Anda di halaman 1dari 12

Review: teknologi aktivasi fisika pada pembuatan karbon

aktif dari limbah tempurung kelapa

Lia F. Ramadhani1, Imaya M. Nurjannah1 , Ratna Yulistiani 2, Erwan A. Saputro1,*


1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Surabaya 60249, Indonesia
2
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Surabaya 60249, Indonesia
*
Email: erwanadi.tk@upnjatim.ac.id

Abstrak

Tempurung kelapa dapat di tingkatkan nilai ekonominya dengan dijadikan sebagai karbon aktif. Sebelum
dijadikan karbon aktif, tempurung kelapa dijadikan arang supaya mempunyai sifat lebih baik daripada
bahan dasarnya. Karbon aktif merupakan arang yang telah dipadatkan melalui proses aktivasi, sehingga
memiliki sifat daya serap yang lebih baik. Proses pembuatan karbon aktif melalui proses pirolisis yang
dilanjutkan dengan proses aktivasi mampu memperbesar pori-pori pada arang tersebut sehingga
meningkatkan daya serap. Ada beberapa macam teknologi aktivasi diantaranya aktivasi fisika dan aktivasi
kimia. Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui teknologi aktivasi fisika beserta kelebihan dan
kekurangannya, sehingga bisa menjadi acuan dalam pemilihan proses di pabrik aktivasi karbon. Aktivasi
fisika merupakan proses aktivasi dengan cara memutuskan ikatan karbon dari senyawa organik pada suhu
tinggi dan bantuan CO2 dan uap. Gas-gas tersebut berfungsi untuk memperluas struktur pori-pori arang
sehingga meningkatkan luas permukaannya, menghilangkan substansi yang mudah menguap, serta
menghilangkan tar atau hidrokarbon pengotor pada arang. Aktivasi fisika memiliki kelebihan antara lain
tidak menggunakan bahan kimia, biaya pembuatannya yang relatif lebih murah, waktu proses relatif lebih
singkat dan yield arang yang dihasilkan lebih besar. Aktivasi fisika juga memiliki beberapa kekurangan
seperti struktur pori arang yang dihasilkan kurang baik dan dalam prosesnya memerlukan suhu tinggi.

Kata kunci : Karbon Aktif, Tempurung Kelapa, Aktivasi Fisika, Pirolisis.

Abstract

The coconut shell could be economically increased by used as charcoal in the form of activated carbon.
Charcoal is one of biomass energy source that has better properties than firewood. Activated carbon is a
solid charcoal that has been processed further, so it is increase the absorption capabilities. The absorption
process is occurred in the formation of pores in the charcoal due to the pyrolysis process. This process is
followed by an activation process. There are two kind of activation, chemical and physical activation. The
purpose of this study is to know the physical activation process including its benefits and drawbacks, so
this could be as reference of process selection when construct the industry of activated carbon. Physical
activation is the process of breaking the carbon chains of organic compounds with the help of heat, steam
and CO2. These gases function is to develop the structure of the cavity of the charcoal so that it expands its
surface, removes volatile constituents, and removes the production of tar or impurities hydrocarbons on
the charcoal. Physics activation has advantages such as not using chemicals, making costs are relatively
cheaper, the processing time is relatively shorter and the yield of charcoal produced is greater. The
activation of physics also has some disadvantages such as the structure of charcoal pores that are produced
are not good and this process requires high temperatures.

Keywords: Activated Carbon, Coconut Shell, Physical Activation, Pyrolysis

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 42


1. PENDAHULUAN perkembangan pemakaian karbon aktif pertama
kali, hingga ditemukan pembuatan dengan skala
Tanaman kelapa sebagai tanaman tropis
industri, mulai dari aktivasi uap dan aktivasi
merupakan tanaman komoditi yang bisa tumbuh
kimia (Latief, 2015).
subur dikebun, dipantai, atau dihutan Indonesia.
Arang mempunyai sifat lebih baik
Secara khusus, tanaman ini tumbuh di sepanjang
daripada kayu bakar sehingga disebut segagai
pasir pantai dan secara umum dapat tumbuh di
salah satu sumber energi biomasa, sehingga
dataran tinggi serta lereng gunung. Tanaman
briket arang merupakan salah satu bahan bakar
kelapa (Cocos nucifera L) adalah tipe tumbuhan
alternatif yang dapat diperbarui. Nilai ekonomis
yang mempunyai bermacam macam kegunaan,
tempurung kelapa dapat ditingkatkan dengan
hal ini karena sebagian besar dari tumbuhan
menjadikannya sebagai arang yang kemudian
tersebut dapat langsung di manfaatkan sebagai
diaktifkan menjadi karbon aktif. Karbon aktif
makanan maupun diolah terlebih dahulu untuk
merupakan arang yang telah di padatkan melalui
melengkapi kebutuhan makanan masyarakat
proses aktivasi, sehingga memiliki sifat daya
Indonesia, sebagai contohnya adalah: gula
serap yang lebih baik. Proses pembuatan karbon
kelapa, santan dan air kelapa segar, kelapa juga
aktif melalui proses pirolisis dan dilanjutkan
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
dengan proses aktivasi mampu memperbesar
industri (Saepulah,dkk. 2017). Daging buah dan
pori-pori pada arang tersebut sehingga
air kelapa adalah sebagian dari buah kelapa yang
meningkatkan daya serap (Nurmaiyatri, 2013).
bisa dimanfaatkan langsung sebagai bahan
Berdasarkan bentuknya, karbon aktif dapat
pangan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu karbon
tempurung kelapanya biasa dibuang begitu saja
aktif granular, pellet, dan serbuk.
dan pemanfaatannya kurang. Kandungan kimia
a. Karbon aktif granular, yaitu karbon aktif
dari tempurung kelapa telah disusun di Tabel 1.
yang memiliki ukuran partikel antara 0,2
Tabel 1. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa sampai dengan 5 mm. Karbon aktif ini
Komponen Presentase (%) biasanya berbentuk tidak beraturan. Jenis
karbon aktif ini bisa digunakan baik pada
Selulosa 34
fasa gas maupun cair.
Lignin 27 b. Karbon aktif berbentuk pellet, yaitu karbon
Hemiselulosa 21 aktif yang mempunyai ukuran diameter dari
0.8 sampai dengan 5 mm. Karbon aktif ini
Abu 18 dibuat melalui proses ekstrud dan berbentuk
(Sumber: Tamado, 2012) silinder kecil kecil. Karbon aktif ini
mempunyai pressure drop nya rendah,
kekuatan mekanik yang tinggi dan rendah
Pada tahun 1550 SM, berdasarkan sejarah kandungan abu sehingga biasanya
Mesir Kuno yang ditulis oleh Hippo Crates dan digunakan untuk aplikasi pada fasa gas.
juga Pliny The Elder telah dilakukan pengobatan c. Karbon aktif serbuk, yaitu karbon aktif yang
dengan menggunakan karbon aktif dengan memiliki ukuran kurang dari 0.18 mm (< 80
prinsip adsorbsi pada karbon berpori. Pada abad mess). Karbon ini merupakan karbon aktif
ke-18, karbon digunakan untuk pemurnian yang telah melalui proses penghancuran.
cairan. Karbon tersebut dibuat dari darah, kayu, Karbon aktif jenis ini biasanya digunakan
dan hewan. Informasi pemakaian karbon aktif pada aplikasi fasa cair dan penyaringan pada
dalam awal abad ke-19 SM pada industri gula di gas buang. (Sahrifirad, Rahmanpour dan
Eropa, khususnya di Inggris memakai campuran Vahidifar, 2012).
kalsium fosfat dan karbon yang ditaruh disebuah
tabung atau kolom dimana cairan gula kotor Karbon aktif dapat dibagi menjadi dua tipe
dilewatkan pada tabung atau kolom tersebut. berdasarkan fungsinya, yaitu karbon aktif
Sejarah juga mencatat bahwa pada awal sebagai pemucat dan penyerap.
abad ke-20 industrialisasi karbon aktif mulai a. Karbon aktif sebagai pemucat
berkembang dengan menggunakan bantuan uap Karbon aktif pemucat berfungsi untuk
dan bahan kimia. Proses pembuatan karbon aktif memindahkan zat-zat pengganggu yang tidak
pada masa tersebut juga membuat karbon aktif diinginkan, misalnya yang menghilangkan warna
bubuk (powder). Pada masa Perang Dunia I, dan bau yang tidak diharapkan serta bisa
aktivasi karbon aktif secara uap telah di membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu.
kembangkan oleh Amerika dan di terapkan pada Karbon aktif jenis ini biasanya digunakan di
arang batok kelapa sehingga hasil akhir karbon industri kimia dan industri baju. Bentuk karbon
aktif tersebut berbentuk granular. Inilah awal aktif ini adalah powder atau bubuk yang sangat

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 43


halus dengan diameter pori-pori lebih besar yang Tabel 2. Persyaratan Karbon Aktif Berdasarkan
biasanya dibuat dari ampas pembuatan kertas, SNI 06-3730-1995
serbuk-serbuk gergaji, atau dari bahan baku yang Jenis Persyaratan Parameter
mempunyai densitas kecil dan mempunyai
struktur yang lemah. Kadar air Maks 15%
b. Karbon aktif sebagai penyerap Kadar abu Maks 10%
Karbon aktif yang berbentuk granular atau
pellet biasanya digunakan sebagai penyerap Kadar zat menguap Maks 25%
karena mempunyai sifat fisik yang keras dengan
Kadar karbon terikat Min 65%
diameter pori lebih kecil. Karbon aktif yang
digunakan sebagai penyerap uap difungsikan Daya serap terhadap yodium Min 750 mg/g
untuk memperoleh kembali pelarut atau katalis
yang dipakai dalam pemurnian gas. Karbon aktif Daya serap terhadap benzena Min 25%
jenis ini dibuat dari tempurung kelapa, batu bata, (Sumber: Pusat Dokumentasi dan Informasi
tulang, atau bahan baku yang sifatnya keras. Ilmiah, LIPI 1995)
Menurut Riadi (2017) kegunaan karbon aktif
antara lain sebagai berikut: Industri karbon aktif dalam proses
a. Pemurni gas, karbon aktif digunakan untuk pembuatannya terdiri dari tiga proses yaitu,
desulfurisasi yaitu menghilangkan gas penghilangan air (dehidrasi), konversi bahan–
beracun, pencegahan racun, asap dan bau bahan organik menjadi karbon (karbonisasi) serta
busuk. dekomposisi dan perluasan pori–pori (aktivasi)
b. Penghilang rasa, warna, dan bau yang tidak (Dewi, Nurrahman dan Permana, 2009). Aktivasi
dikehendaki pada minyak dan makanan. merupakan suatu perlakuan terhadap arang yang
c. Sebagai pemercepat reaksi dalam berbagai sangat penting karena bertujuan untuk
reaksi kimia misalnya untuk mengkatalisa memperbesar pori yaitu dengan cara
pembentukan sulfur klorida dari sulfur memecahkan ikatan hidrokarbon atau
dioksida dan klorin, selain sebagai katalis mengoksidasi molekul-molekul permukaan
dalam reaksi karbon aktif juga bisa sebagai sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik
promoter yang mempercepat laju reaksi. fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
d. Pada Industri obat obatan, jarbon aktif juga bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya
digunakan sebagai bahan penyaring dan adsorpsi. Oleh karena itu, tujuan penulisan
penghilang warna, bau serta rasa yang tidak artikel ini adalah untuk mengetahui lebih detil
dikehendaki. tentang proses aktivasi terutama aktivasi fisika
e. Pada industri minuman keras dan ringan, beserta kelebihan dan kekurangannya, serta
karbon aktif juga sebagai penghilang bau menjelaskan metode terbaik untuk aktivasi fisika.
dan warna.
f. Pada bidang perikanan, budi daya udang dan 2. PROSES PEMBUATAN KARBON
benur berguna untuk pemurnian air, AKTIF
menghilangkan logam berat, nitrit, amonia,
serta fenol. 2.1 Dehidrasi
g. Pada bidang kimia perminyakan digunakan Dehidrasi adalah proses
dalam penyaringan bahan mentah atau zat pengurangan/penghilangan air yang
antara. terkandung dalam bahan dasar pembuat
h. Pada sistem pengolahan air dan pengolahan karbon aktif, hal ini bertujuan untuk
air limbah, karbon aktif bermanfaat untuk menyempurnakan proses karbonisasi yang
menghilangkan atau menyaring zat warna, biasanya diproses dengan cara menjemur
zat bau dan bahan pencemar. bahan baku tersebut dibawah sinar matahari
i. Pada proses pengolahan pulp and paper langsung atau mengeringkannya dalam oven
digunakan sebagai pemurni dan penghilang sampai diperoleh berat yang diinginkan.
bau. (Dewi, Nurrahman dan Permana, 2009).
j. Beberapa manfaat lainnya antara lain
sebagai bahan penyerap, berbagai pelarut, 2.2 Karbonisasi
crude oil, karet, larutan asam dan penghilang Proses karbonisasi adalah proses
bau dalam kamar pendingin dan mobil. pembakaran bahan bahan organik yang ada
didalam bahan dasar pembuat karbon. Proses ini
Kualitas suatu karbon aktif dinilai akan memicu terjadinya dekomposisi material
berdasarkan persyaratan Standar Nasional organik dalam bahan baku dan akan
Indonesia (SNI) 06-3730-1995 pada Tabel 2.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 44


mengeluarkan zat-zat pengotor dalam bahan tar (bio-oil) dan beberapa zat lainnya. Hasil
baku. Unsur-unsur non karbon sebagian besar samping proses pirolisis adalah gas berupa
akan hilang pada tahapan tersebut. Pengeluaran metana (CH4), karbon dioksida (CO2), dan
unsur yang mudah menguap ini menyebabkan beberapa gas lainnya dalam komposisi yang
terbentuknya pori-pori atau mulai terbukanya relatif kecil. Pada umumnya proses pirolisis
pori. Seiring dengan proses ini maka akan terjadi berjalan pada kurun waktu 4-7 jam dengan suhu
perubahan struktur pori (Shofa, 2012). di atas 300°C, tetapi kondisi tersebut dipengaruhi
Penguraian bahan-bahan organik yang oleh sifat fisik bahan baku (Ridhuan dan Suranto,
terkandung di dalam tempurung kelapa ini terjadi 2016). Beberapa jenis proses pirolisis dapat
pada proses karbonisasi. Proses ini mempunyai dilihat pada Tabel 3.
beberapa tahapan proses. Pada awalnya, terjadi Tabel 3. Jenis Proses Pirolisis (Aruan, 2013)
proses penguapan air pada suhu 100-120°C, Produk
kemudian terjadi proses penguraian selulosa Proses
Cair Arang Gas
menjadi larutan piroglinat gas kayu dan sedikit
Pirolisis Cepat
tar pada suhu 270-310°C, setelah itu terjadi
Temperatur 400-600°C
proses penguraian lignin sehingga dihasilkan 75% 12% 13%
Waktu tinggal uap panas
lebih banyak tar sedangkan larutan piroglinat dan
pendek (<2 detik)
gas CO2 menurun. Kemudian gas CH4, CO dan
H2 meningkat pada suhu 310-500°C, tahap Pirolisis Menengah
pemurnian arang atau peningkatan kadar karbon Temperatur 500°C
50% 25% 25%
terjadi pada suhu 500-1000°C. Menurut Waktu tinggal uap panas
Maryono, Sudding dan Rahmawati (2013) reaksi sedang
yang terjadi pada proses karbonisasi yaitu: Pirolisis Lambat
Temperatur 350-400°C
a. Reaksi penguraian selulosa 30% 35% 35%
Waktu tinggal yang lebih
(C6H10O5)n CH3COOH + 3CO2 lama
+ 2H2O + CH3OH + 5H2 + 3CO Gasifikasi
b. Reaksi penguraian lignin Temperatur tinggi 800°C
5% 10% 85%
Waktu tinggal yang lebih
[(C9H10O3)(CH3O)]n C18H11CH3(tar) lama
+ C6H5OH + CO + CO2 + CH4 + H2
c. Reaksi umum pembentukan karbon Adapun beberapa hasil penelitian
pembuatan arang aktif menggunakan proses
(CxHyOz)n + O2 C(grafit) + CO(g) pirolisis adalah seperti penelitian yang telah
+ H2O(g) dilakukan oleh Lestari, dkk (2017), disimpulkan
bahwa waktu dan suhu pirolisis berpengaruh
Konversi dari zat organik menjadi karbon pada kualitas karbon aktif tempurung kelapa.
atau residu yang mengandung karbon dapat Hasil pirolisis terbaik didapatkan pada waktu 5
dilakukan melalui 2 proses yaitu pirolisis dan jam dan suhu 325oC, yaitu daya serap iodine
karbonisasi (destilasi kering). 477,83 mg/g, kadar air 2,04%, kadar zat mudah
menguap 54,08%, kadar abu 0%, dan kadar
2.2.1 Pirolisis karbon terikat 45,92% (Lestari, dkk., 2017).
Pirolisis disebut juga sebagai proses
karbonisasi dengan pemanasan secara langsung Hasil penelitian lain menyatakan bahwa
dalam tungku Beehive yang berbentuk kubah. dari perbandingan proses pirolisis dan proses
Secara umum pirolisis atau bisa di sebut karbonisasi bahwa yang menghasilkan nilai kalor
thermolisis adalah proses penguraian suatu bahan tertinggi adalah proses pirolisis. Pada pirolisis
baku pada suhu yang relatif tinggi dengan udara menghasilkan dua arang yang berbeda yaitu dari
terbatas atau tanpa adanya oksigen. Proses tabung pitot dan bahan bakar sedangkan
dekomposisi/penguraian pada pirolisis ini biasa karbonisasi hanya menghasilkan satu jenis arang
juga sering disebut dengan proses devolatilisasi saja (Ridhuan dan Suranto, 2016).
(Ridhuan dan Suranto, 2016). Di sisi lain hasil penelitian yang dilakukan
Proses pirolisis dilaksanakan pada suhu oleh Budi, dkk (2012) menunjukan bahwa
350°C – 400°C dalam suatu reaktor dan diikuti karbon dari arang tempurung kelapa yang
dengan kondensasi dalam kondensor dihasilkan melalui proses pirolisis tempurung
berpendingin air, sehingga dihasilkan asap cair kelapa selama kurang lebih 6 jam pada suhu
Jamilatun (2013). Produk akhir proses pirolisis sekitar 70–100°C adalah karbon (C) dengan
akan menghasilkan tiga senyawa yaitu gas, padat presentase kandungan berat sebesar 82.92 %-b.
dan cair, yaitu karbon, cairan berupa campuran

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 45


Rout (2009), melakukan eksperimen maka akan semakin banyak timbul uap air di
pirolisis lambat secara fixed bed. Hasil dari dalam reaktor pirolisis sehingga waktu yang
arang, asap cair dan gas yang dihasilkan adalah digunakan untuk pemanasan semakin lama
22-31%-b, 38-44%-b dan 30-33%-b yang dan juga akan menyebabkan tar sulit
masing-masing diperoleh pada kondisi pirolisis mengalami pengembunan di dalam
yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan pendingin.
bahwa pengaruh suhu pirolisis dan ukuran
2.2.2 Karbonisasi (Destilasi Kering)
partikel pada hasil pirolisis lebih berpengaruh
daripada laju pemanasan dan waktu tinggal Proses pembuatan karbon dapat dilakukan
(Rout, 2013). juga melalui metode “destilasi kering” atau bisa
Penelitian yang dilakukan oleh Rout juga disebut sebagai pemanasan secara tidak
(2013), didapatkan bahwa hasil arang maksimum langsung. Karbonisasi umumnya mempunyai arti
32%-b diperoleh pada suhu 450°C, dengan hasil pembuatan arang (Ridhuan dan Suranto, 2016).
samping cairan dan gas sebesar 38,6%-b dan Karbonisasi atau pengarangan dapat juga
29,4%-b. Arang tempurung kelapa yang diartikan sebagai proses pemanasan bahan-bahan
dihasilkan mengandung 3,73% moisture, 5,52% organik pada suhu tertentu dengan batuan
volatile, 19,65% abu, dan 71,55% fixed carbon. oksigen dengan jumlah yang sangat terbatas,
Sedangkan unsur-unsur yang terkandung biasanya dilakukan didalam furnace. Proses ini
didalamnya meliputi 75,5% atom C, 5,15% atom menyebabkan senyawa-senyawa organik yang
H, 4,14% atom N, 0,15% atom S, dan 15,06% terdapat di dalam bahan baku terurai dan
atom O. Lalu dari analisis SEM arang tempurung membentuk hidrokarbon, uap, methanol, asam
kelapa yang dilakukan pada pembesaran 500X asetat, dan tar. Produk akhir karbonisasi yang
dan 1000X menunjukkan distribusi heterogen tertinggal adalah dalam fase padatan yang biasa
dari pori-pori dan tekstur kasar. Kehadiran disebut karbon dalam bentuk arang berpori tetapi
mikropori dan mesopori juga terdeteksi (Rout, pori-pori tersebut masih kecil (Dewi, Nurrahman
2013). dan Permana, 2009).
Proses karbonasi pada umumnya
Gabriel, dkk (2019) juga telah melakukan
dilaksanakan pada suhu 400 - 900ºC, kemudian
eksperimen pirolisis tempurung kelapa
hasil dari proses ini didinginkan dan dicuci untuk
menggunakan fixed bed reactor. Eksperimen
menghilangkan dan mendapatkan kembali
yang dilakukan menghasilkan yield arang
bahan-bahan pengaktif, setelah itu dilakukan
tempurung kelapa tertinggi (39,2%) pada suhu
penyaringan dan pengeringan. Pada proses suhu
500°C yaitu sebesar 0.196 kg dengan kandungan
tinggi, diatas 170°C, akan menghasilkan CO2,
8,04db moisture, 13,24% volatile, 74,35% fixed
CO dan asam asetat. Pada suhu 275°C,
carbon, dan 4,37% abu (Baygan, Loretero dan
dekomposisi menghasilkan metanol, tar dan hasil
Manilhig, 2019).
samping lainnya, sedangkan pembentukan
Menurut Aruan (2013) terdapat beberapa
karbon terjadi pada suhu 400-600ºC (Nurdiansah
faktor yang mempengaruhi hasil pirolisis adalah:
dan Susanti, 2013).
a. Waktu Pirolisis, yaitu waktu yang digunakan
Adapun beberapa hasil penelitian
dalam proses pirolisis, waktu ini sangat
pembuatan arang aktif menggunakan proses
mempengaruhi lama tidaknya kesempatan
karbonisasi memberikan hasil yang berbeda beda
bereaksi. Semakin lama waktu reaksi maka
tergantung kondisi dan variable yang dilakukan.
semakin meningkatkan hasil akhir fase cair
Penelitian Nurdiansyah dan Susanti (2013)
dan gas walaupun hasil fase padatan akan
menerangkan bahwa apabila suhu karbonisasi
menurun. Waktu pirolisis ini sangat
semakin tinggi maka nilai bilangan iodine, luas
tergantung pada jenis dan jumlah bahan baku.
permukaan aktif, dan kapasitansi akan semakin
b. Suhu pirolisis, yaitu suhu yang digunakan saat
turun. Pada penelitian ini keadaan optimum yang
proses pirolisis. Suhu ini mempunyai
menghasilkan bilangan iodine, luas permukaan
berpengaruh pada hasil akhir pirolisis, karena
aktif, dan kapasitas karbonisasi terbesar untuk
semakin meningkatnya suhu maka proses
tempurung kelapa adalah pada temperatur
penguraian/dekomposisi semakin baik.
karbonisasi 700°C dengan nilai 844 milifarad/
c. Ukuran bahan, yaitu ukuran bahan yang akan
gram. Arang yang dihasilkan mengandung
diproses pirolisis. Ukuran ini sangat
2,58% abu, 22,8% volatile, dan 74,62% fixed
tergantung dari ukuran alat yang digunakan,
carbon.
hasil arang dan tujuan akhir pemakaian
Maryono, dkk (2013) melakukan proses
karbon aktif.
karbonisasi dengan alat kiln drum dan sistem
d. Kadar air bahan, yaitu kandungan air di dalam
sedikit udara, yang bertujuan supaya pembakaran
bahan. Semakin banyak mengandung air
lanjutan pada tempurung kelapa tidak terjadi lagi

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 46


setelah pembakaran yang diinginkan terlampaui, sangat tinggi, hal ini adalah salah satu
sehingga deperoleh rendemen arang yang tinggi keunggulan aktivasi kimia (Anggraeni dan
dan arang terbentuk sempurna hanya Yuliana, 2015).
meninggalkan abu yang sedikit. Hasil akhir dari Bahan dasar yang mengandung
karbonisasi bahan baku sebanyak 70 kg lignoselulosa umumnya menggunakan aktivasi
tempurung kelapa selama 4 jam menghasilkan kimia. Pada proses aktivasi kimia, karbon hasil
arang sebanyak 30% (21 kg). pembakaran dicampur dengan larutan kimia yang
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa berperan sebagai activating agent. Larutan
semakin meningkatnya suhu karbonisasi akan activating agent tersebut biasanya berasal dari
menyebabkan rendemen karbon aktif semakin logam alkali dan alkali tanah serta zat asam
menurun sedangkan analisis kadar fixed carbon seperti KOH, H2SO4, ZnCl2, H3PO4, dan NaOH
(FC) semakin meningkat. Pada penelitian ini (Shofa, 2012).
menghasilkan karbonisasi dengan rendemen Setelah proses pencampuran, biasanya
arang paling besar diperoleh pada waktu 1,5 jam dilanjutkan dengan proses pengeringan dan
dan suhu karbonisasi 450°C yaitu sebesar pemanasan. Pada proses ini unsur-unsur mineral
28,448% (Nurisman, Miarti dan Sharul, 2017). aktifator masuk di antara sela sela heksagon dari
Yuliusman (2016) juga melakukan kristalit dan membuka permukan yang mula-
penelitian mengenai karbonasi bahan tempurung mula tertutup. Pada saat proses pemanasan
kelapa dengan menggunakan furnace pada suhu dilakukan, senyawa kontaminan yang berada
600°C selama 2 jam. Hasil dari proses karbonasi dalam pori-pori menjadi lebih muda terlepas.
tempurung kelapa massa awal dibandingkan Proses pelepasan ini akan semakin mengaktifkan
massa akhir memiliki yields rata-rata sebesar karbon dengan meningkatkan daya serap karbon
18,61%. Hasil tersebut memiliki yield yang aktif dan memperlebar luas permukaan (Dewi,
cukup sesuai secara teoritis, dimana kadar Nurrahman dan Permana, 2009).
karbon dalam tempurung 18,80% (Yuliusman, Salah satu kerugian aktivasi kimia adalah
2016). pada saat penggunaan bahan bahan mineral.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Kerugian ini disebabkan karena sulitnya proses
karbonisasi, yaitu suhu dan waktu karbonisasi. penghilangan bahan-bahan mineral tersebut pada
Suhu proses ini sangat berpengaruh pada saat pencucian. Keuntungan menggunakan bahan
rendemen karbonisasi. Semakin tinggi suhu, mineral sebagai activating agent adalah pada
maka arang hasil karbonisasi akan semakin waktu aktivasi yang relatif singkat, hasil akhir
sempuna tetapi jumlah arang yang didapatkan karbon yang lebih tinggi, dan meningkatkan daya
semakin sedikit sedangkan hasil cairan dan gas adsorbsi (Anggraeni dan Yuliana, 2015).
semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh makin Adapun beberapa hasil penelitian pembuatan
banyaknya zat-zat terurai dan yang teruapkan. arang aktif menggunakan proses aktivasi kimia
Disamping Suhu, waktu juga berpengaruh pada adalah seperti pada penelitian Siti, dkk (2016)
karbonisasi. Semakin lama waktu karbonisasi menggunakan larutan H2SO4 sebagai activating
maka semakin lama reaksi sehingga reaksi lebih agent. Pemilihan asam sulfat dikarenakan asam
sempurna yang akan menyebabkan hasil arang sulfat memiliki sifat kimia yang lebih stabil dan
semakin turun tetapi cairan dan gas makin lebih mudah didapatkan daripada activating
meningkat. Waktu karbonisasi berbeda beda agent yang lain. (Jamilatun, Salamah dan
tergantung pada sifat fisik dan jumlah bahan Isparulita, 2015).
baku yang dipakai (Turmuzi dan Syaputra, Yuliusman (2016) melakukan penelitian
2015). tentang karbon aktif dari arang tempurung kelapa
yang telah dikarbonisasi, kemudian diaktivasi
2.3 Metode Aktivasi
kimia dengan menggunakan larutan KOH pada
Pada proses aktivasi terjadi pelepasan kondisi suhu 100°C. Reaksi yang terjadi ketika
hidrokarbon, tar, dan senyawa organik yang pencampuran karbon dengan larutan KOH
melekat pada karbon tersebut. Aktivasi karbon disajikan pada persamaan (1), (2), dan (3).
aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni
4KOH + C <−> 4K + CO2 + 2H2O …(1)
aktivasi secara kimia dan aktivasi secara fisika.
6KOH + C <−> 2K + 3H2 + 2K2CO3 …(2)
2.3.1 Aktivasi Kimia
4KOH + 2CO2 <−> 2K2CO3 + 2H2O …(3)
Aktivasi kimia dapat diartikan sebagai
proses pemutusan rantai karbon pada senyawa- Activating agent dalam penelitian ini adalah
senyawa organik dengan bantuan bahan-bahan KOH. Pada prinsipnya KOH yg ditambahkan
kimia. Pada proses aktivasi kimia ini sangat akan menyebar ke permukaan karbon yang
dimungkinakan diperoleh luas permukaan yang menyebabkan terjadinya oksidasi parsiap pada

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 47


permukaan tersebut. Kemudian karbon akan Adapun beberapa hasil penelitian pembuatan
bereaksi dengan oksigen menjadi CO2 saat arang aktif menggunakan proses aktivasi fisika
berlangsungnya proses aktivasi. Hal ini adalah seperti penelitian Khuluk (2016) yang
dibuktikan dengan terjadinya gelembung- dikatakan bahwa hasil analisis morfologi dengan
gelembung yang keluar pada saat proses aktivasi menggunakan SEM memperlihatkan bahwa
dengan KOH dilaksanakan (persamaan 1 dan 2). susunan permukaan pada karbon aktif hasil
Selain itu, oksidasi parsial pada karbon aktivasi fisika relatif serupa apabila
menyebabkan terbentuknya pori pada permukaan dibandingkan dengan karbon aktif hasil aktivasi
karbon sehingga dari pori tersebut akan kimia-fisika. Hasil ini mempunyai ukuran pori
membentuk struktur baru. Hasilnya karbon aktif yang lebih besar daripada karbon aktif hasil
yang telah diaktivasi memiliki luas permukaan aktivasi kimia (Khuluk, 2016).
349.758 m2/g (Yuliusman, 2016). Penelitian lain tentang pembuatan karbon
aktif juga dilaporkan oleh Idrus (2013), yang
menyatakan bahwa suhu aktivasi mempengaruhi
2.3.2 Aktivasi Fisika
kualitas pembentukan karbon aktif. Dari hasil
Aktivasi fisika dapat didefinisikan sebagai penelitian tersebut menyatakan bahwa kualitas
proses pemutusan rantai karbon dari senyawa karbon aktif yang terbaik diperoleh pada suhu
organik dengan bantuan uap, panas dan CO2. 1000°C dengan kadar air 7,7%, kadar abu 0,84%
Proses aktivasi dengan cara fisika dapat dan daya serap terhadap kadar iod sebesar
dilaksanakan dengan menggunakan gas nitrogen, 586,318 mg/g (Idrus, Lapanporo dan Putra,
gas oksigen, gas karbon dioksida, dan air. Gas- 2013).
gas tersebut berguna untuk memperbesar struktur Pembuatan karbon aktif dari tempurung
rongga yang terdapat pada arang sehingga dapat kelapa dengan aktivasi fisika juga telah
meningkatkan luas permukaan arang/karbon. dilakukan oleh Aryani (2019). Penelitian ini
Sedangkan panas akan berfungsi untuk menyatakan bahwa hasil rendemen yang
menghilangkan zat zat pengotor yang mudah diperoleh sebesar 86.7%, kadar air 6,0%, kadar
menguap dan membuang hidrokarbon- zat mudah menguap 37,12%, daya serap iodium
hidrokarbon pengotor pada arang (Anggraeni dan sebesar 755,32 mg/g, dan kadar abu 8,46%.
Yuliana, 2015). Setelah dibandingkan dengan aktivasi kimia,
Pada aktivasi dengan cara aktivasi fisika, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa arang
diawali dengan memanaskan karbon pada suhu aktif yang menggunakan metode aktivasi fisika
sekitar 800 – 1000°C kemudian karbopn tersebut mempunyai rendemen, kadar air dan kadar abu
dialiri oleh gas pengoksidasi seperti oksigen, yang lebih tinggi tetapi mempunyai kadar zat
CO2, atau uap air. Gas gas tersebut akan bereaksi yang mudah menguap yang lebih kecil daripada
dengan karbon dan melepaskan karbon aktivasi kimia. Dalam hal penyerapan iodium,
monoksida dan hidrogen. Pada waktu tersebut, aktivasi fisika mempunya daya serap Iodium
senyawa- senyawa produk samping akan terlepas lebih banyak jika dibandingkan dengan aktivasi
sehingga akan memperlebar pori dan dengan cara kimia. Penelitian ini juga
meningkatkan daya adsorpsi. Gasifikasi karbon merekomendasikan untuk menaikkan suhu
dengan uap air dan CO2 terjadi melalui reaksi operasi guna mendapatkan hasil yang lebih
bersifat endotermis seperti pada persamaan (4) optimal dalam pembuatan arang aktif dengan
dan (5) (Marsh, 2006). Untuk aktivasi fisika cara aktivasi fisika (Aryani, Mardiana dan
dengan oksigen melalui reaksi bersifat Wartomo, 2019). Masthura (2018) juga
eksotermis disajikan pada persamaan (6). menyatakan beberapa kelebihan aktivasi fisika
C + H2O → CO + H2 (117 kJ/ mol) …(4) jika dibandingkan dengan aktivasi kimia,
C + CO2 → 2CO (159 kJ/mol) …(5) diantaranya: proses ini lebih ekonomis (biaya
C + O2 → CO2 ( -406 kJ/mol) …(6) lebih murah), tidak memerlukan/ menggunakan
bahan kimia. Metode aktivasi Fisika ini juga bisa
Pada metode aktivasi fisika, massa karbon di integrasikan dengan metode aktivasi kimia
juga mengalami pengurangan karena adanya untuk hasil yang lebih baik, tetapi akan
perubahan struktur karbon. Salah satu memerlukan biaya yang lebih besar (Masthura,
kekurangan proses fisika ini adalah pada saat 2018).
terjadi kelebihan oksidasi eksternal sewaktu gas
2.3.3 Aktivasi Kimia-Fisika
pengoksidasi berdifusi pada karbon sehingga
terjadi pengurangan ukuran adsorben (Shofa, Aktivasi kimia-fisika merupakan gabungan
2012). Shofa (2012) juga menyatakan bahwa antara aktivasi kimia dan aktivasi fisika yang
proses tersebut sulit dikontrol sehingga perlu di dilakukan melalui beberapa tahapan proses yang
waspadai. membuat proses lebih lama. Pada tahapan proses

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 48


ini, dilakukan perlakuan awal pada bahan baku a. Waktu perendaman.
hingga menjadi material berkarbon, kemudian Waktu perendaman adalah lama waktu
material tersebut dicampurkan dengan aktivator yang diperlukan untuk merendam arang
kimia dalam suatu reaktor berpengaduk dalam kedalam larutan activator. Waktu perendaman
kondisi yang telah ditentukan dan dilakukan untuk bermacam-macam zat activator tidak
pencucian setelahnya. Setelah itu proses sama sesuai dengan sifat dari aktovator
dilanjutkan dengan aktivasi fisika, yaitu tersebut. Proses ini berfungsi untuk
pemanasan karbon dengan kondisi proses menghilangkan atau membatasi pembentukan
tertentu yang dilakukan pada suatu reaktor panas lignin, karena adanya lignin dapat
seperti furnace atau kiln. Proses ini tergolong membentuk senyawa tar.
lama dan rumit, ditambah penggunaan alat yang b. Konsentrasi aktivator
relatif banyak (Suha, 2016). Konsentrasi activator adalah kepekatan
Adapun beberapa hasil penelitian pembuatan activator yang biasanya disebut dalam
arang aktif menggunakan proses aktivasi kimia- %berat. Semakin besar konsentrasi larutan
fisika adalah seperti penelitian yang dilakukan aktivator maka semakin besar dan kuat
oleh Yuliusman (2016) tentang pembuatan pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa-
karbon aktif dari tempurung kelapa dengan senyawa tar sisa karbonisasi untuk kemudian
menggunakan aktivasi kimia dan aktivasi fisika. dikeluarkan melalui pori-pori dari karbon
Aktifasi kimia dilakukan dengan larutan KOH tersebut sehingga permukaan karbon semakin
pada temperatur ruang. Setelah itu dilanjutkan terbuka sehingga mengakibatkan semakin
dengan aktifasi fisika pada temperatur reaktor besar daya serap karbon aktif tersebut.
750°C. Dari penelitian tersebut diperoleh luas c. Ukuran bahan
permukaan karbon aktif yang dihasilkan melalui Ukuran bahan adalah ukuran partikel
aktivasi kimia dan fisika menghasilkan luas bahan yang akan di aktivasi. Semakin kecil
permukaan lebih tinggi dibandingkan aktivasi ukuran bahan maka semakin baik hasil
kimia saja. Karbon aktif aktivasi kimia memiliki aktivasi dari karbon tersebut.
luas permukaan 349.758 m2/g, sedangkan luas
permukaan aktivasi kimia fisika yaitu 953 m2/g 3. PERBANDINGAN PROSES
(Yuliusman, 2016). PEMBUATAN KARBON AKTIF
Peneliti lain juga telah melakukan penelitian
pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa Dalam penelitian ini perbandingan proses
dengan aktivasi fisik dan aktivasi kimia dengan pembuatan karbon aktif ditinjau dari proses
menggunakan aktivator KOH. Selang waktu karbonisasi dan aktivasi didapatkan berdasarkan
karbonisasi adalah 2 jam dan suhu operasi pada pada analisis dari beberapa eksperimen dari
800°C. Penelitian ini juga melakukan variasai peneliti rujukan. Hasil-hasil ekperimen dari
suhu dan lama proses aktivasi fisika, yaitu 4 jam berbagai peneliti dikelompokkan sesuai bahan
dan 600°C. Setelah proses fisika, selanjutnya kajiannya, setelah itu dilakukan seleksi proses
proses aktivasi dilanjutkan dengan proses untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
aktivasi kimia dengan menggunakan KOH mengenai proses karbonisasi dan aktivasi.
dengan perbandingan massa air:arang:KOH
adalah 1:1:4. Hasil dari penelitian ini 3.1 Proses Karbonisasi
menyebutkan bahwa daya serap iodine atau Jika dilihat dari hasil penelitian yang telah
adsorpsi arang aktif pada iodine memiliki nilai dilakukan oleh beberapa peneliti didapatkan
yang paling baik sebesar 1240.233 mg/g dengan bahwa untuk pembuatan karbon aktif dalam
luas permukaan 2352.851 m2/g yang terjadi pada tahap konversi bahan–bahan organik menjadi
konsentrasi KOH 20% arang aktif tempurung karbon (karbonisasi), untuk metode pirolisis
kelapa. Morfologi arang aktif dengan aktivasi hasil karbon yang dihasilkan lebih baik dari
KOH 20% memiliki struktur ukuran pori yang pada karbon yang dihasilkan dengan
termasuk ke dalam struktur makropori, rata rata menggunakan metode karbonisasi.
pori yang dihasilkan mempunyai tinggi 22.63 µm Hal ini ditunjukkan dengan yield karbon
dan lebar 26.41 µm, (Yuningsih, Mulyadi dan yang dihasilkan dengan menggunakan metode
Kurnia, 2016). pirolisis lebih besar dari pada menggunakan
Menurut Goleman, Boyatzis dan Mckee, metode karbonisasi, lalu suhu yang diperlukan
(2019) beberapa faktor yang mempengaruhi untuk metode pirolisis lebih rendah
proses aktivasi yaitu waktu perendaman, dibandingkan dengan metode karbonisasi,
konsentrasi aktivator, dan ukuran bahan. walaupun memang dalam prosesnya memerlukan
waktu yang lebih lama. Untuk lebih jelasnya

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 49


perbandingan dari beberapa proses karbonisasi pengoksidasi yang dipakai untuk aktivasi fisika
karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 4. mudah diperoleh dan dapat direycle kembali
Kelebihan dari proses pirolisis yaitu yield menjadi bahan pengoksidasi lagi. Meskipun
arang yang dihasilkan lebih tinggi dan suhu begitu metode aktivasi fisika juga memiliki
operasi lebih rendah, sedangkan kekurangannya beberapa kekurangan seperti memerlukan suhu
adalah penggunaan pemanasan secara langsung tinggi dalam prosesnya. Untuk lebih jelasnya
maka peralatan yang digunakan lebih tahan adapun perbandingan dari beberapa proses
terhadap api. Adapun kelebihan dari proses aktivasi karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 5.
karbonisasi yaitu hasil samping tar dan gas yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali menjadi 4. KESIMPULAN
bahan kimia atau bahan bakar, sedangkan
kekurangannya yaitu yield arang yang dihasilkan Dalam sintesis karbon aktif biasanya
lebih rendah karena masih mengandung tar dan menggunakan proses pirolisis untuk memperoleh
suhu operasi lebih tinggi. produk karbon dikarenakan yield arang yang
dihasilkan lebih besar, suhu yang diperlukan
3.2 Proses aktivasi lebih rendah meskipun membutuhkan waktu
yang lama, karena jika semakin tinggi suhu yang
Jika dilihat dari hasil penelitian yang telah
digunakan maka arang yang terbentuk akan
dilakukan oleh beberapa peneliti didapatkan
menjadi abu sebagian, sehingga yield arang yang
bahwa untuk pembuatan karbon aktif dalam
dihasilkan akan rendah, tidak membutuhkan
tahap dekomposisi dan perluasan pori–pori
peralatan operasi yang banyak, karena hasil
(aktivasi), untuk metode aktivasi fisika hasil
samping yang dihasilkan cenderung sedikit, dan
karbon aktif yang dihasilkan lebih baik dari
proses yang dilakukan cukup mudah karena tidak
pada karbon aktif yang dihasilkan dengan
memerlukan tekanan tinggi.
menggunakan metode aktivasi kimia dan juga
Berdasarkan review ini, secara garis besar
metode aktivasi kimia-fisika.
dapat disimpulkan bahwa menggunakan steam
Hal ini ditunjukkan dengan waktu yang
untuk memperoleh produk utama karbon aktif
diperlukan untuk metode aktivasi fisika relatif
memiliki banyak keunggulan, yaitu: waktu yang
pendek dari pada metode aktivasi yang lainnya,
diperlukan relatif pendek, yield arang yang
lalu yield arang yang dihasilkan dengan metode
dihasilkan akan besar, tidak membutuhkan
aktivasi fisika juga lebih besar dari pada metode
peralatan operasi yang banyak, proses yang
aktivasi lainnya, kemudian kualitas karbon aktif
dilakukan cukup mudah, bahan-bahan peng
yang dihasilkan dengan metode aktivasi fisika
oksidasi yang dipakai untuk aktivasi dapat
juga terbilang cukup baik dengan hasil luas
direycle kembali menjadi bahan pengoksidasi
permukaan yang tinggi, serta bahan - bahan
lagi dan lebih ekonomis.

Tabel 4. Perbandingan dari Beberapa Proses Karbonisasi Karbon Aktif


No. Parameter Pirolisis Karbonisasi Referensi
Pemanasan dilakukan Pemanasan dilakukan
1. Jenis pemanasan • Ridhuan dan Suranto (2016)
secara langsung tidak langsung
• Pirolisis:
Memerlukan suhu • Ridhuan dan Suranto (2016)
Memerlukan suhu lebih
2. Suhu lebih rendah (350°C • Aruan (2013)
tinggi (400°C – 900°C)
– 400°C) • Karbonisasi:
• Nurdiansah dan Susanti (2013)
Pirolisis:
• Lestari, dkk. (2017)
• Budi, dkk. (2012)
3. Waktu tinggal Lebih lama Relatif pendek
Karbonisasi:
• Nurdiansah dan Susanti (2013)
• Nurisman, Miarti dan Sharul (2017)
Pirolisis:
• Aruan (2013)
4. Yield arang 35% 30% Karbonisasi:
• Rahmawati, Sudding dan
Rahmawati (2013)

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 50


Tabel 5. Perbandingan dari Beberapa Proses Aktivasi Karbon Aktif
Aktivasi
No. Parameter Aktivasi Kimia Aktivasi Fisika Referensi
Kimia-Fisika
Aktivasi Kimia:
• Nurisman, Miarti dan Sharul (2017)
Tidak Memerlukan suhu Memerlukan suhu • Taer dkk. (2015)
1. Suhu memerlukan tinggi (500°C- tinggi (500°C- Aktivasi Fisika:
suhu tinggi 1000°C) 1000°C) • Idrus, Lapanporo dan Putra (2013)
Aktivasi Kimia-Fisika:
• Nurdiansah dan Susanti (2013)
Aktivasi Kimia:
• Nurisman, Miarti dan Sharul (2017)
Aktivasi Fisika:
• Idrus, Lapanporo dan Putra (2013)
• Aryani, Mardiana dan Wartomo
2. Waktu Lama Relatif pendek Lebih lama
(2019)
Aktivasi Kimia-Fisika:
• Nurdiansah dan Susanti (2013)
• Yuningsih, Mulyadi dan Kurnia
(2016)
Aktivasi Kimia:
• Taer dkk. (2015)
Aktivasi Fisika:
Struktur
3. Baik Kurang baik Lebih baik • Masthura and P (2018)
pori
Aktivasi Kimia-Fisika:
• Yuningsih, Mulyadi dan Kurnia
(2016)
Aktivasi Kimia:
• Yuliusman (2016)
Luas Aktivasi Fisika:
4. Cukup tinggi Tinggi Lebih tinggi
permukaan • Khuluk (2016)
Aktivasi Kimia-Fisika:
• Yuliusman (2016)
Aktivasi Kimia:
• Jamilatun, Salamah dan Isparulita
(2016)
Aktivasi Fisika:
5. Yield Cukup Besar Besar Kurang besar
• Aryani, Mardiana dan Wartomo
(2019)
Aktivasi Kimia-Fisika:
• Nurdiansah dan Susanti (2013)
Kualitas karbon
Tidak Kualitas karbon aktif
aktif yang
6. Kelebihan memerlukan yang dihasilkan lebih
dihasilkan
bahan kimia baik
cukup baik
Pada saat aktivasi
Seringkali terjadi kimia, bahan kimia
Bahan-bahan kelebihan oksidasi yang digunakan untuk
kimia yang eksternal sewaktu aktivasi sulit
digunakan gas pengoksidasi dihilangkan ketika
7. Kerugian untuk aktivasi berdifusi pada pencucian, dan pada
sulit karbon sehingga saat aktivasi fisika,
dihilangkan saat terjadi suhu yang terlalu
pencucian pengurangan tinggi menyebabkan
ukuran adsorben yield yang dihasilkan
menjadi rendah

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 51


DAFTAR PUSTAKA sebagai Upaya Peman faatan Limbah
Dengan Suhu Tinggi Secara Pirolisis.
Anggraeni, I. S. dan Yuliana, L. E., 2015. Inovasi Teknik Kimia, 2(1), pp. 32–38.
Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah Latief, Y. N., 2015. Sejarah Awal Karbon Aktif.
Tempurung Siwalan (Borassus Flabellifer Available at: https://www.pasir
L.) dengan Menggunakan Aktivator Seng silika.com/2015/05/sejarah-awal-karbon-
Klorida (ZnCl2) dan Natrium Karbonat aktif-081322599149.html.
(Na2CO3). Institut Teknologi Sepuluh LIPI, 1995. SNI 06-3730-1995: Arang Aktif
Nopember. Teknis. Dewan Standarisasi Nasional.
Aruan, T. R., 2013. Pembuatan Bio Oil dengan Jakarta.
Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Maryono, Sudding dan Rahmawati, 2013.
Melalui Proses Pirolisis Cepat dengan Preparation and Quality Analysis of
Kapasitas 12.000 ton/tahun. Universitas Coconut Shell Charcoal Briquette Observed
Sumatera Utara. by Starch Concentration. Chemical, 14(1),
Aryani, F., Mardiana, F. dan Wartomo, 2019. pp. 74–83.
Aplikasi Metode Aktivasi Fisika dan Masthura dan P, Z., 2018. Karakterisasi
Aktivasi Kimia Pada Pembuatan Arang Mikrostruktur Karbon Aktif Tempurung
Aktif dari Tempurung Kelapa (Cocos Kelapa dan Kayu Bakau Journal of Islamic
Nucifera L). Indonesian Journal of Science and Technology, 4(1), pp. 45–54.
Laboratory, 2(1), pp. 16–20. Nurdiansah, H. dan Susanti, D., 2013. Pengaruh
Baygan, G. D., Loretero, M. dan Manilhig, M., Variasi Temperatur Karbonisasi dan Karbon
2019. Coconut Shell Pyrolysis for Optimum Aktif Tempurung Kelapa dan Tempurung
Charcoal Production. Procee dings of Kluwak terhadap Nilai Kapasitansi Electric
International Conference. Double Layer Capacitor (EDLC). Jurnal
Budi, E. Budi, E., Nasbey, H., Budi, S., Teknik Pomits, 2(1), pp. 13–18.
Handoko, E., Suharmanto, P., Sinansari, R., Nurhayati, C., 2018. Pengaruh Temperatur
& Sunaryo, S., 2012. Kajian Pembentukan Karbonisasi, Komposisi Campuran Arang
Karbon Aktif Berbahan Arang Tempurung Kayu Karet dan Lumpur Batubara terhadap
Kelapa. Seminar Nasional Fisika, pp. 62–66. Kualitas Biobriket. Prosiding Seminar
Dewi, T. K., Nurrahman, A. dan Permana, E., Nasional I Hasil Litbangyasa Industri ISSN
2009. Manufatured of Activated Carbon 2654-8550, pp. 48–56.
from Cassava Skin (Mannihot Esculenta). Nurisman, E., Miarti, A. dan Sharul, A., 2017.
Jurnal Teknik Kimia, 16(1), pp. 24–30. Studi Eksperimental Pengaruh Suhu
Goleman, D., Boyatzis, R. dan Mckee, A., 2019. Karbonisasi pada Prototipe Electrical
Karbon Aktif. Journal of Chemical Carbonization Furnace (ECF) terhadap
Information and Modeling, 53(9), pp. 1689– Rendemen dan Analisis Proksimat Karbon
1699. doi: 10.1017/CBO978110741 Aktif dari Limbah Tempurung Kelapa.
5324.004. Proceeding Seminar Nasional Pengelolaan
Idrus, R., Lapanporo, B. P. dan Putra, Y. S., Lingkungan.
2013. Pengaruh Suhu Aktivasi terhadap Nurmaiyatri, 2013. Morfologi Pori Karbon Aktif
Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Berbahan Dasar Arang Tempurung Kelapa
Tempurung Kelapa. Prisma Fisika, I (1), pp. dengan Variasi Temperatur Aktivasi.
50–55. doi: 10.1371/journal.pone. 0023032. Universitas Negeri Jakarta.
Jamilatun, S., Salamah, S. dan Isparulita, I. D., Riadi, 2017. Karbon Aktif. Available at:
2015. Karakteristik Arang Aktif dari https://www.kajianpustaka.com/2017/09/kar
Tempurung Kelapa dengan Pengaktivasi bon-aktif.html.
H2SO4, Variasi Suhu dan Waktu. Chemical, Ridhuan, K. dan Suranto, J., 2016. Perbandingan
2(1), pp. 13–19. doi: 10.26555/ Pembakaran Pirolisis dan Karbonisasi pada
chemica.v2i1.4562. Biomassa Kulit Durian terhadap Nilai
Khuluk, R. H., 2016. Pembuatan dan Kalori. Turbo: Jurnal Program Studi Teknik
Karakteristik Karbon Aktif dari Tempurung Mesin, 5(1), pp. 50–56. doi:
Kelapa (Cocous nucifera L.) Sebagai 10.24127/trb.v5i1.119.
Adsorben Zat Warna Metilen Biru. Rout, T. K., 2013. Pyrolysis of coconut shell.
Universitas Lampung. Rourkela, 211, p. 58. Available at: ethesis
Khornia Dwi Lestari L.F, Rita Dwi Ratnani, .nitrkl.ac.in/5346/1/211CH1036.pdf.
Suwardiyono Suwardiyono, Nur Kholis,
2017. Pengaruh Waktu dan Suhu Pembuatan
Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 52


Saepulah A, Julita U, Yusuf T, Cahyanto T., Arang Tempurung Kelapa. Universitas
2017. Inovasi Produk Olahan Pangan Negeri Jakarta.
melalui Pemanfaatan Limbah Organik Turmuzi, M. dan Syaputra, A., 2015. Pengaruh
Ampas Kelapa untuk Meningkatkan Suhu dalam Pembuatan Karbon Aktif dari
Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Kulit Salak (Salacca Edulis) dengan
Jawa Barat. Available at: file:///C:/Users/ Impregnasi Asam Fosfat (H3PO4). Jurnal
Hp/Downloads/ 1480-3553-1-SM.pdf. Teknik Kimia USU, 4(1), pp. 42–46.
Sharifirad M., Koohyar F., Rahmanpour S.H., Yuliusman, 2016. Pembuatan Karbon Aktif dari
dan Vahidifar M., 2012. Preparation of Tempurung Kelapa melalui Aktifasi Kimia
Activated Carbon from Phragmites dengan KOH dan Fisika dengan CO2.
Australis: Equilibrium Behaviour Study. Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo
Research Journal of Chemical Sciences Brotohardjono XII, (June), pp. 1–6.
ISSN 2277-2502 Vol. 1(8), 10-16. Yuningsih, L. M., Mulyadi, D. dan Kurnia, A. J.,
Shofa, 2012. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan 2016. Pengaruh Aktivasi Arang Aktif dari
Baku Ampas Tebu dengan Aktivasi Kalium Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa
Hidroksida. Universitas Indonesia. Terhadap Luas Permukaan dan Daya Serap
Tamado, D., Budi, E., Wirawan, R., Dwi, H., Iodin. Jurnal Kimia Valensi, 2(1), pp. 30–34.
Tyaswuri, A., Sulistyani, E., & Asma, E., doi: 10.15408/jkv.v2i1.
2013. Sifat Termal Karbon Aktif Berbahan

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 26, Juli 2020 Page | 53

Anda mungkin juga menyukai