Anda di halaman 1dari 22

QUALITY CONTROL UJI KEPEKAAN BAKTERI

TERHADAP ANTIBIOTIK

MAKALAH

Dosen Pengampu:

M. Evy Prastiyanto, M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok : 4
Kelas : D
1. Rahmawati (G1C221149)
2. Mella Oktasari (G1C221150)
3. Silvia Candra Arini (G1C221151)
4. Wa Kasriani La Sudara (G1C221152)
5. Fatimah Eprilia Eka Putri (G1C221153)
6. Fansi Yefta Ardyana T. (G1C221154)
7. Jirana Arfah (G1C221155)
8. Fany (G1C221156)
9. Maria Conchita Dua Nurak (G1C221157)

DIV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat

karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini

yang berjudul “QUALITY CONTROL UJI KEPEKAAN BAKTERI TERHAD

AP ANTIBIOTIK” Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada

Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya

dan juga kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini belum sempurna. Oleh karna itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang kontrastif demi kesempurnaan Makal

ah ini. Akhirnya penulis berharap dengan dibuatnya Makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.

Semarang, 23 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................2

1.3 Tujuan Masalah................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1 Bakteri..............................................................................................3

2.2 Antibiotik.........................................................................................5

2.2.1 Penggolongan Antibiotika.......................................................5

2.2.2 Penggunaan Antibiotik............................................................7

2.2.3 Uji Kepekaan Antibiotika.......................................................7

2.3 Medium MHA..................................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................9

3.1 KESIMPULAN................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Quality control adalah komponen dalam proses kontrol dan


menjadi elemen utama dari sitem manajemen mutu. Program quality
control dapat memonitor proses pemeriksaan dengan hasil tes dan dapat
mendeteksi adanya error yang bersumber dari alat, keadaan lingkungan
ataupun operator. Quality control merupakan upaya memberi keyakinan
bagi laboratorium dalam mengeluarkan hasil tes agar lebih akurat dan
reliabel sesuai standar atau spesifikasi tertentu seperti akurasi dan presisi.
Labortorium dapat menentukan jumla, jenis dan frekuensi dalam
pengerjaan kontrol. Apabila kontrol tidak ada maka labotarorium harus
mempunyai mekanisme alternatif untuk deteksi cepat kesalahan proses
pemeriksaan. Pemantauan proses pemeriksaan bertujuan untuk
mendeteksi, meminimalisir, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang
terjadi selama proses pemeriksaan berlangsung.
Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum
dikenal dikalangan masyarakat. Penggunaan dari antibiotik dan
antimikroba ini pun telah meningkat, seiring dengan bermunculannya
berbagai jenis infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri
baru ataupun virus baru. Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya
dikalangan awam seringkali disalah artikan atau disalah gunakan, dalam
artian seringkali penatalaksanaan dalam menangani suatu jenis infeksi
yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama
terapi atau penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman
mengenai antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari
merupakan penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat
antibiotik maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu. Obat-obat
antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena kemampuan obat
tersebut membunuh mikroorganisme yang menginvasi penjamu tanpa
merusak sel.
2

Bakteri merupakan mikroorganisme hidup yang berukuran


mikroskopik dan uniseluler. Bakteri dapat dibagi menjadi tiga kelompok
secara garis besar yang pertama bakteri aerob obligat merupakan bakteri
yang memerlukan oksigen dalam bentuk gas untuk menyempurnakan
siklus hidup.
Uji kepekaan antibiotika merupakan prosedur yang diperlukan
sebelum pemberian antibiotika, untuk mencegah pemberian antibiotika
yang telah resisten. Sampai saat ini pemberian antibiotika tanpa melalui uji
kepekaan antibiotika masih sering terjadi dan infeksi yang diderita oleh
pasien pasca operasi sulit disembuhkan atau sembuh dalam waktu
pengobatan diatas satu minggu atau lebih dari sebulan (Anderson dkk,
2010). uji kepekaan antibiotik terhadap bakteri ini harus dipantau
kualitasnya dengan quality controli, dimana hasil uji kepekaan antibiotik
bakteri untuk menentukan jenis dan dosis obat yang diberikan pada pasien.
Oleh karena itu, quality control uji kepekaan antibiotik sangat penting
dilakukan secara berkala agar dapat memberikan hasil seakurat mungkin.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah

yaitu:

1. Apa definisi Bakteri?

2. Media apa yang dipakai untuk uji kepekaan bakteri?

3. Berapa ketebalan zona hambat pada bakteri?

4. Berapa jumlah antibiotic yang digunakan?

5. Bagaimana cara penyimpanan antibiotic yang benar?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi Bakteri

2. Untuk mengetahui media yang dipakai untuk uji kepekaan bakteri

3. Untuk mengetahui ketebalan zona hambat pada bakteri

4. Untuk mengetahui jumlah antibiotic yang diguanakan

5. Untuk mengetahui cara penyimpanan antibiotic yang benar


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme hidup yang berukuran

mikroskopik dan uniseluler. Bakteri dapat dibagi menjadi tiga kelompok

secara garis besar yang pertama bakteri aerob obligat merupakan bakteri

yang memerlukan oksigen dalam bentuk gas untuk menyempurnakan

siklus hidup. Kedua bakteri anaerob merupakan bakteri yang tidak

memerlukan oksigen dalam aktivitas metabolismenya sehingga dalam

siklus hidupnya melakukan reaksi fermentasi dan menghasilkan produk

akhir yang berbau busuk. Ketiga bakteri fakultatif, adalah bakteri yang

tidak mutlak memerlukan oksigen untuk pertumbuhan (Jawetz, 2005).

Bakteri gram negatif berbentuk batang (Enterobacteriacea),

habitatnya adalah usus manusia dan hewan. Enterobacteriaceae meliputi

Escherichia, Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia,

Proteus). Beberapa spesies seperti Escherichia coli merupakan flora

normal dan dapat menyebabkan penyakit, sedangkan yang lain seperti

Salmonella dan Shigella merupakan patogen yang umum bagi manusia.

Bakteri gram negatif yang lain yaitu Pseudomonas dan Acinetobacter.

Pseudomonas aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik, mengakibatkan

infeksi pada pasien dengan penurunan daya tahan tubuh dan merupakan

patogen nosokomial yang penting (Jawetz, 2004). Selain


4

Enterobacteriaceae, bakteri batang gram negatif yang lain adalah Vibrio,

Campylobacter, Helicobacter, dan Bakteri lain yang berhubungan.

Mikroorganisme ini merupakan spesies berbentuk batang gram negatif

yang tersebar luas di alam. Vibrio ditemukan didaerah perairan dan

permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan terkadang

pada hewan berdarah dingin. Juga termasuk bakteri Haemophilus,

Bordetella, dan Brucella. Gram negatif Hemophilis influenza tipe b

merupakan patogen bagi manusia yang penting. Kelompok bakteri gram

negatif yang lain yaitu Yersinia, Franscisella dan Pasteurella. Berbentuk

batang pendek gram negatif yang pleomorfik. Organisme ini bersifat

katalase positif, oksidase positif, dan merupakan bakteri anaerob fakultatif

(Brooks dkk, 2007).

Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif pembentuk spora

termasuk spesies Bacillus dan Clostridium. Kedua spesies ini terdapat

dimana-mana, membentuk spora sehingga dapat hidup di lingkungan

selama bertahun-tahun. Spesies Bacillus bersifat aerob, sedangkan

Clostridium bersifat anaerob obligat. Bakteri gram positif tidak

membentuk spora: spesies Corynebacterium, Listeria, Propionibacterium,

Actinomycetes. Beberapa anggota genus Corynebacterium dan kelompok

Propionibacterium merupakan flora normal pada kulit dan selaput lendir

manusia (Jawetz dkk, 2004). Kelompok bakteri gram negatif juga

termasuk Staphylococcus, bakteri ini berbentuk bulat, biasanya tersusun

bergerombol yang tidak teratur seperti anggur. Beberapa spesies


5

merupakan anggota flora normal pada kulit dan selaput lendir, yang lain

menyebabkan supurasi dan bahkan septikemia fatal. Staphylococcus yang

patogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan

menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler. Tipe Staphylococcus yang

berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus. Selain itu, jenis bakteri

gram positif lainnya adalah Streptococcus. Merupakan bakteri gram positif

berbentuk bulat yang mempunyai pasangan atau rantai pada

pertumbuhannya. Beberapa Streptococcus merupakan flora normal

manusia tetapi lainnya bisa bersifat patogen pada manusia. Ada 20 spesies

diantaranya ; Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactiae, dan jenis

Enterococcus (Jawetz dkk, 2004).

2.2 Antibiotik

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai

jasad renik bakteri, jamur dan aktinomises, yang dapat berkhasiat

menghentikan pertumbuhan atau membunuh jasad renik lainnya.

Antibiotika yang diperoleh secara alami dari mikroorganisme disebut

antibiotika alami, antibiotika yang disintesis di laboratorium disebut

antibiotika sintetis. Antibiotika yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan

dimodifikasi di laboratorium dengan menambahkan senyawa kimia

disebut antibiotika semisintetis (Katzung, 2004).


6

Antibiotika maupun jenis-jenis antrimikroba lainnya telah umum

dikenal dikalangan masyarakat. Penggunaan dari antibiotika dan

antimikroba telah meningkat, seiring dengan bermunculannya berbagai

jenis infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru

ataupun virus baru. Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya dikalangan

awam seringkali disalah artikan atau disalah gunakan, dalam artian

seringkali penatalaksanaan dalam menangani suatu jenis infeksi yang tidak

tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama terapi atau

penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman mengenai

antibiotik ini sendiri. Hal ini kemudian hari merupakan penyebab utama

dari timbulnya resistensi dari obat-obat

antibiotic maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu.Obat antimik

roba efektifdalam pengobatan infeksi karena kemampuan obat tersebut me

mbunuh mikroorganisme yang menginvasi penjamu tanpa merusak sel (Su

digdoadi, 2010).

2.2.1 Penggolongan Antibiotika

Penggolongan antibiotika dapat dikelompokkan berdasarkan

mekanisme kerjanya yaitu : menghambat sintesis atau merusak dinding sel

bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam,

karbapenem, inhibitor betalaktamase), basitrasin, dan vankomisin.

Memodifikasi atau menghambat sintesis protein antara lain,

aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin,

azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.


7

Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain,

trimetoprim dan sulfonamid. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme

asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin (Levinson, 2004).

Penggunaan antibiotika memiliki cara kerja yang berbeda-beda dalam

membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Klasifikasi

berbagai antibiotik dibuat berdasarkan mekanisme kerja sebagai berikut

(Zulkifli, 2014).

Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Contohnya

adalah penisilin, sefalosporin, kcarbapenem, monobaktam dan vancomisin.

1. Antibiotik yang bekerja dengan merusak membran sel

mikroorganisme. Antibitoik golongan ini merusak permeabilitas

membran sel sehingga terjadi kebocoran bahan-bahan dari intrasel,

contohnya adalah polimiksin

2. Antibiotik yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan

mempengaruhi subunit ribosom 30S dan 50S. Antibiotik ini

menyebabkan terjadinya hambatan dalam sintesis protein secara

reversibel. Contohnya adalah klorampenikol yang bersifat bakterisidal

terhadap mikroorganisme lainnya, serta makrolide, tetrasiklin dan

klindamisin yang bersifat bakteriostatik.

3. Antibiotik yang mengikat subunit ribosom 30S. Antibiotik ini

menghambat

sintesis protein dan mengakibatkan kematian sel. Contohnya adalah

aminoglikosida yang bersifat bakterisidal.


8

4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.

Contohnya adalah rifamisin yang menghambat sintesis RNA

polimerase dan kuinolon yang menghambat topoisomerase, keduanya

bersifat bakterisidal Antibiotik yang menghambat enzim yang

berperan dalam metabolisme folat. Contohnya adalah trimetoprim dan

sulfonamide, keduanya bersifat bakteriostatik.

2.2.2 Penggunaan Antibiotik

Berdasarkan Pemilihan jenis antibiotika tergantung pada infeksi

bakteri yang menyebabkannya. Hal ini karena setiap antibiotika hanya

efektif terhadap bakteri dan parasit tertentu. Misalnya, jika seseorang

mengalami pneumonia, dokter tahu bakteri apa yang biasanya

menyebabkan pneumonia. Sehingga dokter akan memilih antibiotik yang

paling efektif membasmi jenis bakteri tersebut. Selain itu, ada faktor lain

yang menjadi pertimbangan dalam memilih antibiotika, antara lain:

seberapa parah infeksinya, seberapa baik fungsi ginjal dan hati, jadwal

dosis, obat lain yang diminum, efek samping, riwayat alergi terhadap jenis

antibiotik tertentu, atau jika hamil atau menyusui (Mary dkk, 2001).

Antibiotik yang sering digunakan di pusat pelayanan kesehatan

adalah antibiotika yang memiliki reaksi alergi yang lebih rendah dan

toksisitas yang relatif rendah. Selain itu juga antibiotika yang digunakan

memiliki harga yang relatif murah dan mudah didapatkan. Salah contoh

antibiotika yang sering digunakan adalah golongan penisilin, sefalosporin,


9

aminoglikosida kloramfenikol, tetrasiklin dan makrolida (Sudigdoadi,

2010).

2.2.3 Uji Kepekaan Antibiotika

Uji kepekaan bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan

tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui

senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari

Prancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer,

sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri (Jawetz, 2007).

Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai

daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.

Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas

bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin

lebar diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan

sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa

semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut

semakin sensitif (Umiana, 2015).

Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas

bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya

hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari

daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
10

mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan

sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri. Tujuan dari proses uji

kepekaan adalah untuk mengetahui obatobat yang paling cocok untuk

kuman penyebab penyakit terutama pada kasuskasus penyakit yang kronis

dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam

antibiotic Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang

kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat

pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat

sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Refdanita

dkk, 2004). Uji kepekaan antibiotika Dianjurkan untuk menggunakan

metode Kirby-Bauer yang telah dimodifikasi secara rutin. Untuk

menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan pedoman berikut ini:

1. Cakram hams mempunyai diameter yang benar (6,35 mm).

2. Cakram hams mempunyai potensi yang benar.

3. Suplai persediaan hams disimpan dalam keadaan beku (-20" C).

4. Suplai kerja jangan disimpan lebih lama dari 1 bulan dalam lemari

pendingin (2-8" C).

5. Hanya gunakan agar Mueller-Hinton dengan mutu yang telah teruji.

pH yang sesuai (7,2-7,4) untuk media yang telah jadi sangat penting

bagi beberapa antibiotika.


11

6. Inokulum harus dibakukan terhadap baku kekeruhan yang telah

ditetapkan.

7. Ukuran zona hams diukur dengan tepat.

8. Ukuran zona hams diinterpretasikan dengan merujuk pada tabel

diameter kritis (table of critical diameters).

9. Diameter zona bagi tiap organisme harus masuk dalam batasan. Ketiga

galur kontrol baku adalah:

a. Staphylococcus aureus (ATCC 25923; NCTC 6571)

b. Escherichia coli (ATCC 25922; NCTC 1041 8)

c. Pseudomonas aeruginosa (ATCC 27853; NCTC 10622)

10. Pengujian hams dilakukan dengan ketiga galur baku:

a. pada saat menggunakan cakram dengan batch baru

b. pada saat menggunakan media dengan batch baru

c. sekali seminggu, sejalan dengan antibiogram rutin.

2.3 Medium MHA


12

Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium tempat


hidup dan berkembangbiaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari
MHA adalah pepton (6 g), kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g).
Semua kandungan tersebut dilarutkan dalam 1 liter air (Fadhlan, 2010).
Proses pembuatan medium MHA:

1. Agar Mueller-Hinton harus dibuat dari dasar agar yang dikeringkan


menurut instruksi pabrik pembuat. Media haruslah sedemikian rupa
sehingga didapatkan ukuran zona kontrol dalam batas-batas yang
dipublikasikaN. Media tidak boleh dipanaskan secara berlebihan.
13

2. Dinginkan media sampai suhu 45-50" C dan tuangkan ke dalam cawan


petri. Biarkan mengeras pada permukaan yang datar, dengan kedalaman
kira-kira 4 mm. Cawan petri berdiameter 9 mm memerlukan sekitar 25 m1
media.

3. Pada saat agar telah memadat, keringkan lempeng untuk segera dipakai
selama 10-30 menit pada suhu 35" C dengan meletakkan cawan petri pada
posisi tegak dalam inkubator, dengan tutup yang dimiringkan.

4. Lempeng yang tidak terpakai dapat disimpan dalam kantung plastik;


harus ditutup rapat dan disimpan dalam lemari pendingin. Lempeng yang
disimpan dengan cara ini akan bertahan selama 2 minggu.

Untuk memastikan bahwa diameter zona cukup tepat untuk uji


kepekaan terhadap sulfonamida dan kotrimoksazol, agar Mueller-Hinton
harus mempunyai kadar inhibitor, timidin dan timin, yang rendah. Oleh
karena itu, tiap lot agar Mueller-Hinton harus diuji dengan galur kontrol
Enterococcus faecalis (ATCC 29212 atau 33 186) dan satu cakram
kotrimoksazol. Suatu lot media yang memuaskan akan menghasilkan zona
inhibisi yang jelas dengan diameter 20 mm atau lebih yang harus bebas
dari pertumbuhan berkabut atau koloni-koloni tipis.

2.4 Cakram antimikroba

Semua cakram antimikroba dengan diameter dan potensi sesuai


yang tersedia di pasaran dapat digunakan. Persediaan cakram antimikroba
sebaiknya disimpan dalam suhu -20" C; ruang pembeku pada lemari
pendingin rumah cukup baik untuk menyimpan. Persediaan sedikit cakram
untuk kerja dapat disimpan dalam lemari pendingin sampai 1 bulan. Pada
saat dikeluarkan dari lemari pendingin, wadahnya harus dibiarkan pada
suhu ruang selama sekitar 1 jam untuk membiarkan suhunya mencapai
suhu ruang. Prosedur ini mengurangi jumlah pengembunan yang terjadi
jika udara hangat mencapai wadah yang dingin. Jika menggunakan alat
14

khusus untuk mengeluarkan cakram, alat ini harus mempunyai selubung


yang tertutup rapat dan disimpan dalam lemari pendingin. Alat ini juga
hams dibiarkan mencapai suhu ruang sebelum dibuka.

2.5 Zona Hambat

Uji kepekaan biasanya dikerjakan menggunakan cawan petri


ukuran 9-10 cm dan tidak lebih dari 6 atau 7 cakram antimikroba pada tiap
lempeng agar. Jika jumlah antimikroba yang harus diuji lebih banyak, lebih
disukai menggunakan dua lempeng atau satu lempeng agar berdiameter 14
cm. Zona hambatan yang sangat besar mungkin terbentuk pada media yang
sangat tipis; dan sebaliknya berlaku untuk media yang tebal. Perubahan
kecil dalam ketebalan lapisan agar efeknya dapat diabaikan. Pengaturan
jarak cakram yang tepat sangat penting untuk mencegah tumpang tindihnya
zona hambatan atau deformasi didekat tepi-tepi lempeng.
2.6 Membaca Lempeng

Setelah inkubasi 16-1 8 jam, diameter zona hambatan hams diukur


dengan menggunakan penggaris dan dicatat, bersama dengan tanggal uji,
pada suatu grafik kendali mutu khusus. Grafik ini harus menampilkan data
untuk tiap kombinasi galur-cakram. Grafik Gilabel dalam milimeter
dengan petunjuk kisaran zona yang dapat diterima. Contoh grafik
semacam itu ditunjukkan pada gambar. 16. Jika hasilnya terus-menerus
keluar dari kisaran yang dapat diterima, perlu diambil tindakan untuk
memperbaiki mutu pemeriksaan. Hasil yang sangat menyimpang, yang
tidak dapat dijelaskan oleh adanya kesalahan teknis dalam prosedur,
mungkin menunjukkan pencemaran atau perubahan mendadak dalam

9
kepekaan atau ciri pertumbuhan galur kontrol. Jika ini terjadi, galur stok
yang baru harus didapatkan dari sumber yang dapat diandalkan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

11
10

DAFTAR PUSTAKA

Vandepitte, J. 2010. Prosedur Laboratorium DasarUntuk Bakteriologi Klinis.

Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai