Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SEMINAR JOURNAL READING

DEPARTEMEN PERIODONSIA

Temuan terbaru pada pencegahan gingivitis : Alat kesehatan mulut dan pasta
gigi

Sonja Salzer, PhD, Fridus A. van der Weijden, PhD, Christof E. Dorfer, Dagmar Else lot, PhD

Disusun Oleh :

Farid Zayd 160112200116


Friska Nur Rizki 160112200113
Nur Fauziana Hayuningtyas 160112200501

Pembimbing :
drg. Prajna Metta , Sp. Perio (K) RPI

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : TEMUAN TERBARU PADA PENCEGAHAN GINGIVITIS : ALAT

KESEHATAN MULUT DAN PASTA GIGI

PENYUSUN : FARID ZAYD – 160112200116


FRISKA NUR RIZKI - 160112200113
NUR FAUZIANA HAYUNINGTYAS - 160112200501

Bandung, 26 Mei 2022

Menyetujui:
Pembimbing,

drg. Prajna Metta, Sp. Perio (K) RPI


NIP. 198808042016044001
TERJEMAHAN JURNAL

Temuan Terbaru pada Pencegahan Gingivitis: Alat Kesehatan Mulut dan


Pasta Gigi
Sonja Salzer, PhD, Fridus A. van der Weijden, PhD, Christof E. Dorfer, Dagmar Else lot, PhD

1.1 Abstrak

Produk kebersihan mulut saat ini banyak tersedia di pasaran oleh karena itu fasilitas

kesehatan harus mampu memilih produk yang sesuai untuk tiap pasien. Keberhasilan kebersihan

mulut bergantung kepada bukti yang tersedia oleh karena nya fasilitas kesehatan harus

mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing masing produk kebersihan mulut supaya

dapat memberikan informasi yang sesuai selama sesi edukasi berlangsung.

Kata kunci : pasta gigi, gingivitis, menyikat gigi

1.2 Pendahuluan

Plak gigi merupakan penyebab gingivitis yang akan berkembang menjadi periodontitis

(meskipun tidak berlaku untuk semua pasien). Periodontitis mengenai lebih dari 50% populasi

orang dewasa di dunia dan berada di urutan ke 6 penyakit terbanyak di dunia dengan prevalensi

11%. Periodontitis merupakan penyebab utama kehilangan gigi dan memiliki dampak negatif

pada kualitas hidup kesehatan mulut. Berikut adalah beberapa faktor utama dalam peningkatan

biaya perawatan kesehatan mulut diantaranya seperti ucapan, nutrisi, kepercayaan diri, dan

kesejahteraan secara keseluruhan oleh karena itu periodontitis menggambarkan perhatian yang

signifikan terkait kesehatan di masyarakat.


Gingivitis pada tahap awal ditandai dengan peningkatan cairan gingiva. Tahap

selanjutnya terdapat kemerahan pada margin gingiva serta agregasi dan pembesaran pembuluh

darah di jaringan ikat subepitel. Hilangnya jaringan ikat fibrosa digambarkan secara klinis

dengan adanya pembengkakan dan hilangnya tekstur dari gingiva bebas. Gejala klinis dari

gingivitis kronis tampak agak kabur dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit oleh karena itu

kebanyakan pasien tidak menyadari penyakit ini dan dokter gigi sering mengabaikan hal tersebut.

Gingivitis kronis jarang menunjukan perdarahan spontan. Perdarahan dari jaringan gingiva dapat

ditimbulkan dengan menyentuhnya menggunakan alat tumpul selama menyikat gigi atau skrining

secara profesional untuk penyakit periodontal. Lokasi gingiva dengan perdarahan yang teratur

menunjukan risiko kehilangan gigi lebih tinggi daripada lokasi gingiva yang hanya terjadi

perdarahan sesekali.

Penghilangan plak secara efektif dapat mencegah gingivitis. Menyikat gigi merupakan

cara pencegahan yang paling luas dan umum dilakukan untuk menjaga kebersihan mulut secara

individu. Terdapat bukti yang kuat bahwa menyikat gigi dan prosedur pembersihan mekanis

lainnya dapat mengendalikan kontrol plak asalkan pembersihan dilakukan cukup teliti dan pada

interval yang tepat. Individu yang baik dalam menjaga kesehatan mulut akan memperoleh

manfaat namun efek dari perawatan mulut setiap hari belum cukup terbukti untuk mencegah

penyakit periodontitis. Masih belum jelas apakah manfaat kesehatan yang didapat merupakan

hasil dari pembersihan plak secara profesional dan mekanis serta instruksi menjaga kebersihan

mulut atau kombinasi daripadanya. Instruksi menjaga kebersihan mulut yang berulang

menghasilkan manfaat serupa penghilangan plak secara rutin dengan tindakan mekanis dan

profesional.
1.2 Kebersihan mulut dan pencegahan gingivitis

Kekuatan fisiologi secara alami dan pola pengunyahan dapat mempengaruhi

pertumbuhan plak pada gigi terutama pada daerah yang berisiko seperti insisal dan oklusal.

Adanya gerakan lidah terutama pada daerah dorsum yang kasar dapat menghilangkan plak pada

permukaan lingual dan bukal pada gigi posterior. Selain itu adanya pipi juga menghambat

pertumbuhan plak pada area bukal gigi posterior. Adanya saliva juga dapat membersihkan debris

di bagian interproksimal dan pit oklusal namun kurang efektif untuk menghilangkan plak.

Mekanisme pembersihan plak seperti ini kurang cukup untuk mencegah terjadinya peradangan

pada jaringan periodontal karena dipengaruhi oleh kualitas dan ketepatan dalam kontrol plak

mekanis seperti contohnya kita tidak mengetahui seberapa sering menyikat gigi dan seberapa

banyak plak yang dihilangkan dapat mencegah penyakit periodontal. Dalam praktik sehari-hari,

direkomendasikan untuk menyikat gigi 2x sehari dengan pasta yang mengandung fluorida

selama 2 menit untuk menghilangkan plak, mencegah karies dan memberikan perasaan segar

pada rongga mulut. Namun, pasien dengan periodontitis cenderung membutuhkan lebih dari 2

menit.

Berdasarkan penelitian jangka panjang kohort menyatakan bahwa peningkatan

kebersihan mulut dalam populasi berkorelasi dengan penurunan prevalensi dari penyakit

periodontitis. Dua penelitian jangka panjang di negara Swedia dan Norway menunjukan bahwa

lebih dari 30 tahun terakhir pengurangan plak, parameter penyakit gingivitis, penurunan

prevalensi periodontitis dan jumlah kehilangan tulang alveolar. Selanjutnya, berdasar penelitian

yang dilakukan Jonkoping menyatakan bahwa jumlah gigi molar yang tertahan meningkat di

semua kelompok umur antara 20-80 tahun selama observasi periode ini berlangsung. Penelitian

serupa yang dilakukan di Norwegia dalam periode yang sama menggambarkan hasil yang sesuai
untuk individu berusia 35 tahun. Meskipun penelitian jangka panjang menyebutkan adanya

korelasi antara kebersihan mulut yang bagus serta kondisi mulut stabil namun adanya kelompok

kontrol tanpa pengukuran pencegahan tidak dapat menilai seberapa penting perawatan mulut

secara profesional maupun harian. Meningkatnya kebersihan mulut mampu mencegah penyakit

gingivitis dan transisi dari gingivitis menuju periodontitis.

Penelitian jangka panjang menilai bahwa efek dari penghilangan plak dalam pencegahan

penyakit periodontal dengan kelompok kontrol negatif yang tidak menjaga kebersihan mulut

dianggap tidak etis. Penelitian epidemiologi mengindikasikan bahwa level menjaga kebersihan

mulut secara populasi umum meningkat dalam beberapa tahun terakhir namun diperlukan

peningkatan yang lebih jauh terkait kebersihan mulut pasien secara individu. Banyak orang

mengatakan bahwa telah menyikat gigi dua kali sehari namun efektivitasnya secara umum tidak

cukup untuk mengurangi gingivitis dan akibatnya berujung kepada periodontitis.

1.2 Menyikat gigi

Tidak perlu diragukan lagi bahwa alat penting untuk menjaga kebersihan gigi seperti

sikat gigi secara efisien dapat menghilangkan plak. Sikat gigi manual tersedia dalam berbagai

desain, bervariasi dalam bentuk handle, kepala sikat, susunan bulu dan bentuk filamen. Handle

mungkin didesain secara ergonomis dan bentuknya disesuaikan dengan teknik menyikat. Kepala

sikat sedang dalam tahap pengembangan untuk meningkatkan efektivitas. Mayoritas populasi

(80% dari 90% populasi di Jerman) menyatakan bahwa telah menyikat gigi 2x sehari selama 2

menit. Namun, efektivitas menyikat gigi tampaknya tidak setinggi yang diharapkan. Kesuksesan

dalam menyikat gigi dapat ditentukan dari ketangkasan dan akurasi dari tiap individunya.
Penelitian sistematik menemukan efek dari latihan menyikat gigi sendiri dengan sikat

gigi manual rata rata dapat mengurangi skor plak sebanyak 42% sedangkan jika menggunakan

sikat gigi elektrik dapat menurunkan skor plak sebanyak 46% berdasar data yang muncul dari uji

klinis terkontrol. Efisiensi menyikat gigi dalam kehidupan sehari hari lebih sedikit jika tidak ada

efek Hawthorne yang berkontribusi pada performa pasien. Dalam menyikat gigi secara manual

telah dibuktikan bahwa tidak terdapat keunggulan teknik menyikat gigi tertentu. Instruksi

berbasis komputer yang intens dan tambahan informasi baik secara lisan maupun tulisan terkait

teknik menyikat gigi bass atau fones dibandingkan dengan teknik lainnya ternyata tidak

menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam penghilangan plak setelah 6 sampai 12 minggu.

Pasien dengan motivasi dan mengikuti saran serta instruksi yang sesuai dari dokter gigi dapat

memperoleh dan mempertahankan level plak kontrol yang ideal. Efek dari pencegahan

pengukuran termasuk besar di area yang beresiko tinggi (seperti area dengan level plak yang

tinggi) dan instruksi sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan tiap individu. Banyak pasien

menghabiskan lebih banyak waktu menyikat gigi secara asal khususnya saat sesi terakhir

menyikat gigi ketika kekurangan konsentrasi.

1.2.1 Metode instruksi

Jutaan informasi menjaga kebersihan mulut diberikan dokter gigi setiap hari.

Bagaimanapun, informasi tersebut sangat luas tergantung dari dokter gigi secara individu,

asosiasi dokter gigi, perusahaan sikat dan pasta gigi serta buku kedokteran gigi. Menjaga

kebersihan mulut yang baik memerlukan motivasi tinggi dari pasien sehingga secara individu

dapat di instruksikan untuk mengubah perilaku berkelanjutan dan memiliki pengetahuan baik

merupakan suatu metode efektif untuk menghilangkan plak dari margin, submargin serta area

interproksimal dari gigi. Selain apa yang telah dijelaskan diatas, saran dari dokter gigi harus
diimplementasikan ke dalam rutinitas pasien sehari-hari. Oleh karena itu, dokter gigi sebaiknya

mempertimbangkan kebiasaan dan keterampilan tiap pasien.

Berbagai macam metode dapat digunakan untuk menyampaikan saran dan instruksi.

Sebagai contoh, instruksi dapat diberikan selama satu kali kunjungan atau bertahap dalam

beberapa kali kunjungan. Dokter gigi dapat memberikan melalui pamflet, video atau instruksi

personal. Instruksi secara video lebih efektif dalam menghilangkan plak dari pada instruksi

secara tulisan. Saat ini, berbagai upaya sedang dilakukan untuk menstimulasi perawatan mulut

harian dengan memberikan umpan balik sehubungan dengan kinerja diri. Dalam penelitian klinis

yang dilakukan oleh Graetz et al menyebutkan bahwa partisipan secara random ditugaskan ke

dalam kelompok sistem digital monitoring training atau kelompok kontrol menyikat gigi secara

manual. Kedua grup diberikan instruksi untuk menyikat gigi 2x sehari selama 6 minggu.

Kelompok tes menggunakan sikat gigi manual dengan sistem monitoring yang menyediakan

informasi sensory mengenai orientasi dan perpindahan linier dari sikat gigi. Setelah itu, kedua

kelompok diminta untuk menyikat selama 8 minggu dengan sikat gigi kesukaan partisipan tanpa

tambahan intervensi. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sistem monitoring

mengarah kepada efek pembelajaran yang berkepanjangan dalam peningkatan kebersihan mulut.

Sistem umpan balik serupa kini tersedia untuk konsumen misalnya Oral B (Procter & Gamble)

baru baru ini meluncurkan sistem monitoring yang dapat di install dalam smartphone. Sistem

tersebut dapat melacak area yang telah disikat dan tekanan yang diterapkan melalui pengenalan

video serta sensor gerak. Dengan alat tersebut pasien dapat menerima umpan balik dari performa

menyikat gigi 2x sehari. Instruksi menjaga kebersihan mulut yang berulang dalam beberapa kali

kunjungan dengan umpan balik dan penguatan aktivitas yang dilakukan di rumah secara terus

menerus diusulkan oleh Rylander dan Lindhe


1.2.2 Efisiensi

Perkembangan dalam desain dan fungsi sikat gigi telah terbukti mempengaruhi efisiensi

menyikat gigi. Karena kinerja pembersihan dan kepraktisan yang mudah digunakan maka sikat

gigi bertenaga menjadi semakin populer. Di Jerman, 36% anak-anak, 39% orang dewasa dan

18% manula menggunakan sikat gigi bertenaga. Saat ini sikat gigi bertenaga khususnya sikat gigi

berosilasi rotasi tampaknya lebih unggul daripada sikat gigi manual. Sebuah meta-analisis baru-

baru ini oleh Cochrane Collaboration menunjukkan penurunan skor Indeks Plak yang unggul

dalam jangka pendek (durasi penelitian 1-3 bulan) sebesar 11% dan dalam jangka panjang (> 3

bulan) sebesar 21% dari sikat gigi yang berputar. Hasil serupa ditunjukkan untuk parameter

gingivitis yang meningkat sebesar 6% dalam jangka pendek dan 11% dalam jangka panjang.

Namun, konsekuensi klinis pada pasien seperti pencegahan karies atau periodontitis masih belum

jelas.

1.2.3 Keamanan

Risiko sikat gigi bertenaga dibahas secara luas. Kekhawatiran umum terkait dengan

menyikat gigi adalah perkembangan resesi gingiva sebagai efek sampingnya. Meskipun resesi

gingiva berhubungan dengan faktor risiko etiologi yang berbeda seperti biotipe gingiva,

perawatan ortodontik dan trauma oklusal namun penggunaan sikat gigi yang tidak memadai

kemungkinan menjadi penyebab paling signifikan. Hanya ada bukti jangka panjang yang terbatas

mengenai masalah ini. Secara umum, data untuk mendukung atau menyangkal hubungan antara

menyikat gigi dan trauma jaringan keras serta lunak sebagian besar tidak meyakinkan. Sejumlah

besar penelitian yang diterbitkan dalam dua dekade sebelumnya secara konsisten menunjukkan
sikat gigi berosilasi-rotasi seaman sikat gigi manual selain itu hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa sikat bertenaga ini tidak menimbulkan masalah klinis yang relevan dengan

jaringan keras atau lunak. Meta-analisis menunjukkan bahwa perubahan rata-rata dalam resesi

gingiva tidak berbeda secara signifikan pada partisipan yang menyikat dengan sikat gigi

bertenaga berosilasi-berputar dibandingkan dengan partisipan menyikat dengan sikat gigi manual.

Sebuah studi baru-baru ini dengan periode pengamatan 3 tahun tidak menemukan perbedaan

dalam perubahan resesi antara partisipan dengan resesi gingiva yang sudah ada sebelumnya

menggunakan sikat gigi bertenaga berosilasi-rotasi atau sikat gigi manual. Pada kedua kelompok,

terlihat penurunan yang signifikan secara klinis tetapi secara statistik signifikan pada resesi

gingiva, yang mungkin disebabkan oleh menyikat gigi yang lebih baik. Dalam studi kohort

prospektif 5 tahun, Schoo et al menegaskan bahwa penghilangan kebiasaan kebersihan mulut

traumatis secara umum akan cukup untuk mencegah peningkatan signifikan secara klinis pada

resesi gingiva.

Selanjutnya, sikat gigi multiarah yang baru dikembangkan dievaluasi dalam hal ini. Efek

menyikat dengan sikat gigi kuat ini dibandingkan dengan menyikat dengan sikat gigi manual

(sikat referensi American Dental Association) pada partisipan dengan resesi gingiva midbukal 2

mm yang sudah ada sebelumnya. Populasi penelitian ini dianggap berisiko tinggi untuk

mengembangkan resesi gingiva lebih lanjut. Secara total, 107 partisipan secara acak ditugaskan

untuk menyikat dengan sikat gigi bertenaga atau sikat gigi manual. Mereka diinstruksikan untuk

menyikat 2x sehari dan ditindaklanjuti selama 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

resesi gingiva yang sudah ada sebelumnya di situs midbukal menurun secara signifikan pada

kedua kelompok dari 2,2 menjadi 2,1 mm (P< .05). Untuk memverifikasi data yang diperoleh

secara klinis maka dilakukan pengukuran pada pencetakan untuk model study. Data ini
berkorelasi baik dengan hasil klinis. Secara meyakinkan, sikat gigi bertenaga yang baru

dikembangkan ini tampak seaman sikat gigi manual selama 12 bulan penggunaan.

1.3 Kesehatan Interdental Gigi

Permukaan interdental molar dan premolar adalah tempat predisposisi utama untuk

adhesi plak. Karena permukaan ini tidak dapat dijangkau dengan efisien oleh sikat gigi dan tidak

mudah terlihat sehingga karies dan periodontitis lebih sering berkembang di sini daripada di

bagian facial. Oleh karena itu, pembersihan interdental yang menyeluruh dan intensif harus

menjadi tujuan utama perawatan mulut sehari-hari karena membantu mengurangi perluasan dan

keparahan penyakit periodontal. Berbagai perangkat untuk pembersihan interdental perawatan

diri seperti benang gigi, sikat interdental dan tusuk gigi tersedia di pasar tetapi banyaknya variasi

produk menyulitkan pasien untuk memilih perangkat yang paling tepat; bahkan untuk dokter gigi

yang paling tepat untuk direkomendasikan tidak begitu jelas. Pilihan produk pembersih

interdental biasanya dibuat secara individual tergantung pada preferensi pasien dan kemungkinan

yang diharapkan untuk menggunakannya serta pada ukuran dan bayangan dari ruang interdental,

kontur gingiva, kesejajaran gigi dan ketangkasan serta motivasi pasien. Kebersihan mulut

interdental yang baik membutuhkan alat yang dapat menembus sela-sela gigi yang berdekatan

dan dapat dipakai oleh pasien. Selanjutnya, pilihan harus bergantung pada bukti terbaru.

Penggunaan alat pembersih interdental masih rendah. Di Jerman, misalnya 1,4 sikat

interdental digunakan per kepala dalam setahun dan 20,1 benang benang digunakan. Hanya 17%

anak-anak, 44% orang dewasa dan 15% lansia yang menyatakan menggunakan benang gigi

sedangkan 8%, 6% dan 7% masing-masing menggunakan sikat interdental. Perangkat pembersih

interdental yang ideal harus ramah digunakan oleh pengguna, menghilangkan plak secara efektif,
dan tidak memiliki efek merusak pada jaringan lunak atau keras. Efektivitas perangkat

pembersih interdental yang berkaitan dengan kontrol plak mekanik interdental dalam mengelola

gingivitis diselidiki dalam meta-review baru-baru ini. Pencarian dari tiga sumber internet

menghasilkan 395 artikel dan 6 tinjauan sistematis dimasukkan setelah penyaringan.

1.3.1 Benang gigi

Levi Spear Parmly, seorang dokter gigi yang berbasis di New Orleans dikreditkan

sebagai penemu benang gigi modern. Sejak tahun 1815, Parmly merekomendasikan flossing gigi

dengan seutas benang sutra. Pada tahun 1882, Codman and Shurtleft Company di Randolph,

Massachusetts mulai memproduksi secara massal benang sutra tanpa lilin untuk penggunaan

komersial di rumah. Pada tahun 1898, Perusahaan Johnson & Johnson di New Brunswick, New

Jersey adalah yang pertama mematenkan benang gigi. Dr Charles C. Bass mengembangkan

benang nilon sebagai pengganti benang sutra selama Perang Dunia II dan sebagian bertanggung

jawab untuk menjadikan benang gigi sebagai bagian penting dari kebersihan gigi yang masih

direkomendasikan secara umum.

Penerapan benang gigi agak menyulitkan karena penyisipan dan pembersihan yang

sebenarnya membutuhkan tingkat keterampilan taktil dan motorik halus yang tinggi serta

pengetahuan yang baik tentang kondisi anatomi. Benang gigi dapat berupa monofil (terdiri dari

polytetrafluoroethylene [ePTFE] yang diperluas), polifil (terdiri dari filamen tunggal yang dipilin

dari berbagai jumlah, diameter, derajat, dan orientasi filamen, tergantung pada produknya), atau

pseudopolifil (bila filamen tunggal tertanam dalam matriks). Benang gigi wax juga tersedia,

dengan tambahan rasa dan bahan pencegahan seperti fluorida. Dua tinjauan sistematis yang

mengevaluasi benang gigi ditemukan memenuhi syarat untuk tinjauan meta. Menurut
sinopsisnya, bukti penggunaan benang gigi selain menyikat gigi untuk pencegahan gingivitis

adalah lemah dan efeknya kecil. Sebagian besar penelitian tidak dapat menunjukkan bahwa

flossing umumnya efektif dalam menghilangkan plak. Namun, penggunaan benang gigi tidak

boleh dilarang karena masih cocok jika alat pembersih interdental lain yang lebih efektif tidak

akan melewati area interproksimal tanpa trauma. Sejauh ini, tidak ada perbedaan antara berbagai

jenis benang gigi yang telah ditetapkan.

1.3.2 Tusuk gigi

Tusuk gigi mungkin berasal dari zaman manusia gua yang digunakan untuk mengambil

makanan dari sela-sela gigi mereka. Baru-baru ini, tulang rahang hominin berusia 1,2 juta tahun

ditemukan di sebuah penggalian di Spanyol utara dan memiliki alur interproksimal di mana

fragmen kayu yang tidak dapat dimakan ditemukan menunjukkan aktivitas kebersihan mulut

interdental Bangsa Romawi kuno dalam memanfaatkan tusuk gigi yang dibuat dari tulang dan

logam. Wanita Saxon membawa tusuk gigi gading. Evolusi tusuk gigi primitif mengambil jalur

kedua dalam masyarakat yang lebih suka mencari-cari menjadi bagian dari peralatan perawatan

pribadi bersama dengan pinset obat untuk menghilangkan rambut dan sendok kotoran telinga.

Pada tahun 1872, Silas Noble dan JP Cooley mematenkan mesin pembuat tusuk gigi pertama.

Berbeda dengan tusuk gigi, woodstick gigi memiliki bagian tengah segitiga dan lancip di tepinya.

Mereka terbuat dari kayu tahan pecah berserat panjang dan tersedia dalam berbagai ukuran.

Aplikasinya mirip dengan sikat interdental. Namun, mereka tidak dapat mencapai cekungan dan

tidak dapat dimasukkan pada sudut yang benar di ruang interdental paling posterior.

Satu tinjauan sistematis mengevaluasi efek tusuk gigi. Bukti penggunaan tusuk gigi selain

menyikat gigi lemah dan tidak jelas besarnya berkaitan dengan gingivitis dan tidak ada bukti
mengenai pengurangan plak. Namun, perdarahan gingiva dapat dikurangi secara signifikan lebih

baik dengan tusuk gigi dibandingkan dengan menyikat gigi saja. Pendarahan setelah penggunaan

tusuk gigi dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi pasien dan kesadaran akan kesehatan

gingiva. Beberapa penelitian telah menggambarkan efektivitas klinis penilaian diri gingiva.

Adanya perdarahan memberikan umpan balik langsung pada tingkat kesehatan gingiva. Dokter

gigi dapat dengan mudah menunjukkan kondisi gingiva kepada pasien menggunakan indeks

perdarahan interdental untuk manifestasi klinis yang jelas ini. Alat ini dapat mendorong pasien

untuk menggunakan tusuk gigi sebagai bagian dari kebiasaan kebersihan mulut mereka.

1.3.3 Sikat interdental

Sikat interdental diperkenalkan pada 1960-an sebagai alternatif dari tusuk gigi. Sikat

tersebut dibuat dari filamen heliks sejajar yang dipasang pada kawat bengkok. Struktur sikat

mungkin berbeda dalam bentuk (misalnya, silinder atau kerucut, miring atau lurus) dan kekakuan

filamen. Area yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi seperti bagian tengah ruang interdental

dan embrasure dapat dijangkau secara efektif dengan sikat interdental. Terutama cekungan di

daerah akar aproksimal tidak dapat diakses oleh sikat gigi juga untuk benang gigi atau tusuk gigi.

Sikat interdental dapat menghilangkan plak sejauh 2 hingga 2,5 mm di bawah margin gingiva.

Dua dari tinjauan sistematis yang termasuk dalam tinjauan meta menyelidiki sikat

interdental. Bukti untuk sikat interdental berhubungan dengan pengurangan plak dan gingivitis

adalah moderat dan efeknya besar. Sikat interdental tampaknya menjadi metode yang paling

efektif untuk menghilangkan plak interdental. Tidak ada evaluasi sistematis dari desain yang

berbeda yang muncul. Namun, telah ditunjukkan oleh uji coba terkontrol secara acak (RCT)

bahwa desain mungkin mempengaruhi efektivitas-misalnya, sikat interdental berbentuk silinder


tampaknya menghilangkan plak aproksimal lebih efektif daripada yang berbentuk kerucut dan

sikat lurus lebih efektif daripada sikat miring. Beberapa penelitian telah menyelidiki efektivitas

perangkat pembersih interdental yang baru-baru ini diperkenalkan dengan bulu karet. Menurut

data awal ini, efektivitasnya tampaknya sebanding dengan perangkat pembersih interdental

standar dan diterima dengan baik oleh pasien.

1.3.4 Oral irrigator

Oral irrigator dikembangkan oleh insinyur hidrolik, John Mattingly, dan dokter gigi,

Gerald Moyer. Cairan ini digunakan di kedokteran gigi semenjak 1962 dan sudah dipelajari

secara luas beberapa dekade ini. Cairan ini dibuat untuk membilas plak yang menempel pada

gigi melalui mekanisme air yang mengalir. Satu tinjauan sistematis mengatakan bahwa

penggunaan oral irrigator tidak memberikan hasil yang signifikan. Walaupun sudah dibuktikan

dapat meningkatkan kesehatan gingiva dibandingkan penggunaan sikat gigi tetapi tidak

menghilangkan plak yang terlihat secara lebih jauh. Penelitian jangka panjang lebih lanjut

dibutuhkan untuk mengevaluasi pengaruhnya lebih luas. Penggunaan klorheksidin bersamaan

dengan oral irrigator lebih efektif dalam mengurangi plak dan gingivitis. Tinjauan sistematis

tersebut tidak mengevaluasi kanula ujung tumpul yang didesain khusus dan tidak termasuk

penilaian pada Sonicare Air Floss.

Berdasarkan hasil tersebut, Federasi Periodontologi Eropa memberikan kesimpulan

sebagai berikut: “..pembersihan interproksimal setiap hari ini esensial dalam menjaga kesehatan

gusi interproksimal, tapi tidak ada bukti untuk mendukung penggunaan benang gigi pada pasien

periodontitis. Sikat interdental merupakan alat paling efektif dan metode pilihan di mana celah
akan mengakomodasi penggunaan atraumatik. Pada area yang sehat di mana celah interdental

terlalu sempit harus berhati-hati atau dapat menggunakan benang gigi.”

Instruksi harus diberikan secara individual sesuai dengan kontur dan konsistensi jaringan

gingiva, ukuran embrasur interproksimal, posisi dan kemiringan gigi dan kemampuan serta

motivasi pasien. Saran kesehatan gigi harus disampaikan dengan berisi informasi yang dapat

membantu pasien mengidentifikasi bagian yang harus disikat, memilih alat dan membersihkan

seluruh permukaan interdental secara efektif. Perdarahan gingiva saat pembersihan interdental

bisa disebabkan oleh trauma seperti laserasi dan erosi gingiva atau indikasi inflamasi. Pasien

harus menyadari bahwa perdarahan bukanlah sebuah sebab untuk menghindari pembersihan

interdental tetapi sebagai indikator inflamasi yang harus dirawat.

1.4 Pasta Gigi

Penggunaan sikat gigi biasanya digabung dengan pasta gigi dengan maksud memfasilitasi

pembersihan plak dengan aplikasi agen pada permukaan gigi untuk alasan terapi atau

pencegahan, untuk menghasilkan napas segar dan untuk membuat proses penyikatan gigi lebih

nyaman. Pasta gigi digunakan semenjak 500 tahun sebelum masehi di Tiongkok dan India serta

pasta gigi modern dikembangkan pada tahun 1800-an: Pada 1824 seorang dokter gigi bernama

Peabody (nama lengkapnya tidak tercatat di sejarah) merupakan orang pertama yang

menambahkan sabun pada pasta gigi. Pada tahun 1850-an John Harris pertama kali

menambahkan kapur pada pasta gigi. Pada 1873 Colgate memproduksi secara massal pasta gigi

dalam toples pertama dan pada 1892 Dokter Washington Sheffield dari Connecticut membuat

pasta gigi pada tabung yang dapat dibuka. Tetapi, menyikat gigi dengan pasta gigi tidak

memberikan pengaruh tambahan pada pembersihan plak secara mekanis walaupun aplikasinya
telah dibuktikan nilainya serta memberikan pasien perasaan kesegaran mulut dan aplikasi agen

anti karies serta anti inflamasi. Pasta gigi umumnya mengandung bahan abrasif untuk

menghilangkan pelikel yang menempel dan memoles gigi. Akhir-akhir ini, bahan silikat juga

ditambahkan walaupun tingkat abrasifnya sering didiskusikan namun nilai Radioactive Dentin

Abrasion (RDA) sampai 250 masih dapat diterima.

1.4.1 Agen aktif

Fluorida merupakan agen aktif medis yang umum terdapat pada pasta gigi. Menyikat gigi

dengan pasta gigi berfluorida dapat mengurangi karies dibandingkan tanpa fluorida. Beberapa

formulasi dengan agen kimia spesifik untuk manajemen plak dan gingivitis beredar di pasaran.

Saat dibandingkan dengan kontrol negatif hanya beberapa agen kimia tersebut yang terbukti

mengurangi perdarahan dan plak pada gigi beserta gingiva. Timah digabungkan dengan fluorida

(stannous fluoride) telah digunakan pada formulasi pasta gigi sejak awal tahun 1940-an. Selain

kemampuan pencegahan karies, agen tersebut juga memiliki pengaruh anti inflamasi. Triclosan,

diperkenalkan di tahun 1980-an yang merupakan agen antimikroba biasa digunakan pada produk

kesehatan mulut. Bahan ini juga sering ditemukan pada krim jerawat, deodoran, dan sabun

karena sifatnya anti bakteri, anti jamur, dan anti virus. Stannous fluoride dan triclosan memiliki

pengaruh yang lebih baik pada kontrol plak dan gingivitis jika dibandingkan dengan sodium

fluoride yang dibuktikan pada beberapa tinjauan sistematis.

Tinjauan sistematis terbaru membandingkan stannous fluorida dan triclosan secara

langsung. Sebanyak 11 penelitian dengan setidaknya durasi 4 minggu dilibatkan pada tinjauan

ini. Kedua agen tersebut terlihat efektif dalam menangani gingivitis dan plak. Efek samping

stannous fluorida adalah staining di mana dalam beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
stain lebih sering terjadi pada penggunaan stannous fluorida dibandingkan triclosan. Penggunaan

heksametafosfat pada pasta gigi dapat mengurangi risiko. Tinjauan sistematis Cochrane

memperlihatkan bahwa penggunaan pasta gigi dengan triclosan dapat mengurangi plak,

gingivitis dan skor perdarahan yang lebih baik dibandingkan pasta gigi dengan fluorida. Tetapi

hasil penelitian untuk menunjukkan salah satu pasta gigi lebih superior pada pencegahan

periodontitis tidak cukup.

Pada pasien periodontitis penggunaan triclosan dapat mengurangi risiko loss attachment

lebih jauh dibandingkan dengan fluorida. Sebaliknya, pada penelitian dengan pasien perawatan

periodontal lebih dari 3 tahun terlihat tidak ditemukan perbedaan klinis dan mikrobiologis pada

penggunaan kedua bahan tersebut.

Triclosan adalah bahan antimikroba yang juga digunakan pada produk lain seperti sabun,

antiperspirant, mainan, dan alat dapur. Persoalan mengenai pengaruh terhadap lingkungan dan

kesehatan sudah diteliti secara luas tetapi tidak ada bukti mengenai triclosan yang berbahaya

untuk manusia. Tingkat resistensi dan resistensi silang pada komunitas secara keseluruhan

rendah walaupun di laboratorium sudah didemonstrasikan pada antimikroba. Tetapi ada juga

kasus yang melaporkan sensitivitas terhadap triclosan yang menyebabkan blister pada mukosa

bukal dan bibir. Penelitian terbaru pada risiko dan keunggulan sabun triclosan didemonstrasikan

terhadap sabun non antimikroba. Sebaliknya, peneliti menemukan bahwa risiko dari resistensi

lebih banyak dibandingkan pengaruh menguntungkan dari sabun triclosan. Administrasi

Makanan dan Obat Amerika (FDA) merekomendasikan mencuci tangan dengan sabun tanpa

bahan tambahan dan air dikarenakan tidak terbukti pengaruh menguntungkan dari triclosan.

Penggunaan triclosan pada pasta gigi sebesar 0.03% terbilang kecil.


1.4.2 Deterjen

Kemampuan menghilangkan plak ditingkatkan dengan pengaruh busa yang didapat dari

penggunaan deterjen. Pasta gigi terdahulu mengandung sabun dan biasanya berbentuk bubuk.

Pada tahun 1850-an, Creme Dentifrice diperkenalkan. Sejak 1945, sabun sudah digantikan bahan

lain untuk membuat pasta menjadi pasta lembut atau emulsi. Akhir-akhir ini, bahan yang umum

digunakan adalah deterjen sodium lauryl sulfat. Tetapi, masih belum jelas pengaruh busa dapat

meningkatkan pengurangan plak atau penerimaan pasien.

Dua penelitian terbaru mempelajari pengaruh deterjen sodium lauryl sulfat pada plak dan

skor gingivitis. Sejumlah 120 partisipan dengan gingivitis dipilih secara acak untuk menyikat

gigi selama 8 minggu dengan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulfat dan tidak. Dua

kelompok tersebut tidak memperlihatkan perbedaan signifikan pada perdarahan probing, plak

atau skor abrasi tetapi tingkat analog visual pada rasa, kesegaran dan pengaruh busa memiliki

nilai lebih tinggi pada bahan sodium lauryl sulfat. Pada penelitian lebih lanjut pasta gigi tanpa

sodium lauryl sulfat dibandingkan dengan dua pasta gigi dengan bahan tersebut yang beredar di

pasaran. Secara keseluruhan 90 sukarelawan dengan gingivitis diminta untuk menyikat gigi

dengan pasta gigi yang dipilih secara acak selama 4 minggu. Produk tersebut berupa pasta gigi

tanpa sodium lauryl sulfat dan terkandung enzim, kolostrum dan zinc konsentrasi rendah atau

satu dari dua pasta gigi dengan sodium lauryl sulfat. Penelitian tersebut membuktikan bahwa

tidak ada perbedaan pada skor plak dan gingivitis yang dapat dilihat dari kedua kelompok

tersebut. Partisipan lebih menyukai rasa pasta gigi dengan sodium lauryl sulfat. Sodium lauryl

sulfat dapat menyebabkan iritasi pada mukosa oral serta dapat meningkatkan permeabilitas

mukosa jika tidak ditambahkan triclosan atau stannous fluorida. Walaupun pasta gigi tanpa
sodium lauryl sulfat tidak begitu diapresiasi pasien namun pengaruhnya menguntungkan pada

beberapa pasien terutama yang memiliki RAS.

1.5 Kesimpulan

Perawatan kesehatan mulut mandiri harus tersedia secara individu pada setiap pasien

sesuai dengan keadaan klinis dan kebiasaan pribadi pasien, kemampuan pribadi, dan preferensi.

Sikat gigi elektrik, sikat gigi kombinasi dengan sistem umpan balik langsung, pasta gigi dengan

stannous fluorida atau triclosan dan aplikasi alat pembersihan interdental dengan benar dapat

lebih efektif. Dikarenakan efikasi triclosan dan stannous fluorida yang mirip dan persoalan

umum mengenai triclosan, stannous fluorida bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Sodium lauryl

sulfat tidak mempengaruhi plak dan gingivitis. Pasien mengapresiasi pengaruh busa dari sodium

lauryl sulfat tetapi lebih baik dihindari pada pasien dengan perawatan khusus untuk menghindari

risiko lebih lanjut

1.6 Daftar Pustaka


1. Löe H, Theilade E, Jensen SB. Experimental gingivitis in man. J Periodontol 1965;36:177–

187.

2. Kinane DF, Attström R, European Workshop in Periodontology Group B. Advances in the

pathogenesis of periodontitis. Group B consensus report of the fifth European Workshop in

Periodontology. J Clin Periodontol 2005;32(suppl):s130–s131.

3. Petersen FC, Assev S, Scheie AA. Combined effects of NaF and SLS on acid- and

polysaccharide-formation of biofilm and planktonic cells. Arch Oral Biol 2006;51:665–671.

4. Kassebaum NJ, Bernabé E, Dahiya M, Bhandari B, Murray CJ, Marcenes W. Global burden of

severe tooth loss: A systematic review and meta-analysis. J Dent Res 2014;93(suppl):s20–s28.
5. van der Velden U, Amaliya A, Loos BG, et al. Java project on periodontal diseases: Causes of

tooth loss in a cohort of untreated individuals. J Clin Periodontol 2015;42:824–831.

6. Chapple IL, Van der Weijden F, Doerfer C, et al. Primary prevention of periodontitis:

Managing gingivitis. J Clin Periodontol 2015;4(suppl):s71–s76.

7. Benzian H, Hobdell M, Holmgren C, et al. Political priority of global oral health: An analysis

of reasons for international neglect. Int Dent J 2011;61:124–130.

8. Lang NP, Schätzle MA, Löe H. Gingivitis as a risk factor in periodontal disease. J Clin

Periodontol 2009;36(suppl):s3–s8.

9. Schätzle M, Löe H, Lang NP, Bürgin W, Anerud A, Boysen H. The clinical course of chronic

periodontitis. J Clin Periodontol 2004; 31:1122–1127.

10. van der Weijden F, Slot DE. Oral hygiene in the prevention of periodontal diseases: The

evidence. Periodontol 2000 2011;55:104–123.

11. van der Weijden FA, Slot DE. Efficacy of homecare regimens for mechanical plaque

removal in managing gingivitis a meta review. J Clin Periodontol 2015;42(suppl):s77–s91.

12. Needleman I, Suvan J, Moles DR, Pimlott J. A systematic review of professional mechanical

plaque removal for prevention of periodontal diseases. J Clin Periodontol 2005;32(suppl):s229–

s282.

13. van der Weijden GA, Hioe KP. A systematic review of the effectiveness of self-performed

mechanical plaque removal in adults with gingivitis using a manual toothbrush. J Clin

Periodontol 2005; 32(suppl):s214–s228.

14. Drisko CL. Periodontal self-care: Evidence-based support. Periodontol 2000 2013;62:243–

255.
15. Hugoson A, Lundgren D, Asklöw B, Borgklint G. Effect of three different dental health

preventive programmes on young adult individuals: A randomized, blinded, parallel group,

controlled evaluation of oral hygiene behaviour on plaque and gingivitis. J Clin Periodontol

2007;34:407–415.

16. Hujoel PP, Cunha-Cruz J, Banting DW, Loesche WJ. Dental flossing and interproximal

caries: A systematic review. J Dent Res 2006; 85:298–305.

17. Hujoel PP, Cunha-Cruz J, Loesche WJ, Robertson PB. Personal oral hygiene and chronic

periodontitis: A systematic review. Periodontol 2000 2005;37:29–34.

18. Axelsson P, Nyström B, Lindhe J. The long-term effect of a plaque control program on tooth

mortality, caries and periodontal disease in adults. Results after 30 years of maintenance. J Clin

Periodontol 2004;31:749–757.

19. Needleman I, Nibali L, Di Iorio A. Professional mechanical plaque removal for prevention of

periodontal diseases in adults—Systematic review update. J Clin Periodontol

2015;42(suppl):s12–s35.

20. van Leeuwen M, Rosema N, Versteeg PA, Slot DE, HennequinHoenderdos NL, van der

Weijden GA. Effectiveness of various interventions on maintenance of gingival health during 1

year— A randomized clinical trial. Int J Dent Hyg 2016 [epub aheaad of print].

21. Davies RM, Davies GM, Ellwood RP. Prevention. Part 4: Toothbrushing: What advice

should be given to patients? Br Dent J 2003;195:135–141.

22. American Dental Association. Toothbrushes. http://www.ada.org/ en/member-center/oral-

health-topics/toothbrushes. Accessed 27 March 2017.

23. Hugoson A, Sjödin B, Norderyd O. Trends over 30 years, 1973- 2003, in the prevalence and

severity of periodontal disease. J Clin Periodontol 2008;35:405–414.


24. Skudutyte-Rysstad R, Eriksen HM, Hansen BF. Trends in periodontal health among 35-year-

olds in Oslo, 1973-2003. J Clin Periodontol 2007;34:867–872.

25. Norderyd O, Koch G, Papias A, et al. Oral health of individuals aged 3-80 years in Jönköping,

Sweden during 40 years (1973- 2013). II. Review of clinical and radiographic findings. Swed

Dent J 2015;39:69–86.

26. Lang NP, Lindhe J, van der Velden U, European Workshop in Periodontology Group D.

Advances in the prevention of periodontitis. Group D consensus report of the 5th European

Workshop in Periodontology. J Clin Periodontol 2005;32(suppl):s291–s293.

27. Micheelis W, Schiffner U. Vierte Deutsche Mundgesundheitsstudie (DMS IV). Köln: Institut

der Deutschen Zahnärzte, 2006.

28. Slot DE, Wiggelinkhuizen L, Rosema NA, van der Weijden GA. The efficacy of manual

toothbrushes following a brushing exercise: A systematic review. Int J Dent Hyg 2012;10:187–

197.

29. Rosema N, Slot DE, van Palenstein Helderman WH, Wiggelinkhuizen L, van der Weijden

GA. The efficacy of powered toothbrushes following a brushing exercise: A systematic review.

Int J Dent Hyg 2016;14:29–41.

30. Deinzer R, Harnacke D, Mengel R, Telzer M, Lotzmann U, Wöstmann B. Effectiveness of

computer-based training on toothbrush skills of patients treated with crowns: A randomized

controlled trial. J Periodontol 2016;87:1333–1342.

31. van der Weijden F, Slot DE, Echeverria JJ, Lindhe J. Mechanical supragingival plaque

control. In: Lang NP, Lindhe J (eds). Clinical Periodontology and Implant Dentistry, ed 6.

Chichester: WileyBlackwell, 2015:677–716.


32. Wainwright J, Sheiham A. An analysis of methods of toothbrushing recommended by dental

associations, toothpaste and toothbrush companies and in dental texts. Br Dent J 2014;217:e5.

33. Tonetti MS, Chapple IL, Jepsen S, Sanz M. Primary and secondary prevention of periodontal

and peri-implant diseases: Introduction to, and objectives of the 11th European Workshop on

Periodontology Consensus Conference. J Clin Periodontol 2015;42(suppl):s1–s4.

34. Renton-Harper P, Addy M, Warren P, Newcombe RG. Comparison of video and written

instructions for plaque removal by an oscillating/rotating/reciprocating electric toothbrush. J Clin

Periodontol 1999;26:752–756.

35. Graetz C, Bielfeldt J, Wolff L, et al. Toothbrushing education via a smart software

visualization system. J Periodontol 2013;84:186–195.

36. Oral-B. Oral-B Genius. http://oralb.com/en-us/genius. Accessed 27 March 2017.

37. Rylander H, Lindhe J. Cause-related periodontal therapy. In: Lindhe J, Karring T, Lang NP

(eds). Clinical Periodontology and Implant Dentistry. Copenhagen: Munksgaard, 1997:438–447.

38. Yaacob M, Worthington HV, Deacon SA, et al. Powered versus manual toothbrushing for

oral health. Cochrane Database Syst Rev 2014;(6):CD002281.

39. Björn AL, Andersson U, Olsson A. Gingival recession in 15-year old pupils. Swed Dent J

1981;5:141–146.

40. Heasman PA, Holliday R, Bryant A, Preshaw PM. Evidence for the occurrence of gingival

recession and non-carious cervical lesions as a consequence of traumatic toothbrushing. J Clin

Periodontol 2015;42(suppl):s237–s255.

41. van der Weijden FA, Campbell SL, Dörfer CE, González-Cabezas C, Slot DE. Safety of

oscillating-rotating powered brushes compared to manual toothbrushes: A systematic review. J

Periodontol 2011;82:5–24.
42. Dörfer CE, Staehle HJ, Wolff D. Three-year randomized study of manual and power

toothbrush effects on pre-existing gingival recession. J Clin Periodontol 2016;43:512–519.

43. Schoo WH, van der Velden U. Marginal soft tissue recessions with and without attached

gingiva. A five year longitudinal study. J Periodontal Res 1985;20:209–211.

44. Sälzer S, Graetz C, Plaumann A, et al. Effect of a multidirectional power toothbrush and a

manual toothbrush in individuals susceptible to gingival recession: A 12-month randomized

controlled clinical study. J Periodontol 2016;87:548–556.

45. Löe H. Mechanical and chemical control of dental plaque. J Clin Periodontol 1979;6:32–36.

46. Roussa E. Anatomic characteristics of the furcation and root surfaces of molar teeth and their

significance in the clinical management of marginal periodontitis. Clin Anat 1998;11:177–186.

47. Sicilia A, Arregui I, Gallego M, Cabezas B, Cuesta S. A systematic review of powered vs

manual toothbrushes in periodontal causerelated therapy. J Clin Periodontol 2002;29(suppl):s39–

s54.

48. Bundeszahnärztekammer. Statistisches Jahrbuch 2014/2015. Berlin:

Bundeszahnärztekammer, 2015.

49. Sälzer S, Slot DE, van der Weijden FA, Dörfer CE. Efficacy of interdental mechanical

plaque control in managing gingivitis—A metareview. J Clin Periodontol 2015;42(suppl):s92–

s105.

50. American Dental Association. Floss/Interdental Cleaners. http:// www.ada.org/en/member-

center/oral-health-topics/floss. Accessed 27 March 2017.

51. Dörfer CE, Staehle HJ. Strategien der häuslichen Plaquekontrolle. Zahnmedizin up2date

2010;3:231–256.
52. Sambunjak D, Nickerson JW, Poklepovic T, et al. Flossing for the management of

periodontal diseases and dental caries in adults. Cochrane Database Syst Rev

2011:(12):CD008829.

53. Berchier CE, Slot DE, Haps S, van der Weijden GA. The efficacy of dental floss in addition

to a toothbrush on plaque and parameters of gingival inflammation: A systematic review. Int J

Dent Hyg 2008;6:265–279.

54. Hardy K, Radini A, Buckley S, et al. Diet and environment 1.2 million years ago revealed

through analysis of dental calculus from Europe’s oldest hominin at Sima del Elefante, Spain.

Naturwissenschaften 2017;104:2.

55. Hoenderdos NL, Slot DE, Paraskevas S, van der Weijden GA. The efficacy of woodsticks on

plaque and gingival inflammation: A systematic review. Int J Dent Hyg 2008;6:280–289.

56. Walsh MM, Heckman BH, Moreau-Diettinger R. Use of gingival bleeding for reinforcement

of oral home care behavior. Community Dent Oral Epidemiol 1985;13:133–135.

57. Poklepovic T, Worthington HV, Johnson TM, et al. Interdental brushing for the prevention

and control of periodontal diseases and dental caries in adults. Cochrane Database Syst Rev

2013;(12):CD009857.

58. Slot DE, Dörfer CE, van der Weijden GA. The efficacy of interdental brushes on plaque and

parameters of periodontal inflammation: A systematic review. Int J Dent Hyg 2008;6:253–264.

59. Waerhaug J. The interdental brush and its place in operative and crown and bridge dentistry.

J Oral Rehabil 1976;3:107–113.

60. Larsen HC, Slot DE, Van Zoelen C, Barendregt DS, van der Weijden GA. The effectiveness

of conically shaped compared with cylindrically shaped interdental brushes—A randomized

controlled clinical trial. Int J Dent Hyg 2016 [epub ahead of print].
61. Jordan RA, Hong HM, Lucaciu A, Zimmer S. Efficacy of straight versus angled interdental

brushes on interproximal tooth cleaning: A randomized controlled trial. Int J Dent Hyg

2014;12:152–157.

62. Yost KG, Mallatt ME, Liebman J. Interproximal gingivitis and plaque reduction by four

interdental products. J Clin Dent 2006;17:79–83.

63. Abouassi T, Woelber JP, Holst K, et al. Clinical efficacy and patients’ acceptance of a rubber

interdental bristle. A randomized controlled trial. Clin Oral Investig 2014;18:1873–1880.

64. Husseini A, Slot DE, van der Weijden GA. The efficacy of oral irrigation in addition to a

toothbrush on plaque and the clinical parameters of periodontal inflammation: A systematic

review. Int J Dent Hyg 2008;6:304–314.

65. Flemmig TF, Newman MG, Doherty FM, Grossman E, Meckel AH, Bakdash MB.

Supragingival irrigation with 0.06% chlorhexidine in naturally occurring gingivitis. I. 6 month

clinical observations. J Periodontol 1990;61:112–117.

66. Lang NP, Räber K. Use of oral irrigators as vehicle for the application of antimicrobial

agents in chemical plaque control. J Clin Periodontol 1981;8:177–188.

67. Sharma NC, Lyle DM, Qaqish JG, Schuller R. Comparison of two power interdental cleaning

devices on the reduction of gingivitis. J Clin Dent 2012;23:22–26.

68. Sharma NC, Lyle DM, Qaqish JG, Schuller R. Comparison of two power interdental cleaning

devices on plaque removal. J Clin Dent 2012;23:17–21.

69. Goyal CR, Lyle DM, Qaqish JG, Schuller R. Efficacy of two interdental cleaning devices on

clinical signs of inflammation: A four-week randomized controlled trial. J Clin Dent

2015;26:55–60.
70. European Federation of Periodontology. Guidelines for Effective Prevention of Periodontal

Diseases. Guidance for Dental Hygienist. https://www.efp.org/perioworkshop/workshop-

2014/guidelines. html. Accessed 11 May 2017.

71. Claydon NC. Current concepts in toothbrushing and interdental cleaning. Periodontol 2000

2008;48:10–22.

72. Gillette WB, Van House RL. Ill effects of improper oral hygiene procedure. J Am Dent

Assoc 1980;101:476–480.

73. Valkenburg C, Slot DE, Bakker EW, van der Weijden FA. Does dentifrice use help to

remove plaque? A systematic review. J Clin Periodontol 2016;43:1050–1058.

74. van Loveren C (ed). Toothpastes. Basel, Switzerland: Karger, 2014.

75. Forward GC, James AH, Barnett P, Jackson RJ. Gum health product formulations: What is in

them and why? Periodontol 2000 1997; 15:32–39.

76. Marinho VC, Higgins JP, Sheiham A, Logan S. Fluoride toothpastes for preventing dental

caries in children and adolescents. Cochrane Database Syst Rev 2003;(1):CD002278.

77. Serrano J, Escribano M, Roldán S, Martín C, Herrera D. Efficacy of adjunctive anti-plaque

chemical agents in managing gingivitis: A systematic review and meta-analysis. J Clin

Periodontol 2015;42(suppl):s106–s138.

78. Hioe KP, van der Weijden GA. The effectiveness of self-performed mechanical plaque

control with triclosan containing dentifrices. Int J Dent Hyg 2005;3:192–204.

79. Davies RM, Ellwood RP, Davies GM. The effectiveness of a toothpaste containing triclosan

and polyvinyl-methyl ether maleic acid copolymer in improving plaque control and gingival

health: A systematic review. J Clin Periodontol 2004;31:1029–1033.


80. Trombelli L, Farina R. Efficacy of triclosan-based toothpastes in the prevention and

treatment of plaque-induced periodontal and periimplant diseases. Minerva Stomatol

2013;62:71–88.

81. Riley P, Lamont T. Triclosan/copolymer containing toothpastes for oral health. Cochrane

Database Syst Rev 2013;(12):CD010514.

82. Paraskevas S, van der Weijden GA. A review of the effects of stannous fluoride on gingivitis.

J Clin Periodontitis 2006;33:1–13.

83. Sälzer S, Slot DE, Dörfer CE, van der Weijden GA. Comparison of triclosan and stannous

fluoride dentifrices on parameters of gingival inflammation and plaque scores: A systematic

review and metaanalysis. Int J Dent Hyg 2015;13:1–17.

84. He T, Dunavent JM, Fiedler SK, Baker RA. A randomized clinical study to assess the

extrinsic staining profiles of stannous- and triclosan-containing dentifrices. Am J Dent

2010;23(Spec No. B): 22B–26B.

85. Schiff T, Saletta L, Baker RA, He T, Winston JL. Anticalculus efficacy and safety of a

stabilized stannous fluoride/sodium hexametaphosphate dentifrice. Compend Contin Educ Dent

2005; 26(suppl):s29–s34.

86. Rosling B, Wannfors B, Volpe AR, Furuichi Y, Ramberg P, Lindhe J. The use of a

triclosan/copolymer dentifrice may retard the progression of periodontitis. J Clin Periodontol

1997;24:873–880.

87. Cullinan MP, Westerman B, Hamlet SM, Palmer JE, Faddy MJ, Seymour GJ. The effect of a

triclosan-containing dentifrice on the progression of periodontal disease in an adult population. J

Clin Periodontol 2003;30:414–419.


88. Bogren A, Teles RP, Torresyap G, et al. Long-term effect of the combined use of powered

toothbrush and triclosan dentifrice in periodontal maintenance patients. J Clin Periodontol

2008;35: 157–164.

89. U.S. Food & Drug Administration. 5 Things to Know About Triclosan.

http://www.fda.gov/ForConsumers/ConsumerUpdates/ ucm205999.htm. Accessed 27 March

2017.

90. Scientific Committee on Consumer Safety. Opinion on Triclosan - COLIPA P32.

https://ec.europa.eu/health/scientific_committees/ consumer_safety/docs/sccs_o_054.pdf.

Accessed 27 March 2017.

91. Giuliano CA, Rybak MJ. Efficacy of triclosan as an antimicrobial hand soap and its potential

impact on antimicrobial resistance: A focused review. Pharmacotherapy 2015;35:328–336.

92. Robertshaw H, Leppard B. Contact dermatitis to triclosan in toothpaste. Contact Dermatitis

2007;57:383–384.

93. Colgate-Palmolive Company. History of toothbrushes and toothpastes.

http://www.colgate.com/en/us/oc/oral-health/basics/brushingand-flossing/article/history-of-

toothbrushes-and-toothpastes. Accessed 27 March 2017.

94. Sälzer S, Rosema NA, Martin EC, et al. The effectiveness of dentifrices without and with

sodium lauryl sulfate on plaque, gingivitis and gingival abrasion—A randomized clinical trial.

Clin Oral Investig 2016;20:443–450.

95. Sälzer S, Rosema N, Hennequin-Hoenderdos NL, et al. The effectiveness of a dentifrice

without sodium lauryl sulphate on dental plaque and gingivitis—A randomized controlled

clinical trial [epub ahead of print 8 Feb 2016]. Int J Dent Hyg; doi: 10.1111/idh.12201.
96. Skaare A, Kjaerheim V, Barkvoll P, Rølla G. Skin reactions and irritation potential of four

commercial toothpastes. Acta Odontol Scand 1997;55:133–136.

97. Herlofson BB, Barkvoll P. Oral mucosal desquamation caused by two toothpaste detergents

in an experimental model. Eur J Oral Sci 1996;104:21–26.

98. Healy CM, Cruchley AT, Thornhill MH, Williams DM. The effect of sodium lauryl sulphate,

triclosan and zinc on the permeability of normal oral mucosa. Oral Dis 2000;6:118–123.

Anda mungkin juga menyukai