Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA NY. LM DENGAN POST SECTIO


CAESARIA DI RUANG MATERNITY
SILOAM HOSPITALS BALI
TANGGAL 5-7 JULI 2021

OLEH :
Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep
NIM. C2221127

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS PADA NY. LM DENGAN POST SECTIO CAESARIA DI
RUANG MATERNITY SILOAM HOSPITALS BALI
TANGGAL 5-7 JULI 2021

Diajukan Oleh:

Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep


C2221127

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik


Stase Keperawatan Maternitas di Minggu Pertama

Preseptor Klinik Preseptor Akdemik

Ni Kadek Yudi Asmini, SST Dr. Ns.IGA Ratih Agustini, S.Kep. M.Kes
NIK. 1600001598 NIK.10.01.0038

Mengetahui

Program Studi Profesi Ners


Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep,M.Kep


NIK. 11.01.0045
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)

A. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.
1. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum, kelenjar
bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah (Rafiah, 2014).

Gambar 2.a.Organ Reproduksi eksternal.

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang
kemaluan. Setelah pubertas, kulit mons veneris tertutup oleh rambut ikal
yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada wanita berbentuk
segitiga (Rafiah, 2014).
b. Labia Mayora
Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan
bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit
berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian didalamnya tidak
berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak
ujung saraf sehingga sensitive saat sedang koitus (Rafiah, 2014).
c. Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya
mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah,
sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini
analog dengan kulit skrotum pada pria (Rafiah, 2014).
d. Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat koitus.
. Terdapat juga reseptor androgen pada klitoris. Banyak pembuluh darah
dan ujung serabut saraf, sangat sensitif (Rafiah, 2014).
e. Hymen
Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada
umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar
endometrium (lapisan dalam rahim) (Rafiah, 2014).
f. Vestibulum
Bagian kelamin yang dibatasihi oleh kedua labia kanan – kiri dan bagian
atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada
bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran
kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar Skene. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis (Rafiah, 2014).
g. Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum, 1 sampai
1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus
uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas
dinding anterior vagina (Rafiah, 2014).
h. Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan (Rafiah,
2014).
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah rupture (Rafiah, 2014).
2. Organ genetalia interna
Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak
dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri dari
:

Gambar 2.b.Organ Reproduksi internal.

a. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di
panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya
terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament
yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan.
Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Dari
bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis
inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan
Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai
kemampuan untuk mendorong jalan lahir (Rafiah, 2014).
b. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan
usia kehamilan (Rafiah, 2014).
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim (Rafiah, 2014).
3) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan – lapisan uterus meliputi endometrium, myometrium,
parametrium (Rafiah, 2014).
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral,
dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling
sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya
kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses
kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai
fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi
saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim. Tuba fallopi terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda
pada setiap bagiannya (Rafiah, 2014).
d. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulopelvicum. Ovarium terletak dilapisan belakang
ligamentum latum. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang
ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Indung telur
merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Indung
telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri
(Rafiah, 2014).
e. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini
sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya (Rafiah, 2014).
B. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2015).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan

diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi

&Wiknjosastro, 2016).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga

histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2017).


C. Etiologi

Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri

iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin

adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio

caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa

tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui

oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan

kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses

persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis

tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-

ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan

dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan

perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah

penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi

eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban

pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu

4. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada

kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau

salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan

lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

6. Kelainan Letak Janin

a. Kelainan pada letak kepala

 Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba

UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala

bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.

 Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak

paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
 Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah

dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan

sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

b. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi

bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan

presentasi kaki (Saifuddin, 2012).

D. Epidemiologi

World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210


juta kehamilan di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut 20 juta perempuan
mengalami kesakitan akibat kehamilan, diantaranya 8 juta kasus mengalami
komplikasi yang mengancam jiwa, dan lebih 500.000 meninggal, dan hampir 50%
kematian tersebut terjadi di Negara Asia Selatan dan Tenggara termasuk Indonesia.
Menurut Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 angka kematian
ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup, pada SDKI tahun 2012/2013 angka
kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya SDKI tahun 2017
angka kematian ibu adalah 228/100.000 kelahiran hidup (Wahyuningsih. 2018).
WHO, UNICEF, dan UNFPA, memperkirakan kematian ibu diseluruh
dunia dari tahun 1990 hingga 2010, yakni dari 400/100.00 kelahiran hidup pada
tahun 1990 menjadi 210/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010.
Sebuah penelitian yang dilakukan di seluruh 98 rumah sakit di Belanda
yang dimulai pada Januari tahun 2015 hingga Desember tahun 2017 terdapat
persalinan dengan sectio caesarea dengan tingkat persentase per rumah sakit mulai
dari 23% hingga 55% dari 258.676 persalinan, namun dengan tingginya tingkat
persalinan sectio caesarea tersebut tidak juga meningkatkan kondisi perinatal itu
sendiri.
E. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta

previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture

uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,

dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu

tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan

pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi

aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan

pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri

sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan

perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,

dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding

abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh

darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang

pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri

akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan

masalah risiko infeksi.

F. Komplikasi

1. Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari

dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan

lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada

gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan

predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,

tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian

antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam

hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria

uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

3. Komplikasi - komplikasi lain seperti :

a. Luka kandung kemih

b. Embolisme paru – paru

c. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut

pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi

ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio

caesarea klasik.
G. Penatalaksanaan Medis

1. Pemberian cairan

Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan

perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi

hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang

biasa diberikan biasanya Dextrose 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian

dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan

transfusi darah sesuai kebutuhan.

2. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu

dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca

operasi, berupa air putih dan air teh.

3. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar

c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan

diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar

duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian pasien diperbolehkan

pulang.

4. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter

biasanya terpasang 24 jam tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

5. Pemberian obat-obatan

a. Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap

institusi

b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

c. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan

caboransia seperti neurobian I vit. C

6. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah

harus dibuka dan diganti


7. Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan

darah, nadi,dan pernafasan (Manuaba, 2015).

H. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis section caesarea, antara lain :

1. Nyeri akibat luka pembedahan

2. Luka insisi pada bagian abdomen

3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak

5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.

6. Emosi klien labil dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi

situasi baru.

7. Terpasang kateter urinarius pada system eliminasi BAK

8. Dengan auskultasi bising usus tidak terdengar atau mungkin samar

9. Immobilisasi karena adanya pengaruh anestesi

10. Bunyi paru jelas dan vesikuler dengan RR 20x/menit

11. Karena kelahiran secara SC mungkin tidak direncanakan maka bisanya

kurang pahami prosedur

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra

operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.


2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

4. Urinalisis / kultur urine

5. Pemeriksaan elektrolit
J. Pathway

Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan


Misalnya : plasenta previa sentralis / lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, ruptur uteri
mengancam, partus lama / tidak maju, preeklamsia,
distonia serviks, malpresentasi janin

Sectio Caesarea (SC) Kurang Informasi Ansietas

Insisi dinding
Luka post op. SC Tindakan anastesi
abdomen

Imobilisasi
Terputusnya
Risiko infeksi
inkonuitas jaringan,
pembuluh darah, dan Hambatan

saraf - saraf di sekitar mobilitas fisik

daerah insisi
Kurangnya
kemampuan pasien
Merangsang untuk melakukan
pengeluaran histamin ADL
dan prostaglandin

Defisit
Nyeri akut
perawatan
diri
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien dan penanggung

2. Keluhan utama klien saat ini

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Keadaan klien meliputi :

a. Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan

kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL.

b. Integritas ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan

dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan

labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau

kecemasan.

c. Makanan dan cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,

distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin

ada.

f. Pernapasan

Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

g. Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: trauma jaringan dalam

pembedahan (section caesarea) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri

secara verbal maupun non verbal, pasien melindungi daerah yang sakit.

b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka bekas operasi

c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur

pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan

anestesi dan pembedahan

e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens obat (tindakan

anestesi) ditandai dengan keterbatasan dalam pergerakan, pergerakan

lambat.
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah diberikan Pain Control
asuhan keperawatan 1. Ajarkan prinsip- 1. Mengalihkan nyeri
berhubungan dengan
selama … x 6 jam prinsip managemen yang dialami klien
agen cedera fisik:
diharapkan nyeri klien nyeri pada klien 2. Menurunkan reaksi
trauma jaringan dalam berkurang / terkontrol seperti distraksi, terhadap stimulasi
dengan kriteria hasil : relaksasi, guided dari luar atau
pembedahan (section
imagery. sensivitas pada
caesarea) ditandai
a. Pain level (level 2. Berikan lingkungan cahaya dan
dengan pasien nyeri): yang nyaman, meningkatkan
- Klien tidak misalnya tingkat istirahat/relaksasi.
mengeluh nyeri secara
melaporkan kebisingan, 3. Untuk mengurangi
verbal maupun non
adanya nyeri pencahayaan, suhu perasaan nyeri
verbal, pasien - Klien tidak ruangan. yang dialami klien.
merintih ataupun 3. Kurangi atau 4. Analgetik dapat
melindungi daerah
menangis hilangkan faktor mengurangi
yang sakit.
- Klien tidak pencetus atau yang pengikatan
menunjukkan meningkatkan nyeri mediator kimiawi
ekspresi wajah pada klien. nyeri pada reseptor
terhadap nyeri 4. Delegatif dalam nyeri sehingga
- Klien tidak tampak pemberian dapat mengurangi
berkeringat dingin analgetik, rasa nyeri
- Klien tidak kortikosteroid atau 5. Memfokuskan
mengalami steroid baik topical kembali perhatian,
ketegangan otot maupun local. meningkatkan
kontrol dan
- RR dalam batas meningkatkan
normal (16-20 Pain Level harga diri dan
x/mnt) 5. Kaji skala nyeri kemampuan
- Nadi dalam batas serta faktor yang koping
normal (60- memperberat nyeri 6. Nyeri sebagai
100x/mnt) klien. pengalaman
- Tekanan darah 6. Kaji tanda – tanda subjektif dan harus
dalam batas normal vital klien, seperti : digambarkan oleh
(120/80 mmHg) nadi, RR, dan klien.
tekanan darah. 7. Peningkatan nilai
b. Pain control 7. Bantu klien untuk nadi, RR, dan
(kontrol nyeri): menilai nyeri tekanan darah
- Klien dapat dengan mengindikasikan
mengenali onset membandingkan nyeri.
nyeri dengan pengalaman
- Klien dapat lain.
mendeskripsikan
faktor-faktor
penyebab nyeri
- Klien dapat
mengontrol
nyerinya dengan
menggunakan
teknik manajemen
nyeri non
farmakologis
- Klien
menggunakan
analgesik sesuai
rekomendasi.
- Klien melaporkan
nyeri terkontrol.
Risiko infeksi Setelah diberikan Wound care:
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Luka dibersihkan 1. lingkungan luka
trauma jaringan / luka selama … x 6 jam dan diganti yang bersih
bekas operasi (SC) diharapkan klien tidak dressingnya menurunkan risiko
mengalami infeksi minimal 1 x sehari. invasi bakteri.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor 2. Perubahan
Risk Control : karakteristik luka karakteristik luka
Infection process meliputi (ada menandakan ada
- Tidak ada tidaknya cairan, tidaknya infeksi
kemerahan (Skala ukuran, warna, misalnya, luka
5 = None) bau). terdapat pus,
- Tidak terjadi 3. Pertahkan teknik berbau, ukuran
hipertermia (Skala steril dalam meluas, warna
5 = None) membersihkan luka. sekitar luka
- Tidak ada nyeri 4. Catat kondisi luka menjadi
(Skala 5 = None) secara teratur setiap kemerahan tanda-
- Tidak ada melakukan rawat tanda tersebut
pembengkakan luka. menyatakan
(Skala 5 = None) 5. Ajarkan kepada adanya infeksi.
- Suhu dalam batas klien tanda dan 3. Teknik steril dalam
normal (36,5o – gejala infeksi. perawatan luka
37oC) (skala 5 = no mencegah
deviation from transmisi kuman
normal range) dari tangan
- Tekanan darah a. Infection control: perawat ke area
dalam batas normal luka.
(120/80 mmHg) 6. Pertahankan 4. Mengevaluasi
(skala 5 = no kebersihan kondisi luka untuk
deviation from lingkungan sekitar mengetahui tanda-
normal range) klien. tanda infeksi
- Nadi dalam batas 7. Batasi pengunjung. sehingga dapat
normal (60-100 8. Ajarkan klien cara memberikan
x/mnt) (skala 5 = mencuci tangan intervensi yang
no deviation from dengan baik dan tepat.
normal range) benar. 5. Klien dapat
- RR dalam batas 9. Kolaborasi mengidentifikasi
normal (12-20 pemberian tanda-tanda infeksi
x/mnt) (skala 5 = antibiotik sesuai sehingga dapat
no deviation from indikasi. melaporkan
normal range) 10. Cek tanda-tanda dengan segera
- WBC dalam batas vital klien seperti kepada perawat.
normal (4,6 – 10,2 (temperatur). 6. Lingkungan bersih
k/ul) (skala 5 = no 11. Monitor hitung mengurangi risiko
deviation from granulosit, WBC, invasi bakteri
normal range) tes sensitivitas. penyebab infeksi.
- Klien mampu 7. mengurangi
menyebutkan transmisi
factor-faktor resiko mikroorganisme
penyebab infeksi ( dari pengunjung ke
Skala 5 = klien.
Consistenly 8. Menghindari
demonstrated) transmisi kuman
dari tangan ke
- Klien mampu daerah luka yang
memonitor menempel di
lingkungan tangan.
penyebab infeksi 9. Antibiotik yang
(Skala 5 = tepat dapat
Consistenly mengurangi
demonstrated) replikasi bakteri.
- Klien mampu 10. Peningkatan suhu
memonitor tingkah tubuh klien
laku penyebab menandakan
infeksi (Skala 5 = terjadinya infeksi
Consistenly 11. Dapat sebagai
demonstrated) indikator ada
- Tidak terjadi tidaknya infeksi
paparan saat dan menentukan
tindakan sensitivitas pada
keperawatan obat tertentu.
(Skala 5 =
Consistenly
demonstrated)
Ansietas berhubungan Setelah diberikan Anxiety Reduction
dengan kurangnya asuhan keperawatan 1. Kaji respon 1. Keberadaan sistem
informasi tentang selama … x 6 jam psikologis pendukung klien
prosedur pembedahan, diharapkan ansietas terhadap kejadian (misalnya
penyembuhan, dan klien berkurang dan ketersediaan pasangan) dapat
perawatan post operasi dengan kriteria hasil : sistem pendukung memberikan
Anciety Control 2. Tetap bersama dukungan secara
- Klien mampu klien, bersikap psikologis dan
mengidentifikasi tenang dan membantu klien
dan menunjukkan rasa dalam
mengungkapkan empati mengungkapkan
gejala cemas 3. Observasi respon masalahnya
- Mengidentifikasi, nonverbal klien 2. Keberadaan
mengungkapkan (misalnya: gelisah) perawat dapat
dan menunjukkan berkaitan dengan memberikan
tehnik untuk ansietas yang dukungan dan
mengontol cemas dirasakan perhatian pada
- Vital sign dalam 4. Dukung dan klien sehingga
batas normal arahkan kembali klien merasa
- Postur tubuh, mekanisme koping nyaman dan
ekspresi wajah, 5. Berikan informasi mengurangi
bahasa tubuh dan yang benar ansietas yang
tingkat aktivitas mengenai prosedur dirasakannya
menunjukkan pembedahan, 3. Ansietas seringkali
berkurangnya penyembuhan, dan tidak dilaporkan
kecemasan perawatan post secara verbal
operasi namun tampak
6. Diskusikan pada pola perilaku
pengalaman / klien secara
harapan kelahiran nonverbal
anak pada masa 4. Mendukung
lalu mekanisme koping
7. Evaluasi dasar,
perubahan ansietas meningkatkan rasa
yang dialami klien percaya diri klien
secara verbal sehingga
menurunkan
ansietas
5. Kurangnya
informasi dan
misinterpretasi
klien terhadap
informasi yang
dimiliki
sebelumnya dapat
mempengaruhi
ansietas yang
dirasakan
6. Klien dapat
mengalami
penyimpangan
memori dari
melahirkan. Masa
lalu / persepsi yang
tidak realistis dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC akan
meningkatkan
ansietas.
7. Identifikasi
keefektifan
intervensi yang
telah diberikan
Hambatan mobilitas Setelah diberikan - Mobilisasi : - Mobilisasi:
fisik berhubungan asuhan keperawatan 1. Kaji kesiapan klien 1. Kesiapan klien
dengan agens obat selama … x 6 jam dalam melakukan dalam melakukan
(tindakan anestesi) diharapkan tidak aktivitas aktivitas
ditandai dengan terjadi hambatan 2. Monitor mempermudah
keterbatasan dalam mobilitas fisik dengan ketidakmampuan intervensi yang akan
pergerakan, kriteria hasil : klien saat diberikan
pergerakan lambat Mobilisasi melakukan aktivitas 2. Untuk mengetahui
- Pergerakan otot ( 5 3. Memantau sejauh mana
= not compromised kemampuan klien aktivitas perawatan
) untuk melakukan diri yang bisa dan
- Bergerak lebih perubahan posisi tidak bisa dilakukan
mudah ( 5 = not 4. Bantu klien dalam klien sehingga
compromised ) perawatan diri memudahkan
- Perubahan mandi dan memberi intervensi
penampilan ( 5 = berpakaian selanjutnya
not compromised ) 5. Berikan kesempatan 3. Mengetahui
klien berpartisipasi perkembangan
dalam perawatan kemampuan klien
diri 4. Membantu
6. Berikan feedback membersihkan
positif terhadap tubuh klien walau
perubahan klien klien dalam keadaan
dalam melakukan lumpuh
aktifitas 5. Membantu
7. Menjelaskan pada memandirikan kien
anggota keluarga sejauh kemampuan
rasional dari yang dimiliki
prosedur yang akan 6. Membantu
dilakukan meningkatkan
keinginan klien
untuk melakukan
latihan rentang
gerak
7. Pihak keluarga dapat
membantu
meyakinkan klien
dalam prosedur
tindakan
keperawatan yang
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2012. Nursing Interventions


Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.

Doengoes, Marylinn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta :


EGC.

Hadijono, Soerjo. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

Manuaba, I.B. 2015. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC.

Manuaba, I.B. 2016. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2017. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC.

Moorhead, Sue et al. 2018. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby.

NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-


2019. Jakarta : EGC.

Sarwono, Prawiroharjo,. 2015. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedia


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK. Mendiknas RI. Nomor : 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/Akred/PT/IV/2015
Kompleks Kampus Mapindo, Jln. Padang Luwih Tegal Jaya Dalung-Badung.
Telp(0361)433132;Fax:(0361)419959;email:binausada@yahoo.com;website: binausadabali.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN POSTPARTUM


ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Ni Putu Dian Yuniantari Tgl. Pengkajian: 5 Juli 2021


NIM : C2221127 Jam Pengkajian: 08.00
RS/Ruangan : Siloam Hospitals Bali/ Maternity
Tgl. Masuk RS : 4 Juli 2021

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.LM Nama Suami : Tn MB
Usia : 29 tahun Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pekerjaan : Wiraswasta Status Perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Raya Kuta
Diagnosa Medis Pasien : P3 A1 Post section caesaria

B. PENGKAJIAN
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi

Riwayat penyakit dahulu :


Tidak ada riwayat penyakit terdahulu

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga pasien
Genogram :
Ket : Laki-laki
Perempuan
Garis Keturunan
Tinggal Serumah
Pasien

Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Usia Menarche : 13 tahun
Siklus : teratur/tidak, 28 hari
Banyaknya : ± 100 cc
Karakteristik Menarche : warna merah, bau darah
Keluhan Keputihan : jarang ada

b. Masalah ginekologi
Riwayat penyakit menular seksual : Ada / Tidak, Jelaskan .
Pembedahan ginekologi : Pernah / Tidak, Jelaskan.............................................................
Keganasan ginekologi : Ya / Tidak, Jelaskan......................................................................
Pemeriksaan Papsmear : Ya / Tidak , Waktu pemeriksaan : tahun 2018
Hasil Pemeriksaan Papsmear : tidak ada masalah
Infertilitas : - Tahun
Mioma Uteri : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kista Ovarium : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Perdarahan pervaginam : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Keluhan lainnya : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Sebutkan……………………………………………………………………………..............

Riwayat Pernikahan
Umur menikah : 23 tahun
Usia pernikahan : 6 tahun
Pernikahan ke- : Pertama
Riwayat KB : IUD
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Tanggal Penyulit
Jenis Jenis BB Keadaan
No Lahir/ Penolong Selama Umur
Kelamin Persalinan lahir Saat ini
tahun Persalinan
6
1. 2015 Laki-laki SC Dokter 3400 KPD Hidup
tahun
Death
2. 2017 - - - - Meninggal -
conceptus
3
3. 2018 Laki-laki SC Dokter 3600 KPD Hidup
tahun

Pengalaman menyusui : Ya / Tidak


Berapa lama : Satu tahun
Masalah pada kehamilan yang pernah terjadi :
Bayi meninggal di usia 12 minggu kehamilan

Riwayat psikologis selama hamil :


Tenang

Interaksi selama kehamilan:


Baik

Harapan Ibu selama kehamilan:


Supaya anaknya lahir sehat dan tidak ada kekurangan

Peran yang dilakukan ibu selama hamil :


- Senam hamil

Kebiasaan yang merugikan ibu


Merokok (-) Obat-obatan terlarang (-)
Alkohol (-) Obat-obatan yang dijual bebas (-)

Riwayat Persalinan dan kelahiran saat ini


Lamanya persalinan : ± 1 jam
Jenis Persalinan: Spontan (letkep/ letsu) / Tindakan (EF,EV) ...............................................
SC a/i riwayat ………sectio caesaria Tanggal……/Jam: …….4 Juli 2019/ pukul 20.00…...
Jenis Kelamin Bayi: L/P, BB/PB: 3800 gram/…..50….cm
Perdarahan:...........± 400.............. cc
Penggunaan analgesik dan anastesi : Acetram 3 x 1 tablet, Dexketoprofen 3 x 25 mg
Masalah dalam Persalinan : Lilitan tali pusat
Pengalaman setelah melahirkan
a. Pengalaman ibu selama melahirkan :
Ibu merasa tidak nyaman ketika bayi akan dikeluarkan dari perut

b. Fase penerimaan bayi :


Setelah lahir bayi langsung diberikan IMD yang dibantu oleh bidan, pasien menerima
bayinya dan sangat bahagia

c. Bonding attachment :
Pemberian IMD

d. Breastfeeding/ kolostrum : keluar / tidak, jelaskan ...............................................................


Kemampuan menyusui bayi :
Saat ini bayi sudah mampu menyusui, ASI belum keluar maksimal namun colostrum sudah
keluar

e. Interaksi sosial selama kelahiran :


Ibu mau berinteraksi dengan baik

f. Peran ayah selama kelahiran :


Ayah selalu menemani ibu dari awal masuk Rumah Sakit

g. Adaptasi psikologis ibu :


Tidak ada masalah

h. Aktifitas dan latihan :


Tingkat mobilisasi : Miring kiri kanan

Latihan/senam : Tidak ada

Masalah Khusus : Tidak ada

i. Nutrisi :
Asupan Nutrisi : Sesuai diet Rumah Sakit
Nafsu makan: Baik / Kurang / Tidak baik, Jelaskan ......................................................
Asupan Cairan :……………2000 cc………..…….. cukup/kurang
Masalah Khusus :………………Tidak ada...............…………………..........................
j. Eliminasi :
Urin: Kebiasaan BAK:………Ibu menggunakan selang kencing.........….................
BAK saat ini :………Isi urine bag ± 500 cc…………....Nyeri : Ya / Tidak
BAB: Kebiasaan BAB :…………1 kali dalam sehari…………............................
BAB saat ini :………Belum BAB…………… Konstipasi : Ya / Tidak
Masalah Khusus :…………Tidak ada.........…………………………............................

k. Istirahat tidur :
Pola tidur: Kebiasaan tidur, lama :……± 8……..jam, Frekuensi :………2 kali...................
Pola tidur saat ini : Pasien merasa tidak puas karena sering merasa terbangun tengah malam
dan tidurnya hanya 3-4 jam
Gangguan Tidur :……ada……… Ya / Tidak, Lokasi :……….Luka post operasi.................
Sifat :…Nyeri saat berjalan……….. Intensitas :………Hilang timbul...................................
Penyebab gangguan tidur :
Nyeri

l. Orang yang terlibat dalam perawatan bayi :


Dokter anak, bidan dan ibu

m. Peran dalam perawatan bayi


Ibu : belum bisa mobilisasi dengan baik karena masih nyeri, namun sudah bisa meberikan
ASI

Ayah :
Ayah selalu menemani bayinya dan ibu

n. Pengalaman dalam perawatan bayi :


Ibu sudah memiliki pengalaman dalam perawatan bayi karena ini anak ketiganya

o. Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang :


Ibu berharap tidak ada masalah selama perawatan bayi

p. Kesanggupan dan pengetahuan ibu tentang:


Breast care : pasien mengatakan belum terlalu memahami prosedur yang benar saat
menyusi

Perineal care : pasien mengatakan sudah mengetahui untuk perianal yang benar dari atas ke
bawah

Nutrisi : pasien mengatakan paham dan sanggup memenuhi nutrisi yang baik untuk
anaknya
Senam Nifas : pasien mengatakan tidak tahu akan adanya senam nifas

KB : pasien mengatakan sudah pernah menggunakan KB IUD

Menyusui : pasien mengatakan menyusui namun belum tahu posisi yang benar untuk
bayinya

q. Pandangan ibu terhadap perannya sebagai orang tua :


Ibu harus bisa merawat anaknya dengan baik

r. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu :


Riwayat abortus

s. Percaya diri dalam menjalankan peran :


Ibu selalu percaya bisa merawat anaknya

t. Pencapaian peran sebagai orang tua :


Ibu memiliki 2 orang anak, yang pertama sudah sekolah

Riview of System dan Pemeriksaan Fisik


Status Obstetrik : P..3.. A...1..H....3...
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
BB/TB : .......61........Kg/ .............157......cm
Tanda Vital :
Tekanan Darah: ........128/80.......mmHg Nadi:...........90..........x/menit
o
Suhu : ..........36,5...... C Pernafasan:........18 .....x/menit

Kepala : a. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri tekan

b. Kepala : Persebaran rambut merata, warna hitam, tidak ada lesi

c. Mata : An Iktherik, tidak kotoran mata

d. Hidung : Tidak ada secret, penciuman baik

e. Mulut : Kebersihan mulut baik, tidak ada lesi

f. Telinga : Pendengaran baik, ada kotoran sedikit


Dada : a. Jantung : I = nadi optica bedenyut
P = nadi optica teraba
P = tidak ada nyeri tekan
A = suara jantung lub dub

b. Paru-paru : I = simetris
P = tidak ada nyeri tekan
P = resonan
A = vesikuler

c. Payudara : putting menonjol, areola mamae meluas, tidak ada varises, ASI belum
keluar

d. Pengeluaran ASI: hanya colostrum

e. Puting susu: menonjol

Abdomen: a. Involusi Uterus :


Tinggi fundus uterus : Sepusat / ± 20 cm
Kontraksi : Ya / Tidak
Posisi : setinggi pusat
b. Kandung kemih : tidak ada distensi kandung kemih
Distraksi Rektus Abdominis........................x.............................cm
c. Luka bekas operasi : Ya / Tidak, kondisi luka : baik, ada rembesan pada balutan.

Pigmentasi : a. Linea nigra : Ya / Tidak , letaknya : ……….di tengah pusat……………….

b. Striae : Ya/ Tidak, letaknya..................disekitar perut dan paha ...........

Fungsi Pencernaan :
Hari ini pasien belum BAB

Perineum dan Genitalia :


Vagina : a. Integritas kulit : elastis
b. Edema : tidak ada
c. Memar : tidak ada
d. Hematom : tidak ada
Perineum : Utuh / Episiotomi / Ruptur , jelaskan tanda REEDA
R : (Kemerahan), Ya / Tidak
E : (Edema/ Bengkak), Ya / Tidak
E : (Echimosis), Ya / Tidak
D : (Discharge), Serum / Pus / Darah / Tidak ada
A : (Approximate), Baik / Tidak
Kebersihan : Baik

Lokia : Ya / Tidak, Jenis/Warna : Rubra/merah


Konsistensi : Encer dan terdapat stolsel
Bau : Amis
Hemoroid : Derajat :I
Lokasi : Eksterna
Berapa lama : 3 tahun
Nyeri : Ya / Tidak
Masalah Khusus :
Ekstremitas :
a. Ekstremitas Atas : Edema : Ya / Tidak
Inspeksi : Tidak ada lesi

b. Ekstremitas Bawah : Inspeksi : Tidak ada lesi, kaki belum bisa digerakkan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Varises : Tidak ada


Edema : Tidak ada
Reflek Patela : + / - , Jika ada: +1 / +2 / +3 / +4
C. DATA PENUNJANG
Obat-obatan/ terapi yang dikonsumsi saat ini :
Tgl : 5 Juli 2021

No Therapy Dosis Cara pemberian


1 Amoxan 3 x 500 mg Oral
2 Asivit 3 x 1 tablet Oral
3 Moloco 3 x 1 tablet Oral
4 Acetram 3 x 1 tablet Oral
5 Dexketoprofen 3 x 25 mg Oral
6 Tramal 2 x 100 mg Suppositoria

 Microbiology
SARS-CoV-2 (Real Time-PCR)
TEST RESULT UNIT REFERENCE
RANGE
Specimen Type Swab Nasopharing I Negative Negative
Specimen to Result

Hasil pemeriksaan penunjang : (Laboratorium/ USG/ Rotgen)


Tgl. 4 Juli 2021
Test Result Unit Nilai Normal
Haemoglobin 11,8 g/dL 12,0-16,00
Hematocrit 36,8 % 37,0-47,0

Leucocyte 9,59 10³/Ul 44,0-10,00

Eritrosit 3,99 10⁶/Ul 4,20-5,40


PT 9,2 Second 9,9-11,6
APTT 24,4 Second 26,4-37,6

Badung, 5…..Juli……2021
Mahasiswa,

(Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep)


D. ANALISA DATA

HARI/ MASALAH
ANALISA DATA ETIOLOGI
TANGGAL KEPERAWATAN
Senin, DS : Pasien mengeluh nyeri Agen cidera fisik Nyeri akut
05/07/21 pada luka operasi, nyeri
terasa seperti tersayat-sayat,
nyeri hilang timbul, nyeri
memberat saat beraktivitas,
skala nyeri 4
DS : Pasien tampak
meringis saat bergerak,
pasien tampak gelisah,
N = 90 x/menit
Senin, DS : Pasien mengatakan Nyeri post operasi Gangguan pola tidur
05/07/21 tidak puas dengan pola
tidurnya, karena sering
terbangun pada malam hari.
Pasien hanya tidur 3-4 jam
DO : Pasien tampak
mengantuk

Senin, DS : pasien mengatakan Risiko infeksi


05/07/21 terdapat luka pasca operasi
pada perut
DO : Tampak luka post SC,
balutan tampak ada
rembesan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik di buktikan dengan Pasien mengeluh nyeri
pada luka operasi, nyeri terasa seperti tersayat-sayat, nyeri hilang timbul, nyeri memberat saat
beraktivitas, skala nyeri 4. Pasien tampak meringis saat bergerak, pasien tampak gelisah, N =
90 x/menit

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi dibuktikan dengan pasien
mengatakan tidak puas dengan pola tidurnya, karena sering terbangun pada malam hari. Pasien
hanya tidur 3-4 jam, pasien tampak mengantuk.

3. Risiko infeksi dibuktikan dengan terdapat luka post operasi pada perut, balutan tampak ada
rembesan

F. RENCANA PENDIDIKAN KESEHATAN

NO Area Rencana Tindakan


1. Kerja Ingatkan pasien untuk tidak melakukan pekerjaan berat terlebih dahulu
2. Istirahat KIE pasien untuk istirahat berbaring, ataupun duduk
3. Latihan Latihan miring kanan dan miring kiri secara bertahap, kemudian belajar
jalan
4. Hygiene KIE pasien untuk selalu melakukan hygiene terutama pada bagian vagina
(vulva hygiene) dan ajarkan teknik membasuh yg benar
5. Koitus Anjurkan kepada pasien dan suami jika aktivitas koitus dilakukan setelah
masa post partum berakhir
6. Kontrasepsi Lakukan penyuluhan mengenai KB
7. Follow-up KIE jadwal kontrol berikutnya pasca perawatan rumah sakit, dan apa yang
harus di siapkan saat kontrol
8. Lain-lain KIE jadwal kontrol ibu agar bisa berbarengan dengan jadwal kontol bayi
KIE perawatan payu dara, ASI, dan perawatan luka post Op dirumah
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN &


INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC label
berhubungan dengan keperawatan selaa 3 x 24 jam di Manajemen Nyeri
agen cidera fisik di harapkan NOC Label 1. Melakukan pengkajian nyeri meliputi 1. Untuk menentukan
buktikan dengan Pain level lokasi nyeri, karakteristik, durasi, intervensi yang tepat
Pasien mengeluh nyeri 1. Nyeri yang di laporkan dari frekuensi, kualitas 2. Mengurangi penggunaan
pada luka operasi, skor 3 (sedang) ke skor 4 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen obat
(ringan) dengan tanda skala
nyeri terasa seperti nyeri (relaksasi) 3. Memudahkan intervensi
nyeri 1
tersayat-sayat, nyeri 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan 4. Mencegah komplikasi
2. Ekspresi wajah dari skor 3
hilang timbul, nyeri pasien mengenai nyeri 5. Mencegah alergi
(sedang) ke skor 4 (ringan)
memberat saat dengan tanda wajah 4. Pilih analgetik yang sesuai ketika analgetik
beraktivitas, skala tampak tenang diberikan lebih dari satu
nyeri 4. Pasien tampak 3. Denyut nadi dari skor 3 5. Cek adanya riwayat alergi
meringis saat bergerak, (deviasi sedang dari
kisaran normal) ke skor 4
pasien tampak gelisah, Monitor tanda-tanda vital
(deviasi ringan dari kisaran
N = 90 x/menit normal) dengan tanda N = 1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan status 1. Mengetahui kondisi
60-80 x/menit pernapasan pasien
2. Monitor TD stelah pasien minum obat 2. Mencegah alergi
2 Gangguan pola tidur Dengan dilakukan asuhan NIC Label
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Peningkatan tidur
nyeri post operasi diharapkan 1. Tentukan pola tidur pasien 1. Memudahkan intervensi
dibuktikan dengan NOC Label 2. Monitor pola tidur pasien dan 2. Menegtahui pola tidur
pasien mengatakan Tidur jumlah jam tidur pasien
tidak puas dengan pola 1. Pola tidur dari skor 2 3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 3. Mencegah pasien
tidurnya, karena sering (banyak terganggu) ke skor untuk mendukung tidur terbangun
terbangun pada malam 4 (sedikit terganggu) 4. Ajarkan teknik untuk 4. Agar kualitas tidur baik
hari. Pasien hanya dengan tanda pasien tidak meningkatkan tidur pasien
tidur 3-4 jam, pasien sering terbangun Manajemen lingkungan
tampak mengantuk. 2. Nyeri dari skor 3 (sedang) 1. Ciptakan lingkungan yang aman 1. Agar lebih nyaman
ke skor 4 (ringan) dengan bagi pasien 2. Agar kondisi pasien
tanda skala nyeri 1 2. Hindari gangguan yang tidak perlu lebih baik
3. Tidur yang terputus dari dan berikan waktu beristirahat 3. Agar pasien bisa
skor 3 (sedang) ke skor 4 3. Ciptakan lingkungan yang tenang beristirahat
(ringan) dengan tanda
pasien hanya bangun 1-2
kali
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC Label
dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Kontrol infeksi
terdapat luka post diharapkan 1. Anjurkan pengunjung untuk mencuci 1. Mengurangi kontaminasi
operasi pada perut, NOC Label tangan padasaat memasuki dan dari luar
meninggalkan ruangan dan ajarkan
balutan tampak ada Pemulihan pembedahan 2. Mengurangi kuman
langkah-langkah cuci tangan yang
rembesan penyembuhan benar masuk

1. Nadi dari skor 3 (deviasi 3. Mencegah luka


2. Memakai sarung tangan steril saat
sedang dari kisaran perawatan luka terkontaminasi

normal) ke skor 4 (deviasi 4. Menghambat kuman


3. Pastikan teknik perawatan luka yang
ringan dari kisaran normal) tepat masuk

2. Nyeri dari skor 3 (sedang) 5. Mencegah resistensi


4. Berikan terapi antibitoik yang tepat
ke skor 4 (ringan) dengan
skala nyeri 1 5. Anjurkan pasien menghabiskan 6. Mencegah infeksi
3. Cairan merembes dari antibiotik yang diresepakan berlanjut
balutan dari skor 3
(sedang) ke skor 4 (ringan) 6. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
dengan tanda balutan luka tanda dan gejala infeksi dan kapan
kering harus melaporkannya kepada tenaga
kesehatan
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Senin, 1 08.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien, DS : pasien 22.00 DK 1
05/07/2021 lokasi karakteristik dan durasi mengatakan nyeri S : pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi, nyeri berkurang setelah
nyeri terasa diberikan obat
seperti tersayat, O : pasien nampak
nyeri meberat saat meringis, skala nyeri 3
beraktivitas, skala A : masalah belum teratasi
nyeri 4, nyeri P : lanjutkan iintervensi
hilang timbul
DO : pasien
nampak meringis 22.00 DK 2
S : pasien mengatakan
1,2 10.00 Mengobservasi vital sign DS : pasien akan mencoba tidur
mengatakan nyeri O : ruangan tampak sejuk,
DO : TD = 100/80 skala nyeri 3
mmHg, N = 98 A : masalah belum teratasi
x/menit, S = P : lanjutkan intervensi
36,5°C
1,2,3 12.00 Memberikan terapi amoxan 500 DS : - 22.00 DK 3
mg, Asifit 1 tablet, moloco 1 DO : obat sudah S : pasien mengatakan
tablet, acetram 500 mg, diminum oleh nyeri pada luka operasi
dexketoprofen 25 mg, tramal 100 pasien, tramal O : tampak rembesan pada
mg sudah masuk balutan, N = 98x/menit,
lewat pantat, tidak skala nyeri = 3
ada alergi A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1,2 16.00 Mengajarkan terapi relaksasi DS : pasien
mengatakan
mengerti dengan
instruksi perawat
DO : pasien
tampak mampu
mengulang yang
diajarkan
3 17.00 Menganjrukan agar keluarga DS : -
mencuci tangan sebelum DO : keluarga
berkunjung tampak mencuci
tangan
1,2 19.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien DS : pasien
mengatakan
setelah diberikan
obat nyeri
berkurang
DO : pasien
tampak meringis
skala nyeri 3
1,2 21.00 Menciptakan lingkungan yang DS : pasien
nyaman mengatakan akan
mencoba tidur
DO : suhu rungan
sejuk, penerangan
redupp, tidak
tampak
keramaian, bayi
sudah tertidur
dikeranjang bayi
Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Selasa, 1 1,2,3 Mengobeservasi kondisi pasien DS : pasien 22.00 DK 1
06/07/2021 dan vital sign pasien mengatakan nyeri S : pasien mengatakn
berkurang, pola nyeri berkurang, skala
tidur membaik, nyeri berada pada angka 2
pasien hanya O : N = 85 x/menit, pasien
bangun saat bayi nampak meringis saat
haus berpindah
DO : TD = 100/80 A : masalah belum teratasi
mmHg, N = 88 P : lanjutkan intervensi
x/menit, S =
36,5°C, skala
nyeri 3
22.00 DK 2
1,2 10.00 Mengajarkan terapi relaksasi DS : pasien S : pasien mengatakan
mengatakan sudah mengantuk
mengerti dan O : pasien nampak
nyeri berkurang berbaring di bed,
DO : pasien penerangan redup
tampak sudah A : masalah belum teratasi
bisa melakukan P : lanjutkan intervensi
terapi dengan 22.00 DK 3
mandiri S:-
O : tidak ada pus, tampak
1,2,3 12.00 Melakukan kolaborasi DS : - rembesan, tidak ada
pemberian amoxan 500 mg, DO : obat sudah kemerahan
asifit 1 tablet, moloco 1 tablet, diminum oleh A : masalah belum teratasi
dexketoprofen 25 mg, tramal 100 pasien, tramal P : lanjutkan intervensi
mg sudah asuk lewat
pantat. Tidak ada
alergi obat
1,2 14.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien DS : pasien
mengatakan nyeri
berkurang, skala
nyeri 2
DO : pasien
nampak mampu
jalan sendiri

3 16.00 Melakukan perawatan luka DS : -


dengan teknik steril DO : tidak ada
pus, tampak
rembesan darah,
tidak ada
kemerahan

1,2,3 17.00 Mengkaji vital sign pasien DS : pasien


mengatakan
keluhan
berkurang, nyeri
yang dirasakan
berada pada
angka 2
DO : TD = 110/80
mmHg, N = 85
x/menit, S = 36°C

2 19.00 Mengingatkan kembali kepada DS : keluarga


keluarga untuk rajin mencuci mengatakan
tangan. sudah paham
langkah-langkah
cuci tangan
DO : keluarga
tampak
kooperatif, dan
terlihat mencuci
tangan dengan
handrub
1,2 22.00 Memberikan lingkungan yang DS : pasien
aman dan nyaman mengatakan
sudah mengantuk
DO : ruangan
tampak sejuk,
penerangan
redup, bayi
tampak tidur
disebelah pasien

Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Rabu, 1,2,3 07.00 Mengkaji vital sign nyeri pasien DS : pasien 08.00 DK 1
07/07/2021 serta pola tidur pasien mengatakan tidur S : pasien mengatakan
lebih nyenyak, nyeri berkurang dan
dan terbangun berada pada skala , pasien
hanya 2 kali saat sudah tidur lebih nyenyak
bayi haus, nyeri (skor 4)
berkurang dan O : pasien tampak tenang
(skor 4)
berada pada skala A : Tujuan tercapai
1 P : Pertahankan kondisi.
DO : TD = 100/80 Ajarkan kembali
mmHg, n = 78 intervensi yang bisa
x/menit, S = dilakukan dirumah seperti
36°C, pasien : relaksasi untuk anajeen
nampak tenang nyeri dan analgetik bila
nyeri semakin memberat

3 08.00 Melakukan perawatan luka DS : -


DO : tidak tampak 08.00 DK 2
rembesan, tidak S : pasien mengatakan
ada pus, tidak ada tidur lebih nyenyak,
kemerahan pasien hanya bangun 2
kali (skor 4)
O : pasien nampak jarang
terbangun (skor 4)
Skala nyeri 1 (skor 4)
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi.
Ajarkan kembali
intervensi yang bisa
dilakukan dirumah untuk
manajemen pola tidur
seperti :
- mengajarkan teknik
untuk meningkatkan
tidur pasien
- Menciptakan
lingkungan yang
aman bagi pasien

08.00 DK 3
S:-
O:
nadi = 78 x/menit (skor 4),
skala nyeri 1 (skor 4),
balutan kering (skor 4),
tidak ada pus dan
kemerahan (skor 4)
P : Tujuan tercapai
Ajarkan kembali
intervensi yang bisa
dilakukan dirumah untuk
mencegah adanya infeksi,
seperti rajin melakukan
cuci tangan, dan belajar
mengetahui tanda dan
gejalan infeksi

Anda mungkin juga menyukai