''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (Al-A'raf: 205). ''Dan,
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.'' (Aljumuah: 10).
Berikut adalah keutamaan-keutamaan dzikir yang disarikan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah
dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib. Moga bisa menjadi penyemangat bagi kita untuk
menjaga lisan ini untuk terus berdzikir, mengingat Allah daripada melakukan hal yang tiada
guna.
(1) mengusir setan.
(7) mendatangkan rizki.
(10) mendekatkan diri pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang yang
berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
(11) mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang
kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali
pada Allah dalam setiap keadaan.
(12) seseorang akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Alalh
‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.
(13) semakin bertambah ma’rifah (mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin
bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
(14) mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri
pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir, akan semakin terhalangi dari rasa takut
pada Allah.
“Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152).
Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka
sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
(16) hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan
tersebut lepas dari air?”
(17) hati dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan dzikir maka kondisinya
sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir
pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata,
‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah
kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
(18) dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati adalah
disebabkan karena lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan kilapnya hati adalah dzikir, taubat
dan istighfar.
(19) menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan
menghapus kejelekan.
(20) menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
(21) ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di
saat ia butuh.
(22) jika seseorang mengenal Allah dalam keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam
keadaan sempit.
(26) majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir
adalah majelis setan.
(27) orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang
di sekitarnya.
(28) akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
(29) karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy
padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang
diberikan pada peminta-minta.
(31) dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
(33) pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan
pada amalan lainnya.
َ َِواَل تَ ُكونُوا َكالَّ ِذينَ نَسُوا هَّللا َ فَأ َ ْن َساهُ ْم أَ ْنفُ َسهُ ْم أُولَئ
ِ َك هُ ُم ْالف
َاسقُون
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr:
19)
(35) dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
(36) dzikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan baginya
kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang luput dari
pintu ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.
(37) dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
(38) orang yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya.
Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekedar Allah
itu bersama dalam arti mengetahui atau meliputi. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih
dekat, mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik Allah. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman,
َإِ َّن هَّللا َ َم َع الَّ ِذينَ اتَّقَوْ ا َوالَّ ِذينَ هُ ْم ُمحْ ِسنُون
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)
“Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al
‘Ankabut: 69)
“Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At Taubah: 40)
(39) dzikir itu dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan harta,
dan menunggang kuda di jalan Allah, serta juga dapat menyamai seseorang yang
berperang dengan pedang di jalan Allah.
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku,
wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu
seperti memerdekakan 10 budak.”[1]
(40) dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang
enggan berdzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
صالَ ٍة تَقُو ُل اللَّهُ َّم ِ ُ فَقَا َل « أ.» َك َوهَّللا ِ إِنِّى ألُ ِحبُّك
َ ِّوصيكَ يَا ُم َعا ُذ الَ تَ َدع ََّن فِى ُدب ُِر ُكل َ ُّ« يَا ُم َعا ُذ َوهَّللا ِ إِنِّى ألُ ِحب
» َك َو ُح ْس ِن ِعبَا َدتِك َ أَ ِعنِّى َعلَى ِذ ْك ِركَ َو ُش ْك ِر
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.”
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu –wahai
Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan di setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala
dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan
bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).”[2] Dalam hadits ini digabungkan antara
dzikir dan syukur. Begitu pula Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam firman
Allah Ta’ala,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah:
152). Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk
meraih bahagia dan keberuntungan.
(41) makhluk yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya selalu basah dengan
dzikir pada Allah. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan
Allah. Ia pun menjadikan dzikir sebagai syi’arnya.
(42) hati itu ada yang keras dan meleburnya dengan berdzikir pada Allah. Oleh karena itu,
siapa yang ingin hatinya yang keras itu sembuh, maka berdzikirlah pada Allah.
Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan padamu akan
kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata, “Lembutkanlah dengan dzikir pada Allah.”
Karena hati ketika semakin lalai, maka semakin keras hati tersebut. Jika seseorang
berdzikir pada Allah, lelehlah kekerasan hati tersebut sebagaimana timah itu meleleh
dengan api. Maka kerasnya hati akan meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir pada Allah
‘azza wa jalla.
(43) dzikir adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati. Obat hati yang
sakit adalah dengan berdzikir pada Allah.
Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan
sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
(44) tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat
dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab datangnya dan tertolaknya
murka Allah. Allah Ta’ala berfirman,
َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah disinggung sebelumnya.
Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan semakin bersyukur akan membuat
nikmat semakin bertambah.
(45) dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang yang
berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia
telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang
memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya
Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)
(46) dzikir kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan
ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut, Dia-lah
yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu pula Allah
yang menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa
gembira. Orang yang rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika
melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai dari dzikir.
Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.
(47) dzikir pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang terasa jadi
beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir
pada Allah benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.
(48) dzikir pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan ketenangan
akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan
tidak pernah merasakan rasa aman.
(50) orang yang senantiasa berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di lahan yang hijau,
ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di
hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi
seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa
bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya
Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)
(51) jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan
yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia,
memuji-muji manusia, dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam.
Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai.
Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak
tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia.[3]
[2] HR. Abu Daud no. 1522, An Nasai no. 1303, dan Ahmad 5/244. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih
[3] Disarikan dari Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: ‘Abdurrahman bin
Hasan bin Qoid, terbitan Dar ‘Alam Al Fawaid, 94-198.
Oleh
Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i
“Itu lebih baik dari kalian berdua dari seorang pembantu.” [1]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwasanya kalimat “ الَ َح ْو َل َوالَ قُ َّو َة
ِ ”إِالَّ ِبا, memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membantu kegiatan-kegiatan
هلل
yang sulit dan meringankan kususahan dan kesulitan, selanjutnya beliau
memberikan dalil-dalil dan ar-gumentasinya dalam hal tersebut.[3]
ت َو َيجْ َع ْل لَ ُك ْم
ٍ ِين َو َيجْ َع ْل لَ ُك ْم َج َّنا ٍ ان َغ َّفارً ا يُرْ سِ ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم م ِْد َرارً ا َويُمْ د ِْد ُك ْم ِبأَم َْو
َ ال َو َبن ُ َفقُ ْل
َ ت اسْ َت ْغفِرُوا َر َّب ُك ْم إِ َّن ُه َك
أ ْن َهارً ا َ
“ ت لَ ُهْ َكا َن،ٍ فِي َي ْو ٍم مِا َئ َة َمرَّ ة،ٌ َوه َُو َعلَى ُك ِّل َشيْ ٍء َقدِير،ك َولَ ُه ْال َحمْ ُد ُ ْك لَ ُه لَ ُه ْالم ُْل
َ الَ إِلَ َه إِالَّ هللا ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري:َمنْ َقا َل
ان َي ْو َم ُه َذل َِك َح َّتى
ِ ت لَ ُه حِرْ ًزا م َِن ال َّش ْي َط ْ َو َكا َن،ٍت َع ْن ُه مِا َئ ُة َس ِّي َئة
ْ َو ُم ِح َي،ٍت لَ ُه مِا َئ ُة َح َس َنةْ َو ُك ِت َب،ٍَع ْد َل َع ْش ِر ِر َقاب
َ َ
َ ِ إِالَّ أ َح ٌد َع ِم َل أ ْك َث ُر مِنْ َذل،ِض َل ِممَّا َجا َء ِبه
ك َ
َ ت أ َح ٌد ِبأ ْف َ ْ
ِ َولَ ْم َيأ،يُمْ سِ َي.”
“Barangsiapa yang mengucapkan: ‘Tidak ada yang berhak untuk diibadahi selain
Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan Allah segala kerajaan dan
pujian, dan Dia Maha-kuasa atas segala sesuatu,’ 100 kali dalam sehari, maka
baginya setara dengan membebaskan 10 budak, dan dicatat baginya 100
pahala, dan dihapuskan darinya 100 kesalahan. Dan ia memiliki perisai yang
menjaganya dari syaitan pada hari itu hingga malam harinya, tidak ada yang
dapat berbuat lebih baik dari dirinya, kecuali orang yang mengamalkan (amalan
dzikir tersebut) lebih banyak lagi darinya.” [5]
Juga yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sllam, beliau bersabda:
“ ُونَ ك تِسْ َع ٌة َوتِسْ ع َ ِ َف ْتل،هللا َثالَ ًثا َو َثالَ ِثي َْن َ هللا َثالَ ًثا َو َثالَث
َ ِين َو َكب ََّر َ صالَ ٍة َثالَ ًثا َو َثالَث
َ َ َو َحمِد،ِين َ هللا فِي ُدب ُِر ُك ِّل
َ َمنْ َسب ََّح
َ
ُت َخطا َياه ُ َ ْ
ْ َوه َُو َعلى ك ِّل َشيْ ٍء َقدِيرٌ)) ُغف َِر،ك َول ُه ال َحمْ ُد َ ْ ْ َ َ
ُ ل ُه المُل،ُيك له َ ((الَ إِل َه إِال هللا ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِر:َِو َقا َل َت َما َم ْالمِا َئة
َّ
ت م ِْث َل َز َب ِد ْال َبحْ ِر
ْ وإِنْ َكا َن.”
َ
Di dalam Shahih al-Bukhari dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu [7] bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Istighfaar yang paling utama adalah, ‘Ya Allah, Engkau-lah Rabb-ku, tidak ada
yang berhak untuk diibadahi selain Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku,
aku adalah hamba-Mu. Dan aku akan setia pada sumpah dan janjiku dengan-Mu
sesuai dengan kemampuanku, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku[8] dan
aku mengakui kepada-Mu atas dosa-dosaku, maka ampunilah dosaku, karena
tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau. Dan aku berlindung
kepada-Mu dari keburukan apa yang aku perbuat.’ Jika ia mengucapkannya
ketika malam hari lalu ia meninggal maka ia akan masuk Surga, atau ia akan
menjadi ahli Surga. Dan bila ia mengucapkannya pada pagi hari lalu ia
meninggal pada hari itu, maka ia pun akan seperti tersebut di atas.” [9]
َ الَ َي ْق ُع ُد َق ْو ٌم َي ْذ ُكر.”
ْ َُون هللاَ إِالَّ َح َّف ْت ُه ُم ْال َمالَ ِئ َك ُة َو َغشِ َي ْت ُه ُم الرَّ حْ َم ُة َو َن َزل
“ُت َعلَي ِْه ُم ال َّسكِي َن ُة َو َذ َك َر ُه ُم هللا ُ فِي َمنْ عِ ْن َده
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dan berdzikir kepada Allah, melainkan Malaikat
akan mengelilingi mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka dan ketenangan
akan menaungi mereka, serta Allah akan menyebut-nyebut (nama-nama)
mereka di antara makhluk yang ada di sisi-Nya, yaitu mengakui (di hadapan para
Malaikat).” [10]
Terdapat dalam Shahih Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma
bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ِبسْ ِم: أَنْ َيقُو َل، إِ َذا دَ َخ َل أَ َح ُد ُه ُم ْال َخالَ َء،ت َبنِي آدَ َم
“هللا ِ س ْت ُر َما َبي َْن أَعْ ي ُِن ْال ِجنِّ َو َع ْو َرا.”
َ
“Penghalang antara mata jin dan aurat anak manusia, ketika seseorang
memasuki kamar mandi (wc), adalah dengan mengucapkan, ‘Dengan menyebut
Nama Allah.’” [13]
Sesungguhnya do’a itu memiliki buah dan hasil akhir yang baik di dunia maupun
di akhirat. Diantara yang menunjukkan akan keutamaan dzikir, bahwa maksud
dari segala bentuk ketaatan yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Allah
adalah untuk menegakkan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Senantiasa
mengingat Allah (dzikrullaah) merupakan rahasia, sekaligus sebagai ruh dari
segala bentuk ketaatan. [14]
Masih banyak lagi berbagai keutamaan yang besar dan keberkahan yang
banyak dari dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala [15]. Karena itu Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdzikir kepada Allah di setiap
kondisinya.[16] Seperti yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma.
Maka seyogyanya bagi kita untuk selalu konsisten dalam berdzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai bentuk dan substansinya, yang jelas-
jelas kesemuanya itu harus sesuai dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan,
sebagai implementasi ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengharap mendapatkan
keutamaan-keutamaan yang agung dan keberkahan yang melimpah serta
kebaikan yang banyak dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia
maupun di Akhirat kelak.
Keutamaan Dzikir dan Bacaan Dzikir Pendek – Tafsir Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah Ayat 152 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu
Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek
studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 21 Jumadal Akhirah 1440 H / 26 Februari
2019 M.
Download juga kajian sebelumnya: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 149 – 150
Daftar Isi [sembunyikan]
Kajian Keutamaan Dzikir dan Bacaan Dzikir Pendek – Tafsir Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah Ayat 152
o Bacaan Dzikir Pendek
o Keutamaan Dzikir
o Download MP3 Kajian Keutamaan Dzikir dan Bacaan Dzikir Pendek –
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 152
KAJIAN KEUTAMAAN DZIKIR DAN BACAAN DZIKIR
PENDEK – TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH
AYAT 152
Allah Ta’ala berfirman:
Baca Juga:
،صلُّوا َعلَى نَبِيِّ ِه ْم َ ُ َولَ ْم ي،س قَ ْو ٌم َمجْ لِسًا لَ ْم يَ ْذ ُكرُوا هَّللا َ فِي ِه
َ ََما َجل
فَإِ ْن َشا َء َع َّذبَهُ ْم َوإِ ْن َشا َء َغفَ َر لَهُ ْم،ًان َعلَ ْي ِه ْم تِ َرةَ إِاَّل َك
“Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majelis yang mereka tidak menyebut nama
Allah padanya dan tidak pula bershalawat kepada NabiNya, kecuali bagi mereka
kekurangan. Maka, jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksa mereka dan jika
menghendaki Dia akan mengampuni mereka.” (HR. Tirmidzi)
Lihat, kata Rasulullah, suatu kaum yang duduk-duduk di majelis (majelis apa saja;
majas ngobrol dan yang lainnya, majelis ngopi) yang mereka tidak berdzikir kepada
Allah di situ, tidak pula bershalawat untuk Rasulullah (dan kebanyakan majelis kita
seperti itu terkadang). Kita duduk sama teman-teman, ngobrol ngalor-
ngidul, ngobrolin tentang dunia, ngobrolin tentang poligami, ngobrolin tentang
macam-macam, kosong dari dzikir, kosong dari shalawat, akhirnya apa yang terjadi?
Kata Rasulullah, “Kecuali akan menjadi kerugian. Jika Allah kehendaki Allah akan
adzab, jika Allah kehendaki Allah akan ampuni.”
Ini menunjukkan bahwa kita wajib berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan
sampai majelis kita kosong dari dzikir. Upayakan majelis kita diwarnai dengan dzikir.
Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallah, Allahu Akbar. Jangan sampai majelis
kita menjadi majelis yang disebutkan dalam riwayat Thabrani, majelis yang sama
dengan bangkai keledai. Sebagaimana disebutkan dalam satu riwayat:
Baca Juga:
Doa saat Marah - Kitab Adz-Dzikr wa Ad-Du'a (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq Al-
Badr)
“Tidak ada suatu kaum yang berdiri dari suatu majelis di mana mereka tidak menyebut
Allah c saat itu, melainkan mereka seperti berdiri dari bangkai keledai” (HR. Thabrani)
Tapi, dzikir ada yang wajib dan ada yang sunnah. Contoh dzikir yang wajib adalah
shalat. Ada juga yang sunnah. Yaitu dzikir-dzikir yang sifatnya tidak wajib. Seperti
memperbanyak ucapan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar,
Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah, dzikir masuk wc, keluar wc, dzikir pakai baju,
dzikir mau tidur, bangun tidur, itu hukumnya sunnah. Tapi adapun dzikir itu sendiri
secara umum hukumnya wajib. Jangan sampai satu hari kita tidak berdzikir kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Satu hari yang kita tidak berdzikir, berarti kita telah rugi.
Kedua, Siapa yang mengingat Allah, maka Allah akan ingat dia. Allah mengatakan,
“Ingatlah Aku, niscaya Aku akan ingat kamu.” MaasyaAllah. Kata beliau bahwa Allah
mengingat kamu, itu lebih agung daripada kita mengingat Allah. Dimana ingatnya Allah
kepada kita itu tentu menyebabkan kita mendapatkan taufik, dapat hidayah, dapat
inayah, dapat berbagai macam pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,
MaasyaAllah.
Karena itulah ternyata amal yang bisa menyebabkan Allah ingat kita adalah dzikir. Kita
ingin supaya Allah ingat kita. Maka caranya kita ingat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi juga Allah Ta’ala berfirman:
Baca Juga:
فَإِ ْن َذ َك َرنِي فِي، َوأَنَا َم َعهُ إِ َذا َذ َك َرنِي، أَنَا ِع ْن َد ظَ ِّن َع ْب ِدي ِبي
ٍ َوإِ ْن َذ َكرنِي فِي َمأَل ٍ َذ َكرْ تُهُ فِي َم، َذ َكرْ تُهُ فِي نَ ْف ِسي، نَ ْف ِس ِه
أل
َخي ٍْر ِم ْنهُ ْم
“Aku sesuai persangkaan hambaKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia
mengingatKu saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Jika ia
mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik
daripada pada itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dzikir itu bisa dengan hati, dengan lisan dan anggota badan. Adapun dzikir dengan
hati, maksudnya adalah dengan cara memikirkan ayat-ayat Allah, berusaha untuk
memahami ayat-ayat Al-Qur’an, memahami hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Pekerjaan memahami adalah pekerjaan hati. Ayat per ayat kita baca, kita
pahami maknanya, kita tadabburi betul, hadits-haditsnya kita baca, kita pahami, kita
lihat bagaimana pendapat-pendapat para ulama. Makanya menuntut ilmu termasuk
dzikir hati. Dan dzikir hati ini adalah dzikir yang paling agung di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Sebab kalau lisan berdzikir tapi hati tidak berdzikir, percuma. Tidak ada
nilainya.
Maka kata beliau, dzikir hati itu caranya dengan memikirkan ayat-ayat Allah, mencintai
Allah, mengagungkan Allah, kembali kepada Allah, takut kepada Allah, tawakal kepada
Allah dan amalan-amalan hati yang lainnya. Itu namanya dzikir dengan hati kita.
Baca Juga:
Setiap Bid'ah Adalah Kesesatan - Prinsip Dasar Islam (Ustadz Fachrudin Nu’man,
Lc.)
Adapun dzikir dengan anggota badan, contohnya seperti shalat, ruku’, sujud, berjihad,
berzakat, berhaji, berumroh, itu semua dzikir.
Maka upayakan semuanya untuk berdzikir. Hati kita dzikir, lisan kita dzikir, anggota
badan kita juga berdzikir. Tentunya yang paling utama adalah menuntut ilmu,
mentadabburi Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itu seutama-
utamanya dzikir.
KEUTAMAAN DZIKIR
Ketiga, ayat ini menunjukkan keistimewaan dzikir. Karena dengan cara kita berdzikir
kepada Allah, Allah ingat kepada kita. Ibnul Qayyim menyebutkan banyak sekali faedah
dzikir. Disebutkan sebagiannya oleh Syaikh ‘Abdurrazzaq diantaranya:
Benteng hati dari was-was setan. orang yang selalu dzikir, setan susah menggangu dia.
Makanya Ibnu Abbas mengatakan bahwa setan itu selalu nongkrongin hati anak Adam.
Kalau ia berdzikir kepada Allah, dia ketakutan. Tapi kalau dia lalai, setan akan
memberikan was-was. Makanya setan berupaya sekuat tenaga bagaimana caranya
supaya kita tidak berdzikir.