Anda di halaman 1dari 30

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KRMATIANBESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF- NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Dzira Al Zena Ilham
NIM : L1B021095
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….2

BAB 1……………………………………………………………………………………4

ISTIDRAJ………………………………………………………………………………..4

A.Pengertian Istidraj……………………..……………………………………4

B.Konsep Istidraj…………………………………………...…………………6

C.Istidraj antara nikmat dan azab………………….………………………….7

Perbedaan antara istidraj dan nikmat…………………………………………7

Ciri-ciri istidraj………………………………………………………………..8

D.Dalil istidraj……...…………………………………………………………8

BAB 2……………………...…………………………………………...………………10

HUKUMAN YANG DISEGERAKAN……………………………..…………………10

A.Pengertian hukuman yang disegerakan………………………….…………10

B.Contoh kasus hukuman yang disegerakan dan Dalil……………………….11

Zina……………………………………………………………………………11

Memutuskan silaturahmi……...………………………………………………12

Durhaka Pada Orangtua….……………………………………………………12

BAB 3……………..……………………………………………………………………14

DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA…………………….14

BAB 4…………………………………………………………………………………..17

KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA……………………..17

BAB 5…………………………………………………………………………………..21

2
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA……………………21

BAB 6…………………………………………………………………………………25

KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALILNYA……..25

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….30

3
BAB 1

ISTIDRAJ

A.Pengertian Istidraj

Istidraj ialah salah satu isim di dalam al-Qur‟an yang menjadi pembahasan utama dalam
penelitian ini dan salah satu ayat yang menyebutkannya ialah surat al„Araf ayat 1 2
‫ب‬ ‫ك ت‬ ‫ين‬ ‫ذ ن‬ ‫س‬ ‫د‬ ‫ن‬ dan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. (al-
„Araf 1 2)5

Term istidraj berasal dari kata ‫جر‬- ‫ي درج‬- ‫ رجا‬yang berarti tingkat. Di dalam kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) istidraj merupakan suatu keadaan atau hal luar biasa
yang diberikan kepada orang kafir sebagai ujian dari Allah SWT sehingga menjadikan
mereka lupa diri dan takabbur kepada Tuhannya, seperti Firaun dan Karun. Ali Hasan
Abi memahami pengertian istidraj melalui tingkat demi tingkat. Menurutnya istidraj
mempunyai dua makna yaitu melintasi sesuatu karena asal katanya ‫ جر‬dan bermakna
kemunduran dari tingkat demi tingkat karena berasal dari kata ‫ججر‬. Di sisi lain ia
juga memaknai istidraj dengan dua makna, Pertama: menunjukkan kepada kebinasaan,
dan Kedua, menunjukan kepada kekafiran. Sedangkan secara terminologi, diartikan
oleh Abi Qasim al-Husaini bahwa makna istidraj ialah menarik manusia tingkat demi
tingkat, maksudnya ialah lebih rendah dan hina dari suatu perkara yang paling hina.
permisalan manusia tersebut seperti suatu martabat dan tingkatan dalam tingkatan
ranahnya.Hal ini berarti orang yang mempunyai kedudukan tinggi akan semakin
meninggii. Begitu jua sebaliknya di mana orang yang berkedudukan rendah akan
semakin rendah. Sementara Ibrahim al-Qathan, menjelaskan bahwa makna istidraj yaitu
menyiksa setingkat demi setingkat. Jamaluddin Muhammad berpendapat senada dengan
itu, di mana istidraj juga bisa dimaknai dengan menghukum seseorang dikit demi sedikit
dan lalu akan mendatanginya secara tiba-tiba. Sama halnya dengan Abi Muhammad

4
„Abdullah bin Muslim yang memberi makna istidraj dengan menarik sedikit demi
sedikit tanpa ada aniaya. Adapun Gahsin Hamdun memaknai istirdaj dengan
mendekatkan pada kehancuran melalui kenikmatan dan penangguhan dalam waktu.

Ditinjau dari segi bahasa, istidraj diambil dari kata „daraja‟ yang dalam bahasa Arab
berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah, istidraj
memiliki makna azab berwujud kenikmatanKetika seorang muslim banyak melakukan
maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, ini adalah
tanda istidraj dari Allah SWT. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal dia semakin
lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya.

Mengutip dari jurnal berjudul Istidraj dalam Alquran Perspektif Imam Al-Qurthubi
karya Diana Fitri Febriani, Istidraj adalah nikmat yang diberikan Allah kepada orang-
orang yang membangkang terhadap-Nya. Ini merupakan hukuman dari Allah agar orang
tersebut terus terjerumus dalam kesesatan.Nikmat yang diberikan bukanlah bentuk kasih
sayang Allah, melainkan murka Allah terhadap mereka. Nikmat tersebut hanyalah alat
untuk menghukum mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Banyak ayat Alquran yang menyebutkan istilah istidraj. Istilah tersebut diterjemahkan
oleh ahli tafsir dengan beberapa pengertian. Salah satunya Surat Al-A‟raf ayat 1 2.

Istidraj sendiri secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.
Sedangkan secara pengertian, istidraj ini dapat bermakna sebagai „hukuman‟ dari Allah
kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah
tidak menyegerakan hukumannya. Sebagaimana firman Allah:

‫ن‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ردرج‬

Artinya “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata istidraj semakna dengan
meningkat, setingkat demi setingkat atau setahap demi setahap. Dengan demikian secara
ringkas dapat dipahami bahwa ketika Allah SWT akan memperkenankan seorang
hambanya dari keperluannya dari setiap waktunya sampai akhir hayatnya yang akan

5
digantikan dengan berbagai azab, bala, dan kesusahanan yang berangsur-angsur di
dunia. Seorang hamba yang akan didekatkan azab yang bersangsur-angsur dan akan
dijauhkan dari rahmat oleh Allah SWT.

B.Konsep Istidraj

Konsep IstidrajTerdapat lima tahapan atau konsep yang akan dialami oleh hamba yang
tidak mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.

Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatan-


peringatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan perintah agama
adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani
menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh hati yang lemah
disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak
tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin karena
dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat modern atau alasan-
alasan sejenisnya.

Kedua, Fatahna „alaihim abwaba kulli syai‟ (Kami pun membuka semua pintu
kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang
hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba
tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang
diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat
maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang
diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan
duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan
manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang
lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.

Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong).


Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah berkomentar, bahwa

6
siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan Allah. Dan tidak
sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak menyadarinya
dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan.

C.Istidraj Antara Nikmat Dan Azab

Berdasarkan penjelasan di atas akan terlihat ada sedikit kesamaan antara istidraj dengan
nikmat. “Nikmat merupakan asal kata dari ( ‫ ) ن‬na‟ima, ( (‫ن‬ yan‟amu,( ‫)ج ن‬
na‟matan,( ) wa man‟aman yang berarti hidup senang dan mewah. Adapun
masdarnya yaitu( ‫ )ج ن‬na‟matan dan masdar mimnya yaitu ( ‫)ج ن‬man‟aman. Kata(
‫ن‬ ‫ ) ج‬an-ni‟matu bentuk jamaknya menjadi( ‫ ) ن‬ni‟amun ( ) wa an‟umun
yang berarti kesenangan, kebahagiaan.” Secara istilah, kata nikmat berarti anugrah
pemberian, enak, lezat. sedangkan mensyukuri nikmat dari Allah swt, maksudnya ialah
berterima kasih kepada-nya. Nikmat Allah pada umat manusia banyak dan beragam
jenisnya, semisal : yang bersifat jasmani, rohani, ada juga terdapat dalam diri manusia
sendiri dan ada di luar diri manusia. Istidraj merupakan sunnatullah yang
diperuntukkan bagi orang yang dzalim atau kafir, berbuat dosa, membangkang, dan
tidak mau bertaubat kepada Allah SWT. Di sisi lain istidraj juga merupakan sebuah
ujian yang diberikan kepada hambanya yang beriman dalam bentuk ujian kesabaran.
Apakah seorang hamba tersebut akan jatuh dalam istidraj atau masih akan tetap yakin
dengan keimanannya kepada Allah SWT. Seluruh pemberian anugrah, kenikmatan, dan
kesenangan yang didapat oleh manusia dapat berubah menjadi istidraj, karena istidraj
dapat terjadi dalam bentuk apa pun untuk menguji keimanan manusia.

Perbedaan antara istidraj dan nikmat sebagai berikut :

7
1 .Semua limpahan harta, kesenangan dan kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh
non-muslim adalah semata kemurahan Allah sebagai khaliq, dan akan menjadi istidraj
jika manusia tersebut masih dalam kekafirannya.

2. Kesenangan, keinginan, dan kenimatan duniawi bagi seorang muslim merupakan


karunia sekaligus juga dapat berupa sebuah ujian.

3. Bila ia muslim akan tetapi jiwanya tidak kuat dan bahkan kemudian menjadi lalai dan
lupa diri serta tidak bersyukur, sehingga menjauhkan dirinya dari Allah.

Ciri-ciri istidraj sebagai berikut :

1. Keimanan dan ibadahnya semakin menurun namun kesenangannya makin Allah


tambah dan berlimpah.

2. Kesuksekan yang berjalan dengan mudah padahal ia melakukan kemaksiatan terus


menerus.

3. Harta yang semakin melimpah padahal ia pun semakin kikir.

4. Sangat jarang atau bahkan tidak pernah merasakan sakit padahal menjalani pola
hidup yang kurang sehat.

5. Semakin sombong namun harta semakin melimpah20

D.Dalil istidraj

Sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Uqbah bin
„Aamir RA. “Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba kelimpahan dunia
atas maksiat-maksiatnya, apa yang ia suka, maka ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah
istidraj.”

8
Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah Al-An'am
ayat 44:

‫تا ذ‬ ‫ر‬ ‫ت ب‬ ‫ت ر ا‬ ‫ا‬ ‫ن ا‬ ‫ث‬ ‫ت رح ا‬

Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa „alaihim abwaaba kulli syaii‟, hattaaa
izaa farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun

Artinya “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

9
BAB 2

HUKUMAN YANG DISEGERAKAN

A.Pengertian hukuman yang disegerakan

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan


hukuman untuknya didunia, dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hamba-Nya
maka Dia menahan hukuman dosanya agar kelak dihari kiamat ia menemuinya.

Riwayat Thabrani melalui Ammar ibnu Yaasir r.a.

Penjelasan:

Bahwa musibah itu adakalanya untuk membersihkan diri dari dosa. Apabila seorang
mukmin tertimpa musibah, maka hal itu sebagai pertanda bahwa Allah SWT
menghendaki kebaikan baginya. Dalam hadis lain disebutkan bahwa sesungguhnya
diantara dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat dihapuskan kecuali hanya dengan
musibah yang menimpa pelakunya. Musinah ini merupakan hukuman yang disegerakan
untuknya di dunia sehingga kelak apabila ia mati, maka dirinya bersih dari dosa dan
dimasukkan ke dalam surga.

Dan begitu pula sebaliknya, bilamana Allah menghendaki keburukan bagi seorang
hamba-Nya, maka Dia memberikannya selamat dari siksa-Nya di dunia ini. Makin lama
ia hidup di dunia semakin banyak dosa-dosa yang dikerjakannya sehingga kelak di
akhirat ia akan menerima pembalasannya yang setimpal. Maka kala itu tidak ada jalan
selamat baginya, dan tempat kembalinya adalah neraka Jahannam. Allah SWT telah
berfirman:

10
Maka janganlah engkau tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka karena
sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan
perhitungan yang teliti. (Q.S. Maryam: 84)

B.Contoh kasus hukuman yang disegerakan dan Dalil

Zina

Zina merupakan salah satu perbuatan yang dikutuk Allah SWT. Asy-Syairazi dari
mazhab Asy-Syafi'iyah mendefinisikan zina sebagai hubungan seksual yang dilakukan
oleh seorang laki-laki kepada perempuan yang haram baginya, yaitu tanpa akad nikah
atau syibhu akad atau budak wanita yang dimiliki, dilakukan dalam keadaan berakal dan
tahu keharamannya.

Allah akan mengazab kaum yang melakukan zina secara terang-terangan berupa
penyakit menular. Rasulullah SAW bersabda:

”Tidaklah nampak perbuatan keji (zina) di suatu kaum, sehingga dilakukan secara
terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha‟un (wabah) dan
penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.” [HR. Ibnu
Majah, lihat ash-Shahihah no. 106]

Zina hanya akan menghasilkan penyesalan yang panjang. Kenikmatan yang diperoleh
sesaat, tidak sebanding dengan derita yang dialami. Baik dirinya maupun pasangan
korban. Maraknya kasus pelecehan seksual di kalangan anak-anak yang dilakukan oleh
orang-orang terdekat (keluarga, teman) menjadi pertanda bagaimana pelampiasan nafsu
syahwat yang bertabrakan dengan koridor agama apapun. Ditambah dengan lemahnya
pengawasan orang tua dan lingkungan membuat praktek-praktek semacam itu marak.

11
Untuk mengatasi masalah tersebut, tidak ada jalan lain kecuali membentengi diri dan
keluarga dengan agama. Dalam Al-quran bahkan sangat jelas, larangan jangan dekati
zina. Mendekati saja dilarang apalagi melakukannya.

Maka, usaha usaha ekonomi yang dibumbui dengan unsur zina, yakinlah lambat laun
akan gulung tikar. Mungkin awalnya terlihat jaya, banyak pelanggan dan sebagainya.
Namun karena jauh dari ridha Allah, usaha ekonomi itupun akan jatuh.

Apapun bentuk usaha itu.Bagi kita yang tanpa sadar terperangkap dalam situasi
semacam, maka tidak ada kata lain, kecuali taubat dan segera mengejar ampunan-Nya.

Memutuskan silaturahmi

Silaturahmi adalah amalan untuk menyambung tali persaudaraan. Umat Islam


dianjurkan untuk menjaga silaturahmi sebagai salah satu cara untuk mewujudkan
ukhuwah islamiyah.

Namun bagaimana jika ada seseorang yang dengan sengaja memutuskannya?


Sesungguhnya Allah akan menyegerakan azab bagi orang-orang yang telah melukai
semangat persaudaraan tersebut. Dalam sebuah hadits, Rasulullah mengingatkan:

"Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan balasannya bagi para pelakunya di
dunia bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat, daripada perbuatan zalim dan
memutus silaturahmi." (HR Abu Daud).

Durhaka Pada Orangtua

Orangtua adalah sosok yang dimuliakan dalam ajaran Islam. Perintah untuk berbakti
kepada orangtua tertuang dalam Surat Al-Luqman ayat 14 dan 15 yang berbunyi:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalim

12
durhaka kepada ibu bapak. Banyak di antara kita yang menyepelekan orang tua. Abai
dan tidak menaruh hormat. Bahkan tidak sedikit yang mengingkari nasab. Menyesal
mengapa dirinya dilahirkan oleh orang tua yang jelek, miskin, tidak berpendidikan dan
sebagainya. Kalau itu yang terjadi pada kita, maka marilah segera raih ridha orang tua
dengan berbuat baik kepada-nya. Berlaku sopan, berkata lembut dan menuruti
perintahnya sepanjang tidak untuk menyekutukan Allah SWT.

Dalam surat Luqman ayat 12-19 sangat jelas dan rigit, bagaimana kita harus bersikap
kepada keduanya. Bahkan sampai ketika mereka berbeda keyakinan sekalipun, kita
tetap harus berbuat baik kepadanya dengan tetap mendoakannya. Apalagi orang tua kita
seiman-seagama.

Rasul bersabda, Ridha Allah adalah ridha orang tua dan murka Allah adalah juga karena
murka orang tua kita. Maka sudah selayaknya kita buat orang tua kita tersenyum dengan
sikap kita. Pengorbanannya tidak dapat ditukar dengan harta benda dan perbuatan baik
kita kepada mereka. Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15, “Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya, “ Dalam surat An-Nisa ayat 36,
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua ibu bapakmu, kaum kerabat, anak yatim, orang miskin,
tetangan dekat danjauh, rekan karib dan ibnu sabil serta hamba sahaya.”

Barangkali selama ini kita berusaha, bekerja di rumah atau di kantor/instansi, rasanya
selalu mendapatkan batu sandungan tidak henti, maka tidak ada salahnya kita koreksi
diri, jangan-jangan selama ini kita sering menyakiti hati orang tua, hingga membuat
mereka tidak ridha dengan langkah hidup kita. Yuk, kita cium tangan mereka, kita gapai
ridhanya dengan semangat membahagiakannya, baik di dunia, apalagi di akhirat.

Senantiasa kita berdoa sekuat tenaga, agar kita, keluarga dijauhkan dari dua dosa besar
yang azab-nya disegerakan oleh Allah SWT. Dengan memperbanyak istighfar kepada-
Nya, semoga hidup kita dalam ridha dan genggaman-Nya.

13
BAB 3

DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

Selain istilah, ada lima macam-macam Riba, Riba Nasi'ah, Riba Fadhl, Riba Al Yad,
Riba Qard, dan Riba Jahiliyah Berikut penjelasan lima macam riba menurut Islam:

1. Riba Nasi'ah
Riba yang pertama ini ialah seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada
seseorang dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan batas waktu
yang diberikan tersebut.

Misalnya, seseorang yang berhutang Rp1.000 yang mesti dibayar dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu. Maka, bertambah
besarlah jumlah hutangnya.

2. Riba Fadhl
Macam Riba selanjutnya yakni Riba Fadhl, merupakan tambahan yang disyaratkan
dalam tukar menukar barang yang sejenis. Jual beli ini juga disebut sebagai barter tanpa
adanya imbalan untuk tambahan tersebut.

3. Ribah Al Yad
Ribah Al Yad adalah riba dalam jual beli atau yang terjadi dalam penukaran. Penukaran
tersebut terjadi tanpa adanya kelebihan, namun salah satu pihak yang terlibat
meninggalkan akad, sebelum terjadi penyerahan barang atau harga.

4. Ribah Qard
Ribah ini adalah Riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau muqtaridh.

5. Riba Jahiliyah

14
Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu
penambahan utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang
tidak mampu membayar utangnya secara tepat waktu.

Dalil Hukum tentang Riba


Anjuran menghindari riba merupakan salah satu perintah Allah, maka dari itu hukum
tentang Riba terdapat dalam A-Quran. Berikut dalil-dalil hukum riba:

1. Surat Al-Baqarah Ayat 276


‫ار‬ ‫ي ة‬ ‫دد‬ ‫ي ت‬ ‫ت‬ ‫ي‬

Yam-haqullaahur-ribaa wa yurbis-sadaqaat, wallaahu laa yuhibbu kulla kaffaarin asiim

Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."

2. Surat Al-Baqarah Ayat 278


‫ن ر‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ات‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫ين‬ ‫نياي ا‬

Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wa zaru maa baqiya minar ribaa ing kuntum
mu'miniin

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."

3. Surat An-Nisa ayat 161


‫ين‬ ‫رد ا‬ ‫اس تا ثا‬ ‫د‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫تا‬

Wa akhzihimur-ribaa wa qad nuhu 'an-hu wa aklihim amwaalan-naasi bil-baatil, wa


a'tadnaa lil-kaafiriina min-hum 'azaaban aliimaa

Artinya: "Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah

15
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih."

Pengertian dan macam-macan Riba tertera dalam Al-Quran (Foto: CNN Indonesia/Safir
Makki)
Pengertian Riba Menurut Surat Al-Baqarah Ayat 275
Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika
riba terus dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap
harta. Riba juga akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan.

‫ير‬ ‫اي‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ين ي‬ ‫ت‬ ‫ا ث‬ ‫ا‬ ‫تا‬ ‫ن ن‬ ‫ث‬
‫ا‬ ‫ح ن رت ا ر‬ ‫ن جا‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ة‬ ‫ن ا ا‬
‫ا د ن‬ ‫ار‬

Allaziina ya'kulunar-ribaa laa yaqumuna illaa kamaa yaqumullazii yatakhabbatuhusy-


syaitaanu minal-mass, zaalika bi'annahum qaaluu innamal-bai'u mislur-ribaa, wa
ahallallaahul-bai'a wa harramar-ribaa, fa man jaa`ahu mau'izatum mir rabbihii fantahaa
fa lahu maa salaf, wa amruhuu ilallaah, wa man 'aada fa ulaa'ika as-haabun-naar, hum
fiihaa khaalidun.

Artinya:

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba."

"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil

16
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya."

BAB 4

KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA

Bersedekah adalah suatu ibadah yang dapat kita lakukan kapan saja. Bersedekah sangat
dianjurkan dalam Islam.
Dengan bersedekah, hubungan bersosial bisa menjadi lebih baik. Bersedekah juga
menjauhkan diri dari sikap sombong dan angkuh. Memberikan sesuatu dengan ikhlas
kepada oang lain dapat meringankan beban mereka.
Sedekah berasal dari bahasa Arab "shadaqoh" yang artinya adalah suatu pemberian dari
seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa adanya batasan waktu dan
jumlah tertentu.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 114 yang menyuruh umat muslim untuk
senantiasa berbuat kebaikan salah satunya dengan bersedekah.

Laa khaira fii kasiirim min najwaahum illaa man amara bisadaqatin au ma'rufin au
islaahim bainan-naas, wa may yaf'al zaalikabtigaa'a mardaatillaahi fa saufa nu'tiihi ajran
'aziimaa
Artinya :
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau
mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang
besar.”

17
Keutamaan atau manfaat sedekah

1. Sedekah dapat menghapus kesalahan dan menangkal kepedihan sakarotul maut

Rasulullah Saw bersabda: “Sedekah meredakan kemarahan Allah dan menangkal


(mengurangi) kepedihan sakaratul maut.” (dalam buku Fiqh Sunnah karangan Sayyid
Sabiq)
2. Dengan bersedekah akan membuka pintu rezekimu

Rasulullah Saw bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan


mengeluarkan sedekah.” (HR Al-Baihaqi).
Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman:

” Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah
kepadamu. “(HR Muslim).
3. Sedekah dapat melipatgandakan rezeki, lho!

Dengan kita banyak bersekah Allah akan melipat gandakan harta kita dari arah mana
saja yang tidak pernah kita sangka-sangka.

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan hartanya di


jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir, seratus biji Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS Al-
Baqarah 2:261)
4. Bersedekah akan menjauhkan kita dari panasnya api neraka

Rasulullah Saw bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan
(sedekah) sebutir kurma.” (Mutafaq‟alaih)
5. Tahu gak?, kalau kita banyak bersedah kita akan dilindungi oleh harta yang kita
sedekahkan saat hari kiamat nanti.

Rasulullah bersabda:

“Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya ” (HR Ahmad).
6. Bersekah kita akan terhindar dari segala macam penyakit jasmani dan rohani

Sebagaimana sabda Nabi ”

Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan
bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (HR Ath-
Thabrani).

18
7. Bersedekah juga bisa terhindar dari berbagai macam penyakit “hati”

Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada
beliau: ”Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin
dan usaplah kepala anak yatim.”(HR Ahmad).

Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa sedekah dari seorang Muslim
meningkatkan (hartanya) dimasa kehidupannya meringankan kepedihan saat mautnya,
dan Allah hilangkan perasaan sombong dan egois dari dirinya. (Fiqhus- Sunnah vol. 3,
hal 97).
8. Allah akan mencegah segala macan bencana dan musibah dengan sedekah

Sedekah menolak berbagai bentuk musibah bagi siapapun, sekalipun mereka dari
golongan orang zhalim, bahkan kafir sekalipun.

Rasulullah Saw bersabda‟. “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian


yang buruk.” (Al Wasail 6: 267, hadis ke 4).
9. Capai kebaikan hati sejati dengan banyak sedekah

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. 3:92).
10. Jika ingin dido’akan malaikat setiap hari, bersekalah!!!

Nabi Saw bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di
sana ada dua malaikat yang turun salah satunya berkata „ya Allah, berikanlah ganti
kepada orang-orang yang berinfaq‟ sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata ‟ya
Allah, berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya)‟,”(HR
Bukhari-Muslim).
11. Orang yang gemar bersedekah akan mendapatkan keberkahan jiwa dan
hartanya.

Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS
Saba 34: 39).

Dan jika disedekahkan, maka tidak berkurang karena Allah akan menggantinya.
12. Harta yang sebenarnya adalah harta yang kita sedekahkan

Sebagaimana dalam firman-Nya: “…Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS.3 :92)
13. Pahala orang yang bersedekah akan dilipat gandakan oleh Allah SWT

Sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki


maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan
dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka: dan bagi mereka pahala yang
banyak. (QS 57:18)

19
14. Allah akan membukakan pintu Surga dari berbagai arah bagi orang yang
gemar bersedekah

“Wahai hamba Allah,kemarilah untuk menuju kenikmatan”.Jika ia berasal dari


golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat,ia akan dipanggil dari pintu shalat
yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia
berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
(HR Bukhari).
15. Ketenangan hati dan kenyaman akan kita peroleh dengan sedekah

Setiap kali bersedekah, makin menguat kebahagiaan dan makin besar kesenangan

Allah Ta‟ala berfirman :”Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang-orang yang beruntung (QS. 59: 9)
16. Sedekah dapat menghapus dosa-dosa kita, lho!

Pernyataan ini diperkuat dalil hadist Rasulullah saw,

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
17. Kita hanya boleh iri kepada orang kaya yang gemar berinfak dan sedekah

Rasulullah bersabda:

“Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang
diberikan Al-Qur‟an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam. Dan
seorang yang dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya di
(jalan) kebenaran siang dan malam.”
18. Hamba yang sudah merelahkan harta dan jiwa untuk Agama dan sesam maka
dia sudag menepati janjinya kepada Allah.

Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang-mu‟min, diri dan harta mereka
dengan memberikan surqa untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh/terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, lnjil dan Al Qur‟an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu,
dan itulah kemenangah yang besar.(QS 9:111)
19. Sucikan hati harta dan jiwa dengan sedekah

Nabi berwasiat kepada para pedagang: „Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada)
perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan
sedekah.”(HR. Ahmad).

20
Allah berflrman:

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka,dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka…” (QS At-Taubah:103).
20. Bersedekah untuk janda dan orang miskin bagaikan orang yang sholat malam dan
puasa tanpa putus

Rasulullah bersabda,

”orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat
berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia
juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.” (HR Bukhari)

BAB 5

SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA

Peristiwa yang paling niscaya untuk diingkari adalah kematian. Meski demikian,
kenyataannya kematian menjadi salah satu bentuk kiamat kecil yang nantinya akan
dialami oleh setiap makhluk hidup. Topik ini diangkat oleh Takmir Masjid Ulil Albab
dalam kajian rutin aqidah bersama Ustadz Amir As-Soronji, Senin (13/10). Kematian
bukanlah soal siapa yang lebih dahulu, melainkan bagaimana kita lapang akan takdir
yang telah ditetapkan-Nya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 2 yang artinya, “Mengapa kamu kafir
kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian
kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan?” Dari ayat tersebut menjadi bukti bahwa setiap orang berasal dari Allah
dan akan kembali kepada-Nya. Ustadz Amir menyatakan bahwa merenungkan kematian
merupakan sebaik-baik nasehat. Ia menyebut bahwa kematian menjadi makhluk ciptaan
Allah. “Kematian dapat diserupakan seperti domba yang disembelih yang nanti setelah
kiamat tidak akan ada kematian,” jelasnya.

Menurut Ustadz Amir, merenungkan kematian akan menambah pengetahuan terutama


mengenai pemahaman misteri kehidupan. Merenungkan makhluk-Nya berarti juga
memikirkan kekuasaan Allah yang telah menghidupkan lalu mematikan makhluknya.

21
Ustadz Amir menyebut dalam sebuah riwayat menceritakan ada seorang Arab Badui
yang melakukan perjalanan dengan untanya. Namun di perjalanan, unta tersebut terjatuh
lalu tersungkur dan mati. Orang Arab ini lalu turun dari unta dan mengelilingnya sambil
berkata, „Kenapa kau tidak berdiri? Kenapa kau tidak bangkit? Anggota tubuhmu masih
lengkap, kau dari rumah juga terlihat sehat. Ada apa denganmu? Apa yang bisa
membuatmu agar bangkit lagi?‟ Karena tidak ada reaksi dari unta, orang Arab Badui ini
lalu pergi meninggalkannya sambil terheran dan berpikir apa yang dialami untanya.

Hal tersebut juga sering dialami oleh manusia ketika ada saudara atau temannya yang
baru saja atau tidak lama berjumpa dengannya dengan keadaan badan yang sehat, untuh,
ceria namun tiba-tiba ada kabar bahwa ia meninggal. “Ini menunjukan kekuasaan Allah,
mati itu sudah ditetapkan. Jika sudah waktunya ya akan terjadi tanpa memandang usia
atau keadaan orang itu,” ujar Ustadz Amir.

Ustadz Amir juga menuturkan bahwa orang sakit atau sehat akan mati, orang kuat mati,
mahasiswa dan dosen mati, tentara dan polisi mati, semua makhluk akan mati. “Mati itu
tiba-tiba, tidak ada yang tahu jadwal kapan seseorang akan mati,” jelasnya. Lalu
pertanyaannya adalah apakah orang yang meninggal dalam keadaan tiba-tiba padahah
dirinya sehat-sehat saja akan husnul khotimah?

Menjawab itu, Ustadz Amir menyampaikan para ulama bersepakat bahwa jika yang
meninggal orang mukmin yang taat kepada Allah maka dapat dikatakan dirinya Husnul
khotimah. Namun, jika ia kafir atau orang muslim namun mengingkari Allah maka ia
su‟ul khotimah atau kembali tanpa keimanan. “Kematian adalah keputusan atau
ketetapan Allah. Tiap jiwa pasti akan merasakan kematian,” tegas Ustadz Amir.

Menurutnya yang harus menjadi pengingat kematian bagi seorang muslim bukanlah saat
keadaan sakit, melainkan saat tubuh sehat. Bahkan ketika dalam keadaan sakit,
seharusnya ia bersyukur karena diberi rasa sakit berarti Allah masih cinta kepadanya
dengan menegur dirinya agar taat kepada Allah.

Jika seseorang merasa imannya turun, maka tips dari Ustadz Amir adalah agar ia segera
menutup matanya lalu membayangkan siksa sakararul maut, alam kubur, alam barzah,
dan hal lainnya mengenai kematian dan kekuasaan Allah.

Allah Mengingatkan Rasul akan Kematian

22
Selain manusia biasa, Allah juga telah mengingatkan Rasulullah dalam Q.S. Az-Zumar
ayat 30 yang artinya, “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan
mati (pula).” Selain itu dalam sabda Rasulullah mengatakan, “Cintailah siapa yang
kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya!”

Setiap mukmin dibebaskan untuk mencintai siapa saja di antara semua makhluk, namun
sesungguhnya mereka akan berpisah dengannya. Maka, jangan sampai seorang mukmin
menyibukkan hatinya dengan kesenangan dunia yang fana berupa istri, anak, harta dan
lainnya. “Ini pembahasan yang penting, agar kita tidak terlena. Karena sesungguhnya
kemuliaan orang mukmin adalah amalnya. Dan kehormatan baginya adalah tidak
meminta-minta,” kata Ustadz Amir.

Di akhir sesi, Ustadz Amir mengingatkan bahwa waktu kedatangan kematian adalah
perkata gaib yang tidak diketahui orang kecuali Allah. Untuk itu, sangat dibutuhkan
oleh setiap orang mengingat kematian agar dapat merubah mindset dengan menyusun
ulang priotitas dan nilai agar tidak hanya duniawi saja yang dipikirkan. “Merenung
kematian dapat memberikan pemahaman baru dan membangun sifat rendah hati, lembut
hati, dan keberanian di dalam diri kita,” tutupnya. (SF/RS)

Di dunia ini, menurut al-Ghazali, tak ada yang pasti, kecuali kematian.
Hanya kematian yang pasti, lainnya tak ada yang pasti. Namun, manusia tak pernah
siap menghadapi maut dan cenderung lari darinya. Sesungguhnya, kematian yang kamu
lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” (QS al-Jumu‟ah
[62]: 8).

Bagi al-Ghazali, kematian tidak bermakna tiadanya hidup (nafi al-hayah), tetapi
perubahan keadaan (taghayyur hal). Dengan kematian, hidup bukan tidak ada,
melainkan bertransformasi dalam bentuknya yang lebih sempurna.

Diakui, banyak orang semasa hidup mereka tertidur (tak memiliki kesadaran), tetapi
justru setelah kematian, meraka bangun (hidup). Al-Nas niyam, fa idza matu intabihu,”
demikian kata Imam Ali.

23
Dalam Alquran, ada beberapa istilah yang dipergunakan Allah SWT untuk mengartikan
kematian. Pertama, kata al-maut (kematian) itu sendiri. Kata ini dalam bentuk kata
benda diulang sebanyak 35 kali.

Al-maut menunjuk pada terlepasnya (berpisah) ruh dari jasad manusia. Kepergian ruh
membuat badan tak berdaya dan kemudian hancur-lebur menjadi tanah.

Allah SWT berfirman, Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan
kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu, dan dari sanalah Kami akan
mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” (QS Thaha [20] 55).

Kedua, kata al-wafah (wafat). Kata ini dalam bentuk fi`il diulang sebanyak 19 kali. Al-
Wafah memiliki beberapa makna, antara lain sempurna atau membayar secara tunai.
Jadi, orang mati dinamakan wafat karena ia sesungguhnya sudah sempurna dalam
menjalani hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, kita tak perlu berkata, sekiranya tak ada
bencana alam si fulan tidak akan mati.

Ketiga, kata al-ajal. Kata ini dalam Alquran diulang sebanyak 21 kali. Kata ajal sering
disamakan secara salah kaprah dengan umur. Sesungguhnya, ajal berbeda dengan umur.
Umur adalah usia yang kita lalui, sedangkan ajal adalah batas akhir dari usia (perjalanan
hidup manusia) di dunia. Usia bertambah setiap hari; ajal tidak. (QS al-A‟raf [7] 34).

Keempat, kata al-ruju‟ (raji‟). Kata ini dalam bentuk subjek diulang sebanyak empat
kali, dan mengandung makna kembali atau pulang. Kematian berarti perjalanan pulang
atau kembali kepada asal, yaitu Allah SWT. Karena itu, kalau ada berita kematian, kita
baiknya membaca istirja‟, Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji‟un (QS al-Baqarah [2]: 156).

24
BAB 6

KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-


DALILNYA

Amar ma‟ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang
akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya
dari iman dalam firman-Nya,

‫ن تا‬ ‫ذ‬ ‫ن ن‬ ‫ذ‬ ‫ن تا‬ ‫جد اس ذ‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫راب ان‬ ‫ن‬
‫ن‬ ‫ا‬ ‫ن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron 110]

Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal
ini. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman,

‫ي‬ ‫ن ن‬ ‫ي‬ ‫ن تا‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫اخ ت‬ ‫ن‬ ‫اج‬ ‫ج ي ذ ن‬ ‫ن‬


‫ي‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ي‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta‟at
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71]

Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam
ayat ini Allah Subhanahu wa Ta‟ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi
segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia.
Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan
dengan amar ma‟ruf nahi mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah
dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain

25
tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang ma‟ruf (kebaikan) dan
melarang semua kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian
mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil-
kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang
yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan kebaikan,
tidak pula untuk amar ma‟ruf nahi mungkar. Hal ini digambarkan dalam ucapan Nabi
Musa Alaihissallam.

‫ر ث‬ ‫تار‬ ‫ذ ذد‬ ‫رة‬ ‫د ح ر‬ ‫ر‬ ‫يا‬ ‫ن‬ ‫يا‬ ‫ين ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا‬


‫ن ا رج ن‬ ‫ا ا‬ ‫ج‬ ‫ا ني‬ ‫ج‬ ‫ا ر ي‬ ‫ا ن د‬ ‫جثارين‬ ‫ين ي ا ن‬ ‫ن‬
‫ا‬ ‫ر‬ ‫ثاب‬ ‫ا‬ ‫ا ن د‬ ‫يا‬ ‫ن ا‬ ‫ن ر‬ ‫ر‬ ‫ث ن‬
‫ا ا ا ا د ن‬ ‫اذ‬ ‫ا ا ة د رت‬ ‫تد ا‬

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu
menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam
negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak
akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar
daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-
orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas
keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-Maidah : 21-24]

Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala. ‫ذ‬ ‫نت د‬ ‫ي‬ ‫نت‬
‫ر ن رة‬ ‫ا‬ ‫ث‬ ‫ا اذ‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذ اذ‬ ‫را‬
‫ث‬ ‫اذ‬ ‫را ذ‬ ‫ا رة‬ ‫ج ا ن يار ا ت ا‬ ‫تا ا ن د‬

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa
wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami

26
seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi
mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak
akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan
Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun
berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang dzalim“. [Al-Baqarah:246]

Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah
demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan begi
mereka harta rampasan perang.

Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak tawanan perang. Demikianlah


anugerah Allah Subhanahu wa Ta‟ala kepada umat Islam. Dia menjadikan amar ma‟ruf
nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam.
Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

‫ر رج‬ ‫د‬ ‫ر تا‬ ‫ي د‬ ‫ث‬ ‫ين يرث ن‬ ‫ن‬ ‫ي ا‬ ‫تا‬ ‫ي‬


‫ثاخ ي‬ ‫ي‬ ‫ا ين‬ ‫اد‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ثا‬
‫ن‬ ‫ر‬ ‫ذث‬ ‫ر‬

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma‟ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-
Qur‟an), mereka itulah orang-orang yang beruntung“. [Al- A‟raaf 157).

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta‟ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi


tugas utama Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat
ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya.

‫ن ن‬ ‫ي‬ ‫ن تا‬ ‫ي‬ ‫ح يد ن‬ ‫ن رن‬

27
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Al-Imron:104]

Dalil Al Qur‟an

Firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

‫ن ن‬ ‫ي‬ ‫ن تا‬ ‫ي‬ ‫ح يد ن‬ ‫نر ن‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].

Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada
sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini”.

Dan firman-Nya. ‫ر‬ ‫ن تا‬ ‫ذ‬ ‫ن ن‬ ‫ذ‬ ‫ن تا‬ ‫جد اس ذ‬ ‫ح‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-Imran
:110].

Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia, barang
siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya”.
Dalil Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam. ‫تد نر‬
‫ي ان‬ ‫ث ث‬ ‫ي ر‬ ‫ن‬ ‫ث ا‬ ‫ي ر‬ ‫ن‬

“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim]

. Sedangkan Ijma‟ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya Ibnu
Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai
kewajiban amar ma‟ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka
sedikitpun”. Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah

28
menegaskan kewajiban amar ma‟ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al
Qur‟an, lalu dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta
ahli fiqih Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”. An-Nawawi berkata,”telah
banyak dalil-dalil Al Qur‟an dan Sunnah serta Ijma yang menunjukkan kewajiban amar
ma‟ruf nahi mungkar” Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma‟ruf nahi mungkar termasuk
kewajiban, pokok serta rukun syari‟at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna
aturan Islam dan tegak kejayaannya”. Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma‟ruf
nahi mungkar. : Kemampuan amar makruf nahi mungkar hanya dimiliki orang tertentu.
Jika kemampuan menegakkan amar makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang
tertentu saja, maka amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu „ain bagi mereka. An
Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu „ain, jika
berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang
yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak berbuat
kema‟rufan”. Keempat : Perubahan keadaan dan kondisi. Syeikh Abdul Aziz bin Baaz
memandang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu „ain dengan sebab perubahan
kondisi dan keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da‟i. Banyaknya
kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka
dakwah menjadi fardhu „ain atas setiap orang sesuai dengan
kemampuannya”.Demikianlah amar makruf nahi mungkar dalam tinjauan hukum Islam,
mudah-mudahan hal ini mendorong kita untuk melaksanakan dan menegakkannya
dalam kehidupan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2021, 06 11). Apa itu Istidraj? Retrieved Desember 1, 2021, from masjidpedesaan:
https://masjidpedesaan.or.id/apa-itu-istidraj/

Arthasalina, D. S. (20, Juli 27). Pengertian Istidraj dan Ciri-cirinya, Awas Tertipu Jerat
Kenikmatan! Retrieved November 30, 2021, from .idntimes.com/life/inspiration:
https://www.idntimes.com/life/inspiration/dian-arthasalina/arti-istidraj-dan-tanda-
tandanya/3

indonesia, T. c. (2021, Feb Jumat). Mengenal 5 Macam Riba Menurut Islam Beserta Dalilnya.
Retrieved Desember 1, 2021, from cnnindonesia.com/gaya-hidup:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210219103203-284-608252/mengenal-
5-macam-riba-menurut-islam-beserta-dalilnya

Ini, B. H. (2021, Februari 16). Pengertian Istidraj Lengkap dengan Ciri-cirinya. Retrieved
November 30, 2021, from /kumparan.com/berita-hari-ini/:
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-istidraj-lengkap-dengan-ciri-cirinya-
1vBe1EkNH6F

Nashrullah, N. ( 2019, Dec 03). 4 Kata dalam Alquran yang Mewakili Kematian dan Maknanya.
Retrieved Dec 1, 2021, from republika.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/q1y26b320/4-kata-dalam-alquran-yang-mewakili-
kematian-dan-maknanya

Nida, S. ( 2020 , 06 04). Bersedekah sangat dianjurkan dalam Islam. Retrieved Desember 1,
2021, from .brilio.net: https://www.brilio.net/wow/keutamaan-bersedekah-beserta-
jenis-dan-dalilnya-sesuai-ajaran-islam-200604i.html

https://lazismugresik.org/manfaat-dari-bersedekah-berdasarkan-al-quran-dan-hadits/

https://www.uii.ac.id/menerima-akan-takdir-yang-ditetapkan/

https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-
islam.html

30

Anda mungkin juga menyukai