New LP ASKEP SC MINGUU 1
New LP ASKEP SC MINGUU 1
OLEH :
Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep
NIM. C2221127
Diajukan Oleh:
Ni Kadek Yudi Asmini, SST Dr. Ns.IGA Ratih Agustini, S.Kep. M.Kes
NIK. 1600001598 NIK.10.01.0038
Mengetahui
A. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.
1. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum, kelenjar
bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah (Rafiah, 2014).
a. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di
panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya
terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament
yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan.
Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Dari
bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis
inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan
Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai
kemampuan untuk mendorong jalan lahir (Rafiah, 2014).
b. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan
usia kehamilan (Rafiah, 2014).
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim (Rafiah, 2014).
3) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan – lapisan uterus meliputi endometrium, myometrium,
parametrium (Rafiah, 2014).
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral,
dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling
sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya
kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses
kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai
fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi
saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim. Tuba fallopi terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda
pada setiap bagiannya (Rafiah, 2014).
d. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulopelvicum. Ovarium terletak dilapisan belakang
ligamentum latum. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang
ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Indung telur
merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Indung
telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri
(Rafiah, 2014).
e. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini
sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya (Rafiah, 2014).
B. Pengertian
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
&Wiknjosastro, 2016).
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
Presentasi muka
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
D. Epidemiologi
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
F. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan
lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
c. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya Dextrose 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
2. Diet
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
3. Mobilisasi
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
pulang.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
institusi
c. Obat-obatan lain
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
H. Manifestasi klinis
situasi baru.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
5. Pemeriksaan elektrolit
J. Pathway
Insisi dinding
Luka post op. SC Tindakan anastesi
abdomen
Imobilisasi
Terputusnya
Risiko infeksi
inkonuitas jaringan,
pembuluh darah, dan Hambatan
daerah insisi
Kurangnya
kemampuan pasien
Merangsang untuk melakukan
pengeluaran histamin ADL
dan prostaglandin
Defisit
Nyeri akut
perawatan
diri
BAB II
A. Pengkajian
a. Sirkulasi
b. Integritas ego
kecemasan.
d. Neurosensori
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin
ada.
f. Pernapasan
g. Keamanan
h. Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: trauma jaringan dalam
secara verbal maupun non verbal, pasien melindungi daerah yang sakit.
lambat.
C. Intervensi
Manuaba, I.B. 2015. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC.
Manuaba, I.B. 2016. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue et al. 2018. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby.
A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.LM Nama Suami : Tn MB
Usia : 29 tahun Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pekerjaan : Wiraswasta Status Perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Raya Kuta
Diagnosa Medis Pasien : P3 A1 Post section caesaria
B. PENGKAJIAN
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi
Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Usia Menarche : 13 tahun
Siklus : teratur/tidak, 28 hari
Banyaknya : ± 100 cc
Karakteristik Menarche : warna merah, bau darah
Keluhan Keputihan : jarang ada
b. Masalah ginekologi
Riwayat penyakit menular seksual : Ada / Tidak, Jelaskan .
Pembedahan ginekologi : Pernah / Tidak, Jelaskan.............................................................
Keganasan ginekologi : Ya / Tidak, Jelaskan......................................................................
Pemeriksaan Papsmear : Ya / Tidak , Waktu pemeriksaan : tahun 2018
Hasil Pemeriksaan Papsmear : tidak ada masalah
Infertilitas : - Tahun
Mioma Uteri : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kista Ovarium : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Perdarahan pervaginam : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Keluhan lainnya : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Sebutkan……………………………………………………………………………..............
Riwayat Pernikahan
Umur menikah : 23 tahun
Usia pernikahan : 6 tahun
Pernikahan ke- : Pertama
Riwayat KB : IUD
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Tanggal Penyulit
Jenis Jenis BB Keadaan
No Lahir/ Penolong Selama Umur
Kelamin Persalinan lahir Saat ini
tahun Persalinan
6
1. 2015 Laki-laki SC Dokter 3400 KPD Hidup
tahun
Death
2. 2017 - - - - Meninggal -
conceptus
3
3. 2018 Laki-laki SC Dokter 3600 KPD Hidup
tahun
c. Bonding attachment :
Pemberian IMD
i. Nutrisi :
Asupan Nutrisi : Sesuai diet Rumah Sakit
Nafsu makan: Baik / Kurang / Tidak baik, Jelaskan ......................................................
Asupan Cairan :……………2000 cc………..…….. cukup/kurang
Masalah Khusus :………………Tidak ada...............…………………..........................
j. Eliminasi :
Urin: Kebiasaan BAK:………Ibu menggunakan selang kencing.........….................
BAK saat ini :………Isi urine bag ± 500 cc…………....Nyeri : Ya / Tidak
BAB: Kebiasaan BAB :…………1 kali dalam sehari…………............................
BAB saat ini :………Belum BAB…………… Konstipasi : Ya / Tidak
Masalah Khusus :…………Tidak ada.........…………………………............................
k. Istirahat tidur :
Pola tidur: Kebiasaan tidur, lama :……± 8……..jam, Frekuensi :………2 kali...................
Pola tidur saat ini : Pasien merasa tidak puas karena sering merasa terbangun tengah malam
dan tidurnya hanya 3-4 jam
Gangguan Tidur :……ada……… Ya / Tidak, Lokasi :……….Luka post operasi.................
Sifat :…Nyeri saat berjalan……….. Intensitas :………Hilang timbul...................................
Penyebab gangguan tidur :
Nyeri
Ayah :
Ayah selalu menemani bayinya dan ibu
Perineal care : pasien mengatakan sudah mengetahui untuk perianal yang benar dari atas ke
bawah
Nutrisi : pasien mengatakan paham dan sanggup memenuhi nutrisi yang baik untuk
anaknya
Senam Nifas : pasien mengatakan tidak tahu akan adanya senam nifas
Menyusui : pasien mengatakan menyusui namun belum tahu posisi yang benar untuk
bayinya
Kepala : a. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri tekan
b. Paru-paru : I = simetris
P = tidak ada nyeri tekan
P = resonan
A = vesikuler
c. Payudara : putting menonjol, areola mamae meluas, tidak ada varises, ASI belum
keluar
Fungsi Pencernaan :
Hari ini pasien belum BAB
b. Ekstremitas Bawah : Inspeksi : Tidak ada lesi, kaki belum bisa digerakkan
Microbiology
SARS-CoV-2 (Real Time-PCR)
TEST RESULT UNIT REFERENCE
RANGE
Specimen Type Swab Nasopharing I Negative Negative
Specimen to Result
Badung, 5…..Juli……2021
Mahasiswa,
HARI/ MASALAH
ANALISA DATA ETIOLOGI
TANGGAL KEPERAWATAN
Senin, DS : Pasien mengeluh nyeri Agen cidera fisik Nyeri akut
05/07/21 pada luka operasi, nyeri
terasa seperti tersayat-sayat,
nyeri hilang timbul, nyeri
memberat saat beraktivitas,
skala nyeri 4
DS : Pasien tampak
meringis saat bergerak,
pasien tampak gelisah,
N = 90 x/menit
Senin, DS : Pasien mengatakan Nyeri post operasi Gangguan pola tidur
05/07/21 tidak puas dengan pola
tidurnya, karena sering
terbangun pada malam hari.
Pasien hanya tidur 3-4 jam
DO : Pasien tampak
mengantuk
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik di buktikan dengan Pasien mengeluh nyeri
pada luka operasi, nyeri terasa seperti tersayat-sayat, nyeri hilang timbul, nyeri memberat saat
beraktivitas, skala nyeri 4. Pasien tampak meringis saat bergerak, pasien tampak gelisah, N =
90 x/menit
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi dibuktikan dengan pasien
mengatakan tidak puas dengan pola tidurnya, karena sering terbangun pada malam hari. Pasien
hanya tidur 3-4 jam, pasien tampak mengantuk.
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan terdapat luka post operasi pada perut, balutan tampak ada
rembesan
Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Senin, 1 08.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien, DS : pasien 22.00 DK 1
05/07/2021 lokasi karakteristik dan durasi mengatakan nyeri S : pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi, nyeri berkurang setelah
nyeri terasa diberikan obat
seperti tersayat, O : pasien nampak
nyeri meberat saat meringis, skala nyeri 3
beraktivitas, skala A : masalah belum teratasi
nyeri 4, nyeri P : lanjutkan iintervensi
hilang timbul
DO : pasien
nampak meringis 22.00 DK 2
S : pasien mengatakan
1,2 10.00 Mengobservasi vital sign DS : pasien akan mencoba tidur
mengatakan nyeri O : ruangan tampak sejuk,
DO : TD = 100/80 skala nyeri 3
mmHg, N = 98 A : masalah belum teratasi
x/menit, S = P : lanjutkan intervensi
36,5°C
1,2,3 12.00 Memberikan terapi amoxan 500 DS : - 22.00 DK 3
mg, Asifit 1 tablet, moloco 1 DO : obat sudah S : pasien mengatakan
tablet, acetram 500 mg, diminum oleh nyeri pada luka operasi
dexketoprofen 25 mg, tramal 100 pasien, tramal O : tampak rembesan pada
mg sudah masuk balutan, N = 98x/menit,
lewat pantat, tidak skala nyeri = 3
ada alergi A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1,2 16.00 Mengajarkan terapi relaksasi DS : pasien
mengatakan
mengerti dengan
instruksi perawat
DO : pasien
tampak mampu
mengulang yang
diajarkan
3 17.00 Menganjrukan agar keluarga DS : -
mencuci tangan sebelum DO : keluarga
berkunjung tampak mencuci
tangan
1,2 19.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien DS : pasien
mengatakan
setelah diberikan
obat nyeri
berkurang
DO : pasien
tampak meringis
skala nyeri 3
1,2 21.00 Menciptakan lingkungan yang DS : pasien
nyaman mengatakan akan
mencoba tidur
DO : suhu rungan
sejuk, penerangan
redupp, tidak
tampak
keramaian, bayi
sudah tertidur
dikeranjang bayi
Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Selasa, 1 1,2,3 Mengobeservasi kondisi pasien DS : pasien 22.00 DK 1
06/07/2021 dan vital sign pasien mengatakan nyeri S : pasien mengatakn
berkurang, pola nyeri berkurang, skala
tidur membaik, nyeri berada pada angka 2
pasien hanya O : N = 85 x/menit, pasien
bangun saat bayi nampak meringis saat
haus berpindah
DO : TD = 100/80 A : masalah belum teratasi
mmHg, N = 88 P : lanjutkan intervensi
x/menit, S =
36,5°C, skala
nyeri 3
22.00 DK 2
1,2 10.00 Mengajarkan terapi relaksasi DS : pasien S : pasien mengatakan
mengatakan sudah mengantuk
mengerti dan O : pasien nampak
nyeri berkurang berbaring di bed,
DO : pasien penerangan redup
tampak sudah A : masalah belum teratasi
bisa melakukan P : lanjutkan intervensi
terapi dengan 22.00 DK 3
mandiri S:-
O : tidak ada pus, tampak
1,2,3 12.00 Melakukan kolaborasi DS : - rembesan, tidak ada
pemberian amoxan 500 mg, DO : obat sudah kemerahan
asifit 1 tablet, moloco 1 tablet, diminum oleh A : masalah belum teratasi
dexketoprofen 25 mg, tramal 100 pasien, tramal P : lanjutkan intervensi
mg sudah asuk lewat
pantat. Tidak ada
alergi obat
1,2 14.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien DS : pasien
mengatakan nyeri
berkurang, skala
nyeri 2
DO : pasien
nampak mampu
jalan sendiri
Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Rabu, 1,2,3 07.00 Mengkaji vital sign nyeri pasien DS : pasien 08.00 DK 1
07/07/2021 serta pola tidur pasien mengatakan tidur S : pasien mengatakan
lebih nyenyak, nyeri berkurang dan
dan terbangun berada pada skala , pasien
hanya 2 kali saat sudah tidur lebih nyenyak
bayi haus, nyeri (skor 4)
berkurang dan O : pasien tampak tenang
(skor 4)
berada pada skala A : Tujuan tercapai
1 P : Pertahankan kondisi.
DO : TD = 100/80 Ajarkan kembali
mmHg, n = 78 intervensi yang bisa
x/menit, S = dilakukan dirumah seperti
36°C, pasien : relaksasi untuk anajeen
nampak tenang nyeri dan analgetik bila
nyeri semakin memberat
08.00 DK 3
S:-
O:
nadi = 78 x/menit (skor 4),
skala nyeri 1 (skor 4),
balutan kering (skor 4),
tidak ada pus dan
kemerahan (skor 4)
P : Tujuan tercapai
Ajarkan kembali
intervensi yang bisa
dilakukan dirumah untuk
mencegah adanya infeksi,
seperti rajin melakukan
cuci tangan, dan belajar
mengetahui tanda dan
gejalan infeksi