Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Anatomi Muskuloskeletal”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat tugas Pancasila dan Kewarganaan.
Dalam menyusun Makalah, penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas ridho-Nya kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan
sebagaimana semestinya.
2. Teman – teman Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
3. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan atau yang diharapkan oleh Bapak dan Ibu dosen, penulis mohon maaf jika ada
kesalahan atau menyinggung perasaan pihak yang dilibatkan di dalam Makalah. Untuk itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Makalah ini. Setelah penyelesaian Makalah ini, penulis berharap Makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan orang banyak.

Jakarta, 9 September 2018

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. I
DAFTAR ISI………………………………………..………………….. II

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................... 1
1.3 Tujuan …………….............................................. 1

BAB II DESKRIPSI UMUM


2.1 Pengertian otot dan kemampuan khususnya….... 2
2.1.1 Sifat Gerak dan Cara Kerja Otot …....... 2
2.2 Jenis – jenis, Stuktur dan Fungsi pada Otot …… 4
2.2.1 Jenis – Jenis otot…………………….... 4
2.2.2 Struktur dan Fungsi pada otot ……….…11
2.3 Mekanisme kontraksi otot ................................. 19
2.4 Gangguan pada otot ……………….………...... 19
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................... 25
3.2 Saran.................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 27

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Muskuloskeletal ini memiliki komponen utama nya yaitu tulang dan jaringan ikat
dimana didalamnya sebagai penyusun tubuh yang terdiri dari kurang lebih 25 % berat badan dan
50 % terdiri dari otot. Dari system ini juga difungsikan sebagai penopang bentuk badan serta
pergerakan tubuh manusia system ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Dari penyusun system muskulosketekal ini kita klasifikasikan dan juga kita amati struktur
dari tulang ini agar lebih memahami penjelasan dari artikel ini berikut merupakan penjelasannya.
Musculoskeletal atau Skeletal atau juga biasanya disebut sebagai system rangka ini
tersusun atas tulang tulang yang mana tubuh manusia ini terdiri dari 206 tulang yang menyusun
rangkanya. Bagian tulang yang terpenting adalah tulang belakang karena hal ini tulang belakang
difungsikan sebagai penopang bentuk tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan
dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:

1.1.1 Bagaimana pengertian dan sifat otot?


1.1.2 Bagaimana fungsi dan struktur otot
1.1.3 Bagaimana mekanisme kontraksi otot?
1.1.4 Bagaimana gangguan yang terjadi pada otot?

1.2 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

1.1.1 Menjelaskan jenis – jenis pada otot


1.1.2 Menjelaskan cara kerja pada otot
1.1.3 Menjelaskan regenerasi pada otot
1.1.4 Menjelaskan Gangguan pada otot

1
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Otot dan kemampuan khususnya

Otot merupakan suatu alat atau organ yang dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena
sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang
panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan
memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu.
Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi,
aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot
adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein
kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin.
Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan
energi dari mitokondriadi sekitar miofibil. Terdapat pula macam – macam otot yang berbeda
pada vertebrata.
Yang pertama ialah otot jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot polos
terdapat pada dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali jantung). Kontraksi otot polos
yang umumnya tidak terkendali, memperkecil ukuran struktur-struktur yang berlubang ini.
Pembuluh darah, usus, kandung kemih dan rahim merupakan beberapa contoh dari struktur yang
dindingnya sebagian besar terdiri atas otot polos. Sehingga kontraksi otot polos melaksanakan
bermacam-macam tugas seperti meneruskan makanan kita dari mulut ke saluran pencernaan,
mengeluarkan urin, dan mengirimkan bayi ke dunia.Otot kerangka, seperti namanya, adalah oto
yang melengkat pada kerangka. Otot ini dikendalikan dengan sengaja. Kontraksinya
memungkinkan adanya aksi yang disengaja seperti berlari, berenang, mengerjakan alat-alat, dan
bermain bola. Akan tetapi, apabila otot jantung, otot polos, ataupun otot kerangka atau lurik
memeberikan suatu ciri, maka otot tersebut merupakan alat yang menggunakan energi kimia dan
makanan untuk melakukan kerja mekanisme.

2.1.1 Sifat Gerak dan Cara Kerja Otot


Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras
dan bagian tengahnya menggelembung membesar. Karena memendek maka tulang yang dilekati
oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk
menggerakan tulang kesatu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot
tersebut harus mengadakan relaksasi dan tulang harus ditarik ke posisi semula. Untuk itu harus
ada otot lain yang berkontaksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk
menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula
diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang berbeda.

2
3
 Relaksasi
Otot berelaksasi dalam keadaan normal, potensial aksi di serat otot mengaktifkan
proses kontraksi dengan memicu pelepasan Ca2+ dari kantong lateral ke dalam
sitosol, proses kontraksi dihentikan dan relaksasi terjadi ketika Ca2+
dikembalikan ke kantong lateral saat aktifitas listrik lokal berhenti. Retikulum
sarkoplasma memiliki molekul pembawa, pompa Ca2+ -ATPase, yang
memerlukan energi secara aktif mengangkut Ca2+ dari sitosol dan
mengonsentrasikannya didalam kantong lateral. Potensial end plate dan potensial
aksi serat otot yang terjadi berhenti ketika enzim asetilkolinesterase yang terdapat
di membran menghilangkan Ach dari taut neuromuskulus. Ketika potensial aksi
lokal tidak lagi terdapat di tubulus T untuk memicu pelepasan Ca2+, aktivitas
pompa Ca2+ retikulum sarkoplasma mengembalikan Ca2+ yang dilepaskan ke
kantong lateral. Hilangnya Ca2+ dari sitosol memungkinkan kompleks troponin-
tropomiosin bergeser kembali ke posisinya yang menghambat, sehingga aktin dan
miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang. Filamen tipis, setelah dibebaskan
dari siklus perlekatan dan penarikan jembatan silang, kembali secara pasif ke
posisi istirahatnya. Serat otot berelaksasi.
 Kontraksi Konsentrik dan Eksentrik
Terdapat dua jenis penggolongan kontraksi lainnya. Pada kontraksi konsentrik
yaitu otot memendek, sementara pada kontraksi eksentrik yaitu otot memanjang.
Salah satu contoh kontraksi eksentrik adalah menurunkan suatu buku untuk
menempatkannya di meja. Selama tindakan ini, serat-serat otot bisep memanjang
tetapitetap berkontraksi dan bukan teregang secara pasif oleh beban. Kontraksi itu
sendiri tidak memanjangkan otot, kontraksi melawan peregangan yang terjadi
pada otot secara eksternal oleh berat buku tersebut.

Berdasarkan cara kerjanya, otot dibedakan menjadi dua yaitu otot antagonis dan otot
sinergis. Otot antagonis menyebabkan terjadinya gerak antagonis, yaitu gerak otot yang
berlawanan arah. Jika otot pertama berkontraksi dan otot yang kedua berelaksasi, sehingga
menyebabkan tulang tertarik atau terangkat dan juga sebaliknya. Otot sinergis menyebabkan
terjadinya gerak sinergis, yaitu gerak otot yang bersamaan arah. Jadi kedua otot berkontraksi
bersama dan berelaksasi bersama.
4
1. Gerak Antagonis (kerja otot berlawanan)
Contoh gerak antagonis yaitu kerja otot bisep dan trisep pada lengan atas dan lengan
bawah. Otot bisep adalah otot yang mempunyai dua tendon (dua ujung) yang melekat
pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang
mempunyai tiga tendon (tiga ujung) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas
bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot
trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot
bisep berelaksasi. Arah gerak otot antagonis adalah sebagai berikut:
 Abduksi dan Adduksi
Abduksi adalah gerakan menjauhi badan. Contohnya adalah gerak tangan sejajar
bahu.
Adduksi adalah gerakan mendekati badan. Contohnya adalah sikap sempurna.
 Depresi dan Elevasi
Depresi adalah gerakan kebawah/menurunkan.
Elevasi adalah gerakan keatas/mengangkat. Contohnya seperti menunduk.
 Supinasi dan Pronasi
Supinasi adalah gerak menengadahkan tangan.
Pronasi adalah gerak menelungkupkan tangan. Jadi, supinasi dan pronasi saling
berlawanan.
 Ekstensi dan Fleksi
Ekstensi adalah gerak meluruskan tangan atau kaki. Contohnya saat kita berdiri
dan kaki dalam posisi lurus.
Fleksi adalah gerak membengkokkan contohnya saat jongkok kaki dalam posisi
menekuk. Jadi, ekstensi dan fleksi saling berlawanan.
2. Gerak Sinergis (kerja otot bersamaan)
Gerak sinergis terjadi apabila ada dua otot yang bergerak dengan arah yang sama.
Contohnya adalah gerakan tangan mengadah dan menelungkup. Gerak ini terjadi karena
kerja sama antara otot pronator teres dengan otot pronator kuadratus. Contoh lain gerak
sinergis adalah gerak tulang rusuk akibat kerja sama otot-otot antara tulang rusuk ketika
kita bernapas.

2.2 Jenis – jenis, Stuktur dan Fungsi pada Otot

2.2.1 Jenis – jenis otot


 Otot Rangka
Satu sel otot rangka, yang dikenal sebagai serat otot, berukuran relatif besar,
memanjang, dan berbentuk silindris , dengan ukuran garis tengah berkisar dari 10-100
µm dan panjang hingga 750.000 µm. Otot rangka terdiri dari sejumlah serat otot yang
terletak sejajar satu sama lain dan disatukan oleh jaringan ikat. Selama perkembangan
masa janin, terbentuk serat-serat otot rangka besar melalui fusi sel-sel yang lebih kecil
yang dinamai mioblas (mio artinya ‘otot’, blas merujuk kepada sel primitif yang
membentuk sel yang lebih khusus), karena itu satu gambaran mencolok adalah adanya
banyak nukleus di sebuah sel otot. Fitur lain adalah banyaknya mitokondria, organel
5
penghasil energi, seperti diharapkan pada jaringan seaktif otot rangka dengan kebutuhan
energi yang tinggi.

Serat otot rangka mengandung banyak miofibril, yang merupakan struktur intrasel
silindris berdiameter 1µm yang memanjang ke keseluruhan panjang serat otot. Miofibril
adalah elemen kontraktil khusus yang memebentuk 80% volume serat otot. Setiap
miofibril terdiri dari susunan teratur mikrofilamen sitoskeleton-filamen tipis dan tebal.
Filamen tebal, yang bergaris tengah 12-18 nm dan panjang 1,6 µm, terdiri dari protein
miosin, sementara filamen tipis, yang bergaris tengah 5-8 nm dan panjang 1,0 µm,
terutama dibentuk oleh protein aktin. Tingkat organisasi otot rangka dapat diringkas
sebagai berikut:
Otot keseluruhan → Serat otot → Miofibril → Filamen tebal dan tipis → Miosin dan
aktin
(Suatu organ) (Sebuah sel) (Struktur intrasel khusus) (elemen situskeleton)
(molekul protein)
6

Pita A dan I dilihat dengan mikroskop elektron, sebuah miofibril memperlihatkan pita
gelap (pita A) dan pita terang (pita I) bergantian. Pita pada semua miofibril tersusun
sejajar satu sama lain yang secara kolektif menghasilkan gambaran lurik serat otot rangka
seperti terlihat di bawah mikroskop cahaya. Tumpukan filamen tebal dan tipis bergantian
yang sedikit tumpang tindih satu sama lain berperan menghasilkan gambaran pita A dan
I. Geometri filamen ini dipertahankan oleh beberapa protein sitoskeleton.

Pita A dibentuk oleh tumpukan filamen tebal bersama sebagian filamen tipis yang
tumpang-tindih di kedua ujung filamen tebal. Filamen tebal hanya terletak di dalam pita
A dan terbentang di seluruh lebarnya, yaitu, kedua ujung filamen tebal di dalam suatu
tumpukan mendefinisikan batas luar suatu pita A. Daerah yang lebih terang di tengah pita
A yang tidak dicapai oleh filamen tipis adalah zona H. Suatu sistem protein penunjang
menahan filamen-filamen tebal vertikal di dalam setiap tumpukan. Protein-protein ini
dapat dilihat sebagai garis M, yang berjalan di bagian tengah pita Adi dalambagian
tengah zona H.
7
Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menjulur ke dalam pita A. Di
bagian tengah setiap pita I terlihat garis Z yang padat dan vertikal. Daerah antara dua

garis z disebut sarkomer, yaitu unit fungsional otot rangka. Unit fungsional suatu organ
adalah komponen terkecil yang dapat melakukan semua fungsi organ tersebut. Karena
itu,sarkomer adalah komponen terkecil serat otot yang dapat berkontraksi. Setiap
sarkomer dalam keadaan relaksasi memiliki lebar sekitar 2µm dan terdiri dari satu pita A
yang utuh dan separuh dari masing-masing dua pita I yang terletak di kedua sisi. Selama
pertumbuhan otot bertambah panjang dengan menambahkan sarkomer baru di ujung
miofibril, bukan dengan meningkatkan ukuran masing-masing sarkomer.
Untai-untai tunggal protein raksasa yang sangat elastik yang dikenal sebagai titin
berjalan di kedua arah dari garis M di sepanjang filamen tebal ke garis Z di ujung
sarkomer yang berlawanan.Titin adalah protein terbesar di tubuh, terbentuk dari hampir
30.000 asam amino. Protein ini berfungsi sebagai perancah (penyetabil posisi filament
tebal dalam kaitan filament tipis), bekerja sebagai pegas elastik, dan ikut serta dalam
transduksi sinyal.
Dengan sebuah mikroskop electron dapat dilihat adanya jembatan silang halus
terbentang di masing-masing filamen tebal dan tipis bertumpang tindih. Secara 3 dimensi
filament tipis tersusun secara heksagonal di sekitar filamen tebal. Setiap filamen tipis
nantinya dikelilingi oleh 3 filamen tebal. Sebuah serat otot dapat mengandung sekitar 16
miliar filmen tebal dan 32 miliar filamen tipis, semua tersusun dengan pola yang sangat
rapi dalam miofibril.
Miosin membentuk filamen tebal. Setiap filamen tebal memiliki beberapa ratus molekul
miosin yang dikemas dalam susunan yang spesifik. Molekul miosin adalah suatu protein
yang terdiri dari dua subunit identik, masing-masing berbentuk seperti stik golf. Molekul
miosin memiliki kepala yang membentuk jembatan silang anatara filamen tebal dan tipis.
Setiap jembatan memiliki dua tempat krusial bagi proses kontraksi, yaitu suatu tempat
untuk mengikat aktin dan suatu tempat miosin ATPase (pengurai ATP).
Aktin adalah komponen struktural utama filamen tipis. Filamen tipis terdiri dari 3
protein: aktin, tropomiosin, dan troponin. Aktin berbentuk bulat. Molekul tropomiosin
adalah protein mirip benang yang terbentang dari ujung ke ujung di samping alur spiral
aktin. Tropomiosin menghalangi aktin yang berikatan dengan jembatan silang, sehingga
menghambat kontraksi otot. Troponin adalah suatu kompleks protein yang terbuat dari 3
unit polipeptida: 1)berikatan dengan tropomiosin, 2)berikatan dengan aktin, 3)dapat
berikatan dengan Ca2+ .
8

Ketika Ca2+ berikatan dengan troponin, bentuk protein ini berubah sehingga tropomiosin
tersingki, aktin dan miosin dapat berikatan dan berinteraksi di jembatan silang,
menghasilakan kontraksi otot. Tropomiosin sering disebut protein regulatorik karena
perannya dalam menutupi (mencegah kontraksi) atau memajankan (memungkinkan
kontraksi) tempat pengikatan untuk interaksi jembatan silang antara aktin dan miosin.
Fungsi otot rangka diantaranya adalah membuat tubuh kita bergerak dan memanipulasi
lingkungan eksternal. Pada kejadian umum, gerakan ini ditujukkan untuk
mempertahankan homeostasis, misalnya menggerakkan tubuh mendekati makanan dan
menjauhi bahaya. Sedangkan, pada kejadian khusus otot homeostatik pada otot rangka
adalah mengunyah dan menelan makanan.

 Otot Jantung

Seperti otot rangka, otot jantung tampak lurik, dengan filament tebal dan tipis
tersusun teratur membentuk pola pita regular. Filamen tipis jantung mengandung
troponin dan tropomiosin, yang merupakan tempat kerja Ca2+ dalam mengaktifkan
aktivitas jembatan silang. Sel otot jantung juga mengandung banyak mitokondria dan
mioglobin. Sel-sel ini juga memiliki tubulus T dan reticulum sarkoplasma yang cukup
9
berkembang baik. Jantung juga disarafi oleh saraf autonom, yang bersama hormon
tertentu dan faktor lokal, dapat memodifikasi kecepatan dan kekuatan kontraksi. Hal yang
khas bagi otot jantung adalah bahwaserat-serat otot jantung disatukan dalam suatu
anyaman bercabang, dan potensial aksi otot jantung berlangsung lebih lama sebelum
mengalami repolarisasi.
Terdiri dari berkas-berkas sel yang teranyam erat sedemikian rupa sehingga
dapatmenimbulkan gelombang kontraksi yang khas yang berakibat pemerasan isi
ventrikel jantung. Sel jantung yang matur berdiameter sekitar 15 µm dan
panjangnyaantara 85-100 µm. Sel-sel tersebut memperlihatkan pola garis melintang yang
identik dengan otot rangka. Akan tetapi, otot jantung hanya memiliki satu atau dua inti
pucat yang terletak di tengah. Disekeliling sel-sel otot terdapat selubung halus jaringan
ikat endomisium yang mengandung jejaring kapiler luas.
Satu ciri unik membedakan otot jantung adalah adanya garis gelap melintang yang
melintang deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur. Diskus interkalaris
adalah kompleks pertautan yang terdapat pada pertemuan antar sel-sel otot jantung yang
bersebelahan. Untuk menjaga agar otot jantung tidak terpisah saat aktifitas kontraksi yang
berlangsung konstanadalah tugas desmosom dan fascia adherentes.
Sel otot jantung mengandung banyak mitokondria yang menempati 40% atau lebih
sitoplasma, dan hanya 2% serabut otot.
Otot jantung memiliki fungsi untuk mengalirkan darah yang sudah bersih dari co₂ ke
seluruh tubuh.

 Otot Polos

1. Otot polos unit tunggal


Otot polos unit tunggal bersifat terangsang sendiri (self excitable) sehingga tidak
memerlukanrangsangan saraf untuk berkontraksi. Otot polos unit tunggal dapat berupa
jenis fasik atau tonik. Pada otot polos unit tunggal fasik, kelompok – kelompok sel
khusus di dalam suatu sinsitium fungsional memperlihatkan aktivitas listrik spontan;
yaitu, kelompok – kelompok tersebut mengalami potensial kasi tanpa rangsangan luar
apapun. Berbeda dari sel peka ransangan lain yang telah kita bahas (misalnya neuron,
serat oto rangka, dan otot polos multi unit), sel otot polos unit tunggal yang teransang
sendiri inti tidak memepertahankan suatu potensial istirahat yang konstan. Potensial
membrane mereka secara inheren berfluktuasi tanpa pengaruh apapun dari factor di luar
sel. Dua tipe utama depolarisasi spontan yang diperlihatkan oleh sel yang teransang
sendiri ini adalah;
Potensial pemacu :potensial membrane secara gradual mengalami depolarisai
sendiri karena pergeseran fluks ion pasif yang meyertai perubahan otomatis
permeabelitas kanal ion (gambar 8-32a). katika membrane telah terdepolarisai hingga ke
ambang, terbentuk potensial aksi. Setelah repolarisasi, potensial membrane kembali
terdepolarisasi ke ambang, secara silis melanjutkan pembentukan ototmatis potensial aksi
denga cara ini. Sel pemacu otot polos yang teransang sendiri dikhususkan untuk
membentuk potensial aksi, tetapi sel ini tidak diperlengkapi untuk berkontraksi. Pada
sistiusum fungsional, selyang tak berkontraksi, sel pemacu, hanya berjumlah sedikit.
Sabagian besar sel otot polos dikhususkan untuk berkontraksi tetapi tidak dapat
10
membentuk potensial aksinya sendiri. Namun, sekali potensial aksi dimulai oleh sel
pemacu yang teransang sendiri, potensial tersebut dihantarkan ke sel non-pemacu yang
kontraktil pada sinsitium fungsional melalui taut celah, sehingga keseluruhan sel yang
terhubung berkontraksi sebagai satu unit tanpa masukan saraf apapun. Aktivitas
kontraktil semacam ini yang independen-saraf dan diinisiasi oleh otot itu sendiri disebut
aktivitas miogenik (aktivitas “yang diproduksi otot”), berbeda dengan aktivitas
neurogenic otot rangka dan otot polos multiunit.
Potensial gelombang lambat : potensial gelombang rambat adalah perubahan
gradual dan spontan hiperpolarisasi dan dipolarisasi bergantian (gambar 8-32b) yang
disebabkan oleh mekanisme yang tidak diketahui. Potensial ini hanya terjadi di otot polos
saluran pencernaan. Potensial gelombang lambat dinisiasi oleh kelompok khusussel
pemacu non-otot di dinding saluran cerna dan disebarkan ke sel otot polos sekitar melalui
taut celah. Potensial bergerak menjauhi ambang selama setiap hiperpolarisasi dan
mendekati ambang selama setiap depolarisasi. Potensial aksi ini menyebabkan kontraksi
yang diinduksi secara miogenik. Namun, ambang tidak selalu tercapai sehingga osilasi
potensial gelombang – gelombang lambat dapat berlanjut tanpa menghasilkan potensial
aksi dan aktivitas kontraktil. Titik awal ini, selanjutnya dipebgaruhi oleh factor saraf dan
local yang biasanya berkaitandengan makanan. Ingat kembali bahwa sel otot polos unit
tunggal tobik memiliki kadar Ca2+ sitosol dalam jumlah memadai untuk mempertahankan
tegangan berkadar rendah meskipun tanpa adanya potensial aksi, sehingga sel otot polos
ini juga bersifat miogenik. ( Karena itu, otot polos multiunit semuanya bersifat
neurogenic dan fasik; otot polos unit tunggal semuanya bersifat miogenik dan dapat
bersifat fasik atau tonik.
11

2. Otot polos multiunit


Otot polos multiunit memperlihatkan sifat – sifat yang terletak antaranotot rangka
dan otot polos unit tunggal. Suatu otot polos multiunit terdiri dari banyak unit diskrer
yang berfungsi independen satuu sama lain dan harus dirangsang secrara terpisah oleh
syaraf agar berkontraksi, serupa dengan unit motoric otot rangka. Karena itu, aktivitas
kontraktil di otot rangka dan otot polos multiunit bersifat neurogenic (“dihasilkan oleh
saraf “). Hal ini berarti bahwa kontraksi di kedua jenis otot ini dimulai hanya sebagai
respons terhadap stimulasi oleh saraf yang menyarafi tersebut. Semua otot polos
multiunit bersifat fasik, berkontraksi hanya jika diransang oleh saraf somatic volunteer
(neuron motoric), sel otot polos multiunit (serta unit tunggal) disarafi oleh sistem saraf
autonomy involunter.
Otot polos multi unit ditemukan di
a) Dinding pembuluh darah besar
b) Saluran napas halus di paru
c) Otot mata yang menyesuaikan lensa untuk melihat dekat atau jauh
d) Iris mata, yang mengubah ukuran pupil untuk menyesuaikan jumlah caya yang
masuk ke mata
e) Dasar folikel rambut, yang kontraksinya menyebabkan “bulu roma berdiri”.

2.2.2 Struktur & Fungsi Otot


1. Otot Polos
Sebagian besar sel otot ditemukan di dinding organ dan saluran berongga.
Kontraksi otot ini menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan mengatur gerakan
maju isi struktur – struktur tersebut.Sel otot polos berbentuk memanjang, gelendong,
memiliki satu nucleus, dan hauh lebih kecil (garis tengah 2 hingga 10 µm dan panjang 50
hingga 400 µm). Sel otot polos tidak terbentang diseluruh panjang otot. Kelompok –
kelompok sel otot polos biasanya terususun dalam lembaran – lembaran. (gambar 8-28a)
Sel otot polos memiliki tiga jenis filamen :
1) Filament tebal myosin, yang lebih panjang daripada yang ada di otot rangka
2) Filamen tipis aktin, yang mengandung tropomyosin, tetapi tidak mengandung
tropomionin
3) Filament ukuran sedang, yang tidak secra langsung ikut serta dalam kontraksi
otot, tetapi merupakan bagian rangka sitoskeleton yang menunjang bentuk sel
Filamen otot polos tidak membentuk myofibril dan tidak tersususn dalam pola
sarkomer seperti rangka. Karena itu, sel otot polos tidak memeperlihatkan pita atau lurik
seperti otot rangka sehingga jenis otot ini diberi istilah polos.
Karena tidak memiliki sarkomer, otot polos tidak memiliki garis Z tetapi memiliki
badan padat yang mengandung protein yang sama dengan kosntituen di garis Z (gambar
8-28b). Badan padat terletak di seluruh otot polos serta melekat ke permukaan internal
membrane plasma. Badan padat ditahan ditempatnya oleh filament antara sebagai
perancahnya. Filamen aktin elekta ke badan padat. Aktin yang terdapat di sel otot polos
jauh lebih banyak daripada ang terdapat di se otot rangka, dengan 10 hingga 15 filamen
12
untuk setiap filament tebal myosin di otot polos dibandingkan dengan 2 filamen tipis
untuk setiap filament tebal di otot rangka.

Unit kontraktil filamen tebal dan tipis berorientasi sedikit diagonal dari sisi ke sisi
di dalam sel otot polos dalam kisi – kisi memanjang berbentuk berlian dan bukan berjalan
sejajar dengan sumbu panjang seperti myofibril di otot rangka (gambar 8-29a).
Pergeseran relative filament tipis melewati filament tebal selama kontraksi menyebabkan
kisi – kisi filament memendek dan membesar dari sisi ke sisi. Akibatnya, sel keseluruhan
memendek dan menonjol keluar anatara titik-titik tempat filament tipis melekat ke
permukaan dalam membrane plasma. (gambar 8-29b)
Molekul myosin tersusun dalam filament tebal otot polos sehingga jembatan
silang terdapat di keseluruhan panjang filament (yaitu, tidak terdapat bagian yang kosong
di pusat filament tebal otot polos). Akibatnya, filament tipis sekitar dapat ditarik di
sepanjang filament tebal dengan lebih panjang daripada yang terjai di otot rangka. Juga
berbeda dengan otot rangka (semua filament tipis yang mengitari filament tebal ditarik
kea rah tengah filament tebal yang stationer), protein myosin di filament tebal otot polos
tersusun sedemikian rupa sehingga separuh filament tipis sekitar ditarik ke satu ujung
filament tebal yang stasioner dan separuh yang lain ditarik ke ujung yang berlawanan
(gambar 8-29b).
13

Sel otot polos diaktifkan oleh fosforilasi myosin yangndependen Ca2+


Dikepala molekul myosin, di dekat area “leher”, melekat rantai – rantai ringan
protein. Rantai ringan ini kurang begitu penting pada otot rangka, tetapi memiliki fungsi
regulasi krusial pada otot polos. Filamen tipis sel otot polos tidak mengandung troponin,
dan tropomyosin tidak menghambat tempat pengikatan jembatan silang aktin. Miosin otot
polos hanya dapat berinteraksi dengan aktin ketika rantai ringan ini terfosforilasi(yaitu,
memiliki satu fosfat inorganic dari ATP yang melekat padanya). Selama eksitasi,
peningkatan Ca2+ sitosol berfungsi sebagai caraka intrasel, memicu serangkaian reaksi
biokimia yang menyebabkan fosforilasi rantai ringan myosin(gambar 8-30). Ca2+ otot
polos berikatan dengan kalmodulin, suatu protein intrasel yang ditemukan di sebagian
besar sel secara structural mirip troponin. Kompleks Ca2+-kalmodulin ini berikatan dan
mengaktifkan protein lain, rantai ringan protein kinase (RRM kinase) yang
selanjutnya memfosforilasi rantai ringan myosin. Fosfat ini pada rantai ringan myosin
adalah tambahan padafosfat yang menyertai ADP di tempat jembatan silang ATPase
myosin selama siklus yang memakan energy yang menjalankan penekukan jembatan
silang. P3 pada rantai ringan memungkinkan jembatan silang dapat dimulai. Karena itu,
otot polos dipicu berkontraksi oleh peningkatan Ca2+ sitosol serupa dengan yang terjadi
di otot rangka. Namun, pada otot polos Ca2+ akhirnya mengaktifkan jembatan silan
dengan memicu perubahan kimiawidi myosin filament tebal (fosforilasi), sementara pada
otot rangka Ca2+ menimbulkan efek dengan memicu perubahan fisik di filament tipis
(memindahkan troponin dan tropomyosin dari posisinya yang menghambat) (gambar 8-
31).
14

Otot polos fasik berkontraksi dalam letupan – letupan aktivitas; otot polos tonik
mempertahankan kontraksi dalam tingkat tertentu.
Otot polos dapat dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan pada pola
aktivitas kontraktilnya dan bagaimana konsentrasi Ca2+ meningkat :otot polos fasik dan
tonik. Otot polos fasik berkontraksi dalam letupan-letupan, dipicu oleh potensial aksi
yang menyebabkan peningkatan Ca2+ sitosol. Letupan kontraksi ini dintandai oleh
peningkatan aktivitas kontraktil yang jelas. Otot polos fasik paling banyak terdapat pada
dinding organ berongga yang mendorong isinya melaluinya, seperti organ-organ
15
pencernaan. Kontraksi fasik pada saluran cerna mencampur makanan dengan
getah – getah pencernaan dan mendorong massa ke depan untuk pemrosesan lebih lanjut.
Otot polos tonik biasanya berkontraksi parsial pada setiap saat. Keadaan kontraksi
parsial ini disebut dengan tonus. Tonus terjadi karena jenis otot polos ini memiliki
potensial istirahat yang relative rendah, yaitu -55 hingga -40 mV. Sebagiankanal Ca2+
berpintu listrik di membrane permukaan membuka pada potensial ini. Ca2+ yang masuk
mempertahankan keadaan kontraksi parsial. Karena itu, pemeliharaan tonus dalam otot
polos tonik tidak bergangtung pada potensial aksi. Otot polos tonik idak memperlihatkan
letupan – letupan aktivitas kontraktil, tetapi secara meningkat memvariasikan tingkat
kontraksi ini diatas atau di bawah tingkat tonik ini sebagai respons terhadap factor –
factor regulatorik, yang mengubah konsentrasi Ca2+ sitosol. Otot polos di dinding anteriol
merupakan contoh otot polos tonik. Kontraksi tonik yang terus terjadi pada pembuluh
pada dinding pembuluh halus ini memeras darah yang mengalir melaluinya kea rah hilir
dan merupakan salah satu factor utama yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah.
Sel otot polos tidak memiliki tubulus T dan reticulum sarkoplasma yang tidak
berkembang dengan baik. Pada otot polos fasik, peningkatan Ca2+ sitosol yang memicu
kontraksi berasal dari dua sumber: sebagian besar Ca2+ masuk dari cairan ekstasel, tetapi
sebagian dilepaskan di intrasel dari simpanan reticulum sarkoplasma. Tidak seperti
perannya pada sel otot rangka, reseptor dihidropiridinkan sensitive-listrik di membrane
plasma sel otot polos berfungsi sebagai kanal Ca2+. Ketika kanal membrane permukaan
ini terbuka sebagai respons terhadap potensial aksi, Ca2+ masuk menuruni gradient
konsentrasinya dari CES. Ca2+ yang masuk memicu pembukaan kanal Ca2+ di reticulum
sarkoplasma sehingga sejumlah sedikit tambahan Ca2+ dilepaskan secara intrasel dari
sumber terbatas ini. Karena diameter sel otot polos sangat jauh lebih kecil daripada serat
otot rangka, sebagaian bessar Ca2+ yang masuk di CES dapat memengaruhi altivitas
jemabatn silang, bahakan di bagian tengah sel, tanpa memerlukan mekanisme tubulus T
reticulum sarkoplasam.
Salah satu cara utama meningkatkan konsentrasi Ca2+ sitosol dan karenanya
meningkatkan aktivitas kontraktil di sel otot polos tonik adalah peningkatan caraka kimia
ekstrasel, sepeti norepinefrin atau berbagai hormone, dengan reseptor bergandeng protein
G, yang mengaktifkan jalur caraka kedua IP3-Ca2+. Membrane reticulum srakoplasma
pada otot polos tonik memiliki reseptor IP3, yang seperti reseptor rianodin, merupakan
kanal pelepas Ca2+ .Pengikatan IP3 menyebabkan pelepasan Ca2+ penginduksi kontraksi
dari simpana intrasel ini ke dalam sitosol. Ini adalah bagaimana norepinefrin yang
dilepaskan dari ujung saraf simpatis bekerja pada arteriol untuk meningkatkan tekakan
darah. Relaksasi otot polos dicapai dengan melenyapkan Ca2+ melalui pengeluarannya
secra aktif menembus membrane plasma atau kemabali ke dalam reticulum sarkoplasma,
mengalami defosforilasi (fosfatnya dikeluarkan) dan tidak lagi dapat berinteraksi dengan
aktin sehingga otot berelaksasi.
Otot polos bergerak lambat dan bersifat ekonomis
Respons kontraktil otot polos berlangsung lebih lambat daripada kedutan otot
rangka. Penguraian ATP oleh myosin ATPase jauh lebih lambat di otot polos, sehingga
aktivitas jembatan silang dan pergeseran filament berlangsung sekitar 10 kali lebih
lambat di otot polos daripada di otot rangka. Satu kontraksi otot polos dapat bertahan
16
selama 3 detik (3000 mdet), dibandingkan dengan maksimum 100 mdet yang
diperlukan untuk setiap respons kontraktil di otot rangka. Otot polos juga berelaksasi
lebih lambat karena pembersihan Ca2+ berlangsung lebih perlahan. Namun, kelambanan
ini jangan diartikan sebagai kelemahan. Otot polos dapat menghasilkan tegangan
kontraktil per satuan luas potongan melintang yang sama seperti yang dihasilkan oleh
otot rangka, tetapi otot polos melakukannnya dengan lebih lambat dan dengan
pengeluaran energy yang jauh lebih kecil. Karena siklus jembatan silang yang lambat
selama kontraksi otot polos, jembatan silang melekat lebih lama selama setiap siklus,
dibandingkan dengan otot rangka ; yaitu, jembatan silang “ memegang erat” filament
tipis lebih lama dalam setiap siklus. Fenomena lekat ini memungkinkan otot polos
mempertahankan tegangan dengan konsumsi ATP yang lebih sedikit, karena setiap siklus
jembatan silang menggunakan satu molekul ATP. Durasi gaya yang dihasilkan oleh satu
interaksi jembatan silang bertahan sekitar delapan kali lebih lama pada otot polos
daripada otot rangka. Karena itu otot polos adalah jaringan kontraktil yang hemat,
menyebaban cocok untuk kontraksi menetap jangka panjangdengan sedikit konsumsi
energy dan tanpa kelelahan. Berbeda dengan kebutuhan yang cepat berubah yang
dibebankann pada otot rangka sewaktu anda bergerak dan memanipulasi lingkungan
eksternal anda, aktivitas otot polos anda diarahkan untuk durasi yang lebih lama dan
melakukan penyesuaian yang lambat terhadap perubahan. Karena sifatnya yang lamban
dan susunan filamennya yang kurang teratur, otot polos sering salah dipandang sebagai
versi otot rangka yang kurang berkebang. Sebenarnya, otot polos juga bersifat sangat
spesialistik dipandang dari kebutuhan yang dibebankan padanya. Ini adalah jaringan
efisien yang sangat adaptif.
Penyaluran nutrient dan O2 umumnya memadai untuk menunjang proses
kontraktil otot polos. Otot polos dapat memanfaatkan beragam molekul nutrient untuk
menghasilakan ATP. Tidak terdapat simpana energy yang setara denga keratin fosfat
pada otot rangka; simpanan tersebut tidak diperlukan. Penyaluran oksigen biasanya sudah
memadai untuk mengimbangi laju fosforilasi oksidatif yang berlangsung lambat yang
dibutuhkan untuk menghasilkanATP bagi otot polos yang hemat energy ini. Jika
diperlukan glikolisis anaerob dapat menghasilkan ATP yamg memadai jika pasokan O2
berkurang.

2.3 Mekanisme kontraksi otot

Serat otot rangka tampak lurik dikarenakan adanya susunan internal yang sangat tertata.
Serat otot terdiri dari banyak miofibril. Tiap miofibril terdiri dari susunan teratur yang disebut
dengan filamen tebal yang dibentuk oleh protein miosin dan filament tipis yang dibentuk oleh
protein aktin. Tiap miofibril memperlihatkan pita gelap (pita A) dan pita terang (Pita I). Pita
tersebut menghasilkan gambar lurik otot rangka yang menyebabkan susunan gelap terang pada
otot. Dibagian tengah setiap pita I terdapat garis Z. Daerah antar garis Z disebut dengan
sarkomer, yaitu unit fungsional otot rangka.
Dengan menggunakan miroskop electron, dapat dilihat adanya jembatan halus terbentang
dari masing-masing filament tebal menuju filament tipis. Jembatan halus ini biasa disebut
dengan jembatan silang atau myosin crossbridge. Jembatan silang menonjol pada filament tebal
(myosin) sehingga disebut dengan myosin crossbridge.
17
Kontraksi otot disebabkan oleh interaksi jembatan silang antara aktin dan myosin. Saat
terjadi kontraksi filament tipis di kedua sarkomer bergeser ke arah dalam menuju pita A terhadap
filament tebal yang diam. Sewaktu bergeser ke dalam filament tipis menarik garis-garis Z tepat
filament tersebut melekat saling mendekat sehingga sarkomer memendek. Karena sarkomer
secara keseluruhan memendek, maka seluruh serat otot memendek. Zona H, di bagian tengah
pita A yang tidak dicapai oleh filament tipis menjadi lebih kecil karena filament-filamen tipis
saling mendekati ketika mereka bergeser ke arah dalam. Ini adalah mekanisme pergeseran
filament pada kontraksi otot. Pita I yang terdiri dari bagian filament tipis yang tidak bertumpang
tindih dengan filament tebal semakin menyempit ketika filament-filamen tipis semakin
bertumpang tindih dengan filament tebal sewaktu pergeseran tersebut.
Selama kontraksi, lebar pita A tidak mengalami perubahan karena lebarnya ditentukan
oleh panjang filament tebal. Selama proses pemendekan otot filament tebal tidak mengalami
perubahan panjang. Filament tipis juga tidak mengalami perubahan panjang sewaktu serat otot
memendek.
Sewaktu kontraksi, 𝐶𝑎2+ menggeser tropomyosin dan troponin. Jembatan silang myosin
dapat berikatan dengan molekul aktin di filament tipis sekitar. Kepala myosin berjalan di
sepanjang filament aktin untuk menariknya ke dalam relative terhadap filament tebal yang diam.
Dua kepala myosin di masing-masing molekul myosin bekerja secara independen, dengan salah
satu kepala yang melekat pada aktin pada suatu saat. Molekul myosin menekuk pada titik sendi
pada ekor untuk memudahkan pengikatan myosin dengan molekul aktin yang terdekat. Pada
pengikatan, kepala myosin menekuk 45 derajat kea rah dalam. Penekukan pada titik sendi leher
ini menciptakan gerak mengayuh, ini disebut sebagai kayuhan kuat jembatan silang.
Pada akhir satu siklus jembatan silang, ikatan antara jembatan silang myosin dan molekul
aktin terputus. Jembatan silang akan kembali ke bentuk semula dan berikatan dengan molekul
aktin berikutnya di belakang mitra aktin pertama. Jembatan silang akan kembali menekuk kea
rah dalam untuk menarik filament tipis lebih jauh, kemudian terlepas dan mengulangi siklus.
Siklus berulang secara berturut-turut menarik filament aktin. Sama prinsipnya dengan menarik
tambang dengan tangan.
Semua jembatan silang mendayung ke arah tengah bagian sarkomer, sehingga keenam
filament tipis sekitar tiap-tiap ujung sarkomer tertarik kea rah dalam secara bersamaan. Setiap
saat kontraksi, sebagian jembatan silang sedang “menahan” filament aktin dan yang lain
melepaskan filament aktin untuk “mengikat” filament aktin lainnya. Jika siklus jembatan silang
ini tidak asinkron, filament tipis akan bergeser kemali ke posisi istirahatnya semula di antara
kayuhan.
18
19

3.4 Gangguan pada otot

1. Artrofi
Gejala :
Mengecilnya otot
Penyebab :

 Penyakit Poliomielitis
 Tidak menggunakan otot secara cukup.
 Kurangnya latihan fisik
 Kurang Beraktivitas
Akibat :

 Menghilangkan kemampuan kontraksi otot


Pengobatan :

 Pemijatan
 Rangsangan Listrik
20

 Program olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau dokter) sangat dianjurkan
 Latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot.
Pencegahan :

 Mengkonsumsi makanan bergizi.


 Sering beraktivitas

2. Hipertrofi
Gejala :

 Membesarnya otot
Penyebab :

 Otot dilatih secara berlebihan


Akibat :

 Peningkatan volume organ atau jaringan


Pengobatan :

 Terapi Akupuntur
Pencegahan :

 Melatih otot sewajarnya


 Mengurangi aktivitas

3.Stiff (kaku leher)


Gejala :

 Leher yang terasa kaku dan sakit jika digerakan


 Otot leher kejang/kaku, kepala sulit/nyeri digerakkan
Penyebab :

 Otot trapesius leher mengalami peradangan (akibat dari entakan yang salah gerak)
Akibat :

 Kepala sulit digerakkan


Pengobatan :

 Pemijatan
 Terapi
21
Pencegahan :

 Meregangkan otot leher


4. Kram
Gejala :

 Otot keras dan tegang


 Nyeri.
Penyebab :

 Terlalu lama beraktivitas


 Kekurangan air dan garam di dalam tubuh
 Olahraga yang kurang pemanasan
 Terlalu lama berada dalam satu posisi.
Akibat :

 Nyeri
 Bagian tubuh yang kram sulit digerakkan
Pengobatan :

 Regangkan otot yang terserang


 Gosok bagian yang sakit dengan obat gosok analgesik
 Minum obat pereda nyeri seperti parasetamol
 Berobat ke dokter.
Pencegahan :

 Pemanasan yang cukup sebelum berolahraga


 Sering mengubah-ubah posisi
 Pasokan air dan garam yang memadai.
5. Miastenia Gravis
Gejala :

 Kelemahan otot setelah mengeluarkan tenaga yang sembuh kembali setelah istirahat
Penyebab :

 Melemahnya otot
Akibat :

 Dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian


Pengobatan :

 Tidur selama 10 jam agar dapat bangun dalam keadaan segar dan perlu menyelingi waktu
dengan istirahat.
 Menghindari hal-hal yang memperberat sakit
22

 Menggunakan obat-obat antikolinesterase yang kerjanya menghancurkan asetilkolin.


Pencegahan :

 Myasthenia gravis tidak bisa dicegah, tapi menghindari pemicu berikut, dapat membantu
pasien mencegah eksaserbasi:

1. emosional
2. Paparan terhadap suhu ekstrim
3. Demam
6. Distrofi otot
Gejala :

 Gejala berupa tubuh bergoyang saat mulai berjalan atau berlari, menggunakan jari kaki
dibandingkan kaki keseluruhan untuk berjalan,
Penyebab :

 Genetis (Turunan)
Akibat :

 Kelemahan pada otot-otot yang dekat dengan batang tubuh.


Pengobatan :

 Terapi fisik dan latihan akan membantu mencegah pengkerutan otot yang menetap di sekitar
sendi.
 Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk meringankan nyeri otot.
Pencegahan :

 Konseling genetik disarankan bila ada riwayat keluarga distrofi otot. Perempuan mungkin
tidak memiliki gejala tapi masih membawa gen untuk gangguan ini.
7. Tetanus
Gejala :

 Nyeri
 Kejang-kejang otot
Penyebab :

 Otot yang terus berkontraksi akibat bakteri clostridium tetani


Akibat :

 Saraf dan otot menjadi kaku (rigid).


Pengobatan :
23

 Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotiktetrasiklin dan


penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut, supaya racun yang ada
mati.
 Kejang-kejang otot
Pencegahan :

 Setiap luka, harus dibersihkan unuk mencegah pertumbuhan Clostridium tetani


8. Hernia Abdominalis
Gejala :

 Benjolan di paha dan pusar


 Mual
 Muntah
 Susah makan
 Tubuh demam
Penyebab :

 Sobeknya otot dinding perut yang lemah sehngga usus melorot ke awah
Akibat :

 Penderita tidak mampu bergerak dengan baik


 Kematian
Pengobatan :

 Operasi (bila parah)


Pencegahan :

 Satu-satunya cara untuk mengurangi resiko Anda memiliki hernia perut adalah untuk
menghentikan masalah yang membuat hernia lebih mungkin. Sebagai contoh, jika Anda:

1. Batuk atau bersin – mencari tahu apa yang menyebabkan ini dan mendapatkan bantuan untuk
mengobatinya
2. Tegang di toilet – banyak makan serat dan minum lebih banyak cairan untuk membantu
memudahkan buang air besar Anda .
24
9. Fibriosis
Gejala :

 Kejang otot
 Nyeri otot
Penyebab :

 Latihan yang berlebihan dalam olahraga


Akibat :

 Otot yang tidak mampu beregenerasi


 Mengurangi kemampuan dari otot yang terkena untuk kontrak dan bersantai dengan cepat
Pengobatan :

 Aktif MMP-1 yang paling efektif dalam mengurangi fibrosis, walaupun pengobatan dengan
proMMP-1 juga bermanfaat relatif terhadap kontrol
Pencegahan :

 Menjaga aktivitas jangan sampai berlebihan


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah dalam makalah yang kami buat dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis jaringan di bagi menjadi 3 macam yaitu otot polos, otot jantung, dan otot lurik. Dari ketiga
jenis otot tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda seperti yang telah dijelaskan bahwa
macam-macam gerak pada otot juga mempunyai macam gerak yang berbeda antara gerak
relaksasi dan kontraksi. Selain itu, dalam mekanisme kontraksi otot, terdapat Filamen-filamen
tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi, aktin merangsang aktivitas ATPase
miosin model untuk interaksi aktin dan miosin berdasar strukturnya. Dan dapat juga disimpulkan
bahwa gangguan pada otot juga bermacam-macam seperti artrofi, hipertrofi, stiff, kram,
miastenia gravis, distrofi otot, tetanus, hernia abdominalis, dan fibriosis

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, Penulis menuliskan Untuk mahasiswa khususnya, agar belajar
lebih mendalami lagi tentang sistem Muskuloskeletal. Karena, lebih banyak mendalami, kita
lebih banyak tau lagi tentang struktur tubuh manusia atau penyusun tubuh manusia. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

25
Daftar Pustaka
Mescher, A. L. (n.d.). Histologi Dasar JANQUEIRA.
Sherwood, L. (n.d.). Fisiologi Manusia.
Zarmayana. (n.d.). Retrieved from https://croisant.wordpress.com/2012/05/20/gangguan-
gangguan-pada-otot/
27

MAKALAH
“Anatomi Muskuloskeletal”

Disusun Oleh :

Nindya Virya Kumala 201811106


Nisrina Nanda Rosiwan 201811107
Noviana Rosanti 201811110
Nurrohmah Khalifatul Ilmi 201811112
Nurul Azizah Paramitha 201811113
Putu Deyana Tirka Pratiwi 201811116
Ridzky Rainrisa Arief 201811122
Salsabila Putri Uno 201811125

JURUSAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO(BERAGAMA)

2018

Anda mungkin juga menyukai