Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN BENCANA

“ANGIN MONSUN YANG TERJADI DI PARE-PARE”

OLEH

KHAERUNNISA

NIM. PO713201191117

KELAS 3C

DOSEN :

SUKMA SAINI, S.Kep, Ns., M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

TAHUN 2021
RESUME

Link video bencana “ANGIN MONSUN YANG TERJADI DI PARE-PARE”

https://youtu.be/2AUxJcJAnOw

Angin Monsun adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan), dan
antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan. Selain itu, jenis angin
monsun ada dua, yakni angin monsun Asia dan Angin monsun Australia. Fenomena alam ini
adalah hal alamiah.

Akan ada pergerakan massa udara basah (MGO) di Samudera Hindia yang mengarah ke timur
Indonesia.

Akibatnya, pertumbuhan awan menjadi sangat intens.

Hal ini juga memengaruhi kecepatan angin cukup ekstrem hingga 31 knot atau sekitar 57 km
per jam.

Kecepatan angin seperti ini tergolong sangat kencang.

Karena normalnya, kecepatan angin maksimum hanya antara 10 sampai 15 knot atau 27 km per
jam.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV,
angin monsun Asia diprediksi akan melintas di wilayah Sulsel. Diperkirakan lintasan angin
monsun Asia itu berdampak di tiga kabupaten/kota yakni Kabupaten Pinrang, Kabupaten Barru
dan Kota Parepare.

Menanggapi hal tersebut, Rusli Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Parepare mengimbau masyarakat agar siaga terhadap angin monsun Asia.

“Meski hanya perkiraan, akan tetapi mulai sekarang masyarakat tetap harus siap siaga dengan
informasi itu,” kata Rusli Kepala BPBD Parepare, saat ditemui Rabu, (8/1/2020).

Tidak hanya itu, Rusli juga mengimbau masyarakat agar menghindari tidur terlalu nyenyak di
malam hari.

BMKG IV Makassar Keluarkan Imbauan Status Siaga Waspada

sebagaimana yg di lansir ole Newszonamerah.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan


Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengeluarkan imbauan status siaga waspada, seperti
banjir, kilat petir, angin kencang dan bencana alam

Status menyusul aktivitas angin Muson Asia yang bergerak di wilayah Sulawesi Selatan
hingga dua hari terakhir yang menjadikan sejumlah daerah terendam banjir akibat intensitas
curah hujan tinggi.

“Saat ini curah hujan dengan intensitas lebat dan sedang masih mengguyur sejumlah wilayah
pesisir bagian barat serta wilayah selatan di Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Prakirawan
BMKG Wilayah IV Makassar Esti Kristanti di Makassar, Minggu (12/1/2020).

Selain itu, BMKG mengeluarkan imbauan siaga banjir dan waspada bencana alam di sejumlah
wilayah Sulsel, mengingat dari pantauan pergerakan curah hujan yang hampir merata dengan
intensitas lebat hingga 50 milimeter.

Tidak hanya itu, pergerakan angin Muson Asia yang bergerak dari Filipina menuju wilayah
Sulawesi juga berdampak di Kota Makassar dan sekitarnya seperti Kota Pare-pare, Kabupaten
Pinrang, Barru, Soppeng, Barru, Pangkep, Maros, Takalar, Gowa, Jeneponto serta sejumlah
kabupaten lainnya di Sulsel, dengan status siaga banjir dan angin kencang.

Kondisi ini dikarenakan menguatnya angin Muson Asia di wilayah Sulsel dan sekitarnya dan
kemudian peningkatan pergerakan konferensi atau pertemuan angin serta suhu muka air laut di
sekitar wilayah perairan Makassar yang menimbulkan pertumbuhan awan konvektif, terutama
di perairan selat Makassar yang tidak hanya menyebabkan terjadi hujan dengan intensitas
sedang serta lebat disertai angin kencang.

“Oleh karena itu, BMKG Wilayah IV Makassar mengeluarkan status siaga waspada di wilayah
Provinsi Sulsel berdasarkan analisis peta berbasis dampak,” katanya.

Sebelumnya, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini waspada potensi hujan lebat disertai
kilat petir dan angin kencang di wilayah Kabupaten Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Takalar,
Gowa.

Sementara untuk Moderate Sea atau gelombang air laut antara 1.25-2.5 meter terjadi di Perairan
Pare-Pare, Perairan Spermonde Pangkep bagian barat, Perairan Spermonde Pangkep, Perairan
Spermonde Makassar bagian barat, di Perairan Spermonde Makassar, Teluk Bone bagian utara,
Perairan timur Kepulauan Selayar, dan Laut Flores bagian utara.

Untuk Rough Sea, Gelombang air laut mencapai 2.5-4.0 meter terjadi di Selat Makassar bagian
selatan, Perairan barat Kepulauan Selayar, Perairan Sabalana, Teluk Bone bagian selatan, Laut
Flores bagian barat, Perairan Pulau Bonerate ke Kalaotoa bagian utara, Perairan P. Bonerate ke
Kalaotoa bagian selatan, dan Laut Flores bagian timur.
Berdasarkan infomasi dari BPBD Sulsel, terjadi bencana banjir dan angin kencang di enam
kabupaten, masing masing di Kabupaten Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Pare-pare sebagian
wilayah tergenang banjir. Di Kabupaten Maros, Barru dan Wajo terdampak angin kencang dan
puting beliung.

Jumlah penduduk Kota Parepare pada tahun 2016 yaitu 140.423 jiwa yang terdiri dari 69.023
jiwa penduduk laki-laki dan 71.400 jiwa penduduk perempuan dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,24%. Kepadatan penduduk Kota Parepare pada tahun 2016 yaitu 1.414
jiwa/km2 dengan kecamatan terpadat adalah Kecamatan Soreang sebesar 5.434 jiwa/km2 dan
kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu Kecamatan Bacukiki sebesar 269 jiwa/km2.

Kota Parepare merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, yang berada
pada posisi geografis antara 1190 36’ 24’ - 1190 43’ 40 Bujur Timur dan 030 57’ 39’ - 030 04’
49’ Lintang Selatan. Adapun batas administrasi wilayah Kota Parepare, sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Barru; dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Luas wilayah KotaParepare tercatat 99,33km2; meliputi 4kecamatan (KecamatanBacukiki,


Bacukiki Barat,Ujung, dan Soreang) dan22 kelurahan. KecamatanBacukiki
merupakankecamatan terluas denganluas sekitar 66,70 km2atau 67,15 persen luasKota
Parepare.Berikut ini tabel yang memperlihatkan luas wilayah Kota Parepare dirinci tiap
kecamatan.

Angin monsun asia yang melintas di Sulawesi Selatan diprediksi memicu hujan lebat selama
empat hari mulai tanggal 9 hingga 12 Januari 2020.

Kemunculan angin monsun asia menyebabkan penambahan massa udara basah dengan pola
pertemuan udara dari Laut Jawa hingga Sulawesi.

Dengan adanya Madden Julian, fase basah tersebut bergerak menuju Indonesia bagian tengah.
Kondisi tersebut meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Sulawesi Selatan

Darmawan, Kepala BMKG Wilayah IV Makassar menjelaskan sejak sepekan terakhir sebelum
angin monsun asia melintas, terjadi peningkatan intensitas hujan mulai kategori lebat hingga
ekstrem di wilayah Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai