1364-Article Text-2624-1-10-20201226
1364-Article Text-2624-1-10-20201226
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020
Abstrak
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah jenis kanker yang disebabkan oleh akumulasi limfoblas
di sumsum tulang yang mempengaruhi banyak anak. Keberhasilan pengobatan pada pasien
leukemia dapat dinilai berdasarkan tingkat kelangsungan hidup pasien LLA. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi kelangsungan hidup 5 tahun, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan nilai skor prediktor kelangsungan hidup pada anak usia 1-18 tahun yang
didiagnosis dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) di RSAB Harapan Kita. Penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Sampel
adalah 130 pasien LLA yang didiagnosis pada tahun 2013-2014 yang diperoleh dari teknik
pengambilan sampel non-probabilitas jenis consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan
melacak rekam medis pasien. Data dianalisis menggunakan analisis Kaplan-Meier dan Regresi
Cox. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas tingkat kelangsungan hidup pasien LLA
dari 2013-2019 adalah 92,25% dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata 60 bulan. Tingkat
kelangsungan hidup pasien LLA 1, 3, dan 5 tahun adalah 97,68%, 93,8%, dan 92,25%.
Berdasarkan analisis multivariat menggunakan model interaksi regresi Cox, faktor yang paling
berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup pasien LLA adalah komorbiditas (p = 0,002; HR =
10,76 CI; 2,38-48,55), remisi (p = 0,001; HR = 13,28 CI2,98- 59,73) dan kambuh (p = 0,014; HR =
7,92 CI; 1,53-41,12)
Kata Kunci: Leukemia limfoblastik akut (LLA), komorbiditas, remisi, kambuh, faktor prognostic
Abstract
Acute lymphoblastic leukemia (LLA) is a type of cancer caused by the accumulation of
lymphoblasts in the bone marrow that affects many children. The success of treatment in leukemia
patients can be assessed based on the survival rate of LLA patients. The aims of this study were to
identify 5-year survival, the factors that influence it, and the scoring value of predictors of survival
in children aged 1-18 years diagnosed with acute lymphoblastic leukemia (LLA) in RSAB Harapan
Kita. This study is an analytic observational study that used retrospective cohort study design. The
sample was 130 LLA patients diagnosed in 2013-2014 who were obtained from a non-probability
sampling technique consecutive sampling. Data were collected by tracking the patient's medical
records. Data were analyzed using Kaplan-Meier analysis and Cox Regression. The results show
that the LLA patient's survival rate probability from 2013-2019 was 92.25% with a median
survival rate of 60 months. The survival rate of LLA 1, 3, and 5 years of patients was 97.68%,
93.8%, and 92.25%. Based on multivariate analysis using Cox regression interaction models, the
most influential factors on survival rate of LLA patients were comorbidity (p = 0.002; HR = 10.76
CI; 2.38-48.55), remission (p = 0.001; HR = 13.28 CI2.98-59.73) and relapse (p = 0.014; HR =
7.92 CI; 1.53-41.12)
Tabel 2. Risiko Kematian Berdasarkan Karakteristik Anak, Nilai Laboratorium saat Awal
Diagnosis, Kondisi Anak Saat Perawatan, dan Karakteristik Penyakit
Kadar Hb
Normal 33 97.05 1 2.95 1
Anemia 86 90.25 9 9.48 3.31 (0.419 – 26.135) 0.256
Jumlah Trombosit
Normal 43 97.73 1 2.27 1
Tidak Normal 76 89.41 9 10.59 4.88 (0.618 – 38.546) 0.132
Riwayat Infeksi
Tidak Pernah 13 100 0 0 -
Pernah Infeksi 106 91.37 10 8.36 - 0.2803
Komorbiditas
Eva Yulianti 89 | P a g e
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 2
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020
menemukan bahwa terdapat perbedaan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kesintasan pasien LLA yang signifikan leukemia (13).
berdasarkan jenis kelamin. Status gizi berlebih dikaitkan dengan
Namun, hal ini tidak sejalan dengan angka insidens leukemia yang lebih tinggi
penenelitian Elisafitri R, et al (2018) dan prognosis yang buruk (10). Status gizi
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang berlebih pada pasien LLA akan
signifikan antara jenis kelamin dengan memengaruhi insidens kanker leukemia
kesintasan pasien LLA pada anak. Sementara limfoblastik akut dan pengobatannya (Ma., et
itu, penelitian yang dilakukan Halalsheh et al 2014). Penelitian Sari dkk menyatakan
al. (2011) menunjukkan bahwa tidak ada bahwa pasien LLA anak dengan status gizi
hubungan antara jenis kelamin dengan berlebih memiliki risiko lebih tinggi untuk
ketahanan hidup pasien LLA. mengalami relaps disebabkan oleh pemberian
Hasil pada penelitian ini tidak dosis kemoterapi yang tidak adekuat. Dosis
sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa kemoterapi yang diberikan pada pasien LLA
jenis kelamin laki-laki memiliki prognosis ank yang obesitas cenderung menjadi lebih
yang buruk dibandingkan jenis kelamin kecil jika dihitung berdasarkan luas
perempuan (55). Buruknya prognosis LLA permukaan tubuh antara pasien obesitas dan
pada anak dengan jenis kelamin laki-laki non-obesitas. Pada penelitian yang sama juga
kemungkinan disebabkan oleh berbagai didapatkan anak usia 10 tahun atau lebih
faktor diantaranya adalah jenis leukemia sel dengan obesitas memiliki risiko 1,5 kali lebih
T, index DNA yang lebih kecil pada laki-laki, besar untuk mengalami relaps (p=0,013) jika
adanya kromosom abnormal pseudodiploid, dibandingkan dengan pasien LLA anak
kromosom philadelphia, Rearrangement of berusia kurang dari 10 tahun (14). Pasien
The Mixed Lineage Leukemia (MLL-r) serta anak usia di atas 10 tahun dengan berat
perbedaan metabolik dan endokrin yang badan lebih dari 60 kg saat diagnosis
masih belum dapat dijelaskan secara pasti memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
(13). relaps disertai angka kesintasan yang rendah
Faktor prognosis yang berhubungan (12).
dengan kesintasan pasien anak penderita Penelitian yang dilakukan oleh Sari
LLA pada penelitian ini adalah status gizi. dkk, mendapatkan 1 dari 2 pasien dengan
Paling banyak pasien LLA dengan status gizi usia lebih dari 10 tahun dengan status gizi
abnormal yang mengalami event (71,4%). berlebih mengalami relaps pada fase
Proporsi ketahanan hidup pasien dengan gizi pemeliharaan, namun meninggal akibat
abnormal lebih rendah dibandingkan dengan perdarahan intrakranial. Pada studi kohort
pasien LLA dengan gizi normal Elisafitri R, yang dilakukan oleh Gelete dkk, 65 dari 181
et al (2018). Pada hasil penelitian ini pasien memiliki status gizi berlebih saat
diketahui bahwa nak LLA dengan status gizi diagnosis (15). Tidak ada perbedaan yang
tidak normal protektif mengalami kematian signifikan pada gejala klinis maupun hasil
0.415 (0.088 – 1.956) kali dibandingkan laboratorium pasien LLA anak kecuali angka
dengan status gizi normal. relaps (10). Semua pasien mendapatkan dosis
Hasil penelitian ini tidak sejalan kemoterapi berdasarkan luas permukaan
dengan penelitian Eissa et al. (2017) yang tubuh (15). Angka kesintasan 5 tahun pada
menyatakan bahwa obesitas memiliki pasien obesitas didapatkan lebih rendah
pengaruh signifikan terhadap prognosis dibandingkan dengan pasien non-obesitas
pasien anak penderita LLA. Pasien anak (67% dibandingkan 81%, dengan p=0,03)
LLA dengan status gizi berlebih atau yang (10). Walaupun dosis kemoterapi sudah
biasa disebut obesitas memiliki angka disesuaikan dengan luas permukaan tubuh
kesintasan yang rendah daripada pasien non- pasien LLA anak, hasil akhir dari pasien
obesitas. Obesitas dapat mempercepat laju LLA anak dengan status gizi berlebih
mutasi sel atau mengganggu mekanisme ditemukan lebih buruk dibandingkan pasien
seluler perbaikan DNA yang mengakibatkan dengan status gizi normal (12).
peristiwa mutasi. Terjadinya mutasi gen Jumlah leukosit yang tinggi sering
ditemukan pada pasien LLA anak dengan
Eva Yulianti 91 | P a g e
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 2
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020
status gizi berlebih dikarenakan adanya berisiko mengalami kematian 3.31 (CI;0.419
pengaruh status gizi berlebih dengan – 26.135) kali lebih besar dibandingkan
pertumbuhan sel yang abnormal (10). Pada dengan anak yang memiliki kadar Hb
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah normal. Hasil ini sejalan dengan penelitian
leukosit tidak berhubungan signifikan secara yang dilakukan oleh Simanjorang, Kodim
statistik dengan kesintasan pasien LLA. dan Tehuteru (2013) mengenai analisis
Anak LLA dengan jumlah leukosit tidak kesintasan 5 tahun dan diperoleh angka
normal lebih berisiko mengalami kematian kesintasan pada LLA sebesar 28,9%, anak
1.95(CI;0.413 – 9.178) kali lebih besar dengan kadar Hb < 12 g/dl memiliki resiko
dibandingkan dengan jumlah leukosit kematian 1,081 kali dibandingkan dengan
normal. anak dengan kadar Hb ≥ 12/dl. Penelitian
Hasil penelitian ini sejalan dengan lain di Jerman tahun 2008 mengungkapkan
penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. bahwa kadar hemoglobin yang rendah saat
Sardjito Yogyakarta tahun 2017 menemukan diagnosis awal berhubungan dengan penyakit
hasil bahwa anak LLA dengan jumlah yang lebih berat (17). Sebuah penelitian
leukosit ≥ 100.000/mm3 memiliki risiko retrospektif di Malaysia tahun 2000
kematian 2,48 kali dibandingkan anak mengungkapkan bahwa anak LLA dengan
dengan jumlah leukosit < 10.000/mm3 (9). kadar Hb ≥ 11 g/dL memiliki risiko kematian
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan 2,04 kali lebih tinggi dibandingkan anak
penelitian yang dilakukan oleh Simanjorang, LLA dengan Hb < 11 (18).
C pada tahun 2012 di RS Darmais. Pada Kadar trombosit merupakan salah
penelitian tersebut diperoleh bahwa kadar satu faktor prognostik pada kesintasan pasien
leukosit kurang dari 50.000 merupakan anak dengan LLA. Pasien LLA dengan
faktor protektif terjadinya kematian dengan trombosit kurang dar
nilai HR 0,734 (CI;0,341 - 1,582) (11). prognosis lebih buruk (11). Pada penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna
Butturini dkk menyimpulkan jumlah leukosit secara statistik antara jumlah trombosit
yang tinggi saat pertama kali terdiagnosis dengan kesintasan pasien LLA. Anak LLA
merupakan salah satu prediktor angka dengan jumlah trombosit tidak normal lebih
ketahanan hidup yang rendah pada pasien berisiko mengalami kematian 4.88 (CI;0.618
anak dengan LLA (17). Kadar leukosit di – 38.546) kali lebih besar dibandingkan
atas 50.000/mm3 pada saat diagnosis dengan anak yang mengalami memiliki
memiliki hubungan yang bermakna terhadap jumlah trombosit normal.
angka ketahanan hidup pasien anak dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
LLA (16). penelitian kohort retrospektif yang dilakukan
Penelitian mengenai hubungan di RS kanker Dharmais Jakarta tahun 2012
hemoglobin dan trombosit saat awal terhadap 95 anak dengan leukemia akut
terdiagnosis dengan kesintasan pada pasien menemukan hasil bahwa anak laki-laki
anak dengan LLA masih terbatas dan dengan memiliki risiko kematian 3,029 kali lebih
hasil yang tidak konsisten. Kadar tinggi dibandingkan anak perempuan, anak
hemoglobin < 8 g/dl dipercaya berhubungan dengan jumlah trombosit < 30.000/mm3
dengan ketahanan hidup yang lebih baik pada memiliki risiko kematian 2,902 kali lebih
pasien LLA dibandingkan dengan kadar tinggi dibandingkan anak dengan jumlah
hemoglobin ≥ 8 g/dl (17). Pasien anak trombosit ≥ 30.000/mm3, anak dengan yang
dengan LLA yang memiliki jumlah leukosit tidak mengalami remisi memiliki risiko
yang tinggi disertai hemoglobin yang rendah kematian 3,353 lebih tinggi dibandingkan
memiliki prognosis yang lebih baik anak dengan remisi, dan anak dengan
dibandingkan pasien jumlah leukosit tinggi komorbiditas memiliki risiko kematian 2,799
disertai kadar hemoglobin yang tinggi. lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
Hasil pada penelitian ini, variabel tidak memiliki komorbiditas (11).
kadar Hb dengan kesintasan pasien LLA Sementara itu, hasil sejalan juga
tidak berhubungan bermakna secara statistik. ditunjukkan oleh penelitian kohort
Anak LLA dengan kadar Hb anemia lebih retrospektif tahun 2013 yang dilakukan di
Eva Yulianti 92 | P a g e
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 2
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020
Shiraz, Shouthern Iran terhadap 208 pasien LLA. Selain itu, Infeksi juga dapat
LLA usia kurang dari 15 tahun didapatkan meningkatkan risiko kematian dan risiko
hasil kesintasan 5 tahun sebesar 56,6% relaps atau kekambuhan yang dapat
dengan pasien yang mengalami menyebabkan penghentian pengobatan
trombositopenia dan trombositosis memiliki kemoterapi atau penurunan dosis agen
risiko kematian masing-masing 2,8 kali dan kemoterapi (22). Pasien dengan penyakit
4,01 kali dibandingkan dengan pasien yang keganasan sering menjadi rentan terhadap
memiliki jumlah trombosit normal (19). penyakit akibat yang mendasarinya maupun
Pasien dengan kadar trombosit kurang dari akibat terapi yang diberikan. Beberapa
30.000/mm3 dapat mengalami perdarahan keganasan tersebut berhubungan dengan
walaupun tidak melakukan aktifitas apapun, defek imun spesifik yang mendasari infeksi
dan kematian dini pada pasien leukemia oleh patogen tertentu. Pasien LLA
umumnya disebabkan karena perdarahan. mempunyai risiko tinggi terkena infeksi
Komplikasi perdarahan mengakibatkan bakteri gram negatif karena neutropenia
kematian pada 7-10% pasien leukemia akut secara kuantitatif maupun fungsional (23).
yang terjadi dalam beberapa hari atau Kematian pasien kanker salah
beberapa minggu pertama setelah diagnosis satunya disebabkan oleh adanya interaksi
(2,25,21). obat yang berat. Interaksi obat dapat memicu
Infeksi yang terjadi pada anak LLA terjadinya reaksi obat yang tidak dikehendaki
diantaranya adalah demam, neutropenia, (ROTD) yang dapat berakibat pada
diare, varisela, mucositis, batuk, pilek dan ketidakpatuhan atau kejadian putus obat.
lain-lain (22). Variabel riwayat infeksi tidak Kejadian interaksi obat yang berat pada
berhubungan bermakna secara statistik. pasien kanker secara teori salah satunya
Variabel riwayat infeksi tidak bisa diestimasi dipengaruhi oleh adanya penyakit penyerta
nilai hazard nya dikarenakan tidak terjadi (komorbid) pada pasien tersebut. (15).
event pada kelompok yang tidak pernah Pada penelitian ini diperoleh hasil
mengalami infeksi. bahwa variabel komorbid berhubungan
Berdasarkan penelitian yang bermakna secara statistik dengan keisntasan
dilakukan oleh Widnyana tahun 2015, pasien LLA. Anak LLA dengan adanya
terhadap 33 anak LLA usia 0 sampai kurang komorbiditas lebih berisiko mengalami
dari 12 tahun yang didiagnosis LLA tahun kematian 10.76 (2.38 – 48.55) kali lebih
2010-2012 di Rumah Sakit Sanglah besar dibandingkan dengan anak yang tidak
Denpasar, didapatkan angka kesintasan memiliki komorbiditas. Hasil ini sejalan
selama 2 tahun sebesar 30,3% dan anak LLA dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang megalami infeksi memiliki risiko Simanjorang, Kodim dan Tehuteru (2013)
kematian 1,55 kali dibandingkan anak yang mengenai analisis kesintasan 5 tahun pada 95
tidak mengalami infeksi (12). Hasil anak dengan LLA dan LMA di Rumah Sakit
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Kanker Dharmais Jakarta tahun 1997-2008
uji klinik yang dilakukan oleh O’Connor, et. dan didapatkan sebanyak 7 pasien (7%)
al. pada tahun 2014 terhadap 3126 anak usia memiliki komorbiditas, penyakit penyerta
1-18 tahun yang didiagnosa LLA antara tersebut diantaranya TB paru, Demam
oktober 2003 sampai juni 2011 di 45 pusat bedarah, varisella, dan diare. Semua pasien
kesehatan Inggris. Dapat ditarik kesimpulan dengan komorbiditas memiliki probabilitas
bahwa terdapat 249 kematian selama periode ketahanan hidup 5 tahun sebesar 0%, artinya
follow up 5 tahun, 132 (53%) kematian semua pasien yang memiliki komorbiditas
akibat proses penyakit dan 117 (47%) sudah meninggal sebelum 5 tahun dan pasien
disebabkan oleh proses pengobatan serta dengan komorbiditas memiliki risiko
penyebab kematian tersering adalah kejadian kematian 2,79 kali dibandingkan pasien yang
sepsis dengan insiden kumulatif kematian tidak memiliki komorbiditas (11). Namun,
akibat infeksi sebesar 2,4% (16). Infeksi penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani
karena bakteri dan jamur merupakan (2016) menunjukkan hasil yang berbeda,
penyebab utama kesakitan dan kematian diketahui bahwa komorbiditas tidak
pada anak selama pengobatan kemoterapi mempengaruhi kejadian interaksi obat pada
Eva Yulianti 93 | P a g e
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 2
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020
pasien leukemia yang menjalani rawat inap pemulihan. Relaps dibagi menjadi dua yaitu
di RSCM yang pada akhirnya tidak relaps awal dan relaps lambat. Relaps awal
berhubungan dengan rendahnya kesintasan terjadi selama masa pengobatan atau 6 bulan
pasien LLA. Komorbiditas yang diperoleh dalam masa pengobatan, sementara itu relaps
dalam penelitian tersebut ialah, febril lambat terjadi lebih dari 6 bulan setelah
neutropenia, hiperleukositosis, pneumonia pengobatan. Menurut penelitian Viana et al
komunitas, sepsis, gagal jantung, herpes, penderita leukemia yang menderita gizi
diare, dan gizi buruk marasmik. buruk berisiko untuk relaps jauh lebih tinggi
Berdasarkan status remisi pasien, dibanding dengan penderita leukemia dengan
variabel tersebut berhubungan bermakna status gizi baik, sehingga dapat disimpulkan
secara statistik dengan kesintasan pasien bahwa status gizi memengaruhi faktor
LLA. anak LLA yang tidak mengalami prognosis. Namun, hal ini tidak sesuai ini
remisi lebih berisiko mengalami kematian dengan hasil penelitian Meidiana terhadap
13.23 (2.98 – 58.73) kali lebih besar faktor kejadian relaps pada anak dengan
dibandingkan dengan anak yang mengalami leukemia. Pada penelitian tersebut
remisi. Pasien LLA memiliki probabilitas menjelaskan bahwa status gizi dengan
mencapai remisi komplet, remisi parsial, kejadian relaps tidak berhubungan secara
maupun kematian. Potensi kematian pasien statistik (24).
LLA yang tidak mengalami remisi sebesar Berdasarkan hasil pada penelitian
3,353 kali (CI: 1,480 - 7,597) dibandingkan ini, diperoleh bahwa variabel klasifikasi LLA
dengan yang mengalami remisi (11). Pada FAB memiliki hubungan bermakna dengan
pasien LLA dengan status gizi underweight kesintasan pasien LLA. Pada LLA L2
dan status gizi overweight memiliki tendensi berisiko 11.67 (CI;3.015 – 45.233) kali lebih
sulit untuk mencapai remisi. Status remisi besar mengalami kematian dibandingkan
pasien LLA setelah menjalani kemoterapi dengan LLA L1. Hasil penelitian ini sejalan
fase induksi perlu dipantau secara seksama dengan penelitian yang dilakukan di RSUP
karena merupakan salah satu faktor yang Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2017
mempengaruhi prognosis pasien LLA. menemukan hasil bahwa anak LLA dengan
Berdasarkan hasil analisis bivariat, jumlah leukosit ≥ 100.000/mm3 memiliki
terdapat hubungan yang bermakna secara risiko kematian 2,48 kali dibandingkan anak
statistik antara kambuh/relaps dengan dengan jumlah leukosit < 10.000/mm3, anak
kesintasan pasien LLA. Anak LLA yang dengan LLA L1/L2 memiliki risiko kematian
mengalami relaps lebih berisiko 7.92 2,43 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
(CI;1.53-41.12) kali lebih besar mengalami anak LLA L1(9).
kematian dibandingkan dengan anak yang Berdasarkan hasil penelitian ini,
tidak mengalami relaps. Potensi kematian diperoleh bahwa variabel
pada pasien yang mengalami relaps sebesar Immunophenotyping tidak memiliki
0,23 (CI: 0,090-0,591) dibandingkan dengan hubungan yang bermakna secara statistik
pasien yang tidak mengalami relaps (11). dengan kesintasan pasien. LLA sel T lebih
Relaps dapat terjadi pada pasien berisiko 2.82 (0.73 – 10.91) kali mengalami
LLA yang telah mencapai remisi. Namun, kematian dibandingkan dengan LLA sel B.
belum diketahui dengan pasti penyebab Hasil tersebut sejalan dengan penelitian uji
terjadinya relaps. Diperkirakan faktor-faktor klinik yang dilakukan oleh Hunger., et.al
yang menimbulkan risiko relaps antara lain pada tahun 2012 di Amerika Serikat. Subjek
keparahan stadium kanker, usia, jenis dari penelitian tersebut 7.153 pasien LLA
kelamin, kadar hemoglobin dalam darah, umur 0 -22 tahun periode tahun 2000-2005
kadar albumin, dan jumlah leukosit didapatkan angka kesintasan 5 tahun sebesar
merupakan. Terdapat terapi suportif yang 90,4% dengan LLA sel B sebanyak 5.982
digunakan apabila terdapat penyakit penyerta dan 459 pasien dengan LLA sel T, serta
leukemia dan jika terjadi komplikasi. pasien LLA sel T memiliki risiko kematian
Menurut National Cancer Institute, 2,04 kali dibandingkan pasien dengan LLA
relaps adalah kembalinya suatu penyakit atau sel B (25).
tanda dan gejala suatu penyakit setelah masa
Eva Yulianti 94 | P a g e
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 2
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020
Eva Yulianti 96 | P a g e