Anda di halaman 1dari 18

Diskon Hingga

50% Off
Traveloka Eats

Ketidakpastian Pengukuran, Angka Penting, Notasi Ilmiah &


Aturan Pembulatan
by Maratus Sholikah /

X
Iklan Diskon Hingga 50% Off
Traveloka Eats Pesan Sekarang

  
Dalam setiap pengukuran atau percobaan, ketidakpastian dan ketidaktelitian selalu ada. Banyak
penyebab ketidakpastian dalam pengukuran ini. Hal ini karena si pengukur (manusia) maupun
alat ukur memiliki kelemahan. Penyebab dari ketidakpastian ini terbagi menjadi tiga golongan,
yaitu karena lingkungan, alat ukur, dan si pengukur.

Kesalahan faktor lingkungan yaitu saat kita melakukan pengukuran, yakni saat keadaan
lingkungan tidak mendukung (kondusif). Misalnya angin yang bertiup saat mengayunkan bandul,
adanya gesekan saat kita mengukur kecepatan benda jatuh, gangguan getaran dari alat-alat
berat dan kendaran bermotor saat mengukur gelombang seismik di tanah, dan temperatur yang
terlalu panas saat kita mengukur hambatan, dan lain-lain.

Penyebab kesalahan alat ukur dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

hidayatmakmurforklift.com

Hidayat Makmur Forklift - Rental…


Hidayat Makmur Forklift wilayah jakarta selatan

Cilandak pejaten pasar minggu

Selengkapnya

  
Alat ukur yang sudah tidak bekerja dengan baik. Penyebabnya mungkin karena ada beberapa
pegas yang sudah rusak dalam alat ukur, atau memuai karena pengaruh cuaca dan
lingkungan.

Alat ukur yang tidak mampu mengukur dengan ketelitian tinggi. Misalnya menggunakan
mistar, menggunakan baut atau sekrup.

Alat ukur tidak benar dalam pen-skalaan dan kalibrasi. Seringkali terdapat beberapa alat ukur
yang skalanya sembarangan dan tidak memenuhi ketentuan. Dalam beberapa hal, kesalahan
ini sengaja untuk mencurangi pembeli, misalnya memberati timbangan, “mencurangi” meteran
listrik, meteran POM bensin dan lain-lain. untuk itulah memeerlukan lembaga pemerintah yang
memeriksa setiap meteran tersebut. Lembaga ini yaitu Badan Metrologi (bukan meteorologi)
Kesalahan si pengukur (manusia) dalam penglihatan, penyebabnya bisa karena beberapa hal
berikut:

Kelemahan mata kita yang pada umumnya tidak bisa melihat secara baik skala atau benda
yang lebih kecil dari 1 mm.

Pengaruh paralaks. Paralaks adalah perbedaan hasil pengukuran karena kita melihat pada
sudut yang berbeda. Dengan demikian, jika kita hendak mengukur sesuatu, usahakan mata
kita sejajar dan tegak lurus dengan benda.

Pengaruh meniskus pada tabung. Meniskus terjadi jika kita mengukur air dalam gelas ukur.
Ciri meniskus yaitu melengkungnya permukaan air pada pinggir wadah. Sehingga terdapat
kesalahan ketika membaca skala.

Kesalahan dalam perhitungan dan pengolahan data hasil pengukuran, biasanya karena
pembulatan atau memang salah melakukan perhitungan atau pemasukan data

Meniskus pada gelas ukur dapat mengakibatkan


kesalahan pembacaan skala (Sumber:
http://www.calongurufisika.co.id)

Angka Penting (Significant Digit atau Significant Figures)

  
Jika ada seseorang mengatakan kepada kita, bahwa ia telah berlari sejauh 628,3185307 meter,
apa yang kita pikirkan? Apakah kita akan percaya? Jika kita simak baik-baik, sebetulnya ada yang
aneh pada angka 628,3185307 meter tersebut. Hal ini karena adanya tujuh angka berderet di
belakang koma, yaitu 3185307. Kita akan merasa bingung dengan banyaknya angka di belakang
koma tersebut. Kira-kira, apakah alat ukur yang dapat digunakan sehingga dapat mengukur
dengan ketelitian sehebat itu? Orang yang menyebut angka tersebut mungkin berbohong, namun
kurang tepat melaporkan hasil. Ia mungkin memperoleh hasil tersebut dari rumus keliling
lingkaran 2πr, karena jari-jari lingkaran r dari lintasan lari yang berbentuk lingkaran adalah 100
meter, maka ketika dihitung menggunakan kalkulator, dengan π bernilai 3,141592654, maka
dihasilkan nilai 628,3185307 meter.

Hal itulah yang mendasari perlunya aturan dalam melaporkan hasil perhitungan dan pengukuran.
Dalam melaporkan hasil perhitungan atau pengukuran, kita tidak harus melaporkan dan
menuliskan seluruh angka. Dalam kasus di atas, mungkin cukup tulis dengan 628 meter saja.
Sedangkan sisanya, kita sebut angka meragukan.

Meskipun memiliki alat ukur, seringkali kita masih harus memperkirakan hasil pengukuran. Hal
ini karena keterbatasan alat ukur yang kita miliki. Misalnya, kita akan mengukur temperatur air
yang sedang mendidih. Oleh karena skala terkecil adalah 1⁰C, maka mungkin sekali terjadi
pengukuran yang harus kita perkirakan hasilnya. Misalnya termometer menunjukkan skala
seperti pada gambar.

Penunjukan skala
temperatur dari
sebuah
termometer.

Pada gamabar tersebut, skala termometer menunjukkan pengukuran temperatur lebih dari 87⁰C
tetapi kurang dari 88⁰C. Skala dalam termometer tidak dapat memastikan hasil pengukurannya,
maka kita perkirakan saja hasilnya adalah 87,5⁰C, atau terserah pada pendapat masing-masing.
Angka 87 dalam pengukuran ini adalah Angka Pasri (Angka Eksak), karena bukan dari hasil
  
perkiraan dari siapapun yang melihat skala pada gambar tersebut pasti mwngatakan hal yang
sama. Namun, angka 0,5 adalah hasil perkiraan dan seriap orang dapat berbeda dalam
menyebutkan angka perkiraannya, sehingga kita menyebutnya Angka Meragukan. Namun, baik
angka pasti maupun angka meragukan merupakan Angka Penting (AP), sehingga dalam 87,5⁰C
terdapat 3 AP. Angka penting adalah angka yang penting dan kita barus atau perlu melaporkan
dalam perhitungan atau pengukuran. Banyaknya AP yang kita dapatkan dalam sebuah hasil
pengukuran menunjukkan ketelitian alat ukur. Semakin banyak angka penting, semakin teliti alat
ukur yang digunakan.

Dalam buku Fisika terdapat aturan yang menunjukkan berapa benyak AP dalam sebuah bilangan.
Aturan tesebut adalah:

1. Seluruh angka bukan nol termasuk AP.

2. Angka nol atau deretan angka nol termasuk AP jika diapit antara angka bukan nol.

3. Angka nol atau deretan angka nol termasuk AP jika berada sebelah kanan angka bukan nol.

4. Jika terdapat angka yang diberi tanda khusus (biasanya berupa garis bawah), maka angka
setelahnya bukan AP.

Namun, sebetulnya kita bisa membuat atauran ini lebih sederhana yaitu seluruh angka adalah
angka penting (AP), kecuali angka nol yang terpakai untuk menempatkan angka belakang koma,
seperti 0,00000258. Dalam angka tersebut 6 buah angka nol bukan angka penting, karena
gunanya hanya untuk menempatkan 258 belakang koma. Angka 0,00000258 sebetulnya bisa kita
tulis 2,58 x 10–⁶ seperti yanga akan kita pelajari nanti.

Notasi Ilmiah dan Aturan Pembulatan

Aturan notasi ilmiah adalah aturan dalam menuliskan suatu bilangan. Mengapa cara menuliskan
bilangan harus ada aturan? Karena dalam pengukuran atau perhitungan, kita sering berhadapan
dengan bilangan yang sangat besar, atau sangat kecil. Untuk tujuan inilah notasi ilmiah
diperkenalkan.

Dalam notasi ilmiah, sebuah bilangan harus dinyatakan dalam satuan dikalikan dengan 10
pangkat bilangan bulat. Misalnya, 1.100.000 kita menuliskan dalam notasi ilmiah sebagai 1,1 x
10⁶. 1,1 merupakan satuan dan bilangan 6 pada pangkat 10 adalah eksponen. Contoh lain
misalnya 0,000124 dapat kita tulis 1,24 x 10–⁴.

Ada beberapa istilah untuk menyingkat jumlah nol yang berderet. Beberapa istilah ini mungkin
sudah biasa kita gunakan. Misalnya, saat membeli beras kita katakan massa beras 15 kilogram.
Kata kilo dalam
 kilogram sebetulnya adalah untuk
 menyingkat tiga buah angka nol
dalam 15.000
gram. Contoh lain saat kita menyatakan panjang kain. Kita katakan bahwa panjang kain 150
sentimeter. Kata senti sebetulnya menyingkat 0,01 meter.

Demikian juga saat menyebut besarnya memori hardisk pada komputer, kita sering
menggunakan istilah megabyte. Kata mega dalam megabyte adalah untuk menyingkat 1.000.000
(meskipun dalam dunia komputer mega tidak persis 1.000.000, tetapi hasil pembulatan dari
1.048.576). Kata mega dalam megawatt adalah 1.000.000 watt. Begitu juga dalam
menggunakan obat tetes, kita mungkin pernah mengenl istilah mililiter. Kata mili menunjukkan
perkalian dengan 0,001. Banyak istilah yang bisa digunakan selain kilo dan mega untuk
menyingkat jumlah nol. Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.1.

Karena ilmu fisika seringkali berhubungan dengan bilangan hasil pengukuran, dan pada
umumnya data hasil pengukuran tidak dalam bentuk bilangan bulat, bahkan bilangan desimal
dengan digit yang sangat banyak, maka memerlukan sebuah aturan pembulatan untuk
menyingkat laporan pengukuran hingga digit yang penting saja. Misalnya, jika kita peroleh
  
panjang meja 2,7435 meter, kita cukup melaporkannya hingga satu digit belakang koma saja
menjadi 2,7 meter.

Aturan pembulatan terkadang sangat penting ketika kita berhadapan dengan bilangan pecahan
dengan jumlah desimal yang banyak. Pada dasarnya terdapat tiga aturan pembulatan.

Aturan I:

Jika setelah angka terakhir yang ingin dituliskan kurang dari 5, maka hilangkan angka tersebut
dan semua angka belakangnya. Misalnya, kita ingin membulatkan 5,3467 menjadi 1 angka
belakang koma. Karena angka terakhir setelah angka 3 adalah angka 4, dan angka 4 kurang dari
5, maka kita hilangkan seluruh angka belakang 3 tersebut menjadi 5,3.

Aturan II:

Jika setelah angka terakhir yang ingin dituliskan lebih dari 5, maka tambahkan angka terakhir
dengan 1 dan hilanhkan angka setelahnya. Misalnya kita ingin membulatkan 6,3867 menjadi 1
angka belakang koma. Karena setelah angka 3 adalah 8, dan angka 8 lebih dari 5, maka
tambahkan 3 dengan 1 dan hilangkan seluruh angka belakang 3 tersebut, sehingga menjadi 6,4.

Aturan III:

Jika angka belakang angka terakhir yang ingin kita tulis sama dengan 5, maka jadikanlah digit
terakhir menjadi bilangan genap terdekat. Misalnya, jika kita bulatkan angka 5,3567 menjadi 1
digit belakang koma, karena belakang 3 adalah 5 dan 3 adalah bilangan ganjil, maka
genapkanlah menjadi 4 (bukan 2, karena 4 lebih dekat) sehingga menjadi 5,4. Contoh lain, jika
kita bulatkan 
angka 5,6567 menjadi 1 digit belakang
 koma, karena belakang 6 adalah
 5 , dan 6
adalah bilangan genap maka genapkanlah menjadi 6 (bukan 8 atau 4, karena 6 lebih dekat)
sehingga menjadi 5,6.

Mungkin kita bertanya, berapa angkakah yang harus kita bulatkan dalam melaporkan pengukuran
atau perhitungan? Jawabannya berkaitan dengan jumlah penggunaan AP. Hal ini bertujuan untuk
menghindari “keanehan” penulisan hasil pengukuran seperti contoh kasus pada awal
pembahasan AP sebelumnya. Secara umum, angka hasil pengukuran atau perhitungan yang kita
laporkan adalah mengikuti AP paling sedikit yang terlibat dalam perhitungan. Tujuan utama dari
pembulatan adalah supaya penulisan akhir menunjukkan ketelitian sebenarnya dari alat ukur.

Karena kita menyadari begitu banyak penyebab kesalahan dari sebuah pengukuran, maka dalam
penulisan data hasil seringkali kita menuliskan angka ketidakpastiannya, yang menunjukkan
tanda plus-minus (). Misalnya, hasil pengukuran panjang adalah 2,50 cm. Namun, karena
terdapat ketidakpastian, maka kita menuliskan tanda ketidakpastian ini di belakang hasil
pengukuran:

Makna dari pengukuran ini bahwa hasil pengukuran kita berkisar antara 2,50 – 0,05 = 2,45 cm
sampai 2,50 + 0,05 = 2,55 cm, namun tidak bisa memastikan nilainya karena keterbatasan alat
ukur.

Kita mungkin menduga, seandainya ada alat ukur yang sangat teliti dan canggih, maka
ketidakpastian ini akan hilang. Sungguh menarik bahwa ketidaktelitian atau ketidakpastian ini
tetap ada meskipun sangat kecil ketidakpastiannya. Hal ini karena manusia dan alat ukur
memiliki keterbatasan dan kelemahan yang tidak mungkin dihilangkan. Seorang ahli fisika
bernama Heisenberg membuktikan hal ini, beliau mengatakan bahwa tidak mungkin kita
mengukur sesuatu dengan ketelitian tanpa batas. Kita menjadi paham ketika Allah SWT
memerintahkan untuk meneliti alam semesta.

  
Referensi:

Halliday, David dan Resnick, Robert. 1990. Fisika Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga

Shihab, M. Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta:
Lentera Hati.

Tipler, Paul. 2001. Fisika Jilid II Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Setelah selesai membaca, yuk berikan artikel ini penilaian!


Klik berdasarkan jumlah bintang untuk menilai!


Belum ada yang menilai! Yuk jadi yang pertama kali menilai!

  
Baca juga:

About Latest Posts

Maratus Sholikah
Alumni S1 Fisika Teori Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Bagikan ini:

 Cetak  WhatsApp  Facebook  Twitter  Telegram

Artikel Berhubungan:

  
  
0 tanggapan pada “Ketidakpastian Pengukuran, Angka Penting, Notasi
Ilmiah & Aturan Pembulatan”

PROBO

Dalam komunitas metrologi (ilmu pengukuran), rujukan yang dipakai saat ini adalah ISO Guide on
the Expression of Uncertainty in Measurement (ISO GUM), yang ekuivalen dengan dokumen
JCGM 100, dan diterbitkan oleh BIPM (Biro internasional yang mengelola Sistem Internasional
satuan)

https://www.bipm.org/en/publications/guides

Balas

Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama *

Email *

  
Situs Web

KIRIM KOMENTAR

Cari Artikel

Cari …

Langganan via Email


Masukkan Email Anda:

LANGGANAN

Artikel Pilihan Editor

  
Seputar Agama dan Sains: Beberapa Tanggapan terhadap Artikel “Agama dan Sains Itu
Apakah Berhubungan ataukah Bertolak Belakang?”

Sabtu minggu lalu (24/07/2021) Warstek  menerbitkan artikel berjudul “Agama dan Sains Itu
Apakah Berhubungan ataukah Bertolak Belakang?”. Artikel tersebut sontak memunculkan …

  
Tips Mengatasi Overthinking di Masa Pandemi

Pandemi covid-19 yang merebak sejak akhir tahun 2019 serta jumlah kasus harian yang terus
meningkat tidak dapat dipungkiri mengakibatkan banyak …

Agama dan Sains Itu Apakah Berhubungan ataukah Bertolak Belakang?

Halo sahabat Warstek, kali ini akan dibahas tentang sains dan agama nih. Banyak diantara kita
ada yang menganggap sains dan …

Artikel Terpopuler

  
 5 (2)
Seputar Agama dan Sains:
Beberapa Tanggapan
terhadap Artikel “Agama
dan Sains Itu Apakah
Berhubungan ataukah
Bertolak Belakang?”

 5 (2)
Dapatkah Artificial
Intelligence atau
Kecerdasan Buatan
Menguasai Dunia?

 5 (1)
Sistem Pernapasan:
Pengertian, Volume Udara
Pernapasan, Metode Ukur
Volume Pernapasan, dan
Faktor yang Mempengaruhi
Frekuensi Pernapasan

  
 5 (1)
Mitosis dan Meiosis :
Pengertian, Langkah-
Langkah, dan Perbedaan
[Lengkap + Contoh Soal]

 5 (1)
Biopolimer: Pengertian,
Penggolongan, dan Contoh
Biopolimer
[Lengkap+Referensi]

Artikel yang Terkait

  
  

Anda mungkin juga menyukai