Anda di halaman 1dari 15

I

PENGUKURAN DAN KESALAHAN


1.1 Defenisi
Alat Ukur (Instrumen): adalah alat untuk menentukan nilai/besaran satu kuatitas
atau variable.
Ketelitian (Accuracy) : kedekatan hasil pembacaan instrument atau hasil ukur dari
satu kuantitas atau variable yg diukur ke nilai/harga sebenarnya dari kuantitas
atau variable itu. Ini sering ditulis dengan prosentasi penyimpangan dari nilai
sebenarnya atau dengan angka berarti.
Ketepatan ( Precision) : ukuran kemampuan instrument untuk mendapatkan hasil
ukur yg sama yaitu menunujukkan perbedaan hasil pengukuran dari pengukuran2
yg dilakukan secara berurutan.
Resolusi (Resolution) : Perubahan terkecil dari besaran kuantitas atau variable yg
masih terukur oleh alat ukur.
Sensitivitas (sensitivity) : Perbandingan terekecil dari hasil ukur terehadap
perubahan masukan atau variable yg diukur.
Kesalahan (error) :Penyimpangan hasil ukur dari nilai sebenarnya

1.2 Ketelitian ( Accuracy) dan Ketepatan (Precision)


Ketepatan terdiri dari dua karakteristik yaitu kesesuaian (conformity) dan angka
yg berarti (signifikan figures). Contoh, sebuah resistor yg besarnya atau nilainya
1384572 Ohm diukur dengan ohm meter analog secara berulang menghasilkan
pembacaan/hasil ukur secara konsisten 1,4 Mega Ohm. Pertanyaannya, apakah
hasil ukur itu sesuai dengan hasil sebenarnya karena yg dilakukan oleh seorang
pengamat (yg melakukan pengukuran) adalah memperkiran pembacaan skala yg
menurut dia secara konsisten menghasilkan 1,4 Mega Ohm. Dalam hal ini yg
dilakukan adalah pembacaan yg lebih mendekati harga sebenarnya berdasarkan
penaksiran atau kira-kira, karena itu bisa saja terjadi kesalahan dalam pembacaan
skala.
1.3 Angka-angka yg berarti ( Signicant figures)
Satu indikasi bagi ketepatan pengukuran diperoleh dari banyaknya angka-angka
yg berarti atau significant figure. Angka-angka yg berarti tersebut memberi
informasi yg nyata mengenai nilai ukur dan ketepatan pengukuran. Makin banyak
angka-angka yg berarti , ketepatan pengukuran semakin besar/baik.
Contoh, jika nilai resistansi/tahanan dinyatakan sebesar 68 Ohm, ini berarti
bahwa tahanan tersebut akan lebih mendekati 68 Ohm daripada 67 atau 69 Ohm.
Selanjutnya bila dikatakan nilai tahanan 68,0 Ohm, ini berarti nilai tahanan
tersebut lebih mendekati 68,0 Ohm daripada 67,9 atau atau 68,1 . Pada tahanan
68 Ohm terdapat dua angka yg berarti (significant figures) sementara pada 68,0
Ohm terdapat tiga angka yg berarti. Dikatakan bahwa tahanan 68,0 Ohm yaitu 3
angka berarti mempunyai keketpatan lebih tinggi daripada tahanan 68 Ohm.
Tapi ada kalanya banyaknya angka tdk menyatakan ketepatan pengkuran.
Bilangan2 besar dengan angka2 nol sebelum titik decimal atau koma sering
digunakan pada penaksiran jumlah penduduk. Misalannya penduduk sebuah kota
dilaporkan dalam 6 angka sebanyak 380.000 orang, ini bisa diartikan bahwa
penduduk yg sebenarnya adalah antara 379.000 dan 380.001 yaitu dalm 6 angka
berarti, tapi maksud sebenarnya jumlah penduduk tersebut lebih mendekati
380.000 daripada 370.000 atau 390.000. Dalam hal ini jumlah penduduk
dilaporkan dalam 2 angka berarti.
Bentuk penulisan yg lebih tepat adalah dengan menggunakan bilangan dengan
perpangkatan sepuluh, misalnya 38 ×10 4 atau 3 , 8 ×105 . Disini ditunjukkan bahwa
jumlah penduduk hanya teliti sampai dua angka berarti. Ketidakpastian yg
disebabkan oleh angka-angka nol di sebelah kiri titik decimal biasanya diatasi
dengan tanda penulisan ilmiah (scientific notation) yaitu dengan menggunakan
perpangkatan sepuluh seprti contoh di atas.
Lazimnya, pencatatan/pelaporan hasil pengukuran dilakukan dengan
menggunakan semua angka yg kita yakini paling mendekati ke harga sebenarnya.
Contoh, pembacaan Voltmeter 5,1 V, ini menunjukkan bahwa penaksiran yg
paling baik menurut pengamat lebih mendekati 5,1 Volt daripada 5,0 atau 5,2
Volt.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yg lebih tepat atau menedekati hasil
sebenarnya, dilakukan pengukuran secara berulang-ulang atau N ❑ ❑ kali
pengukuran. Kemudian hasil pengukuran dinyatakan dgn nilai rata-rata (mean
value)dari N kali pengukuran ini dan rangkuman kesalahan yg adalh
penyimpangan terbesar (largest deviation) dari nilai rata-rata tersebut.
Contoh 1.
Empat orang mahasiswa melakukan pengukuran tegangan dengan hasil 117,02
Volt, 117,11 Volt, 117,08 Volt dan 117,03 volt. Tentukan tegangan rata-rata, dan
rangkuman kesalahan.
Jawab.
V 1+V 2 +V 3 +V 4
Nilai rata-rata, V rata−rata =
N

117,02+ 117,11+117,08 +117,03


V rata−rata = =117,06 Volt
4

Rangkuman Kesalahan adalah penyimpangan terbesar,


Rangkuman=V terbesar −V rata−rata=117,11−117,06=0,05 Volt

Dan
Rangkuman=V rata−rata−V terkecil=117,06−117,02=0,04

Sehingga,
0,05+ 0,04
Rangkuman Kesalahan Rata−rata= =± 0.045=±0,05
2

Bila dua atau lebih pengukuran dengan ketelitian berbeda dijumlahkan, maka
hasilnya hanya seteliti pengukuran yg paling kecil ketelitiannya.
Contoh 2.
Dua buah resistor R1 dan R2 dihubungkan seri dengan pengukuran masing
resistor menghasilkan R1=18,7 Ohm, dan R2=3,624 Ohm. Tentukan tahanan
ekivalen dari hubungan seri tersebut.
Jawab.
R1=18,7 Ohm, 3 angka berarti

R2=3,624 Ohm,

Rekivalen =R1+ R2=18,7+3,624=22,324 Ohm

Dalam teknik pengukuran, 3 angka terakhir disebut angka meragukan (uncertainty


figures).
Dicatat/dilaporkan, Rekivalen =22,3 Ohm, 3 angka berarti.
Banyak angka-angka berarti dalam dalam perkalian bisa bertambah dengan cepat,
tetapi harus diingat bahwa yg diperlukan dalam jawaban atau dalm pelaporan
atau pencatatan hasil ukur hanya angka-angka berarti yg memenuhi.

Contoh 3.
Sebuah resistor 35, 65 Ohm dialiri oleh arus 3,18 Ampere. Hitung tegangan turun
(dropped voltage) pada resistor tersebut.
Jawab. V =RI =35,65 ×3,18=113,4624 Volt

Dicatat, V =¿113 Volt


Pada contoh 3, Resistor memiliki 4 angka berarti, Arus memiliki 3 angka berarti,
Tegangang yg merupakan hasil perkalian Resistor dan Arus harus dicatat dengan
angka berarti paling kecil yaitu 3.
Note.
Bila angka-angka berarti bertambah banyak dalam hasil akhir/jawaban sebagai
akibat dari proses dari beberapa hasil pengukuran, sebaiknya dihilangkan atau
dibulatkan sampai ke angka-angka berarti paling kecil diantara hasil-hasil
pengukuran tersebut. Dalam praktek yg umum, bila angka-angka paling tdk
berarti (least significant digits) pada posisi pertama yg akan dihilangkan lebih
kecil dari lima, maka angka tersebut beserta angka-angka berikutnya dihilangkan.
Bila sama atau lebih besar dari 5, maka dibulatkan menjadi satu dan ditambahkan
ke angka sebelumnya. Dengan demikian untuk 3 angka-angka berarti , 113,46
dibulatkan menjadi 113 dan 113,74 menjadi 114.
Contoh 4
Jumlahkan 826 ± 5 ke 628 ± 3
Jawab.
N 1=826 ± 5(¿ ± 0,605 %)

N 2=628 ± 3(¿ ± 0,477 %)

Hasil Penjumlahan=1.454 ± 8(± 0,55 %)

Dalam contoh ini,± berarti lebih tinggi atau lebih rendah dan bagian meragukan
dijumlahkan
Contoh 5.
Kurangkan bilangan N 2=628 ± 3(¿ ± 0,477 %) dari N 1=826 ± 5(¿ ± 0,605 %) dan
nyatakan rangkuman keragu-raguan dalam persen.
Jawab. N 1=826 ± 5(¿ ± 0,605 %)
N 2=628 ± 3(¿ ± 0,477 %)

Hasil Pengurangan atau selisih,


Selisih=198± 8( ¿ ± 4,04 %)

Dari contoh 4 dan 5 terlihat bahwa prosentasi keragu-raguan dalam proses


pengurangan juga dijumlahkan dan kelihatan kepresisiannya/ketepatannya juga
banyak.

Contoh 6
Kurangkan 437 ± 4 dari 462 ± 4 dan tentukan prosentasi keragu-raguan.
Jawab.
N 1=462± 4 (± 0,87 %)

N 2=437 ± 4( ¿± 0,92 %)

Selisih=25 ±8 (±32 %)
Contoh 6 memperlihatkan prosentasi keragu-raguan akan bertambah bila selisih
dua bilangan relative kecil dan oleh karena itu teknik pengkuran yg melibatkan
proses pengurangan hasil-hasil pengukuran sebaiknya dihindarkan.
1.4Jenis-jenis Kesalahan ( error)
Tidak ada pengukuran yg menghasilkan ketelitian sempurna, artinya hasil ukur
selalu berbeda dari nilai sebenarnya dan arti lebih lanjut selalu ada kesalahan.
Perlu diketahui bagaimana mengurangi kesalahan dan langkah pertama untuk
mengurangi kesalah ukur adalah mengetahui kesalahan dalm pengukuran.
Ada 3 jenis kesalah yg sering terjadi dalam pengukuran yaitu:
1. Kesalahan-kesalahan umum (gross-errors), kesalah ini muncul karena
kesalahan manusia termasuk kesalahan membaca alat ukur, penyetelan
alat ukur yg tdk tepat dan pemakian alat ukur yg tdk sesuai, dan kesalahan
penafsiran.
2. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors), disebabkan oleh
ketidak-sempurnaan alat ukur, kerusakan dan pengaruh lingkungan dan
pemakai terhadap alat ukur.
3. Kesalahan-kesalahan yg tdk disengaja (random errors), diakibatkan oleh
penyebab-penyebab yg tdk dapat langsung diketah ui karena perubahan-
perubahan parameter atau system pengukuran terjadi secara acak.

1.4.1 Kesalahan-kesalahan umum (gross-errors)


Kelompok kesalahan ini terutama disebabkan oleh kekeliruan manusia dalam
melakukan pembacaan atau pemakian alat ukur dan dalam pencatatan serta
penaksiran hasil-hasil pengukuran. Kesalahan yg sering dilakukan oleh pemula
adalah pemakaian alat ukur yg tdk sesuai. Umumnya alat ukur penunjuk berubah
kondisi samapi batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian ,
dan akibatnya besaran yg diukur akan berubah. Sebagai contoh , sebuah
voltmeter yg telah dikalibrasi dgn baik dapat menghasilkan pembacaan yg salah
bila digunakan mengukur tegangan diantara dua buah titik dengan
resistansi/tahan yg besar. Disini akan terjadi apa yg disebut dengan effek
pembebanan (loading effect).
Kemudian kesalahan umum yg sering terjadi adalah keteledoran atau kebiasaan-
kebiasaan buruk seperti : pembacaan yg tdk tepat, pencatatan yg salah dari hasil
ukur, atau penyetelan instrument yg tdk tepat. Kesalahan-kesalahan seperti ini
tdk dapat dinyatakan secara matematis dan hanya dapat dihindari dgn melakukan
pembacaan yg cermat dan juga pencataatan dan pengukuran yg benar.Hasil yg
baik memerlukan pembacaan lebih dari satu kali atau mungkin dengan pengamat
yg berbeda.
1.4.2 Kesalahan sistematis (systematic errors)
Kesalahan ini dibagi dalam dua bagian yaitu :
 Kesalahan-kesalah instrumental yaitu kesalahan dari alat ukur itu sendiri.
 Kesalahan-kesalahan lingkungan, disebabkan pengaruh dari luar system
pengukuran
Kesalahan-kesalahn instrumental adalah kesalah yg tdk bisa dihindari dari
instrument karena struktur mekanikanya.. Misalnya gesekan komponen-
komponen begerak dari alat ukur dapat menyebabkan hasil ukur yg tdk tepat.
Kesalahan instrumental terdiri dari beberapa macam tergantung pada jenis alat
ukur yg digunakan. Langkah pertama dalam menghindari kesalah instrumental
adalah memastikan bahwa alat ukur yg digunakan tdk rusak yaitu beroperasi dgn
baik. Kesalahan2 instrumental dapat dihindari dengan cara : pemilihan instrument
yg tepat untuk pemakain tertentu, menggunakan faktor2 koreksi, mengkalibrasi
alat ukur ke alat ukur standar.
Kesalahan-kesalahan karena lingkungan (environmental errors) disebabkan oleh
keadaan luar yg mempengaruhi alat ukur termasuk keadaan-keadaan di sekitar
instrument seperti : efek perubahan temperature, kelembaban, tekanan udara
luar, interferensi medan maganit dan elektrostatik
Kesalahan-kesalah sistematis dapat dibagi dalam kesalahan statis dan kesalahan
dinamis. Kesalahan statis disebabkan oleh pembatasan2 alat ukur atau hukum
fisika yg mengoperasikan alat ukur tersebut. Kesalahan dinamis disebabkan oleh
ketidakmampuan alat ukur merespons perubahan pada besaran yg diukur.
1.4.3 Kesalahan-kesalahan acak (random error)
Kesalahan-kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab-penyebab yg tdk diketahui
dan terjadi walaupun semua kesalahan-kesalahan sistematis sudah
diperhitungkan. Kesalahan2 ini biasanya kecil pada percobaan/pengukuran yg
telah dipersiapkan dgn baik, tetapi menjadi penting pada pekerjaan-pekerjaan yg
memerlukan ketelitian tinggi.
1.5 Analisis Statistika
Untuk mendapatkan hasil ukur yg paling baik yaitu paling dekat ke harga
sebenarnya dilakukan sejumlah pengukuran yg tdk saling tergantung atau
independen. Kemudian hasil pengukuran ini dinalisis atau dijelaskan dengan
menggunakan cara atau metode statistika seprti berikut ini.
1.5.1 Nilai rata-rata (arithmetic mean)
Nilai yg paling mungkin sekaligus yg paling baik dari suatu besaran atau variable
yg diukur adalah nilai rata-rata dari sejumlah hasil pengukuran/pembacaan yg
dilakukan. Secara teoritis, semakin banyak pengukuran yg dilakukan, hasil ukur yg
didapat akan semakin baik yaitu semakin mendekati harga sebenarnya atau
akurat dan ini dinyatakan dengan nilai rata-rata.
Secara matematis, nilai rata-rata didefenisikan sebagai:
x 1+ x 2 + x 3+ …+ x n 1
x́= = ∑x
n n

Dimana: x́ = nilai rata-rata


x i = nilai pengukran ke i, i= 1-n

n = banyaknya pengukuran
1.5.2 Penyimpangan atau deviasi (deviation)
Penyimpangan adalah perbedaan hasil ukur dari nilai rata-rata ditulis secara
matematis :
d i=x i− x́

Dimana : d i = deviasi pengukuran ke i, i= 1-n


Contoh 7
Hasil pengukuran yg dilakukan oleh 6 orang mahasiswa adalah sbb: 12,8 mA, 12,2
mA, 12,5 mA , 13,1 mA, 12,9 mA dan 12,4 mA. Hitung nilai rata-rata dan
penyimpangan.
Jawab.
x 1+ x 2 + x 3+ x 4+ x5 + x 6 12,8+12,2+ 12,5+13,1+ 12,9+ 12,4
Nilai rata-rata, x́= = =12,65 mA
6 6

Penyimpangan: d i=x i− x́
d 1=x 1−x́=12,8−12,65=0,15 mA

d 2=x 2− x́=12,2−12,65=−0,45 mA

d 3=x 3− x́ =12,5−12,65=−0,15mA

d 4 ¿ x 4− x́ =13,1−12,65=0,45 mA

d 5 ¿ x 5−x́=12,9−12,65=0,25 mA

d 6 ¿ x 6−x́=12,4−12,65=−0,25 mA

1.5.3 Penyimpangan/Deviasi rata-rata (avarge deviation)


Penyimpangan rata-rata menunujukkan ketepatan alat ukur/instrument yg
digunakan dalam melakukan pengukuran. Alat ukar dengan ketepatan tinggi akan
menghasilkan penyimpangan rata-rata yg rendah.
Secara matematis penyimpangan rata-rata didefenisikan sebagai:

|d1|+|d 2|+|d 3|+…+|d n| 1


D= = ∑|d n|
n n

Contoh 8
Hitung penyimpangan rata-rata pada contoh 7.
Jawab
|d1|+|d 2|+|d 3|+|d 4|+|d5|+|d 6|
D=
6
0,15+ 0,45+ 0,15+0,45+0,25+ 0,25
D= =0,283 mA
6
1.5.4 Deviasi standar
Deviasi standar adalah penyimpangan rata-rata hasil pengukuran secara statistika
dan didefenisikan sebagai:
n
σ=
√ 1
n∑i=1
d 2i

Pernyataan lain dari penyimpangan adalah variansi (mean square deviation)


adalah kwadrat dari deviasi standar yaitu :
V =σ 2

Dalam penulisan hasil pengukuran, secara umum digunakan Deviasi Standar.


1.6 Probabilitas kesalahan (probability of error)
1.6.1 Distribusi kesalahan normal
Pada teori probabilitas dan statistika Distribusi digunakan untuk menghitung
probabilitas satu variable acak ( random variable) bernilai tertentu. Kesalahan
pengukuran adalah variable acak dan mengikuti distribusi normal (Gausian
distribution).
Tabel 1-1 adalah hasil /data pengukuran tegangan nominal 100,00 Volt

Hasil pengukuran ini disajikan secara statistika dengan histogram gambar 1,


mengikuti Distribusi Normal atau Gaussian diskrit.
Gbr.1 Histogram data pengkuran table 1-1
Gambar 1 adalah histogram yg mengikuti Distribusi Normal (Normal Distribution)
atau Distribusi Gauss (Gaussian Distribution).
Apa yg dinyatakan oleh Ditribusi Normal adalah sbb:
 Semua pengamatan/hasil pengukuran termasuk kesalahan adalah acak
(random variabel).
 Kesalahan acak bisa positif bisa negatif.
 Probabilitas kesalahan acak yg positif dan negative adalah sama.

Distribusi Normal juga dapat menjelaskan variavel acak yg kontinu dengan model
matematika ,
1 2 2

p ( x) = e−( x−μ ) /2 σ
σ √2 π

Dan gambarnya adalah,


Kurva memperlihatkan semua kejadian(event) dalam hal ini semua hasil ,sumbu
rata menyatakan kesalahan/penyimpangan pengukuran (eror) dan luas area yg
dibatasai oleh kurva adalah probabilitas kesalahan/penyimpangan. Area yg
dibatasai oleh kesalahan mulai pada -∞ σ∓∞ σ =1, adalah probabilitas kesalahan
pada rentang -∞ σ∓∞ σ =1.
Probabilitas kesalahan dari −σ - +σ dihitung dgn persamaan :
P ¿ dari semua nilai pengukuran.

Probabiltas kesalahan/penyimpangan berada pada rentang nilai σ diperlihatkan


oleh table 1-2.

Contoh 9
Jika sejumlah resistor yg nilai nominalnya atau tertulisnya (rated value) adalah
100 Ohm diukur, dan nilai rata-rata yg diperoleh adalah 100,00 Ohm maka
dengan deviasi standar sebesar 0,20 Ohm, dapat diketahui bahwa 68%
pengukuran berharga 100 ± 0,20 Ohm. Untuk rentang kesalahan/penyimpangan
± 2 σ yaitu ± 0,40 Ohm, ada 95% dari hasil semua pengukuran.
Pada table 1-2 ditunjukkan bahwa 50% hasil pengukuran berada pada rentang
kesalahan/penyimpangan ± 0,6745 σ . Didefenisikan apa yg disebut kesalahan yg
mungkin (probable error),
r =±0,6745 σ

Ini artinya setiap pengukuran berpeluang menyimpang atau salah pada rentang
± r.

Contoh 10.
Pengukuran resistor sebanyak 10 kali mendaptkan hasil ukur 101,2 Ω, 101,7 Ω,
101,3 Ω, 101,2 Ω, 101,4 Ω, 101,3 Ω, 101,1 Ω. Hitung nilai rata-rata, deviasi
satandar dan kesalahan yg mungkin.
Jawab.

1.7Kesalahan batas (limiting error)


Ketelitian hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur tertentu dijamin
sampai propsentasi tertentu dari skala penuh. Komponen/elemen pasif
Rangkaian Listrik (kapasitor, inductor dan resistor) dijamin sampai prosentasi
tertentu dari nilai tertulis/ nominal (rated value).Batas-batas penyimpangan atau
keragu-raguan dari nilai atau harga yg ditulis/nominal(rated value) disebut
kesalahan batas (limting error) atau kesalahan garansi (guaranted error).
Misalnya, jika nilai sebuah resistor adalah 500 Ω± 10 % , maka pabrik menjamin
bahwa nilai resistor tersebut berada pada rentang 450 – 550 Ω.
Contoh 11.
Ketelitian sebuah voltmeter 0-150 V dijamin sampai 1% skala penuh. Bila
tegangan yg diukur dgn menggunakan voltmeter tersebut adalah 83 V, hitung
limiting error dalam persen.
Jawab.
Besarnya kesalahan batas (limiting error) adalah , 0,1 ×150=1,5 V.
1,5
Prosentasi kesalahan pada hasil pengukuran 83 V adalah , 83 ×100 %=1,81 %

Contoh 11 memperlihatkan bahwa limiting error lebih baik pada skala penuh
(150 V) yaitu 1% dibandingkan pada pengukuran 83 V yaitu 1,81 %. Secara
umum, bila tegangan ukur makin kecil, maka limiting eror akan semakin besar.
Karena itu disarankan dalam melakukan pengukuran, batas ukur harus dipilih yg
paling dekat dengan hasil ukur.
Contoh 12
Tiga buah kotak resistor decade (nilai resistansinya kelipatan 10) masing-masing
dijamin sampai ± 1% digunakan pada sebuah rangkaian jembatan Wheatstone
untuk mengukur sebuah resistor yg belum diketahui ( R x). Tentukan batas-batas R x
berdasrakan ketiga kotak tahanan tersebut.
Jawab.
Dari jembatan Wheatstone R x dihitung berdasarkan tiga kotak resiostor decade
sbb,
R 1 R2
R x= , dimana R1, R2 , R 3 adalah resistror decade dengan limiting eror ± 0,1 %
R3

Limiting eror adalah penjumlahan limiting eror yaitu± 0,3 %


Contoh 13
Arus melalui sebuah resistor 100 ± 0,2 Ω adalah 2,00 ± 0,01 A. Tentukan kesalahan
batas untuk dissipasi daya.
Jawab.
Daya pada resistor, P=I 2 R W
Dengan menyatakan limiting error:
Arus, I =2,00 ± 0,01=2,00 ± 0,5 % A
Resistansi, R=100± 0,2=100 ± 0,2 % Ω
Kesalahan batas disssipasi daya , P=I 2 R adalah,
( 0,5 % +0,5 % )+ 0,2%=1,2 %

Dissipasi daya, P=I 2 R=2,002 ×100=400 ±1,2 %=400± 4,8 W.

Anda mungkin juga menyukai