Accounting Principles
Rangkuman
GAAP (generally accepted accounting principles) atau prinsip akuntansi berterima umum adalah
seperangkat aturan dan standar yang telah diakui sebagai pedoman umum untuk tujuan pelaporan
keuangan. “berterima umum” artinya bahwa prinsip-prinsip tersebut harus memiliki “dukungan
terpercaya substantif”. Dukungan tersebut biasanya diberikan dari dua badan yang membyat standar :
Financial Accounting Standars Board (FASB) atau di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesua (IAI) dan
Securities and Exchange Commission (SEC) atau di Indonesia adalah Badan Perencanaan dan Penanaman
Modal (BAPEPAM). Mulai awal tahun 1970an komunitas pemerintah dan bisnis memberikan tanggung
jawab kepada FASB untuk pengembangan prinsip akuntansi di negara tersebut. Pekerjaan ini terus
berproses dengan perubahan prinsip akuntansi untuk merefleksikan perubahan dalam lingkungan bisnis
dan hal-hal yang dibutuhkan penakai informasi akuntansi. Sebelum pendiriam GASB, prinsip akuntansi
dikembangkan berdasarkan dasar kasus per kasus. Selanjutnya, badan yang membuat peraturan
mengembangkan dan metode untuk pemecahan masalah khusus. Perubahan krtitikal bahwa
pendekatan kasus per kasus atas peraturan tidak konsisten dan praktik-praktik yang melewati batas
waktu. Sayangnya, pengembangan kerangka konseptual akuntansi yang berjalan tidak tuntas dilakukan
oleh pembuat aturan akuntans untuk penyelesaian masalah. Untuk merespon kritik tersebut, FASB
mengembangkan kerangka konseptual (conceptual framework) sebagai dasar pemecahan masalah
pelaporan adan akuntansi. FASB menghabiskan banyak waktu dan tenaga pada proyek ini. Badan
tersebut memandang kerangka konspetual sebagai “….konsistensi, system yang kohern dari tujuan dan
dasar saling terkait”. Kernagka Konseptual Untuk Pelaporan Danakuntasi Keuangan: Elemen-Elemen
Setatemen Keuangan Dan Pengukurannya,” Memorandum Diskusi FASB (Stamford, Conn.:1976),p.I.
Kerangka konspetal FASB berisi empat hal berikut :
Bagaimana perusahaan seperti Miscrosoft memutuskan jumlah informasi keuangan yang akan
diungkapkan? Dalam bentuk apa informasi keuangan akan disajikan? Bagaimana asset, kewajiban,
pendapatan dan biaya diukur? FASB menyimpulkan bahwa kriteria utama atas pilihan akuntansi
seperti itu diputuskan harus dinilai. Pemilihan praktik atau kebijakan akuntansi yang diadopsi
menghasilkan penggunaan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Agar bermanfaat,
informasi harus memiliki karakteristik kualitatif berikut: relevan, realibel, komparabel dan
konsistensi.
a. Relevan
Informsi akuntansi adalah relevan (relevant) jika membuat perbedaan dalam pengambilan
keputusan. Informasi yang relevan memiliki predisksi tau umpan balik atau keduanya. Nilai
predisksi (predictive values) membantu pemakai untuk meramalkan kejadian yang akan dating.
Sebagai contoh, Ketika Exxon menerbitkan statemen keuangan, informasi yang ada dalam
statemen merupakan pertimbangan yang relevan karena menghasilakn dasar untuk peramalan
(prediksi) penerimaan masa mendatang. Nilai umpan balik (feedback value) menegaskan atau
mengoreksi harapan sebelumnya. Ketika Exxon menerbitkan statemen keruangan, merupakan
tambahan untuk memprediksi kejadian masa dating, sebagai penegasan atau koreksi harapan
sebelumnya tentang keseharan keuangan perusahaan. Sebagai tambahan, informasi akuntansi
menjadi relevan dan harus tepat waktu (timely). Hal tersebut diperlukan dan harus tersedia
untuk pengambilan keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi
keputusan. Jika Exxon melaporkan informasi keuangannya setiap 5 tahun, manfaat informasi
akan terbatas untuk tujuan pengambilan keputusan.
b. Realibel
Informasi yang realibel (reliability) artinya bahwa informasi bebas dari kesalahan dan biar, tidak
bergantung pada hal lain. Untuk dapat realibel, informasi akuntansi harus dapat dibuktikan
(verifiable), dapat untuk dibuktikan bahwa hal tersebut bebas dari kesalahan dan bias. Informasi
harus representasi kebenaran (faithful representation) apa yang menjadi tujuannya dan harus
sesuai kenyataan. Jika statemen rugi/laba Sears, Roebuck’s melaporkan penjualan $100 juta
padahal penjualan hanya $51 juta, maka pelaporannya bukan representasi kebenaran. Pada
akhirnya, informasi akuntansi harus netral (neutral), bukan merupakan pemilihan, disiapkan dan
disajikan untuk kepentingan pihak tertentu atas kepentingan pihak lainnya. Untuk meyakinkan
adanya realibitasnya, akuntan public bersertifikat akan melakukan audit statemen keauangan,
hanya sebagai pihak yang independen untuk berbagai tujuan.
c. Komparasi dan Konsistensi
Informasi akuntansi perusahaan harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi
perusahaan lain. Komparabel (comparability) hasilnya Ketika prinsip akuntansi yang sama
digunakan oleh perusahaan berbeda. Sebagai contoh, Saers, Roebuck, Montgomery Ward dan
JC Penney, semuanya menggunakan prinsip kos dalam pelaporan asset tetapnya dalam neraca.
Selanjutnya, tiap perusahaan menggunakan pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan
dalam menjelaskan laba bersihnya. Secara konsetual, komparasi juga merupakan kelanjutan
metode yang digunakan perusahaan atas kepatuhan terhadap prinsip akuntansi. Metode
akuntansi termasuk metode FIFO dan LIFO pada pembebanan kos persediaan, dan berbagai
metode depresiasi. Pada pin ini, metode komparasi tidak diperlukan, bahkan untuk perusahaan
di industry yang sama. Selanjutnya, Ford, General Motors dan Chrysler dapat menggunakan
pembebanan persediaaan dan metode depresiasi yang berbeda dalam statemen keuangan.
Yang diperlukan akuntansi hanya setiap perusahaan harus mengungkapkan (must disclose)
metode akuntansi yang digunakan. Dari pengugnkapan ini, pihak eksternal dpat memilih
informasi keuangan yang komparabel. Konsistensi (consistency) artinya perusahaan
menggunakan metode dan prinsip akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Selanjutnya, perusahaan dapat memilih FIFO sebagai metode pembebanan persediaan dalam
tahun pertama opersinya, dan diharapkan untuk melanjutkan penggunaan metode tersebut
pada tahun berikutnya. Jika informasi keuangan dilaporkan secara konsisten, berarti
memungkinkan dilakukan Analisa tren perusahaan tersebut. OErusahaan dapat melakukan
perubahan pada metode akuntasi baru jika manajemen dapat menustifikasi bahwa metode baru
tersebut lebih berarti dalam informasi keuangan. Dalam tahun perubahan tersebut terjadi,
perubahan tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas statemen keuangan agar pihak yang
berkepentingan dengan statemen keuangan dapat menerima ketidakkonsistenan tersebut.
B. Asumsi-asumsi
Seperti catatan di atas, asumsi menghasilkan landasan untuk proses akuntansi. Tiga asumsi utama
telah dijelaskan dalam chapter sebelumnya: unit moneter, entitas ekonomi dan periode waktu.
Asumsi yang keempat disebut keberlangsungan usaha.
1. Unit moneter
Penetapan asumsi unti moneter (monetary unit assumption) bahwa hanya data transaksi
yang memiliki penekanan dalam istilah uang yang dapat dimasukkan dalam catatan akuntansi
entitas usaha. Sebagai contoh, kematian presiden direktur perusahaan tidak dapat dilaporkan
dalam catatan keuangan perusahaan sebagai kerugian karena peristiwa tersebut tidak mudah
ditekankan dalam dollar. Pengaruh penting dalam asumsi unti moneter adalah menambahkan
asumsi bahwa pengukuran unit tetap cuku konstan dari waktu ke waktu. Poin ini akan dapat
didiskusikan lebih lanjut dalam penjelasan lebih terperinci dalam chapter ini.
2. Entitas Ekonomi.
Penetapan asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption) bahwa peristiwa ekonomi
dapat diidentifikasi dengan akuntabilitas unit tertentu. Sebagai contoh, asumsikan aktibitas IBM
dapat dibedakan dari aktibitas perusahaan computer lainnya, seperti: Apple, Compaw dan
Hewlett-Packard.
3. Periode Waktu
Penetepan asumsi periode waktu (time period assumption) bahwa kehidupan ekonomi bisnis
dapat dibagi ke dalam periode waktu secara artifisial. Selanjutnya, asumsikan bahwa aktivitas
perusahaan seperti: General electric, America Online, Exxon, atau lainnya dapat membagi
waktunya dalam bulan, kwartal, atau tahun untuk menyajikan pelaporan keuangan sesuai
dengan tujuannya.
4. Keberlangsungan Usaha
Penetapan asumsi keberlangsungan usaha (going concern assumption) bahwa diasumsikan
perusahaan akan melanjutkan usahanya dalam jangka waktu cukup lama untuk melaksanakan
tujuan yang telah ditetapkan. Pengalaman menggambarkan bahwa terlepas dari banyaknya
kegagalan dalam bisnis, perubahaan memiliki tingkat keberlangsungan yang tinggi, dan hal
tersebut membukatikan manfaat yang diadopsi pada asumsi keberlangsungan usaha untuk
tujuan akuntansi. Pengaruh akuntansi yang diadopsi dalam asumsi ini adalah kritikal. Jika asumsi
keberalangsungan usaha tidak digunakan, selanjutnya asset tetap akan ditetapkan berdasarkan
nilai likuidasi (harga jual dikurangi kos pelepasan), bukan pada kos itu sendiri. Sebagai hasilnya,
depresiasai dan amortisasi pada asset ini tidak diperlukan. Setiap periode, asset ini akan mudah
dilaporkan dengan nikai likuidasinya. Setiap periode, asset ini akan mudah dilaporkan dengan
nilai likuidasinya. Juga, tanpa asumsi ini, klasifikasi lancer dan tak lancer pada asset dan
kewajiban memiliki sedikit perbedaan. Pemberian label apa pun sebagai asset tetap atau jangka
Panjang akan sulit untuk dibenarkan. Penerimaan asumsi keberlangsungan usaha memberikan
kredibilitas pada prinsip kos. Jika likuidasi diasumsikan, asset akan lebih baik ditetapkan dengan
nilai likuidasi daripada kos. Hanya Ketika likuidasi akan segera terjadi jika asumsi kelangsungan
usaha tidak dapat diterapkan.
C. Prinsip-Prinsip
Berdasarkan asumsi fundamental dalam akuntansi ini, profesi akuntansi dapat mengambakan prinsip-
prinsip bagaimana transaksi dan peristiwa ekonomi lainnya akan dicatat dan dilaporkan. Sekaranga akan
dilakukan pengujian isu-isu yang dilaporkan terkait dengan prinsip-prinsip ini. Sebagi tambahan, prinsip
lainnya, prinsip pengungkapan penuh, juga akan dibahas.
1. Pengakuan Pendapatan
Catatan bahwa tidak ada estimasi persentase penyelesaian pekerjaan selama periode akhir.
Dalam periode akhir, seluruh sisa pendapatan akan diakui. Dalam contoh ini, perusahaan
memiliki estimasi kos yangj sangat akurat; kos yang terjadi dalam tahun ketiga sebesar 35%
dari total estimasi kos ($126.000 : $360.000).
Pengakuan laba kotor tiap periode adalah sebagai berikut
Pengakuan Kos Aktual Pengakuan
Pendapatan Terjadi Laba Kotor
Tahun - =
(Periode (Periode (Periode
Berjalan) Berjalan) Berjalan)
Angsuran pembayaran sebagai berikut : Tahun pertama, 280.000 (uang muka ditambah
pembayaran bulanan); tahun ke dua, 200.000; dan tahun ketiga 120.000. Pengumpulan
kas dan pengakuan laba kotor dapat disajikan dalam ilustrasi berikut.
Pengumpulan % tase Laba Pengakuan
Tahun X =
Kas Kotor Laba Kotor
600.000 180.000
Di bawah metode angsuran akuntansi, laba kotor untuk itu diakui dalam periode dimana
kas tersebut diterima dalam penagihan. Seperti gambaran sebelumnya, pengguanaan
metode angsuran dibenarkan jika resiko tidak tertagihnya suatu piutang usaha mungkin
sedemikian rupa sehingga penjualan tersebut bukan merupakan bukti yang cukup untuk
mengakui pendapatan.
2. PRINSIP PENANDINGAN (PENGAKUAN BIAYA)
Pengakuan biaya secara tradisional terikat dengan pengakuan pendapatan: “biaya mengikuti
pendapatan”. Praktik ini merujuk sebagai prinsip penandingan (matching principle): hal tersebut
menentukan bahwa biaya ditandingkan dengan pendapatan pada periode dimana upaya
dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan. Biaya-biaya tidak diakui Ketika kas dibayar atau
Ketika pekerjaan dilakukan atau Ketika barang diprodukis; pengakuannya dilakukan Ketika
tenaga kerja (jasa) atau barang secara nyata memberikan kontribusi terhadao pendapatan.
Masalahnya adalah bahwa hal tersebut kadang kala sulit untuk menjelaskan periode akuntansi
dimana biaya berkontribusi terhadap pendapatan. Oleh karena itu, beberapa pendekatan telah
dirancang untuk mencocokkan biaya dan pendapatan pada statemn rugi laba. Untuk
mengetahui pendekatan ini, diperlukan pengujian biaya secara alami. Biaya yang akan
menghasilkan pendapatan hanya pada periode akuntansi berjalan segera dibebankan. Hal
tersebut akan dilaporkan sebagai biaya operasional dalam statemen rugi laba. Contohnya
seperti kos sebagai iklan, gaji bagian penjualan dan perbaikan. Kos ini sering disebut kos
kedaluwarsa (expired costs). Kos yang akan menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi
yang akan dating diakui sebagai asset. Sebagai contoh, termasuk persediaan barang dagangan,
biaya-biaya dibayar dimuka dan asset pabrik. Kos-kos ini menggambarkan kos yang belum
kadaluwarsa (unexpired costs). Kos yang belum kadaluwarsa akan menjadi biaya melalui dua
cara:
1) Kos Penjualan.
Kos yang dicatat sebagai persediaan barang dagangan dibebankan sebagai kos
penjualan pada periode Ketika penjualan terjadi. Selanjutnya, hal tersebut akan
langsung ditandingkan sebagai biaya dengan pendapatan.
2) Biaya Operasional.
Biaya yang belum kedaluwarsa menjadi biaya