000 -2 -8.000 4
2016 4.100 -1 -4.100 1
2017 4.300 0 0 0
2018 4.450 1 4.450 1
2019 4.500 2 9.000 4
JUMLAH 21.350 0 1.350 10

JADI PROYEKSI PENJUALAN UNTUK TAHUN 2020 ADALAH SBB :

Y = 4.270 + 135 ( 3 ) = 4.675

2). MENENTUKAN UNIT PENJUALAN YANG DIANGGARKAN UNTUK

TAHUN 2018 PADA MASING-MASING PRODUK ADALAH :

UNTUK PRODUK ( A ) = 80% x 7.280 = 5.824 DIBULATKAN 5.800.

UNTUK PRODUK ( B ) = 75% x 4.675 = 3.506 DIBULATKAN 3.500

3). MENENTUKAN JUMLAH PENJUALAN DI MASING – MASING

DAERAH PEMASARAN SEBAGAI BERIKUT :

a). UNTUK PRODUK ( A )

DIY : 30% x 5.800 = 1.740

JATENG : 20% x 5.800 = 1.160

JATIM : 15% x 5.800 = 870

JABAR : 35% x 5,800 = 2.030

b). UNTUK PRODUK ( B )

DIY : 15% x 3.500 = 525

JATENG : 35% x 3.500 = 1.225

JATIM : 30% x 3.500 = 1.050

JABAR : 20% x 3.500 = 700

4). MENENTUKAN PENJUALAN DI MASING – MASING DAERAH

PADA SETIAP TRIWULAN SEBAGAI BERIKUT :

a. UNTUK PRODUK ( A )
DIY
TW I : 30% x 1.740 = 522
TW II : 20% x 1.740 = 348
TW III : 30% x 1.740 = 522
TW IV : 20% x 1.740 = 348
JATENG
TW I : 30% x 1.160 = 348
TW II : 20% x 1.160 = 232
TW III : 30% x 1.160 = 348
TW IV : 20% x 1.160 232
JATIM
TW I : 30% x 870 = 261
TW II : 20% x 870 = 174
TW III : 30% x 870 = 260
TW IV : 20% x 870 = 174
JABAR
TW I : 30% x 2.030 = 609
 TW II : 20% x 2.030 = 406
TW III : 30% x 2.030 = 609
TW IV : 20% x 2.030 = 409
b. UNTUK PRODUK ( B )
DIY
TW I : 25% x 525 = 131,25
TW II : 30% x 525 = 157,5
TW III : 20% x 525 = 105
TW IV : 25% x 525 = 131,25

JATENG
TW I : 25% x 1.225 = 306,25
TW II : 30% x 1.225 = 367,5
TW III : 20% x 1.225 = 245
TW IV : 25% x 1.225 = 306,25
JATIM
TW I : 25% x 1.050 = 262,5
TW II : 30% x 1.050 = 315
TW III : 20% x 1.050 = 210
TW IV : 25% x 1.050 = 262,5
JABAR
TW I : 25% x 700 = 175
TW II : 30% x 700 = 210
TW III : 20% x 700 = 140
TW IV : 25% x 700 = 175
 SETELAH PERHITUNGAN SELESAI DIBUAT, MAKA ANGGARAN
PENJUALAN SECARA LENGKAP DAPAT DILIHAT PADA TABEL
BERIKUT INI;

ANGGARAN PENJUALAN TAHUN 2020

KETERA PRODUK ( A ) PRODUK ( B ) TOTAL

UNIT HARGA/ JUMLAH UNIT HARGA/ JUMLAH
NGAN
U U
DIY
TW I 522 5.000 2.610.000 131,25 6.250 820.312,5
TW II 348 5.000 1.740.000 157,5 6.250 984.375
TW III 522 5.000 2.610.000 106 6.250 656.230
TW IV 348 5.000 1.740.000 131,25 6.250 820.312,5
JUMLAH 1.740 5.000 8.700.000 525 6.250 3.281.250 11.981.250
JATENG
TW I 348 5.250 1.827.000 306,25 6.350 1.944.687,5
TW II 232 5.250 1.218.000 367,5 6.350 2.333.625
TW III 348 5.250 1.827.000 245 6.350 1.555.750
TW IV 232 5.250 1.218.000 306,25 6.350 1.944.687,5
JUMLAH 1.160 5.250 6.090.000 1.225 6.350 7.778.750 13.868.750
JATIM
TW I 261 5.350 1.396.350 262,5 6.500 1.706.250
TW II 174 5.350 930.900 315 6.500 2.047.500
TW III 261 5.350 1.396.350 210 6.500 1.365.000
TW IV 174 5.350 930.900 262,5 6.500 1.206.250
JUMLAH 870 5.350 4.654.500 1.050 6.500 6.825.000 11.479.500
JABAR
TW I 609 5.500 3.349.500 175 6.600 1.155.000
TW II 406 5.500 2.233.000 210 6.600 1.386.000
TW III 609 5.500 3.349.500 140 6.600 924.000
TW IV 406 5.500 2.233.000 175 6.600 1.155.000
JUMLAH 2.030 5.500 11.165.000 700 6.600 4.620.000 15.785.000
TOTAL 5.800 5.500 30.609.500 3.500 6.600 22.505.000 53.114.500
 ANGGARAN PRODUKSI

SETELAH ANGGARAN PENJUALAN SELESAI DISUSUN, MAKA

LANGKAH BERIKUTNYA ADALAH MENYUSUN ANGGARAN
PRODUKSI. YANG DIMAKSUD DENGAN ANGGARAN PRODUKSI
ADALAH, PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN SEBELUMNYA
MENGENAI ORANG-ORANG, BAHAN-BAHAN, MESIN-MESIN DAN
PERALATAN LAIN SERTA MODAL YANG DIPERLUKAN UNTUK
MEMPRODUKSI BARANG PADA SUATU PERIODE TERTENTU
DIMASA DEPAN SESUAI DENGAN APA YANG DIBUTUHKAN ATAU
DIRAMALKAN.

TUJUAN ANGGARAN PRODUKSI

ADAPUN TUJUAN DARI ANGGARAN PRODUKSI ADALAH

SEBAGAI BERIKUT :

1. UNTUK MENCAPAI TINGKAT KEUNTUNGAN TERTENTU,

MISALNYA BERAPA HASIL YANG DIPRODUKSI SUPAYA
DAPAT DICAPAI TINGKAT KEUNTUNGAN DENGAN
PERSENTASE TERTENTU DARI KEUNTNGAN SETAHUN
TERHADAP PENJUALAN YANG DIINGINKAN.
2. UNTUK MENGUASAI PASAR TERTENTU, SEHINGGA HASIL
PERUSAHAAN INI TETAP MEMPUNYAI MARKET SHARE
TERTENTU.
3. UNTUK MENGUSAHAKAN SUPAYA PERUSAHAAN BEKERJA
PADA TINGKAT EFISIEN TERTENTU.
 4. UNTUK MENGUSAHAKAN DAN MEMPERTAHANKAN SUPAYA
PEKERJAAN DAN KESEMPATAN KERJA YANG SUDAH ADA
DAPAT SEMAKIN BERKEMBANG.

DI DALAM ANGGARAN PRODUKSI AKAN DIRENCANAKAN

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPRODUKSI PADA PERIODE YANG
AKAN DATANG. SEDANGKAN RENCANA PRODUKSI AKAN
MENYANGKUT BANYAK HAL SEPERTI :

A. TERSEDIANYA MATERIAL
B. TENAGA KERJA YANG DIGUNAKAN
C. KEMAMPUAN MESIN
D. PERALATAN DAN FASILITAS

ANGGARAN PRODUKSI MERUPAKAN BAGIAN DARI ANGGARAN

OPERASIONAL YANG AKAN MENYUSUN ANGGARAN
SELANJUTNYA, SEPERTI ANGGARAN MATERIAL, ANGGARAN
TENAGA KERJA DAN ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK.

DI DALAM MERENCANAKAN PRODUKSI ADA TIGA

ALTERNATIF KEBIJAKAN YANG BISA DITEMPUH ADALAH
SEBAGAI BERIKUT :

1. KEBIJAKAN PRODUKSI KONSTAN

MERUPAKAN KEBIJAKAN YANG MENGUTAMAKAN
STABILITAS TINGKAT PRODUKSI. KARENA PRODUKSI
STABIL MAKA MENJADIKAN TINGKAT PERSEDIAAN
MENGAMBANG. DENGAN KEBIJAKAN INI TINGKAT PRODUKSI
PERPERIODE SEMESTER, TRIWULAN, DAN BULAN RELATIF
SAMA DISESUAIKAN DENGAN PERSEDIAAN
2. KEBIJAKAN PRODUKSI GELOMBANG
 MERUPAKAN KEBIJAKAN PRODUKSI YANG MENGUTAMAKAN
KESTABILAN TINGKAT PERSEDIAAN, SEHINGGA TINGKAT
PRODUKSI AKAN SESUAI DENGAN TINGKAT PENJUALAN.
BILA PENJUALAN MENGALAMI FLUKTUASI, MAKA TINGKAT
PRODUKSINYA JUGA FLUKTUASI. DALAM KEBIJAKAN INI
PERSEDIAAN AKHIR AKAN DISESUAIKAN DENGAN
PERSEDIAAN AWAL DENGAN MENJAGA KESTABILANNYA.
PERSEDIAAN YANG STABIL AKAN MENJADIKAN BIAYA
PERSEDIAAN MENJADI MINIMAL, TETAPI TINGKAT PRODUKSI
YANG FLUKTUASI MENJADIKAN LEBIH SULIT DALAM
PERENCANAAN MATERIAL, TENAGA KERJA, DAN FASILITAS
YANG LAIN.
3. KEBIJAKAN PRODUKSI MODERAT
MERUPAKAN KEBIJAKAN YANG MEMADUKAN DUA
KEBIJAKAN SEBELUMNYA, YAITU TINGKAT PRODUKSI DAN
TINGKAT PERSEDIAAN DIBIARKAN MENGAMBANG DALAM
BATAS ATAU POLA TERTENTU.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN

ANGGARAN PRODUKSI

BESAR KECILNYA ANGGARAN PRODUKSI AKAN

TERGANTUNG PADA :

1) ANGGARAN PENJUALAN, MAKSUDNYA ADALAH PENJUALAN

YANG FLUKTUASI AKAN MENENTUKAN APAKAH
PRODUKSINYA JUGA FLUKTUASI.

2) TINGKAT PERSEDIAAN
 A. PERSEDIAAN AWAL, MAKSUDNYA ADALAH, PERSEDIAAN
AWAL SUATU PERIODE MERUPAKAN PERSEDIAAN AKHIR
PADA PERIODE SEBELUMNYA.
B. PERSEDIAAN AKHIR, MAKSUDNYA ADALAH PERSEDIAAN
INI MERUPAKAN PREDIKSI PERSEDIAAN PADA AKHIR
PERIODE YANG AKAN DATANG. DENGAN DEMIKIAN
BESARNYA ANGGARAN PRODUKSI DAPAT
DIPERHITUNGKAN SEBAGAI BERIKUT :
ANGGARAN PENJUALAN XX
PERSEDIAAN AKHIR XX +
JUMLAH XX
PERSEDIAAN AWAL XX –
ANGGARAN PRODUKSI XX

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI

CONTOH. 1.

Perusahaan akan menyusun anggaran produksi tahun 2020 dengan data sebagai
berikut :

a.Anggaran Penjualan tahun 2020, dalam tabel berikut ini

Anggaran Penjualan

Unit Harga/Unit Jumlah

Triwulan I
Lokal 5.000 3.000 15.000.000
Regional 1.500 3.100 4.650.000
Triwulan II
Lokal 4.000 3.000 12.000.000
Regional 1.000 3.100 3.100.000
Triwulan III
 Lokal 3.500 3.000 10.500.000
Regional 1.500 3.100 4.650.000

Triwulan IV
Lokal 3.000 3.000 9.000.000
Regional 1.000 3.100 3.100.000

62.000.000,-

b.Persediaan akhir 2019

Material 6.000 kg

Barang Jadi 2.000 unit

c.Persediaan akhir tahun 2018 ( prediksi )

Material 5.000 kg

Barang Jadi 1.500 unit

Diminta untuk menyusun anggaran produksi tahun 2020, dengan

kebijakan produksi konstan.

Jawab :

Anggaran produksi tahun 2020 dengan kebijakan konstan

Anggaran Produksi ( Konstan )

Keterangan TW I TW II TW III TW IV Jumlah

Anggaran Penjualan 6.500 5.000 5.000 4.000 20.500
Persediaan akhir 500 500 500 1.500 1.500
Jumlah 7.000 5.500 5.500 5.500 22.000
Persediaan Awal 2.000 500 500 500 2.000
Anggaran 5.000 5.000 5.000 5.000 20.000
Produksi
Penjelasan

1) Penjualan setiap triwulan merupakan penjualan lokal dan regional.

2) Persediaan akhir barang jadi pada tahun 2019 menjadi persediaan awal
tahun 2020, yaitu sebesar 2.000 unit yang terletak pada triwulan I ).
3) Persediaan akhir barang jadi pada tahun 2020 sebesar 1.500 unit yang
terletak pada triwulan IV.
4) Persediaan akhir pada setiap triwulan akan menjadi persediaan awal pada
triwulan berikutnya.
5) Produksi 1 tahun sebesar 20.000 unit, karena kebijakan produksinya
konstan, maka produksi per triwulan sebesar : 20.000 unit = 5.000 unit.
4

CONTOH. 2.

Perusahaan akan menentukan anggaran produksi tahun 2020 dengan data

sebagai berikut :

a.Anggaran Penjualan

Triwulan I 5.000 Unit

Triwulan II 4.000 Unit

Triwulan III 5.000 Unit

Triwulan IV 4.000 Unit

b.Persediaan Awal 1.000 Unit

c. Persediaan Akhir 1.500 Unit

Diminta :
.Menentukan anggaran produksi dengan kebijakan gelombang.

Jawab :

.Menentukan anggaran produksi dengan kebijakan gelombang.

Anggaran Produksi tahun 2020 ( Gelombang )

Keterangan TW I TW II TW III TW IV Jumlah

Anggaran Penjualan 5.000 4.000 5.000 4.000 18.000
Persediaan akhir 1.125 1.250 1.375 1.500 1.500
Jumlah 6.125 5.250 6.375 5.500 19.500
Persediaan Awal 1.000 1.125 1.250 1.375 1.000
Anggaran Produksi 5.125 4.125 5.125 4.125 18.500
Penjelasan

a.Anggaran produksi mengikuti fluktuasi anggaran penjualan

b.Karena persediaan awal dan persediaan akhir tahun 2017 berbeda jumlahnya,
maka selisih tersebut dibagi pada setiap triwulan yang dihitung sebagai berikut:

Persediaan awal = 1.000 unit

Persediaan akhir = 1.500 unit –

Selisih = 500 Unit

SELISIH PERSEDIAAN AWAL DAN AKHIR PADA SETIAP TRIWULAN

= 500 UNIT = 125 UNIT

Pada Triwulan I persediaan awal sebesar 1.000, maka persediaan akhir

ditambah 125 menjadi sebesar 1.125 unit. Pada triwulan II persediaan awal
sebesar 1.125 unit, maka persediaan akhir sebesar 1.250 unit.
 ANGGARAN MATERIAL

A. PENGERTIAN
SETELAH ANGGARAN PRODUKSI DISUSUN, MAKA LANGKAH
BERIKUTNYA ADALAH MENYUSUN ANGGARAN BIAYA
PRODUKSI, YANG TERDIRI DARI BIAYA MATERIAL, BIAYA
TENAGA KERJA LANGSUNG, DAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK. MATERIAL ATAU BAHAN MENTAH MERUPAKAN
BAGIAN POKOK DARI SUATU PRODUK. DALAM SUATU
PRODUK TERDAPAT UNSUR BAHAN BAKU ( MATERIAL
LANGSUNG ) DAN BAHAN PEMBANTU ATAU BAHAN
PENOLONG. BAHAN BAKU MEMPUNYAI HUBUNGAN YANG
PROPORSIONAL DENGAN PRODUKSI JADI, SEMAKIN BANYAK
PRODUK YANG AKAN DIHASILKAN, MAKA SEMAKIN
BANYAK BAHAN BAKU YANG DIBUTUHKAN. BAHAN BAKU
MERUPAKAN BAGIAN PRODUK YANG AKAN TAMPAK PADA
PRODUK JADI. SEDANGKAN BAHAN PEMBANTU BIASANYA
TIDAK TAMPAK PADA PRUDUK JADI, ANGGARAN MATERIAL
HANYA MERENCANAKAN BIAYA BAHAN BAKU YANG
DIGUNAKAN, SEDANGKAN BIAYA BAHAN PEMBANTU AKAN
DIRENCANAKAN DALAM ANGGARAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK ( BOP ).

B. PENYUSUNAN ANGGARAN MATERIAL

PENYUSUNAN ANGGARAN MATERIAL AKAN DAPAT
MEMBANTU MENENTUKAN BERBAGAI RENCANA
SEPERTI :

1.MENENTUKAN KEBUTUHAN MATERIAL

2.MENENTUKAN PEMBELIAN MATERIAL

3.MENENTUKAN KEBUTUHAN DANA YANG DIPERLUKAN UNTUK

MEMBELI MATERIAL

4.MENENTUKAN BIAYA MATERIAL PER UNIT PRODUK

5.MENENTUKAN DASAR PENGAWASAN MATERIAL

ANGGARAN MATERIAL TERDIRI DARI :

1.ANGGARAN KEBUTUHAN MATERIAL

2.ANGGARAN PEMBELIAN MATERIAL

3.ANGGARAN PENGGUNAAN MATERIAL

4.ANGGARAN PERSEDIAAN MATERIAL

ANGGARAN KEBUTUHAN MATERIAL

ANGGARAN INI MERENCANAKAN BERAPA SATUAN MATERIAL

YANG DIBUTUHKAN DALAM SATU PERIODE. DALAM ANGGARAN
INI YANG LEBIH DIPENTINGKAN ADALAH JUMLAH FISIK
MATERIAL, BUKAN PADA NILAI MATERIALNYA.

BESAR KECILNYA ANGGARAN KEBUTUHAN MATERIAL AKAN

TERGANTUNG PADA :

1.ANGGARAN PRODUKSI

KEBUTUHAN MATERIAL PER PERIODE AKAN TERGANTUNG

PADA KEBIJAKAN PRODUKSI YANG DIGUNAKAN, APAKAH
MENGGUNAKAN KEBIJAKAN PRODUKSI KONSTAN, GELOMBANG
ATAU MODERAT. BILA KEBIJAKAN PRODUKSI YANG DIGUNAKAN
ADALAH KEBIJAKAN PRODUKSI KONSTAN, MAKA KEBUTUHAN
MATERIAL PER PERIODE KONSTAN, SEDANGKAN PRODUKSI
BERGELOMBANG MENJADIKAN KEBUTUHAN MATERIAL MENJADI
FLUKTUASI TERGANTUNG FLUKTUASI TINGKAT PRODUKSINYA.

2.STANDAR PENGGUNAAN MATERIAL ( SPM )

YANG DIMAKSUD DENGAN STANDAR PENGGUNAAN

MATERIAL ADALAH JUMLAH MATERIAL YANG DIPERLUKAN
UNTUK MENGHASILKAN SATU UNIT PRODUK.

STANDAR PENGUNAAN MATERIAL DAPAT DIKETAHUI

MELALLUI :

1.OBSERVASI ATAU MENGADAKAN PENGAMATAN LANGSUNG

PADA PROSES PRODUKSI.

2.DARI PENGALAMAN PERUSAHAAN PADA WAKTU YANG LALU

3.DARI PENGALAMAN PERUSAHAAN LAIN YANG MENGHASILKAN

BARANG SEJENIS.

4.DARI INDUSTRI PRODUK TERSEBUT.

SECARA KESELURUHAN ANGGARAN KEBUTUHAN MATERIAL

AKAN MEMUAT BERBAGAI HAL SEPERTI berikut :

- JENIS PRODUK YANG DIHASILKAN

- JENIS MATERIAL YANG DIGUNAKAN
- STANDAR PENGGUNAAN MATERIAL
- TAHAPAN PROSES PRODUKSI
- JUMLAH PRODUK YANG DIHASILKAN.
BILA DIFORMULASIKAN, BESARNYA ANGGARAN
KEBUTUHAN MATERIAL ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
KEBUTUHAN MATERIAL = PRODUKSI X SPM