DEPARTEMEN PERIODONSIA
Temuan terbaru pada pencegahan gingivitis : Alat kesehatan mulut dan pasta
gigi
Sonja Salzer, PhD, Fridus A. van der Weijden, PhD, Christof E. Dorfer, Dagmar Else lot, PhD
Disusun Oleh :
Pembimbing :
drg. Prajna Metta , Sp. Perio (K) RPI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui:
Pembimbing,
1.1 Abstrak
Produk kebersihan mulut saat ini banyak tersedia di pasaran oleh karena itu fasilitas
kesehatan harus mampu memilih produk yang sesuai untuk tiap pasien. Keberhasilan kebersihan
mulut bergantung kepada bukti yang tersedia oleh karena nya fasilitas kesehatan harus
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing masing produk kebersihan mulut supaya
1.2 Pendahuluan
Plak gigi merupakan penyebab gingivitis yang akan berkembang menjadi periodontitis
(meskipun tidak berlaku untuk semua pasien). Periodontitis mengenai lebih dari 50% populasi
orang dewasa di dunia dan berada di urutan ke 6 penyakit terbanyak di dunia dengan prevalensi
11%. Periodontitis merupakan penyebab utama kehilangan gigi dan memiliki dampak negatif
pada kualitas hidup kesehatan mulut. Berikut adalah beberapa faktor utama dalam peningkatan
biaya perawatan kesehatan mulut diantaranya seperti ucapan, nutrisi, kepercayaan diri, dan
kesejahteraan secara keseluruhan oleh karena itu periodontitis menggambarkan perhatian yang
selanjutnya terdapat kemerahan pada margin gingiva serta agregasi dan pembesaran pembuluh
darah di jaringan ikat subepitel. Hilangnya jaringan ikat fibrosa digambarkan secara klinis
dengan adanya pembengkakan dan hilangnya tekstur dari gingiva bebas. Gejala klinis dari
gingivitis kronis tampak agak kabur dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit oleh karena itu
kebanyakan pasien tidak menyadari penyakit ini dan dokter gigi sering mengabaikan hal tersebut.
Gingivitis kronis jarang menunjukan perdarahan spontan. Perdarahan dari jaringan gingiva dapat
ditimbulkan dengan menyentuhnya menggunakan alat tumpul selama menyikat gigi atau skrining
secara profesional untuk penyakit periodontal. Lokasi gingiva dengan perdarahan yang teratur
menunjukan risiko kehilangan gigi lebih tinggi daripada lokasi gingiva yang hanya terjadi
perdarahan sesekali.
Penghilangan plak secara efektif dapat mencegah gingivitis. Menyikat gigi merupakan
cara pencegahan yang paling luas dan umum dilakukan untuk menjaga kebersihan mulut secara
individu. Terdapat bukti yang kuat bahwa menyikat gigi dan prosedur pembersihan mekanis
lainnya dapat mengendalikan kontrol plak asalkan pembersihan dilakukan cukup teliti dan pada
interval yang tepat. Individu yang baik dalam menjaga kesehatan mulut akan memperoleh
manfaat namun efek dari perawatan mulut setiap hari belum cukup terbukti untuk mencegah
penyakit periodontitis. Masih belum jelas apakah manfaat kesehatan yang didapat merupakan
hasil dari pembersihan plak secara profesional dan mekanis serta instruksi menjaga kebersihan
mulut atau kombinasi daripadanya. Instruksi menjaga kebersihan mulut yang berulang
menghasilkan manfaat serupa penghilangan plak secara rutin dengan tindakan mekanis dan
profesional.
1.2 Kebersihan mulut dan pencegahan gingivitis
pertumbuhan plak pada gigi terutama pada daerah yang berisiko seperti insisal dan oklusal.
Adanya gerakan lidah terutama pada daerah dorsum yang kasar dapat menghilangkan plak pada
permukaan lingual dan bukal pada gigi posterior. Selain itu adanya pipi juga menghambat
pertumbuhan plak pada area bukal gigi posterior. Adanya saliva juga dapat membersihkan debris
di bagian interproksimal dan pit oklusal namun kurang efektif untuk menghilangkan plak.
Mekanisme pembersihan plak seperti ini kurang cukup untuk mencegah terjadinya peradangan
pada jaringan periodontal karena dipengaruhi oleh kualitas dan ketepatan dalam kontrol plak
mekanis seperti contohnya kita tidak mengetahui seberapa sering menyikat gigi dan seberapa
banyak plak yang dihilangkan dapat mencegah penyakit periodontal. Dalam praktik sehari-hari,
direkomendasikan untuk menyikat gigi 2x sehari dengan pasta yang mengandung fluorida
selama 2 menit untuk menghilangkan plak, mencegah karies dan memberikan perasaan segar
pada rongga mulut. Namun, pasien dengan periodontitis cenderung membutuhkan lebih dari 2
menit.
kebersihan mulut dalam populasi berkorelasi dengan penurunan prevalensi dari penyakit
periodontitis. Dua penelitian jangka panjang di negara Swedia dan Norway menunjukan bahwa
lebih dari 30 tahun terakhir pengurangan plak, parameter penyakit gingivitis, penurunan
prevalensi periodontitis dan jumlah kehilangan tulang alveolar. Selanjutnya, berdasar penelitian
yang dilakukan Jonkoping menyatakan bahwa jumlah gigi molar yang tertahan meningkat di
semua kelompok umur antara 20-80 tahun selama observasi periode ini berlangsung. Penelitian
serupa yang dilakukan di Norwegia dalam periode yang sama menggambarkan hasil yang sesuai
untuk individu berusia 35 tahun. Meskipun penelitian jangka panjang menyebutkan adanya
korelasi antara kebersihan mulut yang bagus serta kondisi mulut stabil namun adanya kelompok
kontrol tanpa pengukuran pencegahan tidak dapat menilai seberapa penting perawatan mulut
secara profesional maupun harian. Meningkatnya kebersihan mulut mampu mencegah penyakit
Penelitian jangka panjang menilai bahwa efek dari penghilangan plak dalam pencegahan
penyakit periodontal dengan kelompok kontrol negatif yang tidak menjaga kebersihan mulut
dianggap tidak etis. Penelitian epidemiologi mengindikasikan bahwa level menjaga kebersihan
mulut secara populasi umum meningkat dalam beberapa tahun terakhir namun diperlukan
peningkatan yang lebih jauh terkait kebersihan mulut pasien secara individu. Banyak orang
mengatakan bahwa telah menyikat gigi dua kali sehari namun efektivitasnya secara umum tidak
Tidak perlu diragukan lagi bahwa alat penting untuk menjaga kebersihan gigi seperti
sikat gigi secara efisien dapat menghilangkan plak. Sikat gigi manual tersedia dalam berbagai
desain, bervariasi dalam bentuk handle, kepala sikat, susunan bulu dan bentuk filamen. Handle
mungkin didesain secara ergonomis dan bentuknya disesuaikan dengan teknik menyikat. Kepala
sikat sedang dalam tahap pengembangan untuk meningkatkan efektivitas. Mayoritas populasi
(80% dari 90% populasi di Jerman) menyatakan bahwa telah menyikat gigi 2x sehari selama 2
menit. Namun, efektivitas menyikat gigi tampaknya tidak setinggi yang diharapkan. Kesuksesan
dalam menyikat gigi dapat ditentukan dari ketangkasan dan akurasi dari tiap individunya.
Penelitian sistematik menemukan efek dari latihan menyikat gigi sendiri dengan sikat
gigi manual rata rata dapat mengurangi skor plak sebanyak 42% sedangkan jika menggunakan
sikat gigi elektrik dapat menurunkan skor plak sebanyak 46% berdasar data yang muncul dari uji
klinis terkontrol. Efisiensi menyikat gigi dalam kehidupan sehari hari lebih sedikit jika tidak ada
efek Hawthorne yang berkontribusi pada performa pasien. Dalam menyikat gigi secara manual
telah dibuktikan bahwa tidak terdapat keunggulan teknik menyikat gigi tertentu. Instruksi
berbasis komputer yang intens dan tambahan informasi baik secara lisan maupun tulisan terkait
teknik menyikat gigi bass atau fones dibandingkan dengan teknik lainnya ternyata tidak
menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam penghilangan plak setelah 6 sampai 12 minggu.
Pasien dengan motivasi dan mengikuti saran serta instruksi yang sesuai dari dokter gigi dapat
memperoleh dan mempertahankan level plak kontrol yang ideal. Efek dari pencegahan
pengukuran termasuk besar di area yang beresiko tinggi (seperti area dengan level plak yang
tinggi) dan instruksi sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan tiap individu. Banyak pasien
menghabiskan lebih banyak waktu menyikat gigi secara asal khususnya saat sesi terakhir
Jutaan informasi menjaga kebersihan mulut diberikan dokter gigi setiap hari.
Bagaimanapun, informasi tersebut sangat luas tergantung dari dokter gigi secara individu,
asosiasi dokter gigi, perusahaan sikat dan pasta gigi serta buku kedokteran gigi. Menjaga
kebersihan mulut yang baik memerlukan motivasi tinggi dari pasien sehingga secara individu
dapat di instruksikan untuk mengubah perilaku berkelanjutan dan memiliki pengetahuan baik
merupakan suatu metode efektif untuk menghilangkan plak dari margin, submargin serta area
interproksimal dari gigi. Selain apa yang telah dijelaskan diatas, saran dari dokter gigi harus
diimplementasikan ke dalam rutinitas pasien sehari-hari. Oleh karena itu, dokter gigi sebaiknya
Berbagai macam metode dapat digunakan untuk menyampaikan saran dan instruksi.
Sebagai contoh, instruksi dapat diberikan selama satu kali kunjungan atau bertahap dalam
beberapa kali kunjungan. Dokter gigi dapat memberikan melalui pamflet, video atau instruksi
personal. Instruksi secara video lebih efektif dalam menghilangkan plak dari pada instruksi
secara tulisan. Saat ini, berbagai upaya sedang dilakukan untuk menstimulasi perawatan mulut
harian dengan memberikan umpan balik sehubungan dengan kinerja diri. Dalam penelitian klinis
yang dilakukan oleh Graetz et al menyebutkan bahwa partisipan secara random ditugaskan ke
dalam kelompok sistem digital monitoring training atau kelompok kontrol menyikat gigi secara
manual. Kedua grup diberikan instruksi untuk menyikat gigi 2x sehari selama 6 minggu.
Kelompok tes menggunakan sikat gigi manual dengan sistem monitoring yang menyediakan
informasi sensory mengenai orientasi dan perpindahan linier dari sikat gigi. Setelah itu, kedua
kelompok diminta untuk menyikat selama 8 minggu dengan sikat gigi kesukaan partisipan tanpa
tambahan intervensi. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sistem monitoring
mengarah kepada efek pembelajaran yang berkepanjangan dalam peningkatan kebersihan mulut.
Sistem umpan balik serupa kini tersedia untuk konsumen misalnya Oral B (Procter & Gamble)
baru baru ini meluncurkan sistem monitoring yang dapat di install dalam smartphone. Sistem
tersebut dapat melacak area yang telah disikat dan tekanan yang diterapkan melalui pengenalan
video serta sensor gerak. Dengan alat tersebut pasien dapat menerima umpan balik dari performa
menyikat gigi 2x sehari. Instruksi menjaga kebersihan mulut yang berulang dalam beberapa kali
kunjungan dengan umpan balik dan penguatan aktivitas yang dilakukan di rumah secara terus
Perkembangan dalam desain dan fungsi sikat gigi telah terbukti mempengaruhi efisiensi
menyikat gigi. Karena kinerja pembersihan dan kepraktisan yang mudah digunakan maka sikat
gigi bertenaga menjadi semakin populer. Di Jerman, 36% anak-anak, 39% orang dewasa dan
18% manula menggunakan sikat gigi bertenaga. Saat ini sikat gigi bertenaga khususnya sikat gigi
berosilasi rotasi tampaknya lebih unggul daripada sikat gigi manual. Sebuah meta-analisis baru-
baru ini oleh Cochrane Collaboration menunjukkan penurunan skor Indeks Plak yang unggul
dalam jangka pendek (durasi penelitian 1-3 bulan) sebesar 11% dan dalam jangka panjang (> 3
bulan) sebesar 21% dari sikat gigi yang berputar. Hasil serupa ditunjukkan untuk parameter
gingivitis yang meningkat sebesar 6% dalam jangka pendek dan 11% dalam jangka panjang.
Namun, konsekuensi klinis pada pasien seperti pencegahan karies atau periodontitis masih belum
jelas.
1.2.3 Keamanan
Risiko sikat gigi bertenaga dibahas secara luas. Kekhawatiran umum terkait dengan
menyikat gigi adalah perkembangan resesi gingiva sebagai efek sampingnya. Meskipun resesi
gingiva berhubungan dengan faktor risiko etiologi yang berbeda seperti biotipe gingiva,
perawatan ortodontik dan trauma oklusal namun penggunaan sikat gigi yang tidak memadai
kemungkinan menjadi penyebab paling signifikan. Hanya ada bukti jangka panjang yang terbatas
mengenai masalah ini. Secara umum, data untuk mendukung atau menyangkal hubungan antara
menyikat gigi dan trauma jaringan keras serta lunak sebagian besar tidak meyakinkan. Sejumlah
besar penelitian yang diterbitkan dalam dua dekade sebelumnya secara konsisten menunjukkan
sikat gigi berosilasi-rotasi seaman sikat gigi manual selain itu hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa sikat bertenaga ini tidak menimbulkan masalah klinis yang relevan dengan
jaringan keras atau lunak. Meta-analisis menunjukkan bahwa perubahan rata-rata dalam resesi
gingiva tidak berbeda secara signifikan pada partisipan yang menyikat dengan sikat gigi
bertenaga berosilasi-berputar dibandingkan dengan partisipan menyikat dengan sikat gigi manual.
Sebuah studi baru-baru ini dengan periode pengamatan 3 tahun tidak menemukan perbedaan
dalam perubahan resesi antara partisipan dengan resesi gingiva yang sudah ada sebelumnya
menggunakan sikat gigi bertenaga berosilasi-rotasi atau sikat gigi manual. Pada kedua kelompok,
terlihat penurunan yang signifikan secara klinis tetapi secara statistik signifikan pada resesi
gingiva, yang mungkin disebabkan oleh menyikat gigi yang lebih baik. Dalam studi kohort
traumatis secara umum akan cukup untuk mencegah peningkatan signifikan secara klinis pada
resesi gingiva.
Selanjutnya, sikat gigi multiarah yang baru dikembangkan dievaluasi dalam hal ini. Efek
menyikat dengan sikat gigi kuat ini dibandingkan dengan menyikat dengan sikat gigi manual
(sikat referensi American Dental Association) pada partisipan dengan resesi gingiva midbukal 2
mm yang sudah ada sebelumnya. Populasi penelitian ini dianggap berisiko tinggi untuk
mengembangkan resesi gingiva lebih lanjut. Secara total, 107 partisipan secara acak ditugaskan
untuk menyikat dengan sikat gigi bertenaga atau sikat gigi manual. Mereka diinstruksikan untuk
menyikat 2x sehari dan ditindaklanjuti selama 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
resesi gingiva yang sudah ada sebelumnya di situs midbukal menurun secara signifikan pada
kedua kelompok dari 2,2 menjadi 2,1 mm (P< .05). Untuk memverifikasi data yang diperoleh
secara klinis maka dilakukan pengukuran pada pencetakan untuk model study. Data ini
berkorelasi baik dengan hasil klinis. Secara meyakinkan, sikat gigi bertenaga yang baru
dikembangkan ini tampak seaman sikat gigi manual selama 12 bulan penggunaan.
Permukaan interdental molar dan premolar adalah tempat predisposisi utama untuk
adhesi plak. Karena permukaan ini tidak dapat dijangkau dengan efisien oleh sikat gigi dan tidak
mudah terlihat sehingga karies dan periodontitis lebih sering berkembang di sini daripada di
bagian facial. Oleh karena itu, pembersihan interdental yang menyeluruh dan intensif harus
menjadi tujuan utama perawatan mulut sehari-hari karena membantu mengurangi perluasan dan
diri seperti benang gigi, sikat interdental dan tusuk gigi tersedia di pasar tetapi banyaknya variasi
produk menyulitkan pasien untuk memilih perangkat yang paling tepat; bahkan untuk dokter gigi
yang paling tepat untuk direkomendasikan tidak begitu jelas. Pilihan produk pembersih
interdental biasanya dibuat secara individual tergantung pada preferensi pasien dan kemungkinan
yang diharapkan untuk menggunakannya serta pada ukuran dan bayangan dari ruang interdental,
kontur gingiva, kesejajaran gigi dan ketangkasan serta motivasi pasien. Kebersihan mulut
interdental yang baik membutuhkan alat yang dapat menembus sela-sela gigi yang berdekatan
dan dapat dipakai oleh pasien. Selanjutnya, pilihan harus bergantung pada bukti terbaru.
Penggunaan alat pembersih interdental masih rendah. Di Jerman, misalnya 1,4 sikat
interdental digunakan per kepala dalam setahun dan 20,1 benang benang digunakan. Hanya 17%
anak-anak, 44% orang dewasa dan 15% lansia yang menyatakan menggunakan benang gigi
interdental yang ideal harus ramah digunakan oleh pengguna, menghilangkan plak secara efektif,
dan tidak memiliki efek merusak pada jaringan lunak atau keras. Efektivitas perangkat
pembersih interdental yang berkaitan dengan kontrol plak mekanik interdental dalam mengelola
gingivitis diselidiki dalam meta-review baru-baru ini. Pencarian dari tiga sumber internet
Levi Spear Parmly, seorang dokter gigi yang berbasis di New Orleans dikreditkan
sebagai penemu benang gigi modern. Sejak tahun 1815, Parmly merekomendasikan flossing gigi
dengan seutas benang sutra. Pada tahun 1882, Codman and Shurtleft Company di Randolph,
Massachusetts mulai memproduksi secara massal benang sutra tanpa lilin untuk penggunaan
komersial di rumah. Pada tahun 1898, Perusahaan Johnson & Johnson di New Brunswick, New
Jersey adalah yang pertama mematenkan benang gigi. Dr Charles C. Bass mengembangkan
benang nilon sebagai pengganti benang sutra selama Perang Dunia II dan sebagian bertanggung
jawab untuk menjadikan benang gigi sebagai bagian penting dari kebersihan gigi yang masih
Penerapan benang gigi agak menyulitkan karena penyisipan dan pembersihan yang
sebenarnya membutuhkan tingkat keterampilan taktil dan motorik halus yang tinggi serta
pengetahuan yang baik tentang kondisi anatomi. Benang gigi dapat berupa monofil (terdiri dari
polytetrafluoroethylene [ePTFE] yang diperluas), polifil (terdiri dari filamen tunggal yang dipilin
dari berbagai jumlah, diameter, derajat, dan orientasi filamen, tergantung pada produknya), atau
pseudopolifil (bila filamen tunggal tertanam dalam matriks). Benang gigi wax juga tersedia,
dengan tambahan rasa dan bahan pencegahan seperti fluorida. Dua tinjauan sistematis yang
mengevaluasi benang gigi ditemukan memenuhi syarat untuk tinjauan meta. Menurut
sinopsisnya, bukti penggunaan benang gigi selain menyikat gigi untuk pencegahan gingivitis
adalah lemah dan efeknya kecil. Sebagian besar penelitian tidak dapat menunjukkan bahwa
flossing umumnya efektif dalam menghilangkan plak. Namun, penggunaan benang gigi tidak
boleh dilarang karena masih cocok jika alat pembersih interdental lain yang lebih efektif tidak
akan melewati area interproksimal tanpa trauma. Sejauh ini, tidak ada perbedaan antara berbagai
Tusuk gigi mungkin berasal dari zaman manusia gua yang digunakan untuk mengambil
makanan dari sela-sela gigi mereka. Baru-baru ini, tulang rahang hominin berusia 1,2 juta tahun
ditemukan di sebuah penggalian di Spanyol utara dan memiliki alur interproksimal di mana
fragmen kayu yang tidak dapat dimakan ditemukan menunjukkan aktivitas kebersihan mulut
interdental Bangsa Romawi kuno dalam memanfaatkan tusuk gigi yang dibuat dari tulang dan
logam. Wanita Saxon membawa tusuk gigi gading. Evolusi tusuk gigi primitif mengambil jalur
kedua dalam masyarakat yang lebih suka mencari-cari menjadi bagian dari peralatan perawatan
pribadi bersama dengan pinset obat untuk menghilangkan rambut dan sendok kotoran telinga.
Pada tahun 1872, Silas Noble dan JP Cooley mematenkan mesin pembuat tusuk gigi pertama.
Berbeda dengan tusuk gigi, woodstick gigi memiliki bagian tengah segitiga dan lancip di tepinya.
Mereka terbuat dari kayu tahan pecah berserat panjang dan tersedia dalam berbagai ukuran.
Aplikasinya mirip dengan sikat interdental. Namun, mereka tidak dapat mencapai cekungan dan
tidak dapat dimasukkan pada sudut yang benar di ruang interdental paling posterior.
Satu tinjauan sistematis mengevaluasi efek tusuk gigi. Bukti penggunaan tusuk gigi selain
menyikat gigi lemah dan tidak jelas besarnya berkaitan dengan gingivitis dan tidak ada bukti
mengenai pengurangan plak. Namun, perdarahan gingiva dapat dikurangi secara signifikan lebih
baik dengan tusuk gigi dibandingkan dengan menyikat gigi saja. Pendarahan setelah penggunaan
tusuk gigi dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi pasien dan kesadaran akan kesehatan
gingiva. Beberapa penelitian telah menggambarkan efektivitas klinis penilaian diri gingiva.
Adanya perdarahan memberikan umpan balik langsung pada tingkat kesehatan gingiva. Dokter
gigi dapat dengan mudah menunjukkan kondisi gingiva kepada pasien menggunakan indeks
perdarahan interdental untuk manifestasi klinis yang jelas ini. Alat ini dapat mendorong pasien
untuk menggunakan tusuk gigi sebagai bagian dari kebiasaan kebersihan mulut mereka.
Sikat interdental diperkenalkan pada 1960-an sebagai alternatif dari tusuk gigi. Sikat
tersebut dibuat dari filamen heliks sejajar yang dipasang pada kawat bengkok. Struktur sikat
mungkin berbeda dalam bentuk (misalnya, silinder atau kerucut, miring atau lurus) dan kekakuan
filamen. Area yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi seperti bagian tengah ruang interdental
dan embrasure dapat dijangkau secara efektif dengan sikat interdental. Terutama cekungan di
daerah akar aproksimal tidak dapat diakses oleh sikat gigi juga untuk benang gigi atau tusuk gigi.
Sikat interdental dapat menghilangkan plak sejauh 2 hingga 2,5 mm di bawah margin gingiva.
Dua dari tinjauan sistematis yang termasuk dalam tinjauan meta menyelidiki sikat
interdental. Bukti untuk sikat interdental berhubungan dengan pengurangan plak dan gingivitis
adalah moderat dan efeknya besar. Sikat interdental tampaknya menjadi metode yang paling
efektif untuk menghilangkan plak interdental. Tidak ada evaluasi sistematis dari desain yang
berbeda yang muncul. Namun, telah ditunjukkan oleh uji coba terkontrol secara acak (RCT)
sikat lurus lebih efektif daripada sikat miring. Beberapa penelitian telah menyelidiki efektivitas
perangkat pembersih interdental yang baru-baru ini diperkenalkan dengan bulu karet. Menurut
data awal ini, efektivitasnya tampaknya sebanding dengan perangkat pembersih interdental
Oral irrigator dikembangkan oleh insinyur hidrolik, John Mattingly, dan dokter gigi,
Gerald Moyer. Cairan ini digunakan di kedokteran gigi semenjak 1962 dan sudah dipelajari
secara luas beberapa dekade ini. Cairan ini dibuat untuk membilas plak yang menempel pada
gigi melalui mekanisme air yang mengalir. Satu tinjauan sistematis mengatakan bahwa
penggunaan oral irrigator tidak memberikan hasil yang signifikan. Walaupun sudah dibuktikan
dapat meningkatkan kesehatan gingiva dibandingkan penggunaan sikat gigi tetapi tidak
menghilangkan plak yang terlihat secara lebih jauh. Penelitian jangka panjang lebih lanjut
dengan oral irrigator lebih efektif dalam mengurangi plak dan gingivitis. Tinjauan sistematis
tersebut tidak mengevaluasi kanula ujung tumpul yang didesain khusus dan tidak termasuk
sebagai berikut: “..pembersihan interproksimal setiap hari ini esensial dalam menjaga kesehatan
gusi interproksimal, tapi tidak ada bukti untuk mendukung penggunaan benang gigi pada pasien
periodontitis. Sikat interdental merupakan alat paling efektif dan metode pilihan di mana celah
akan mengakomodasi penggunaan atraumatik. Pada area yang sehat di mana celah interdental
Instruksi harus diberikan secara individual sesuai dengan kontur dan konsistensi jaringan
gingiva, ukuran embrasur interproksimal, posisi dan kemiringan gigi dan kemampuan serta
motivasi pasien. Saran kesehatan gigi harus disampaikan dengan berisi informasi yang dapat
membantu pasien mengidentifikasi bagian yang harus disikat, memilih alat dan membersihkan
seluruh permukaan interdental secara efektif. Perdarahan gingiva saat pembersihan interdental
bisa disebabkan oleh trauma seperti laserasi dan erosi gingiva atau indikasi inflamasi. Pasien
harus menyadari bahwa perdarahan bukanlah sebuah sebab untuk menghindari pembersihan
Penggunaan sikat gigi biasanya digabung dengan pasta gigi dengan maksud memfasilitasi
pembersihan plak dengan aplikasi agen pada permukaan gigi untuk alasan terapi atau
pencegahan, untuk menghasilkan napas segar dan untuk membuat proses penyikatan gigi lebih
nyaman. Pasta gigi digunakan semenjak 500 tahun sebelum masehi di Tiongkok dan India serta
pasta gigi modern dikembangkan pada tahun 1800-an: Pada 1824 seorang dokter gigi bernama
Peabody (nama lengkapnya tidak tercatat di sejarah) merupakan orang pertama yang
menambahkan sabun pada pasta gigi. Pada tahun 1850-an John Harris pertama kali
menambahkan kapur pada pasta gigi. Pada 1873 Colgate memproduksi secara massal pasta gigi
dalam toples pertama dan pada 1892 Dokter Washington Sheffield dari Connecticut membuat
pasta gigi pada tabung yang dapat dibuka. Tetapi, menyikat gigi dengan pasta gigi tidak
memberikan pengaruh tambahan pada pembersihan plak secara mekanis walaupun aplikasinya
telah dibuktikan nilainya serta memberikan pasien perasaan kesegaran mulut dan aplikasi agen
anti karies serta anti inflamasi. Pasta gigi umumnya mengandung bahan abrasif untuk
menghilangkan pelikel yang menempel dan memoles gigi. Akhir-akhir ini, bahan silikat juga
ditambahkan walaupun tingkat abrasifnya sering didiskusikan namun nilai Radioactive Dentin
Fluorida merupakan agen aktif medis yang umum terdapat pada pasta gigi. Menyikat gigi
dengan pasta gigi berfluorida dapat mengurangi karies dibandingkan tanpa fluorida. Beberapa
formulasi dengan agen kimia spesifik untuk manajemen plak dan gingivitis beredar di pasaran.
Saat dibandingkan dengan kontrol negatif hanya beberapa agen kimia tersebut yang terbukti
mengurangi perdarahan dan plak pada gigi beserta gingiva. Timah digabungkan dengan fluorida
(stannous fluoride) telah digunakan pada formulasi pasta gigi sejak awal tahun 1940-an. Selain
kemampuan pencegahan karies, agen tersebut juga memiliki pengaruh anti inflamasi. Triclosan,
diperkenalkan di tahun 1980-an yang merupakan agen antimikroba biasa digunakan pada produk
kesehatan mulut. Bahan ini juga sering ditemukan pada krim jerawat, deodoran, dan sabun
karena sifatnya anti bakteri, anti jamur, dan anti virus. Stannous fluoride dan triclosan memiliki
pengaruh yang lebih baik pada kontrol plak dan gingivitis jika dibandingkan dengan sodium
langsung. Sebanyak 11 penelitian dengan setidaknya durasi 4 minggu dilibatkan pada tinjauan
ini. Kedua agen tersebut terlihat efektif dalam menangani gingivitis dan plak. Efek samping
stannous fluorida adalah staining di mana dalam beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
stain lebih sering terjadi pada penggunaan stannous fluorida dibandingkan triclosan. Penggunaan
heksametafosfat pada pasta gigi dapat mengurangi risiko. Tinjauan sistematis Cochrane
memperlihatkan bahwa penggunaan pasta gigi dengan triclosan dapat mengurangi plak,
gingivitis dan skor perdarahan yang lebih baik dibandingkan pasta gigi dengan fluorida. Tetapi
hasil penelitian untuk menunjukkan salah satu pasta gigi lebih superior pada pencegahan
Pada pasien periodontitis penggunaan triclosan dapat mengurangi risiko loss attachment
lebih jauh dibandingkan dengan fluorida. Sebaliknya, pada penelitian dengan pasien perawatan
periodontal lebih dari 3 tahun terlihat tidak ditemukan perbedaan klinis dan mikrobiologis pada
Triclosan adalah bahan antimikroba yang juga digunakan pada produk lain seperti sabun,
antiperspirant, mainan, dan alat dapur. Persoalan mengenai pengaruh terhadap lingkungan dan
kesehatan sudah diteliti secara luas tetapi tidak ada bukti mengenai triclosan yang berbahaya
untuk manusia. Tingkat resistensi dan resistensi silang pada komunitas secara keseluruhan
rendah walaupun di laboratorium sudah didemonstrasikan pada antimikroba. Tetapi ada juga
kasus yang melaporkan sensitivitas terhadap triclosan yang menyebabkan blister pada mukosa
bukal dan bibir. Penelitian terbaru pada risiko dan keunggulan sabun triclosan didemonstrasikan
terhadap sabun non antimikroba. Sebaliknya, peneliti menemukan bahwa risiko dari resistensi
Makanan dan Obat Amerika (FDA) merekomendasikan mencuci tangan dengan sabun tanpa
bahan tambahan dan air dikarenakan tidak terbukti pengaruh menguntungkan dari triclosan.
Kemampuan menghilangkan plak ditingkatkan dengan pengaruh busa yang didapat dari
penggunaan deterjen. Pasta gigi terdahulu mengandung sabun dan biasanya berbentuk bubuk.
Pada tahun 1850-an, Creme Dentifrice diperkenalkan. Sejak 1945, sabun sudah digantikan bahan
lain untuk membuat pasta menjadi pasta lembut atau emulsi. Akhir-akhir ini, bahan yang umum
digunakan adalah deterjen sodium lauryl sulfat. Tetapi, masih belum jelas pengaruh busa dapat
Dua penelitian terbaru mempelajari pengaruh deterjen sodium lauryl sulfat pada plak dan
skor gingivitis. Sejumlah 120 partisipan dengan gingivitis dipilih secara acak untuk menyikat
gigi selama 8 minggu dengan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulfat dan tidak. Dua
kelompok tersebut tidak memperlihatkan perbedaan signifikan pada perdarahan probing, plak
atau skor abrasi tetapi tingkat analog visual pada rasa, kesegaran dan pengaruh busa memiliki
nilai lebih tinggi pada bahan sodium lauryl sulfat. Pada penelitian lebih lanjut pasta gigi tanpa
sodium lauryl sulfat dibandingkan dengan dua pasta gigi dengan bahan tersebut yang beredar di
pasaran. Secara keseluruhan 90 sukarelawan dengan gingivitis diminta untuk menyikat gigi
dengan pasta gigi yang dipilih secara acak selama 4 minggu. Produk tersebut berupa pasta gigi
tanpa sodium lauryl sulfat dan terkandung enzim, kolostrum dan zinc konsentrasi rendah atau
satu dari dua pasta gigi dengan sodium lauryl sulfat. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
tidak ada perbedaan pada skor plak dan gingivitis yang dapat dilihat dari kedua kelompok
tersebut. Partisipan lebih menyukai rasa pasta gigi dengan sodium lauryl sulfat. Sodium lauryl
sulfat dapat menyebabkan iritasi pada mukosa oral serta dapat meningkatkan permeabilitas
mukosa jika tidak ditambahkan triclosan atau stannous fluorida. Walaupun pasta gigi tanpa
sodium lauryl sulfat tidak begitu diapresiasi pasien namun pengaruhnya menguntungkan pada
1.5 Kesimpulan
Perawatan kesehatan mulut mandiri harus tersedia secara individu pada setiap pasien
sesuai dengan keadaan klinis dan kebiasaan pribadi pasien, kemampuan pribadi, dan preferensi.
Sikat gigi elektrik, sikat gigi kombinasi dengan sistem umpan balik langsung, pasta gigi dengan
stannous fluorida atau triclosan dan aplikasi alat pembersihan interdental dengan benar dapat
lebih efektif. Dikarenakan efikasi triclosan dan stannous fluorida yang mirip dan persoalan
umum mengenai triclosan, stannous fluorida bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Sodium lauryl
sulfat tidak mempengaruhi plak dan gingivitis. Pasien mengapresiasi pengaruh busa dari sodium
lauryl sulfat tetapi lebih baik dihindari pada pasien dengan perawatan khusus untuk menghindari
187.
3. Petersen FC, Assev S, Scheie AA. Combined effects of NaF and SLS on acid- and
4. Kassebaum NJ, Bernabé E, Dahiya M, Bhandari B, Murray CJ, Marcenes W. Global burden of
severe tooth loss: A systematic review and meta-analysis. J Dent Res 2014;93(suppl):s20–s28.
5. van der Velden U, Amaliya A, Loos BG, et al. Java project on periodontal diseases: Causes of
6. Chapple IL, Van der Weijden F, Doerfer C, et al. Primary prevention of periodontitis:
7. Benzian H, Hobdell M, Holmgren C, et al. Political priority of global oral health: An analysis
8. Lang NP, Schätzle MA, Löe H. Gingivitis as a risk factor in periodontal disease. J Clin
Periodontol 2009;36(suppl):s3–s8.
9. Schätzle M, Löe H, Lang NP, Bürgin W, Anerud A, Boysen H. The clinical course of chronic
10. van der Weijden F, Slot DE. Oral hygiene in the prevention of periodontal diseases: The
11. van der Weijden FA, Slot DE. Efficacy of homecare regimens for mechanical plaque
12. Needleman I, Suvan J, Moles DR, Pimlott J. A systematic review of professional mechanical
s282.
13. van der Weijden GA, Hioe KP. A systematic review of the effectiveness of self-performed
mechanical plaque removal in adults with gingivitis using a manual toothbrush. J Clin
14. Drisko CL. Periodontal self-care: Evidence-based support. Periodontol 2000 2013;62:243–
255.
15. Hugoson A, Lundgren D, Asklöw B, Borgklint G. Effect of three different dental health
controlled evaluation of oral hygiene behaviour on plaque and gingivitis. J Clin Periodontol
2007;34:407–415.
16. Hujoel PP, Cunha-Cruz J, Banting DW, Loesche WJ. Dental flossing and interproximal
17. Hujoel PP, Cunha-Cruz J, Loesche WJ, Robertson PB. Personal oral hygiene and chronic
18. Axelsson P, Nyström B, Lindhe J. The long-term effect of a plaque control program on tooth
mortality, caries and periodontal disease in adults. Results after 30 years of maintenance. J Clin
Periodontol 2004;31:749–757.
19. Needleman I, Nibali L, Di Iorio A. Professional mechanical plaque removal for prevention of
2015;42(suppl):s12–s35.
20. van Leeuwen M, Rosema N, Versteeg PA, Slot DE, HennequinHoenderdos NL, van der
year— A randomized clinical trial. Int J Dent Hyg 2016 [epub aheaad of print].
21. Davies RM, Davies GM, Ellwood RP. Prevention. Part 4: Toothbrushing: What advice
23. Hugoson A, Sjödin B, Norderyd O. Trends over 30 years, 1973- 2003, in the prevalence and
25. Norderyd O, Koch G, Papias A, et al. Oral health of individuals aged 3-80 years in Jönköping,
Sweden during 40 years (1973- 2013). II. Review of clinical and radiographic findings. Swed
Dent J 2015;39:69–86.
26. Lang NP, Lindhe J, van der Velden U, European Workshop in Periodontology Group D.
Advances in the prevention of periodontitis. Group D consensus report of the 5th European
27. Micheelis W, Schiffner U. Vierte Deutsche Mundgesundheitsstudie (DMS IV). Köln: Institut
28. Slot DE, Wiggelinkhuizen L, Rosema NA, van der Weijden GA. The efficacy of manual
toothbrushes following a brushing exercise: A systematic review. Int J Dent Hyg 2012;10:187–
197.
29. Rosema N, Slot DE, van Palenstein Helderman WH, Wiggelinkhuizen L, van der Weijden
GA. The efficacy of powered toothbrushes following a brushing exercise: A systematic review.
31. van der Weijden F, Slot DE, Echeverria JJ, Lindhe J. Mechanical supragingival plaque
control. In: Lang NP, Lindhe J (eds). Clinical Periodontology and Implant Dentistry, ed 6.
associations, toothpaste and toothbrush companies and in dental texts. Br Dent J 2014;217:e5.
33. Tonetti MS, Chapple IL, Jepsen S, Sanz M. Primary and secondary prevention of periodontal
and peri-implant diseases: Introduction to, and objectives of the 11th European Workshop on
34. Renton-Harper P, Addy M, Warren P, Newcombe RG. Comparison of video and written
Periodontol 1999;26:752–756.
35. Graetz C, Bielfeldt J, Wolff L, et al. Toothbrushing education via a smart software
37. Rylander H, Lindhe J. Cause-related periodontal therapy. In: Lindhe J, Karring T, Lang NP
38. Yaacob M, Worthington HV, Deacon SA, et al. Powered versus manual toothbrushing for
39. Björn AL, Andersson U, Olsson A. Gingival recession in 15-year old pupils. Swed Dent J
1981;5:141–146.
40. Heasman PA, Holliday R, Bryant A, Preshaw PM. Evidence for the occurrence of gingival
Periodontol 2015;42(suppl):s237–s255.
41. van der Weijden FA, Campbell SL, Dörfer CE, González-Cabezas C, Slot DE. Safety of
Periodontol 2011;82:5–24.
42. Dörfer CE, Staehle HJ, Wolff D. Three-year randomized study of manual and power
43. Schoo WH, van der Velden U. Marginal soft tissue recessions with and without attached
44. Sälzer S, Graetz C, Plaumann A, et al. Effect of a multidirectional power toothbrush and a
45. Löe H. Mechanical and chemical control of dental plaque. J Clin Periodontol 1979;6:32–36.
46. Roussa E. Anatomic characteristics of the furcation and root surfaces of molar teeth and their
s54.
Bundeszahnärztekammer, 2015.
49. Sälzer S, Slot DE, van der Weijden FA, Dörfer CE. Efficacy of interdental mechanical
s105.
51. Dörfer CE, Staehle HJ. Strategien der häuslichen Plaquekontrolle. Zahnmedizin up2date
2010;3:231–256.
52. Sambunjak D, Nickerson JW, Poklepovic T, et al. Flossing for the management of
periodontal diseases and dental caries in adults. Cochrane Database Syst Rev
2011:(12):CD008829.
53. Berchier CE, Slot DE, Haps S, van der Weijden GA. The efficacy of dental floss in addition
54. Hardy K, Radini A, Buckley S, et al. Diet and environment 1.2 million years ago revealed
through analysis of dental calculus from Europe’s oldest hominin at Sima del Elefante, Spain.
Naturwissenschaften 2017;104:2.
55. Hoenderdos NL, Slot DE, Paraskevas S, van der Weijden GA. The efficacy of woodsticks on
plaque and gingival inflammation: A systematic review. Int J Dent Hyg 2008;6:280–289.
56. Walsh MM, Heckman BH, Moreau-Diettinger R. Use of gingival bleeding for reinforcement
57. Poklepovic T, Worthington HV, Johnson TM, et al. Interdental brushing for the prevention
and control of periodontal diseases and dental caries in adults. Cochrane Database Syst Rev
2013;(12):CD009857.
58. Slot DE, Dörfer CE, van der Weijden GA. The efficacy of interdental brushes on plaque and
59. Waerhaug J. The interdental brush and its place in operative and crown and bridge dentistry.
60. Larsen HC, Slot DE, Van Zoelen C, Barendregt DS, van der Weijden GA. The effectiveness
controlled clinical trial. Int J Dent Hyg 2016 [epub ahead of print].
61. Jordan RA, Hong HM, Lucaciu A, Zimmer S. Efficacy of straight versus angled interdental
brushes on interproximal tooth cleaning: A randomized controlled trial. Int J Dent Hyg
2014;12:152–157.
62. Yost KG, Mallatt ME, Liebman J. Interproximal gingivitis and plaque reduction by four
63. Abouassi T, Woelber JP, Holst K, et al. Clinical efficacy and patients’ acceptance of a rubber
64. Husseini A, Slot DE, van der Weijden GA. The efficacy of oral irrigation in addition to a
65. Flemmig TF, Newman MG, Doherty FM, Grossman E, Meckel AH, Bakdash MB.
66. Lang NP, Räber K. Use of oral irrigators as vehicle for the application of antimicrobial
67. Sharma NC, Lyle DM, Qaqish JG, Schuller R. Comparison of two power interdental cleaning
68. Sharma NC, Lyle DM, Qaqish JG, Schuller R. Comparison of two power interdental cleaning
69. Goyal CR, Lyle DM, Qaqish JG, Schuller R. Efficacy of two interdental cleaning devices on
2015;26:55–60.
70. European Federation of Periodontology. Guidelines for Effective Prevention of Periodontal
71. Claydon NC. Current concepts in toothbrushing and interdental cleaning. Periodontol 2000
2008;48:10–22.
72. Gillette WB, Van House RL. Ill effects of improper oral hygiene procedure. J Am Dent
Assoc 1980;101:476–480.
73. Valkenburg C, Slot DE, Bakker EW, van der Weijden FA. Does dentifrice use help to
75. Forward GC, James AH, Barnett P, Jackson RJ. Gum health product formulations: What is in
76. Marinho VC, Higgins JP, Sheiham A, Logan S. Fluoride toothpastes for preventing dental
Periodontol 2015;42(suppl):s106–s138.
78. Hioe KP, van der Weijden GA. The effectiveness of self-performed mechanical plaque
79. Davies RM, Ellwood RP, Davies GM. The effectiveness of a toothpaste containing triclosan
and polyvinyl-methyl ether maleic acid copolymer in improving plaque control and gingival
2013;62:71–88.
81. Riley P, Lamont T. Triclosan/copolymer containing toothpastes for oral health. Cochrane
82. Paraskevas S, van der Weijden GA. A review of the effects of stannous fluoride on gingivitis.
83. Sälzer S, Slot DE, Dörfer CE, van der Weijden GA. Comparison of triclosan and stannous
84. He T, Dunavent JM, Fiedler SK, Baker RA. A randomized clinical study to assess the
85. Schiff T, Saletta L, Baker RA, He T, Winston JL. Anticalculus efficacy and safety of a
2005; 26(suppl):s29–s34.
86. Rosling B, Wannfors B, Volpe AR, Furuichi Y, Ramberg P, Lindhe J. The use of a
1997;24:873–880.
87. Cullinan MP, Westerman B, Hamlet SM, Palmer JE, Faddy MJ, Seymour GJ. The effect of a
2008;35: 157–164.
89. U.S. Food & Drug Administration. 5 Things to Know About Triclosan.
2017.
https://ec.europa.eu/health/scientific_committees/ consumer_safety/docs/sccs_o_054.pdf.
91. Giuliano CA, Rybak MJ. Efficacy of triclosan as an antimicrobial hand soap and its potential
2007;57:383–384.
http://www.colgate.com/en/us/oc/oral-health/basics/brushingand-flossing/article/history-of-
94. Sälzer S, Rosema NA, Martin EC, et al. The effectiveness of dentifrices without and with
sodium lauryl sulfate on plaque, gingivitis and gingival abrasion—A randomized clinical trial.
without sodium lauryl sulphate on dental plaque and gingivitis—A randomized controlled
clinical trial [epub ahead of print 8 Feb 2016]. Int J Dent Hyg; doi: 10.1111/idh.12201.
96. Skaare A, Kjaerheim V, Barkvoll P, Rølla G. Skin reactions and irritation potential of four
97. Herlofson BB, Barkvoll P. Oral mucosal desquamation caused by two toothpaste detergents
98. Healy CM, Cruchley AT, Thornhill MH, Williams DM. The effect of sodium lauryl sulphate,
triclosan and zinc on the permeability of normal oral mucosa. Oral Dis 2000;6:118–123.