a. Riska - 123: Karies yang meluas dan tidak dirawat dapat mengakibatkan hilangnya mahkota gigi
sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) atau disebut juga sebagai gangren radix. Novi Wiantari
N.P., dkk. Gambaran Perawatan Pencabutan Gigi dan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi II. BDJ. 2018;02(02): 100-104
b. Ramadhoni - 119 : gigi dengan kondisi sisa akar yang kronis menyebabkan jaringan periapikal rentan
infeksi (ganren radiks) karena jaringan pulpa yang mati merupakan media yg baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme.
Yuwono B. PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN
RADIK).Stomatognatic (J.K.G Unej). 2010; (7)2; 89-95
c. Salsabila - 125 : Suatu keadaan dimana gigi sudah tinggal akarnya atau mahkota gigi sudah hilang
sampai batas garis servikal. Proses terjadinya gangren radiks diawali oleh proses karies, dengan
adanya karies yang mengenai email (karies superfisial) selanjutnya proses berlanjut menjadi karies
pada dentin (karies media). Hal ini disebabkan karena sisa akar yang tidak dicabut bisa membuat tidak
nyaman pada pasien.
Hardadi M, et al. Gambaran Tindakan Pencabutan Gigi Tetap Di Puskesmas Tinumbala Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung Tahun 2013.[Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi. 2013
2. PERSISTENSI
a. Rai - 118: Persistensi gigi sulung (gigi susu) adalah suatu keadaan gigi sulung masih
berada di mulut dan belum tanggal, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya
sudah tumbuh. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang, dan
bisa ditemukan pada gigi mana saja. Gerry Ade Soecipto, “GAMBARAN KASUS
PERSISTENSI GIGI PADA ANAK SD NEGERI 3 SIRAH PULAU PADANG TAHUN 2018,”
Repository Poltekkes Kemenkes Palembang, accessed November 6, 2021
b. Salsabila - 125: Keadaan dimana gigi tetap muncul sementara gigi susu masih ada dan
tidak goyang sama sekali, yang disebabkan benih gigi tetap tidak terletak persis di
bawah gigi susu yang digantikannya melainkan terletak di depan atau di belakang gigi
susu, sehingga bisa timbul variasi. Penyebab persistensi yaitu lambatnya resorbsi akar
gigi susu dan posisi abnormal benih gigi permanen serta gangguan nutrisi.
Pratiwi Ari, Siti Sulastari dan Siti Hidayati, 2014. “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua Tentang Jadwal Pertumbuhan Gigi Dengan Kejadian Persistensi Gigi Anak
6-10 Tahun di SDN Wojo 1 Bantul”. Jurnal Gigi dan Mulut. Volume 1, No 1.
3. HIPERTENSI
a. Safina - 124: Menurut Join National Committee dalam The Eighth Report of Join
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure menyatakan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu
keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥140 mmHg (sistolik) an/atau ≥ 90 mmHg.
Ansar J, Dwinata I, M Apriani. Determinan Kejadian Hipertensi pada Pengunjung
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan. 2019;1(3).
b. Putu - 116: Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan silent killer karena pada
sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun. Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13 – 50
tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun.
Pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan
keadaan tersebut (WHO, 2005). Saputra B, Rahayu, Indrawanto I. PROFIL PENDERITA
HIPERTENSI DI RSUD JOMBANG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011. 2013; Vol 9 (2): 116
c. Patricia - 114: Menurut AHA, American College of Cardiology (ACC), san American
Society of Hypertension mendefinisikan hipertensi memiliki tekanan darah sistolik
(SBP) >130 mm Hg atau tekanan darah diastolik (DBP) >80 mm Hg. Glick M, dan Chair
4. ERUPSI
a. Puti - 115: Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan tanda
klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah, sedangkan
periodontitis ditandai dengan kehilangan perlekatan dan pembentukan pocket yang
disebabkan oleh perkembangan bakteri patogen dan penurunan mekanisme
pertahanan diri pasien. Nisa TD dan Primartha R. Diagnosis Penyakit Gigi Periodontal
Menggunakan Sistem Pakar Fuzzy. Jurnal Generic. 2014 : 9 (1). Hal :309
b. Rafi - 117: suatu inflamasi / oeradangan yg melibatkan jar lunak yaitu gingiva, gambaran
klinisnya merah pd margin gingiva, terdapat pembesaran pemb darah di subepitel bs jg
krn ada hilangnya keretinisasi dan pendarahan pd gingiva penyebabnya ada utama dan
predisposisi. Utama: penumpukan plak . mikroorganisme predisposisi: lokal spt karies /
restorasi, sistemik. Diah, Widodorini T., dan Nugraheni N. E. PERBEDAAN ANGKA
KEJADIAN GINGIVITIS ANTARA USIA PRA-PUBERTAS DAN PUBERTAS DI KOTA MALANG.
E-Prodenta Journal of Dentistry. 2018; 2(1): 108-115.
7. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
a. Ramadhoni - 119: Pemeriksaan ekstra oral meliputi: kepala, muka, leher, mata, bibir, kelenjar liur,
temporomandibular joint, otot-otot ekstra oral ini, yang perlu diamati: apakah ada perubahan
warna, tekstur, pembengkakan, kelainan/lesi dan rasa sakit pada tempat-tempat tersebut.
Apriasari ML. Anamnesis, Pemeriksaan Klinis dan Rekam Medis. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat
8. PEMERIKSAAN TENSI.
a. Nurul - 113: Pengukuran tekanan darah akan memberikan informasi yang penting mengenai status
kardiovaskuler pasien dan respon terhadap aktivitas. Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan
dalam mengevaluasi status hemodinamik pasien dan mendiagnosa penyakit. Marhaendra YA , Basyar E ,
dan Adrianto A. Pengaruh Letak Tensimeter Terhadap Hasil Pengukuran Tekanan Darah. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Oktober 2016 : 5 (4). Hal : 1931
b. Rafi - 117: Pemeriksaan Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua
nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi
ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi
ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium. Amiruddin M. A., Danes V. R., dan Lintong
F. ANALISA HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH ANTARA POSISI DUDUK DAN POSISI BERDIRI PADA
MAHASISWA SEMESTER VII (TUJUH) TA. 2014/2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM
RATULANGI. Jurnal e-Biomedik (eBm). 2015;3(1):125-129.
9. RONTGEN PERIAPIKAL
a. Nurul - 113: Radiografi periapikal banyak dipakai dalam bidang kedokteran gigi untuk melihat
informasi detail tentang gigi dan jaringan tulang alveolar. Teknik periapikal intraoral terdiri
dari teknik bisektris dan periapikal. Damayanti MA , Firman RN dan Sitam S. Teknik “Clark’s
Rule” Dalam Bidang Kedokteran Gigi. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial. Desember 2019 :
3(13-6). Hal : 13
b. Raniah - 120: Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi
infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang melibatkan gigi
dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi, penilaian
morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan endodontik, penilaian sebelum dilakukan
tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular secara
lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta evaluasi pasca pemasangan implant.
http://eprints.ulm.ac.id/283/1/Buku%20Radiografi%20di%20bidang%20KG%20oleh%20drg%
20Bayu.pdf - Sukmana Indra Bayu, Buku Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi
c. Ridzky - 122: terdapat 2 teknik yaitu teknik paralel dan bisektris. paralel : paling akurat
dlm pengambilan radiografi periapikal. Sukmana BI. Radiografi di Bidang Kedokteran
Gigi. FKG Universitas Lambung Mangkura. 2019 : 4
10. PEMERIKSAAN INTRAORAL
a. Rayinda - 121: Pemeriksaan intraoral merupakan pemeriksaan rongga mulut
pasien yang meliputi mukosa pipi, mukosa bibir, lidah, dasar mulut, dasar
lidah, palatum keras dan lunak, kelenjar liur, aliran saliva, gingival, dan
gigi-geligi. Apriasari ML. Anamnesis, Pemeriksaan Klinis Dan Rekam Medik.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat; 2019: 10-11
Patricia - 114:
Beberapa penyebab dari persistensi gigi sulung antara lain:
1. Tidak adanya benih gigi permanen pengganti
2. Adanya tulang sklerotik padat di sekitar mahkota gigi permanen
3. Resopsi akar gigi sulung yang lambat atau gagal
4. Menurut beberapa penelitian, kemungkinan penyebab over retensi gigi sulung adalah
rampan karies ( dapat menunda awal proses resorpsi akar), adanya kista odontogenik yang
terkalsifikasi, tumor odontogenik adenomatoid intraluminal, displasia fibrosa monostotik,
dan malnutrisi kronis (yang dicerminkan oleh pola pertumbuhan yang terhambat telah
dikaitkan dengan keterlambatan exfoliasi gigi sulung). Jahanimoghadam F. Case Report:
Simultaneous Presence of Primary and Permanent Teeth. University of Medical Sciences of
Kerman, Iran. 2015; 12:145-7.
5. Terlambatnya erupsi gigi biasanya tidaklah rumit, kecuali jika terjadi pericoronitis, caries
ataupun terbentuknya kista. Mc.Donald RE, Avery DR. Dentistry for The Child and Adolescent.
10th ed. Missouri: Elsevier; 2016.
2. Bagaimana pertimbangan penatalaksanaan gigi untuk pasien
hipertensi?
b. Riska - 124:
1. Merekomendasikan pasien untuk mencari bimbingan dari dokter
perawatan primer untuk terapi medis hipertensi.
2. Pantau tekanan darah pasien pada setiap kunjungan dan kapanpun
3. pemberian anestesi lokal yang mengandung epinefrin melebihi 0,04 mg
selama satu kunjungan.
Hupp J. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed. Philadelphia:
Elsevier. 2019: 13-4.
2. Bagaimana pertimbangan penatalaksanaan gigi untuk pasien hipertensi?
a. Raniah - 120: Perawatan pertama kali yang akan drg lakukan pada kasus ini tentunya yang
menjadi keluhan utama dari pasien, yaitu gusi bengkak yang mengakibatkan pasien
mengunyah hanya satu sisi dan kehilangan nafsu makannya. Pembengkakan pada gusi
pasien dapat diberikan antibiotik, antiinflamasi dan juga analgesik serta mengedukasi
pasien untuk menjaga oral hygiene/kebersihan rongga mulut. (jawaban asumsi)
b. Rafi - 117: Pasien memiliki hipertensi bisa dikontrol terhadap punya dokter sendiri atau
antihipertensi. Pasien juga terdapat pembengkakan bisa dirawat dengan pemberian
antiinflamasi / analgesik setelah itu bisa melakukan prosedur scalling untuk menghilangkan
kalkulus supragingiva, persistensi 85 bisa pencabutan giginya karena sudah ada benih gigi
yang erupsi yaitu gigi 45. Gangren radiks bisa dilakukan pencabutan dan juga terdapat gigi 75
dengan pulpa terbuka bisa dilakukan PSA.
c. Patricia - 114: pasien mengunyah satu sisi jg 7 terakhir sakit mengunyah, bisa
dicurigai TMD bsia dilakukan evaluasi untuk eleminasi faktor penyebab.
i. Kalo Nyeri dan disfungsi myofascial (MPD) sumber nyeri dan disfungsi adalah
otot, dengan otot pengunyahan yang berkembang menjadi nyeri tekan dan
nyeri akibat fungsi otot abnormal atau hiperaktif. Terapi farmakologis
merupakan aspek penting dari manajemen nonsurgical TMD. Obat-obatan
yang biasanya digunakan dalam pengobatan TMD termasuk NSAID,
kadang-kadang analgesik yang lebih kuat, relaksan otot, dan antidepresan.
Hupp J. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed. Philadelphia:
Elsevier. 2019
ii. Kalo Dislokasi : Keadaan dislokasi yang berbeda memerlukan perawatan yang
berbeda. Kasus akut dapat segera dilakukan reduksi manual, sedangkan kasus
kronis memerlukan pembedahan
Dina Novianti, et al. Serial kasus berbagai metode perawatan dislokasi sendi
temporomandibula berdasarkan jenis dislokasinya.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Agustus. 2021;33(2):91-100
5. Bagaimana proses terjadinya gingivitis pada gigi 85?
Rafi - 117:
Jenis gingivitis pada skenario → Eruption gingivitis, merupakan gingivitis yang terjadi
di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam
rongga mulut, biasanya secara normal sering terjadi pada anak usia mulai 6-7 tahun ketika
gigi permanen mulai erupsi. Dan juga pada pasien di skenario kasus, gingivitis juga
disebabkan karena adanya kalkulus supragingiva.
Pada kasus skenario ini proses terjadinya gingivitis ini dialami pada pasien berusia 17
tahun dan gingivitis terjadi karena adanya proses erupsi pada gigi permanen 45 yang akan
menggantikan gigi sulung 85.
Perawatan eruption gingivitis. Akan hilang apabila posisi oklusi telah normal. Apabila gejala
ringan tidak membutuhkan perawatan hanya dengan meningkatkan kebersihan mulut. Bila
menjadi lebih berat menimbulkan sakit dan dapat berkembang menjadi perikoronitis atau
abses perikoronal. Perikoronitis yang disertai dengan pembengkakan nodus limfatikus
sebaiknya dilakukan perawatan dengan terapi antibiotik. Riyanti E. PENATALAKSANAAN
TERKINI GINGIVITIS KRONIS PADA ANAK. Bandung: FKG Unpad. 2010.
6. Persiapan dan teknik dalam pencabutan gigi 85?
Putu - 116:
PERSIAPAN:
- Mencegah penularan infeksi kepada pasien atau diri sendiri. Cara pencegahan:
- Menggunakan sarung tangan bedah, masker bedah dan kacamata dengan side shield.
- Direkomendasikan menggunakan gaun lengan panjang yang harus diganti jika kotor.
- Jika operator berambut panjang, rambut harus dipegang pada posisinya dengan jepit rambut atau alat
penahan lainnya dan ditutup dengan cap
- Sebelum ekstraksi, pasien disarankan untuk berkumur dengan obat kumur antiseptik seperti klorheksidin untuk
mengurangi kontaminasi bakteri di mulut pasien sampai tingkat tertentu.
- Untuk mencegah gigi atau pecahan gigi jatuh ke dalam mulut pasien dan berpotensi tertelan atau terhisap ke
dalam paru-paru, banyak surgeon lebih memilih untuk menempatkan kain kasa 4 × 4 inci yang dibuka sebagian
secara longgar ke bagian belakang mulut. Partisi mulut ini berfungsi sebagai penghalang sehingga jika gigi
terlepas dari forsep atau pecah di bawah tekanan forsep, gigi itu akan tersangkut di kain kasa daripada tertelan
atau disedot.
- Menyiapkan posisi pasien, kursi dan operator yang nyaman untuk memiliki kontrol maksimal dari kekuatan yang
diberikan ke gigi menggunakan elevator dan forcep.
- Pada kasus ini, gigi yang akan dicabut berada pada posterior kanan mandibula, pasien harus diposisikan dalam posisi
yang lebih tegak sehingga ketika mulut dibuka lebar, bidang oklusal sejajar dengan lantai. Selama pencabutan gigi
posterior kanan mandibula, kepala pasien harus diputar ke arah operator untuk memungkinkan akses yang memadai ke
rahang, dan operator harus mempertahankan posisi lengan dan tangan yang tepat.
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed. Philadelphia: Elsevier. 2019. Hal 94,
95, 101, 103, 112-118
6. Persiapan dan teknik dalam pencabutan gigi 85? (Lanjutan)
Putu - 116:
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed.
Philadelphia: Elsevier. 2019. Hal 94, 95, 101, 103, 112-118
Posisi pasien dan
operator saat
pencabutan gigi 85
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed.
Straight elevator
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed.
Forcep cowhorn No. 87 untuk gigi molar mandibula
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed.
Proses ekstraksi sisa
akar gigi dari soket
dengan straight
elevator.
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed.
1 2
4
3
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=Ta_FjlQi7co
7. Jenis obat anastesi apa saja yang dapat digunakan?
Raniah - 120:
Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan. Pemberian sedatif peroral
(benzodiazepine 5 mg malam sebelum tidur, dan 1 jam sebelum tindakan perawatan) cukup
membantu mengurangi stress. Penggunaan sedasi dengan Nitrous Oxide (N2O) dapat
menurunkan tekanan darah sistole dan diastole sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit setelah
pemberian dan selanjutnya dapat dilakukan anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor.
Anestesi lokal merupakan pemilihan terbaik untuk pasien dengan hipertensi dibanding anestesi
umum. Pemberian anestesi harus pelan dan penyuntikan intravaskular harus dihindari.
Penggunaan bahan vasokonstriktor dalam bahan anestesi lokal pada pasien hipertensi masih
merupakan suatu perdebatan, meskipun sudah ada bukti-bukti penelitian bahwa penggunaan
bahan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor khususnya adrenalin dalam dosis yang
dianjurkan, yaitu dosis maksimal 0,2 mg untuk pasien sehat tiap kali kunjungan dan 0,04 mg
direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi. Lidocaine comp 2% dengan kadar adrenalin
0,025 mg per ampul dapat diberikan untuk pasien dengan hipertensi maksimal dosis sebanyak 1,5
ampul. Rahajoe PS, PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI UNTUK PERAWATAN DI BIDANG
KEDOKTERAN GIGI. Maj Ked Gi, 2008;15(1):75-80.
MEKANISME
SKENARIO 2
Dosen Tutor : drg. Dessy Fidyawati, Sp. Perio
Blok Bedah Dental
KELAS E2
TERMINOLOGI
1. GINGIVITIS
a. Puti - 115: Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan dengan tanda gejala klinis
berupa gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah tanpa ditemukan kerusakan
tulang alveolar. Anis SN dan Yunita DP. Faktor Kejadian Gingivitis Pada Ibu Hamil. HIGEIA Journal
2017;1(3):117-128.
b. Nurul - 113 : Kondisi klinis yang terlihat pada keadaan gingivitis adalah perubahan warna dimulai
dari papila interdentalis dan tepi gingiva, kemudian meluas sampai perlekatan gingiva. Kartiyani I
dan Santoso O. Pengaruh Paparan Uap Sulfur terhadap Kejadian Gingivitis Studi Pada Pekerja
Tambang Belerang di Gunung Welirang , Pasuruan , Jawa Timur. Jurnal PDGI. Januari 2010 : 59 (1).
Hal : 26-27
c. Riska - 123 : gingivitis/gusi bengkak merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di
sekitar gigi. gingivitis merupakan masalah yang cukup umum terjadi dan mudah untuk ditangani.
Namun, penanganan yang terlambat dapat menyebabkan komplikasi yang cukup berat. Oleh
karena itu, gusi bengkak tidak boleh disepelekan, terutama jika sudah terjadi dalam waktu yang
lama. Suhana M, Farha A, Hassan B. Inflammation of the Gums. Malaysian Family Physician: The
Official Journal of the Academy of Family Physicians of Malaysia. 2020;15(1): 71–3.
d. Dhoni - 119: Gingivitis disebabkan oleh akumulasi biofilm pada plak di sekitar margin gingiva dan
respon peradangan terhadap bakteri Korompot F, Siagian KV, Pangemanan DHC, Khoman J.
Efektivitas Tindakan Skeling terhadap Perawatan Gingivitis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-Gigi (eG). 2019; 7(2).
2. TENSI
Raniah - 120: Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa
oleh jantung terhadap dinding arteri. Tekanan darah merupakan
kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke seluruh tubuh
untuk memberikan darah segar yang mengandung oksigen dan nutrisi ke
organ-organ tubuh. Amiruddin MA, Danes VR , dan Lintong F. Analisa
HAsil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Duduk dan Posisi Berdiri
Pada Mahasiswa Semester VII (tujuh) TA. 2014 / 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik. 2015 : 3 (1). Hal : 125
3. TAMBALAN OVERHANGING
a. Rafi - 117: Bisa disebut juga dengan restorasi overhanging, didefinisikan sebagai
perluasan bahan restoratif di luar batas kavitas, preparasi. Overhanging terlibat
sebagai faktor etiologi dalam perkembangan penyakit periodontal . Karena dapat
meningkatkan akumulasi plak, dan juga dapat mengubah flora subgingiva
nondestruktif menjadi destruktif. Najm A. A., et al. Clinical and Radiographical
Assessment of Alveolar Bone Loss Associated with Overhang Amalgam Filling.
International Journal of Medical Research & Health Sciences. 2018; 7(1): 11-16
b. Rai Amara - 118: Pemeriksaan ini nantinya akan memberikan informasi mengenai
sinus maxillary, posisi gigi, dan kelainan tulang di daerah mulut, melalui rontgen
panoramic, dokter juga bisa mengetahui kelainan di periodontal, tumor rahang
atau kanker mulut, kista pada tulang rahang, kelainan rahang, gigi yang terganggu
akibat gigi geraham belakang yang baru tumbuh, hingga kelainan terkait daerah
mulut lainnya.
a. Rafi - 117: Bisa disebut juga dengan pemeriksaan radiografi. Dalam kedokteran
gigi juga bisa disebut dengan Dental Radiogram. Dalam Kedokteran Gigi
Pemeriksaan Radiografi merupakan pemeriksaan yang dapat membantu
menegakan diagnosa suatu penyakit gigi dan mulut, untuk melakukan
rencana perawatan, dan sebagai alternatif yang digunakan untuk melihat
perkembangan dari perawatan yang telah diberikan. Ishaq W. Tingkat
Penggunaan Radiografi Periapikal Pada Dokter Gigi Praktek Di Kabupaten
Maros Terhadap Perawatan Endodotik. Makassar: FKG UNHAS. 2015: 4.
4. PEMERIKSAAN RONTGEN
b. Salsabila - 125 : Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari
dua jenis, yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral
Radiografi intra oral terdiri atas beberapa tipe, yaitu:
● Radiografi Periapikal
● Radiografi Bitewing
● Radiografi Oklusal
Radiografi ekstra oral terdiri atas beberapa tipe yaitu:
● Radiografi Panoramik
● Radiografi Lateral Jaw
● Radiografi Sefalometri
● Radiografi Postero-Anterior
● Radiografi Antero-Posterior
● Radiografi Proyeksi Water’s
● Radiografi Proyeksi Reverse-Towne
● Radiografi Submentovertex
Ishaq W. Tingkat Penggunaan Radiografi Periapikal Pada Dokter Gigi Praktek Di
Kabupaten Maros Terhadap Perawatan Endodotik. Makassar: FKG UNHAS. 2015: 4.
5. PERICORONITIS
a. Rayinda -121: Dapat menyebabkan destruksi antara gigi molar dan gigi geraham di
depannya. Gejala perikoronitis dapat berupa rasa sakit di regio, pembengkakan,
bau mulut, dan pembengkakan limfonodi submandibular. Pedersen, Gordon W.
alih bahasa Purwanto, Basoeseno, 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, 1, Jakarta :
EGC. (Hal 15-28) (Hal 102).
b. Safina - 124: Peradangan pada gingiva dalam kaitannya dengan mahkota gigi yang
erupsinya tidak sempurna. Paling sering terjadi di daerah molar ketiga mandibula.
Perikoronitis bisa akut, subakut, atau kronis. Newman MG, Takei HH, Klokkevold
PR, Carranza FA. Newman and Carranza’s Clinical Periodontology. 13th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2019: 277.
5. PERICORONITIS
c. Patricia - 114:
Perikoronitis dapat muncul sebagai infeksi ringan atau sebagai infeksi
berat. Sama seperti tingkat keparahan infeksi yang bervariasi
1. Dalam bentuknya yang paling ringan, perikoronitis muncul dengan
pembengkakan dan nyeri jaringan lokal.
2. Jika infeksi sedikit lebih parah dengan sejumlah besar pembengkakan jaringan
lunak lokal yang disebabkan oleh trauma molar ketiga
3. Perikoronitis dapat menyebabkan infeksi ruang fasia yang serius.
4. Pasien yang pernah mengalami satu episode perikoronitis, meskipun berhasil
ditangani dengan metode ini, kemungkinan besar akan terus mengalami
episode perikoronitis. Kelebihan jaringan lunak cenderung berulang karena
menutupi gigi yang impaksi dan menyebabkan pertumbuhan kembali
operkulum.
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery.
7th ed. Philadelphia: Elsevier. 2019. Hal 162
6. POKET PERIODONTAL
a. Nurul - 113: Poket periodontal terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamen periodontal dan
diperiksa menggunakan probe periodontal. Poket periodontal dibagi lagi menjadi 2 yaitu poket
supraboni dan poket infraboni. Hardhani PR , Lastiany SP , dan Herawati D. Pengaruh
Penambahan Platelet Rich Plasma Pada Cangkok Tulang Terhadap Kadar Osteoclacin Cairan
Gingiva Pada Terapi Infraboni. Jurnal PDGI. September - Desember 2013 : 62 (30). Hal : 75.
b. Riska - 123: Sebuah sulkus (ruang sempit berbentuk V) gingiva yang bertambah dalam secara
patologis. poket periodontal adalah kedalaman sulkus gingiva yang tidak normal, yang
merupakan salah satu tanda klinis pada penyakit periodontal. Dinyati M, Adam AM. Kuretase
Gingiva Sebagai Perawatan Poket Periodontal. Makassar Dent J. 2016;5(2).
c. Ridzky - 122: sulkus gingiva yg normal tdk melebihi 2-3mm. Apabila kedalamannya melebih
batas normal maka sudah dikategorikan poket periodontal yaitu penyakit periodontal Sari RA.
Poltekkes Kemenkes Jogja. 2014: 18
d. Salsa - 125: Adanya pendalaman sulkus gingiva terjadi akibat gerakan margin gingiva ke arah
korona, perpindahan gingiva attachment ke arah apikal atau kombinasi keduanya. Dinyati M,
Adam AM. Kuretase gingiva perawatan poket periodontal. Makassar Dent J 2016; 5(2): 58-64
7. IMPACTED MESIOANGULAR
a. Safina - 124: Impaksi ini merupakan salah satu dari klasifikasi Winter, adalah impaksi
dimana gigi miring ke arah molar kedua ke arah mesial. Balaji SM. Textbook of Oral and
Maxillofacial Surgery. India: Elsevier; 2007: 233. Impaksi mesioangular adalah temuan yang
paling umum. 43% impaksi molar ketiga mandibula adalah mesioangular. 63% impaksi
molar ketiga maksila juga adalah jenis mesioangular. Malik NA. Textbook of Oral and
Maxillofacial Surgery. 2nd ed. India: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2008.
b. Rayinda - 121: biasanya terjadi karena jaringan sekitarnya terlalu padat, persistensi,
tanggalnya gigi susu yang terlalu awal, atau tidak tersedianya cukup tempat untuk erupsi
akibat rahang yang kecil. Siagian KV. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah
dengan Komplikasinya pada Dewasa Muda. Jurnal Biomedik. 2011;3(3).
8. KALKULUS SUPRAGINGIVA
a. Puti - 115: Kalkulus supragingiva adalah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota
gigi mulai puncak margin gingiva dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih
kekuning-kuningan, konsentrasinya keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan
dari permukaan gigi dengan scaler. Basuni. Gambaran Indeks Kebersihan Mulut
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat. Dentino (Jur. Ked. Gigi), Maret 2014; II(1):18 -
23.
9. RONTGEN PANORAMIK
a. Ramadhoni - 119: Radiografi panoramik menghasilkan satu gambar
tunggal antara gigi rahang atas dan rahang bawah dan struktur
pendukungnya. Mudjosemedi M, Widyaningrum R, Gracea RS. Perbedaan
Hasil Pengukuran Horizontal pada Tulang Mandibula dengan Radiograf
Panoramik. Maj Ked Gi Ind. 2015; 1(1): 78 - 85.
b. Rai - 118: Pemeriksaan ini nantinya akan memberikan informasi mengenai
sinus maxillary, posisi gigi, dan kelainan tulang di daerah mulut, melalui
rontgen panoramic, dokter juga bisa mengetahui kelainan di periodontal,
tumor rahang atau kanker mulut, kista pada tulang rahang, kelainan rahang,
gigi yang terganggu akibat gigi geraham belakang yang baru tumbuh, hingga
kelainan terkait daerah mulut lainnya.
RadiologyInfo.org. Radiological Society of North America, Inc. Diakses pada
2019. Panoramic Dental X-ray
LEARNING ISSUE
1. Bagaimana kasus pembentukan poket periodontal serta apa saja
jenis-jenis poket periodontal?
1) Rafi - 117:
Poket periodontal, didefinisikan sebagai proses bertambah dalamnya sulkus gingiva, merupakan
salah satu gambaran klinis penyakit periodontal. Poket periodontal dapat terjadi karena
pergerakan tepi gusi kearah koronal, migrasi junctional epithelium kearah apikal atau kombinasi
keduanya, sehingga pembentukan poket yang progresif menyebabkan destruksi jaringan
periodontal pendukung dan kehilangan serta ekspoliasi gigi. Poket periodontal dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Poket Suprabony (suprakrestal/supraalveolar) Ditandai dengan dasar poket terletak lebih
koronal di banding puncak tulang alveolar.
b. Poket Infrabony (Infrabony, Subkrestal, Intraalveolar) Ditandai dengan dasar poket terletak
lebih apikal dibanding puncak tulang alveolar. Dinding poket lateral terletak di antara
permukaan gigi dan tulang alveolar.
Sari R. A. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TERJADINYA
POKET PERIODONTAL PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2. Yogyakarta: Poltekkes Jogja. 2020:
18-19.
1. Bagaimana kasus pembentukan poket periodontal serta apa saja
jenis-jenis poket periodontal?
2) Rai - 118:
Gambaran poket periodontal suprabony :
a) Dasar poket berada di koronal pada tulang alveolar
b) Pola destruksi tulang pendukung pada arah horizontal
c) Secara interproksimal, fiber trans-septal yang direstorasi selama
penyakit periodontal progresif tersusun secara horizontal pada
ruang antara dasar poket dan tulang alveolar
d) Pada permukaan fasial dan lingual, fiber ligamen periodontal di
bawah poket mengikuti jalus horizontal-oblik normal antara gigi
dan tulang
Gambaran poket periodontal intrabony :
1) Dasar poket berada di bawah atau apikal dari crest tulang alveolar. Intra
berarti terletak di dalam tulang.
2) Pola destruksi tulang pendukung pada arah vertikal (angular).
3) Secara interproksimal, fiber trans-septal tersusun pada arah oblik dari
pada horizontal. Fiber tersebut meluas dari sementum di bawah dasar
poket sepanjang tulang alveolar dan di atas crest alveolar terhadap
sementum gigi sekitar.
4) Pada permukaan fasial dan lingual, fiber ligamen periodontal mengikuti
pola angular tulang sekitar. Ligamen periodontal meluas dari sementum
di bawah dasar poket sepanjang tulang alveolar, dan di atas crest
alveolar dan menyatu dengan periosteum terluar.
(Manson dan Eley, 2012).
2. Perawatan apa yang dilakukan pada pericoronitis?
b. Patricia - 114:
Pengobatan dan pengelolaan masalah ini bervariasi dari ringan hingga agresif.
1. Untuk pasien dengan infeksi ringan, irigasi dan kuretase oleh dokter gigi dan irigasi
dirumah oleh pasien biasanya cukup.
2. Jika infeksinya sedikit lebih parah, dokter gigi harus mempertimbangkan untuk segera
mencabut gigi molar ketiga selain irigasi lokal.
3. Untuk pasien yang (selain pembengkakan dan nyeri lokal) pembengkakan wajah
ringan, trismus ringan akibat peradangan yang meluas ke otot pengunyahan, atau
demam ringan, dokter gigi harus mempertimbangkan pemberian antibiotik sistemik
bersama dengan irigasi dan ekstraksi. Antibiotik pilihan adalah penisilin
4. Jika pasien mengalami trismus (dengan ketidakmampuan untuk membuka mulut >20
mm), suhu lebih dari 38°C, pembengkakan wajah, nyeri, dan malaise, pasien harus
dirujuk ke ahli bedah mulut-maksilofasial, yang kemungkinan untuk memasukkan
pasien ke rumah sakit untuk pemberian antibiotik parenteral, pemantauan yang
cermat, dan ekstraksi bedah
5. Pasien yang pernah mengalami satu episode perikoronitis, lalu sembuh dan
kambuh lagi, Pasien harus diberitahu bahwa gigi harus dicabut sesegera
mungkin untuk mencegah infeksi berulang. Namun, molar ketiga
mandibula tidak boleh dicabut sampai tanda dan gejala perikoronitis
benar-benar hilang karena :
a. Insiden komplikasi pasca operasi, khususnya soket kering dan infeksi
pasca operasi, meningkat jika gigi dicabut selama infeksi jaringan lunak
aktif.
b. Lebih banyak perdarahan dan penyembuhan lebih lambat juga terjadi
ketika gigi dicabut dengan adanya perikoronitis.
6. Meskipun operkulektomi, telah dianjurkan sebagai metode untuk
mencegah perikoronitis tanpa pencabutan gigi yang impaksi, tindakan ini
menyakitkan dan biasanya tidak efektif.
Hupp JR, Elis E, dan Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th
ed. Philadelphia: Elsevier. 2019. Hal 162
3. Apa penyebab pericoronitis?
d. Putu - 116: Pada keadaan normal, operkulum yaitu mukosa gingiva yang
meliputi benih gigi yang sedang dalam proses erupsi, secara fisiologis akan
membuka, lambat laun atrofi dan menghilang, sehingga memungkinkan gigi
untuk muncul di rongga mulut. Pada gigi bungsu yang mengalami impaksi
parsialis, operkulum menetap dan celah dibawah operkulum menjadi tempat
akumulasi debris yang menjadi media sempurna untuk pertumbuhan kuman
anaerob. Operkulum juga dapat mengalami trauma gigitan dari molar ketiga
rahang atas yang sudah erupsi sehingga terjadi ulkus. Ulkus dapat
merupakan pintu masuk kuman sehingga terjadi operkulitis yaitu infeksi
operkulum seputar korona gigi. Infeksi dapat meluas ke daerah perikoronal
yaitu seluruh mukosa sekitar korona gigi, atau disebut perikoronitis. Gejala
khas abses perikoronal berupa nyeri hebat dan trismus parsialis bahkan
totalis yaitu penderita tidak bisa membuka mulut sama sekali akibat spasme
muskulus pembuka/penutup mulut. Rahayu S. ODONTEKTOMI,
TATALAKSANA GIGI BUNGSU IMPAKSI. E-Journal WIDYA Kesehatan dan
Lingkungan. 2014; Vol 1 (2): 84
4. Apa penyebab gigi impaksi?
a. Raniah - 120: Terjadinya gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Berger,
faktor-faktor penyebab gigi impaksi antara lain:
Kausa lokal Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi ialah:
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan prematur pada gigi
7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa di sekitar gigi 8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis
tulang, antara lain karena inflamasi atau abses
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak anak
Faktor usia juga turut berperan dalam menyebabkan terjadinya gigi impaksi tanpa harus disertai kausa
lokal, yaitu antara lain: kausa prenatal (faktor keturunan dan miscegenation) dan kausa postnatal
(rickettsia, anemi, tuberkulosis, sifilis kongenital, gangguan kelenjar endokrin, dan malnutrisi).
Siagian KV, PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA BAWAHDENGAN KOMPLIKASINYA PADA
DEWASA MUDA, Jurnal Biomedik, 2011; 3(3):186-194
4. Apa penyebab gigi impaksi?
b. Salsabila - 125: Selain faktor-faktor tersebut, impaksi dapat terjadi karena benih gigi
malposisi atau benih terbentuk dalam berbagai angulasi yaitu mesial, distal, vertikal,
dan horizontal yang mengakibatkan jalur erupsi yang salah arah. Impaksi mesial
merupakan malposisi yang paling sering ditemukan, diikuti oleh impaksi vertikal,
horizontal dan yang paling jarang adalah impaksi distal. Rahayu S. Odontektomi, Tata
Laksana Gigi Bungsu Impaksi. 2014 Juli 2; 1: 83
5. Tindakan apa yang harus dilakukan pada gingivitis?
a. Puti - 115: Penggunaan antibakteri topikal untuk mengurangi bakteri plak dpt
mencegah maupun merawat gingivitis. bahan-bahan dasar yang
direkomendasikan adalah thymol, menthol, eucalyptol, metil salisilat dan bahan
aktif lainnya seperti klorheksidin diglukonat dan triklosan karena bahan tsb
mampu mengurangi plak dan efektif mengurangi inflamasi gusi kurang lebih 6
bulan, selain itu juga aman dan tidak memiliki efek samping. Hoag, P.M., Pawlak, E.
A. 1990. Essentials of Periodontics. Toronto: The C. V. Mosby Company.
b. Rafi - 117: setelah bengkak reda bisa dilakukan perawatan selanjutnya dengan
scaling jika terdapat penimbunan plak / kalkulus. Karena scaling
mengeliminasikan bakteri yang terdapat pada plak dan kalkulus yang menjadi
penyebab gingivitis, sehingga keparahan gingivitis dapat menurun. Korompot F,
Siagian KV, Pangemanan DHC, Khoman J. Efektivitas Tindakan Skeling terhadap
Perawatan Gingivitis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal e-Gigi (eG). 2019; 7(2).
6. Perawatan apa yang dilakukan pada gigi impaksi 48? (Jelaskan teknik
odontektomi dan anastesi apa yang digunakan untuk kasus ini)
a. Rayinda - 121:
1. Anamnesa: Pemeriksaan keadaan umum pasien.
2. Pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen: Foto rontgent juga diperlukan untuk mengevaluasi dan
mengetahui kepadatan dari tulang yang mengelilingi gigi.
3. Anestesi: lokal dan umum. Anestesi lokal dapat dilakukan pada pasien yang memiliki keadaan umum
yang normal dan baik, dengan bahan yang bersifat vasokonstriktor untuk mendapat efek anestesi
yang cukup lama dan memberikan daerah operasi yang relatif bebas darah. Pada pasien yang gelisah
dapat dilakukan anestesi umum.
4. Teknik Operasi:
1) Insisi untuk pembuatan flap
2) Pengambilan tulang yang menghalangi gigi
3) Pengambilan gigi: intoto atau utuh dan in separasi atau terpisah. Cara intoto, tulang yang
mengelilingi gigi diambil secukupnya sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat melakukan
elevator dibawah korona. Sedangkan metode in separasi, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan
membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi diambil dengan cara dibelah terlebih dahulu lalu
diambil sebagian-sebagian.
4) Pembersihan luka dan penutupan flap
Petronawati SA. PENGARUH PEMBERIAN MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN
ODONTEKTOMI. Semarang: Universitas Diponegoro. 2016: 11-13.
b. Patricia - 114:
2. Perbedaan penting antara pencabutan gigi molar ketiga mandibula yang impaksi dan gigi di tempat lain di mulut
adalah bahwa hampir tidak ada luksasi gigi yang terjadi untuk tujuan perluasan plat bukal atau linguokortikal.
Sebagai gantinya, tulang dihilangkan, dan gigi dipotong untuk mempersiapkan jalur yang tidak terhalang untuk
melepaskan gigi
3. Penggunaan kekuatan yang berlebihan dapat mengakibatkan fraktur yang tidak menguntungkan pada gigi, tulang
bukal yang berlebihan, molar kedua yang berdekatan, atau mungkin seluruh mandibula.
4. Elevator dirancang tidak untuk memberikan kekuatan yang berlebihan tetapi untuk mengikat gigi atau akar gigi
dan untuk menerapkan kekuatan ke arah yang benar. Beberapa ahli bedah menggunakan root tip pick untuk
menghilangkan akar yang dipotong dari soketnya. Karena gigi impaksi tidak pernah menahan tekanan oklusal,
ligamen periodontal menjadi lemah dan memungkinkan perpindahan akar gigi jika tulang yang tepat dicabut dan
kekuatan diberikan ke arah yang benar.
STEP 5 : Mempersiapkan Penutupan Luka
1. File tulang digunakan untuk menghaluskan tepi tulang yang tajam dan
kasar, terutama di mana elevator berada dalam kontak tulang.
2. menghilangkan semua serpihan tulang dan serpihan dari luka. Ini dilakukan dengan irigasi
dengan saline steril. Perhatian khusus harus diberikan untuk mengairi secara menyeluruh di
bawah flap jaringan lunak. Sebuah hemostat kecil dapat digunakan untuk menghilangkan
sisa-sisa folikel gigi, jika ada
3. Irigasi akhir dan pemeriksaan menyeluruh harus dilakukan sebelum luka ditutup.
4. banyak ahli bedah memberikan antibiotik seperti tetrasiklin ke dalam soket geraham ketiga bawah untuk
membantu mencegah osteitis sicca (soket kering)
5. Jika flap dirancang dengan baik dan tidak trauma selama prosedur pembedahan, itu akan sesuai dengan posisi
semula
6. Jahitan awal harus ditempatkan melalui jaringan yang melekat pada aspek posterior molar kedua. Jahitan
tambahan ditempatkan di posterior dari posisi tersebut dan ke anterior melalui papila pada sisi mesial molar
kedua. Biasanya, hanya dua atau tiga jahitan yang diperlukan untuk menutup insisi amplop.
Hupp J. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed. Philadelphia: Elsevier. 2019: 13-4.
7. Apa saja yang menyebabkan pasien tidak bisa membuka mulut?
a. Rafi - 117: Dalam skenario kasus pasien sulit membuka mulut karena sakit gigi dan gingiva. Penyebab dari
gangguan sulitnya buka mulut atau trismus adalah
1. Kelainan congenital/bawaan → Arthrogryposismultiplex Congenital (Kelainan Bentuk Sendi)
2. Infeksi
a. Tetanus
b. Abscess Peritonsillar
c. Infeksi Odontogenik → Trismus yang terkait dengan selulitis wajah biasanya menunjukkan infeksi yang
berasal dari gigi, namun terkadang juga bisa dari sumber lain, seperti parotitis akut, artritis
temporomandibular akut atau otitis eksterna. Seringkali ada riwayat sakit gigi sebelumnya, restorasi
yang baru dilakukan, terapi endodontik, ekstraksi atau karena perikoronitis berulang dan disfagia.
3. trauma, → Fraktur yang melibatkan mandibula biasanya menimbulkan trismus.
4. iatrogenik, → Trismus akibat anestesi
5. neoplasia, → Semua tumor ganas yang melibatkan rahang, otot pengunyahan dan struktur terkait dapat
menyebabkan keterbatasan gerakan mandibula
6. radioterapi, → Efek sampingnya dapat menimbulkan trismus.
7. kelainan temporomandibular/TMD, → membatasi gerak rahang mandibula
8. obat-obatan, → Beberapa obat mampu menyebabkan trismus sebagai efek sekunder, contoh: suksinilkolin,
fenotiazin dan antidepresan trisiklik.
9. psikogenik, → Histeria dapat menyebabkan trismus.
10. fibrosis submukosa oral.
Poornima G., and Poormina C. Trismus. Journal of Health Sciences & Research. 2014; 5(2): 15-20.
8. Apa yang dilakukan dokter gigi apabila pasien tidak bisa membuka mulut
(trismus)?
a. Patricia - 114:
Trismus(pembukaan mulut terbatas), trismus ringan akibat peradangan yang meluas ke
dalam otot pengunyahan.
1. terapi panas (Dengan menempatkan handuk panas lembab di daerah yang terkena
selama 10-20 menit / jam. )
2. Pembilasan warn saline
3. Analgesik (Aspirin cukup. Analgesik narkotik dapat diindikasikan jika ketidaknyamanan
terlalu banyak)
4. Relaksan otot untuk mengelola tahap awal kejang otot
5. Fisioterapi (Ini termasuk latihan yang melemaskan otot-otot pengunyahan,
meningkatkan kekuatannya dengan massage karena bisa meningkatkan aliran darah
dan membantu relaksasi otot-otot pengunyahan )
Kalo keadaan yang parah banget mungkin bisa pake stick es krim dapat digunakan untuk
menjaga mulut tetap terbuka
Thiagarajan B. Trismus an overview. ENT Scholar 2014
9. Bagaimana prosedur tahapan pemeriksaan terhadap gigi impaksi?
a. Ramadhoni - 119:
Pemeriksaan klinis yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan ekstra oral dan intra oral.
Pada pemeriksaan ekstra oral ditemukan kelenjar submandibula yang teraba kenyal
dan nyeri, disertai pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati). Pemeriksaan
intra oral tidak dapat dilakukan secara lugas karena pasien sulit untuk membuka
mulut.
Pada kunjungan pertama pasien diberikan antibiotic clindamycin 2x300 mg,
anti-inflamasi Exaflam 2x50 mg, kedua- duanya selama lima hari (pagi dan
malam);juga diberikan analgesik dan antipiretik ibuprofen 3x400 mg (10 tablet).
Pasien diminta untuk kumur air garam hangat dan kontrol kembali pada hari kelima.
Pada kunjungan kedua keadaan pasien sudah lebih baik, demam dan nyeri sudah
tidak lagi dikeluhkan. Pasien diminta melakukan foto rontgen panoramik untuk
melihat posisi gigi, yang berperan penting pada perawatan lanjutan.
Siagian KV. PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA BAWAH DENGAN KOMPLIKASINYA PADA
DEWASA MUDA. Jurnal Biomedik. 2011; 3(3); 186-194.
10. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada saat dilakukan tindakan
odontektomi dan bagaimana prosedur penanganannya?
a. Rafi - 117:
1. Perdarahan → Perdarahan bisa diatasi dengan tampon
2. Rasa Sakit/Nyeri→ Meminum obat pengontrol rasa sakit/anti nyeri/analgesik
3. Edema → Usaha – usaha untuk mengontrol edema mencakup termal (dingin), fisik
(penekanan), dan obat – obatan.
4. Reaksi Terhadap Obat-obatan → Pasien dianjurkan untuk menghentikan pemakaian
obat sesegera mungkin jika diperkirakan berpotensi merangsang reaksi alergi.
5. Dry Socket atau alveolitis (osteitis alveolar). → Irigasi socket dengan menggunakan
larutan saline hangat untuk menghilangkan debris. Lalu lakukan pemberian antiseptic
dressing (pasta eugenol) untuk menutupi tulang yang terekspos.
6. Infeksi → Terapi antibiotik dan berkumur dengan larutan saline diperlukan jika terbukti
ada infeksi yaitu adanya pembengkakan, nyeri, demam.
Effendy, Harismanda A., dan Hanum. PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANAJEMEN NYERI PASCA
EKSTRAKSI GIGI DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN DAN PUSKESMAS SIDOHARJO
SRAGEN. Semarang: FK Undip. 2014.
10. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada saat dilakukan tindakan
odontektomi dan bagaimana prosedur penanganannya?
Safina - 124
1. Pendarahan: Perdarahan mungkin terjadi selama (kecelakaan) atau setelah (komplikasi) operasi,
diklasifikasikan sebagai perdarahan lanjut (yang terjadi sekali setelah akhir prosedur) atau berulang
(pendarahan secara terus menerus). Pasien menggigit tampon sekitar satu jam, dan diberi tahu bahwa
pendarahan ini adalah hal yang normal.
2. Edema: dapat disebabkan oleh respons jaringan terhadap trauma yang disebabkan selama operasi.
Onsetnya bertahap dan pembengkakan maksimum terjadi selama 36-48 jam setelah operasi. Deliverska EG,
Petkova M. Complications After Extraction of Impacted Third Molar: Literature Review. Jourrnal of IMAB.
2016;22(3). Pembengkakan mulai mereda pada hari ketiga atau keempat dan biasanya sembuh pada akhir
minggu pertama. Peningkatan pembengkakan setelah hari ketiga mungkin merupakan indikasi infeksi
daripada edema pascaoperasi baru. Penanganan edema dapat juga dilakukan dengan mengkompres area
yang bengkak dengan menggunakan air dingin, selama 20 menit dalam periode 12-24 jam.
3. Rasa sakit: Rasa sakit yang mungkin dialami pasien setelah prosedur pembedahan seperti pencabutan gigi
sangat bervariasi dan sebagian besar tergantung pada harapan pasien sebelum operasi. Semua pasien
harus diberikan instruksi mengenai analgesik sebelum mereka dipulangkan seperti ibuprofen atau
asetaminofen pasca operasi untuk mencegah ketidaknyamanan awal sebelum efek anestesi lokal hilang,
terutama pada pasien yang memiliki tingkat rasa sakit yang tinggi. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR.
Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019: 185-186.
11. Instruksi apa yang harus dilakukan setelah dilakukan tindakan
pembedahan?