Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tentang
KONFLIK DAN PERBAIKAN YANG TERKAIT DENGAN
IDEOLOGI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. AINUN BAZIRAH
2. AULIA PUTRI
3. ADE IRMA
4. FITRI HANDAYANI
5. GUFRAN
6. KURATUL AYU
7. NURHIDAYAH
8. YUNI KARTIKA

DIBIMBING OLEH:
FURKAN, S.Pd

SMAS KAE WOHA BIMA


TAHUN AJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahnya yang
telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak / Ibu yang telah membimbing dalam membuat
makalah ini.
Akan tetapi, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini masih dikatakan jauh dari sempurna.
Maka dari itu, kami harapkan pembaca dapat memaklumi serta memberi kritik dan saran
yang membangun demi terwujudnya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Bima, 28 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konflik ideology .................................................................................................... 3
B. Konflik Ideologi Menjelang Proklamasi ................................................................ 5
C. Korupsi Sebagai Bentuk Penyimpangan Ideologi Pancasila .................................. 7
D. Upaya untuk Memberantas Korupsi ....................................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ideologi sebagai keyakinan yang diperjuangkan, penganutnya rela berkorban demi
perjuangan ideologinya. Oleh sebab itu ideologi tidak pernah mati sepanjang sejarah
perkembangan masyarakat. Di dunia dewasa ini hanya ada dua idologi yaitu kapitalisme dan
sosialisme. Dua ideologi itu konflik antagonis sepanjang masa. Dengan konflik itu
melahirkan kemajuan ilmu sosial yang makin berkembang maju dan melahirkan
berbagai paradigma baru.
Pada masa menjelang kemerdekaan sampai munculnya pemberontakan PKI pada
tahun 1965 panggung sejarah Indonesia lebih banyak diwarnai ketegangan antara kelompok
nasionalis dengan kelompok Islam ketimbang Islam dengan Kristen. Namun begitu, tidak
bisa dikatakan bahwa pada masa ini sama sekali tidak ada ketegangan antara Islam dengan
Kristen. Perjuangan para elit Islam untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara yang
kemudian melahirkan Piagam Jakarta menyebabkan suatu pergulatan yang tiada henti-
hentinya antara kelompok nasionalis (yang tidak menghendaki Islam sebagai dasar Negara
termasuk di dalamnya wakil Kristen).
 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau
cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat
dan bangsa Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR tentang
P4, ditegaskan bahwa Pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila bersumber dari nilai-nilai
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat-istiadat, serta dalam agama-agama
bangsa Indonesia. sehingga dapat diartikan bahwa pancasila mencerminkan kepribadian dan
karakteristik bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konflik ideology?
2. Apa aja Konflik Ideologi Menjelang Proklamasi?
3. Bagaimana Korupsi Sebagai Bentuk Penyimpangan Ideologi Pancasila?
4. Bagaimana Upaya untuk Memberantas Korupsi?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang konflik ideology
2. Untuk menjelaskan tentang Konflik Ideologi Menjelang Proklamasi
3. Untuk menjelaskan tentang Korupsi Sebagai Bentuk Penyimpangan Ideologi Pancasila
4. Untuk menjelaskan tentang Upaya untuk Memberantas Korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konflik Ideologi
Berbagai ideologi berkembang di Indonesia sejalan dengan perkembangan Indonesia
menuju kemerdekaannya. Keberagaman pemikiran ini turut membangun Indonesia yang ada
sekarang ini. Ideologi-ideologi yang berkembang di Indonesia diawali oleh, Nasionalisme
Modern, dengan munculnya sekelompok kecil mahasiswa dan cendekiawan muda yang
menganggap dunia modern sebagai tantangan terhadap masyarakat dan menganggap diri
mereka sebagai pemimpin di masa depan (Feith & Castles, 1998).
Nasionalisme kemudian lahir dari kaum cendekiawan yang mulai memiliki perhatian
khusus terhadap kemajuan dan kebebasan Indonesia. Dimana dalam hal ini direfleksikan
dengan munculnya berbagai pergerakan nasional di Indonesia. Cendekiawan-cendekiawan ini
berdiskusi mengenai Indonesia yang dijajah oleh Barat dan mulai berpikir untuk mencari cara
untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Kaum-kaum terpelajar ini kemudian
membangkitkan nasionalisme Indonesia. Dengan semangat nasionalisme yang dibawa,
perjuangan untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan dan mencapai Indonesia merdeka
semakin kuat.

5. Ideologi – Ideologi yang berkembang di Indonesia


Menurut Ir. Soekarno terdapat tiga ideologi yang berkembang di Indonesia, yaitu
nasionalisme, islamisme, dan marxisme. Tiga ideologi ini dapat berjalan beriringan dengan
pemikiran dari kaum nasionalis yang mengendaki hidup menjadi satu. Ketiga ideologi itu
berkembang di indonesia karena peran ketiga ideologi itu sebagai pandangan yang menaungi
berbagai organisasi yang ada di Indonesia, menurut Ir. Soekarno (1964) dalam beberapa hal
marxisme, nasionalisme, dan islamisme menutupi ideologi satu dengan yang lain. Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa ketiga ideologi itu menjadi tak terpisahkan dalam perkembangan
ideologi yang ada di indonesia, karena satu ideologi dengan yang lainnya saling mengisi.

b. Ideologi Nasionalisme
Ideologi Nasionalisme berkembang dengan cepat di Indonesia, hal ini tak lepas dari
semangat yang dibawa oleh ideologi ini. Nasionalisme membawa semangat tentang kesetiaan
dan perjuangan setiap indiviu kepada bangsanya. Hal ini lah yang membuat nasioalisme
kemudian berkembang dengan sangat pesat di Indonesia pada saat itu, karena ideologi ini
muncul dan berkembang tepat disaat Indonesia sedang berusaha memperjuangkan
kemerdekaannya dan  ideologi ini kemudian berkembang mulai dari pejuang kedaerahan
sampai ke cendekiawan nasional. Bagi cendekiawan sendiri nasionalisme membawa
semangat lain, selain tentang kecintaan dan semangat perjuangan terhadap bangsanya.

c. Ideologi Islamisme
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ketiga ideologi ini saling menutupi
atau bahkan saling berkorelasi dengan ideologi lainnya. Di dalam  ideologi islamisme
terdapat semangat nasionalisme didalamnya. Karena dalam ideologi ini, tercermin pula
nasionalisme islam  atau  negara islam. Dan didalam islam sendiri terdapat kepercayaan 
untuk menciptakan persatuan dan mencintai bangsanya. Karena bagi muslim atau pemeluk
agama islam, dimanapun kaum ini berada dan bermukim, mereka akan tetap menjadi bagian
dari kaum islam yang ada di dunia. Semangat persatuan dan kecintaan itulah yang kemudian
membuat islamisme berkorelasi dengan nasionalisme. Dan menurut Ir. Soekarno (1964)
dimanapun orang islam bertempat, disitulah ia harus mencintai dan bekerja untuk keperluan
negri itu dan  rakyatnya. Dengan kata lain, umat islam dalam semangat ideologi islamisme ini
dituntut untuk mengabdikan diri semaksimal mungkin kepada negara yang ditempati.
Perjuangan para elit Islam untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara yang
kemudian melahirkan Piagam Jakarta menyebabkan suatu pergulatan yang tiada henti-
hentinya antara kelompok nasionalis (yang tidak menghendaki Islam sebagai dasar Negara.
termasuk di dalamnya wakil Kristen) berhadapan dengan kelompok Islam dari masa
menjelang kemerdekaan sampai dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

d. Ideologi Marxisme
Ideologi marxisme juga merupakan sebuah  ideologi yang berkembang di indonesia.
Ideologi ini muncul dan berkembang di negara-negara Eropa atas dasar pemikiran Karl Marx
dan tokoh-tokoh marxisme lainnya. ideologi marxisme ini sesungguhnya adalah sebuah
ideologi yang erat kaitannya dengan ideologi sosialis atau bahkan ke ideologi komunis. Hal
itu dikarenakan ideologi ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas, yaitu
masyarakat yang setara,tidak ada perbedaan kelas dan tidak ada eksploitasi dari kaum yang
kuat ke kaum yang lemah . Dalam perkembangannya di Indonesia, ideologi ini menjadi salah
satu alasan munculnya komunisme di indonesia, ditandai dengan kemunculan PKI atau Partai
Komunis Indonesia. Partai ini pada eranya mampu mempengaruhi sistem perpolitikan
Indonesia dengan masuk dan ikut berkompitisi di Pemilu. Namun ketika ideologi ini dinilai
sudah menkhawatirkan dan mulai memunculkan pemberontakan di sejumlah daerah di
Indonesia, ideologi kemudian mulai dihilangkan dengan adanya pembubaran PKI.
Perkembangan tiga ideologi yang ada di Indonesia diwarnai dengan banyak sejarah
dan proses yang  mempengaruhi bangsa ini. Meskipun pada penjelasan sebelumnya dikatakan
bahwa ketiga ideologi ini saling menutupi atau bahkan saling berkorelasi, hal itu tidak saja
memungkinkan timbulnya pergolakan atau bahkan sebuah konflik. Dijelaskan oleh Feith
(1988) bahwa dalam  perkembangan ketiga ideologi itu di Indonesia dilalui oleh banyak
konflik yang dipicu oleh perbedaan dasar-dasar ideologi di Indonesia.

B. Konflik Ideologi Menjelang Proklamasi


Pada akhir masa penjajahan Jepang elit modern politik Indonesia terbagi dalam
beberapa kelompok: Islam yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, komunis, dan
Kristen. Masing-masing kelompok ini mengusung ideologinya sendiri-sendiri. Namun dalam
perjuangan ideology negara faksi-faksi ini bisa disederhanakan menjadi dua kelompok.
Kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan agama yaitu kelompok Islam dan
kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan ideologi non-agama yaitu kelompok
nasionalis. Akibatnya ketegangan pada masa sekitar proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia lebih banyak disebabkan oleh perbedaan ideologi negara dan ketegangan tersebut
hanya terjadi pada tingkat elit politik para pendiri negara. Hal ini tampak pada perumusan
ideologi negara Republik Indonesia yang akan dibentuk.
Namun keputusan ini tidak berarti mengakhiri perdebatan yang ada. Dalam rapat-
rapat berikutnya terdapat keberatan-keberatan baik yang berasal dari Kristen maupun orang
Islam yang berpendidikan barat. (Maarif 1985:208). Namun keberatan-keberatan ini dapat
dikendalikan oleh Soekarno. Kemenangan kubu Islam ini berubah ketika pada tanggal 18
Agustus 1945 tepat sehari setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Atas keberatan
dari kelompok nasionalis dan orang Kristen dari Indonesia bagian Timur tujuh kata dalam
Piagam Jakarta tersebut dihapus dari naskah pembukaan UUD 1945. Karena yang dianggap
penyebab pertama pencoretan tujuh kata ini adalah orang Kristen maka peristiwa ini menjadi
titik awal ketegangan antara Islam dengan Kristen. Peristiwa tersebut menyebabkan sejumlah
kelompok Islam merasa dikhianati. Kekalahan ini oleh generasi Islam berikutnya dipandang
sebagai kekalahan dan kelemahan politik wakil-wakil umat Islam (Maarif 1985:109).
Natsir melihat keberatan orang Kristen dari Indonesia Timur tersebut disebut sebagai
ultimatum.
Isi pesan itu pendek saja. Yaitu: ada 7 kata yang tercantum dalam Muqaddimah
Undang-undang Dasar Republik, yang harus dicabut, katanya. Kalau tidak, Umat Kristen di
Indonesia sebelah Timur “tidak akan turut serta dalam negara Republik Indonesia”, yang
baru diproklamirkan itu. Tujuh kata-kata itu berbunyi: ...... “dengan kewajiban menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk pemeluknya”. Utusan tersebut tidak untuk mengadakan diskusi
tentang persoalannya. Hanya menyampaikan satu peringatan. Titik!. Tak perlu bicara lagi.
Terserah apakah pesan diterima atau tidak. Asal tahu apa konsekuensinya. Ini berupa
ultimatum (Natsir 1991:45).
Peristiwa ini menjadi salah satu ingatan buruk bagi kelompok Islam yang
Menginginkan Indonesia berdasar Syariat Islam. Meskipun tidak terjadi konflik terbuka
secara langsung Islam dengan Kristen, namun peristiwa ini menjadi faktor yang sangat
menentukan bagi  hubungan Islam-Kristen di Indonesia pada masa mendatang. Masalah
Piagam Jakarta ini menjadi salah satu faktor penting penyebab disharmonis hubungan Islam-
Kristen pada masa pasca-kolonialisme.
Bentuk kekecewaan umat Islam pada keputusan tersebut muncul kepermukaan dalam
bentuk pemberontakan di beberapa daerah dengan tujuan mendirikan negara Islam. Misalnya,
di Jawa Barat Kartosuwirjo pada tanggal 7 Agustus 1949 memproklamasikan Negara Islam
Indonesia.6 Kahar Muzakar mengadakan pemberontakan di Sulawesi Selatan pada tahun
1952 dan Daud Beure’eh memproklamasikan Negara Islam di Aceh sebagai bagaian dari
Negara Islam Indonesia yang diproklamasikan oleh Kartosuwirjo. Namun, pemberontakan-
pemberontakan ini justru melemahkan perjuangan politik Islam pada masa Orde Baru dan
menguntungkan bagi kelompok  Kristen karena penguasa Orde Baru selalu curiga terhadap
politik Islam.
Hal ini tampak pada kebijakan militer Orde Baru yang memerangi kekuatan “ekstrim
kiri” (komunis) dan “ekstrim kanan” (separatis Muslim). Pada masa Pemilu 1955 perbedaan-
perbedaan antar kelompok di seluruh ranah tanah air lebih dipertajam dan dipertegas lagi
lewat pembentukan partai politik. Karena partai politik tidak hanya melibatkan kelompok elit
tetapi juga dukungan massa maka jika pada masa seputar proklamasi kemerdekaan RI yang
bersitegang hanya ditingkat elit, pada masa pasca-pemilu 1955 ketegangan tersebut
melibatkan seluruh komponen kelompok masyarakat Indonesia termasuk perbedaan
komponen kelompok keagamaan. Hal ini diperparah ketika banyak partai politik mengusung
bendera agama. Sehingga konflik politik selalu tumpang tindih dengan konflik agama, begitu
juga sebaliknya.
C. Korupsi Sebagai Bentuk Penyimpangan Ideologi Pancasila
Salah satu bentuk penyimpangan pancasila sebagai ideologi yakni korupsi dana negara
yang mengakibatkan ketidakstabilan dana prasarana negara. Selain itu, korupsi yang
merajalela merusak karakteristik bangsa Indonesia. Menjadikan nama Indonesia dikenal
buruk di mata dunia.
Setiap tahunnya Koalisi Anti Korupsi Internasional, Transparency International merilis
survei tahunan mereka akan negara yang paling korup di dunia. Menurut Transparency
International, Indonesia menduduki peringkat 90 dari 176 negara di dunia. Dalam kurun
waktu 6 bulan mulai 1 Januari hingga 30 Juni 2017, Indonesia Corupption Watch (ICW)
mencatat ada 226 kasus korupsi. Kasus dengan jumlah tersangka 587 orang itu merugikan
negara Rp 1,83 triliun dan nilai suap Rp 118,1 miliar. 226 kasus korupsi tersebut ditangani 3
aparat penegak hukum yakni Kejaksaan, Kepolisian dan KPK. Ada sebanyak 135 kasus
ditangani Kejaksaan, 109 kasus kepolisian, dan 21 kasus ditangani KPK. ICW menemukan
paling banyak kasus tersebut bermodus pungutan liar dengan jumlah 55 kasus. Kasus ini,
yang paling rentan adalah lembaga pemerintah daerah. 121 kasus korupsi dilakukan di
lembaga Pemda mulai dari tingkat Kabupaten/Kota hingga Provinsi.
Pada tanggal 07 Oktober 2017, KPK menahan dua tersangka dugaan suap kepala
pengadilan tinggi manado. Adapun keduanya adalah  (Ketua Pengadilan Tinggi Manado) dan
(Anggota DPR RI Komisi XI periode 2014 – 2019). Tersangka pertama diduga sebagai
penerima, disangkakan melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b atau huruf c atau pasal 6 ayat
(2) atau pasal 5 ayat (2) atau pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001. Sedangkan, tersangka kedua diduga sebagai pemberi disangkakan
melanggar asal 6 ayat (1) huruf a atau pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf b atau pasal 13
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Pada tanggal 16 September 2017, dunia maya dihebohkan dengan beredarnya salah satu
adegan “Girlboss” yang dianggap telah menyindir Indonesia. Adegan itu bermula saat salah
satu pemain perempuan di serial itu berada di sebuah toko. Dia berencana membeli buku
tentang menjalankan bisnis, namun karena harganya mahal, dia malah mencurinya. Agar tak
ketahuan, dia menuju ke kasir untuk membeli benda lain yang lebih murah dan meminta resi.
Dia juga meminta tas dengan alasan tempat penyimpanan bukunya penuh. Dia mengaku
suaminya tak suka bila dia membaca buku.
Selesai 'bertransaksi', si perempuan langsung pergi meninggalkan kasir. Saat hendak
meninggalkan toko, dia ternyata dikejar oleh petugas keamanan. Petugas itu memintanya
berhenti untuk menanyakan buku yang dibawa oleh di perempuan.
"Hey miss, aku lihat buku itu. Kamu mencurinya," kata petugas keamanan.
Si perempuan terus berjalan namun si petugas tidak berhenti mengejarnya. "Aku yakin kamu
tidak membayarnya," kata petugas itu lagi.
"Aku membayarnya," kata perempuan itu.
"Aku ingin lihat resinya," kata si petugas.
Karena kesal, si perempuan itu lalu berhenti. " Aku muak selalu dicurigai karena aku mirip
orang Indonesia," ujarnya.
Adegan dalam film tadi bisa saja dibuat tanpa ada maksud tertentu. Namun pelajaran
yang diambil yakni apakah seburuk itu moral bangsa Indonesia di mata dunia? Karakter
bangsa Indonesia sudah seharusnya dipertanyakan. Hal ini tentu saja menjadi alasan bangsa
Indonesia untuk menginteropeksi diri jika memang Indonesia ingin menjadi bangsa yang
maju dan bersaing di kancah internasional.

D. Upaya untuk Memberantas Korupsi


1. Memberantas budaya korupsi
Memberantas korupsi tidak hanya dari sisi represif saja, akan tetapi dapat
dilakukan dari sisi budaya hukum, yaitu meniadakan budaya hukum untuk tidak
berkorupsi. Kita lihat bersama korupsi telah berakar di kalangan masyarakat, bahkan
dapat dijadikan sebagai bahan legitimasi persoalan, dengan cara dilakukan korupsi
meskipun kecil-kecilan, namun perbuatan ini sudah membudaya, tentu tidak dapat
ditoleransi. Masyarakat harus dibangun sedemikian rupa budaya hukum yang tidak
sehat itu jangan diberi kesempatan. Dapat dilakukan secara sistemik dengan
kesepakatan bersama, melalui jalur agama, seni, etiket good governance dan cleant
govermen maupun good corporate governance, dimanapun sistem sosial dilakukan oleh
masyarkat. KPK membangun image dalam benak masyarakat, bahwa korupsi itu adalah
perbuatan terkutuk, berdosa, merusak pembangunan. Budaya hukum yang sehat dapat
mengurangi budaya korupsi di masyarakat.

2. Sistem penggajian
Harus ada reformasi dari sistem penggajian di kalangan pegawai pemerintah,
terutama di kalangan penegak hukum, karena pendapatan adalah gantungan hidup. Ini
harus dilakukan segera, KPK harus memberikan saran tersebut kepada Pemerintah dan
Legislatif. Mengingat tingkat kesejahteraan pegawai sangat rendah, terutama pegawai
pemerintah termasuk dalam hal ini para penegak hukum. Jangan sampai untuk
menutupi kebutuhan kesejahteraan, para pegawai itu, mereka melakukan perbuatan
menyimpang ketika melakukan pelayanan. Kata Susan Rose-Ackerman, dalam buku
seri tejemahan berjudul ”Korupsi & Pemerintahan” penerbit  Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta 2006, cetakan pertama, pada  halaman 101 mengatakan ”Jika gaji pemerintah
rendah, maka korupsi menjadi andalan untuk bertahan hidup”.

3. Sistem Pengawasan yang efektif


Sistem pengawasan ini juga haruslah direformasi dan menjadi bagian rencana
aksi dari KPK untuk menciptakan sistem pengawasan yang efektip baik secara internal
dan eksternal. Sistem pengawasan yang selama ini terjadi bersifat  hangat-hangat tahi
ayam, tidak efektip, seadanya. Sistem pengawasan sebagian besar tidak begitu disukai,
dan tidak merupakan dari bagian menejemen kelembagaan, metodanya tidak up to date,
terutama di kalangan pemerintahan. Diutamakan reformasi itu adalah pengawasan
internal, sebab pengawasan internal dapat mendeteksi secara dini, atas penyimpangan
tugas, pokok dan fungsi menejemen.

4. Penegakan Hukum yang serius


Penegakan hukum dibidang Tindak Pidana Korupsi, adalah memerlukan tangan-
tangan yang trampil dan profesional, sehingga norma dapat dilakukan dengan baik.
Namun di beberapa tempat masih terdapat penegakan hukum yang tidak serius, yang
disebabkan oleh sikap KKN, intervensi dari berbagai kalangan, yang menyebabkan
penegak hukum tidak berdaya, sehingga penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana
mestinya. KPK sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh UU no 30 tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dapat menjadi motivator,
fasilitator penegakan hukum korupsi, sehingga turunnya KPK di kalangan penegakan
hukum, tidak hanya dalam hal pengawasan pelaksanaan penyidikan dan penuntutan,
tetap juga melakukan pengawasan di sistem pengadilan. Juga memberikan sistem
pelatihan dan dengan petugas KPK sendiri, sehingga mencapai mampu dan trampil di
dalam melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan kasus Tipikor. Regulasi
juga harus serius di dalam memberikan dampak positip, hukumannya harus diperberat,
baik pidana maupun perdatanya. Karena pola penghukuman masih dipandang ringan
oleh para pelaku, sehingga tidak memberikan efek jera yang serius.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ideologi yang berkembang dalam indonesia pada awal-awal perjuangan dan perebutan
kemerdekaan pada awalnya dimunculkan oleh beberapa penyebaran, salah satunya
cendekiawan Indonesia yang belajar di Eropa. Ideologi itu adalah Nasionalisme, Islamisme
dan Marxisme.
Sejak masa awal kemerdekaan sampai masa munculnya pemberontakan PKI pada
tahun 1965 banyak diliputi ketegangan antara kelompok Islam dengan kelompok nasionalis.
Perjumpaan antara kedua kekuatan tersebut terjadi misalnya dalam perumusan dasar negara
RI yang akan dibentuk. Kelompok Islam menghendaki Syariat Islam sedang kelompok yang
lain menghendaki dasar negara yang bebas dari primordialisme agama yaitu Pancasila. Debat
tentang dasar negara tersebut kemudian diakhiri dengan satu modus dengan merumuskan
gentlemen’s agreement tentang Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang kemudian
dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Namun sehari setelah Indonesia merdeka atas
keberatan dari kelompok nasionalis dan Kristen dari Indonesia Timur maka ketujuh kalimat
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tersebut dihapus. Pada saat inilah bibit
ketegangan antara Islam dengan Kristen mulai muncul.
Dampak utama dari penyimpangan pancasila sebagai ideologi adalah terkikisnya moral
bangsa. Karakteristik bangsa yang ideologinya sudah tidak diterapkan, perlu ditanyakan
kembali. Upaya untuk melakukan tindakan pencegahan penyimpangan ideologi pancasila
adalah menanamkan nilai-nilai pancasila kepada setiap generasi agar tumbuhlah rasa
tanggung jawab menjalankan pancasila sebagai ideologi. Setelah itu, penerapan pancasila
sebagai ideologi bisa dilaksanakan secara maksimal baik dalam konteks sosial, hukum,
maupun ekonomi.

B. Saran
Setiap hal tergantung pada individu masing-masing. Jika individu tersebut bersikap
acuh pada pancasila, meski sudah diberi pemahaman berkali-kali maka akan sia-sia. Oleh
karena itu diharapkan setiap warga negara merasa memiliki tanggung jawab untuk
memahami nilai-nilai pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. 
DAFTAR PUSTAKA

Feith, Hembert dan L. Castles. ed. 1988. “Pengantar”, dalam Pemikiran Politik Indonesia
1945-1965, Jakarta: LP3ES.
Ir.Soekarno. 1964. “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, dalam Dibawah Bendera
Revolusi, Jakarta: Departemen Penerangan.
Maarif, Ahmad Syafii.1985 Studi tentang Percaturan dalam Konstituante: Islam dan Masalah
Kenegaraan. Jakarta: LP3ES.
Natsir, M.1969 Islam dan Kristen di Indonesia. Bandung: Peladjar dan Bulan Sabit.
KPK. 27 Juli 2017. KPK Tahan Dua Tersangka Dugaan Suap Kepala Pengadilan Tinggi
Manado. KPK. https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/4082-kpk-tahan-dua-tersangka-
dugaan-suap-kepala-pengadilan-tinggi-manado. Diakses pada 27 Juli 2019

Muliana, Vina A. 25 Januari 2017. Daftar Negara Paling Korup se-Asia Pasifik, RI Nomor
Berapa?. Liputan6.com. http://bisnis.liputan6.com/read/2836949/daftar-negara-paling-korup-
se-asia-pasifik-ri-nomor-berapa. Diakses pada tanggal 27 Juli 2019

Yunita, Ken. 16 September 2017. Ini Adegan Soal Indonesia di 'Girlboss' yang Bikin Netizen Heboh.
DetikHOT. https://hot.detik.com/tv-news/d-3646244/ini-adegan-soal-indonesia-di-girlboss-yang-bikin-
netizen-heboh. Diakses pada 10 Oktober 2017

Pribadi, Slamet. Korupsi dan Upaya Strategis Pemberantasanya.


https://slametpribadi99.wordpress.com/2011/12/14/9/. Diakses paa tanggal 27 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai