Anda di halaman 1dari 7

PERAN KH.

AHMAD MUSTHOLIH BADAWI DALAM PENGEMBANGAN


PONDOK PESANTREN AL-IHYA ‘ULUMADDIN CILACAP 1959-1999

Proposal ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penelitian Sejarah

Dosen Pengampu : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M. Hum.

Disusun oleh :

Endah Mugi Rahayu 19101020099

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik.
Secara historis, pesantren termasuk pendidikan Islam yang paling awal dan masih
bertahan sampai sekarang. Berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang muncul
kemudian, pesantren telah sangat berjasa dalam mencetak kader- kader ulama, dan
kemudian berperan aktif dalam penyebaran agama Islam dan transfer ilmu pengetahuan.
Namun, dalam perkembangan pesantren telah mengalami transformasi yang
memungkinkannya kehilangan identitas jika nilai-nilai tradisonalnya tidak dilestarikan.1
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Pondok
pesantren juga dapat di artikan sebagai gabungan pondok dan pesantren. Istilah pondok
mungkin berasal dari kata funduk dari bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau
hotel. Akan tetapi dalam pesantren Indonesia khususnya pulau Jawa lebih mirip dengan
pemondokan dengan lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang di petak-
petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi para santri. Sedangkan
istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri.Santri
atau murid mempelajari dari seorang kiai atau syaikh di pondok pesantren. Pesantren
juga berarti sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada
umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut di berikan dengan cara non klasikal, tetapi
dengan sistem bandongan dan sorogan. Dimana seorang kiai mengajar santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama besar sejak
abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama
dalam pesantren tersebut. Berdirinya pesantren di ungkapkan oleh Fachry Ali pada
mulanya adalah sebagai lembaga pendidikan umat Islam di pedesaan yang berfungsi
untuk konservasi tradisi keagamaan yang di jalankan oleh umat Islam tradisonalis.2 
Seiring berjalannya waktu, banyak umat Islam yang belajar di pesantren, sehingga
pesantren mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan adanya lembaga
pendidikan formal atau umum, saat ini banyak pesantren yang menggabungkan antara
kurikulum pesantren dan kurikulum umum. Salah satunya di Pondok Pesantren Al-Ihya
‘Ulumaddin Cilacap bisa digolongkan sebagai pesantren transisi modern karena
disamping menganut pendidikan umum, teori pendidikan tradisional pun masih tetap

1
Abdul Mu’id, Peranan Pondok Pesantren Di Era Modern. (Gresik: IAl Qomaruddin Bungah Gresik, 2019),
hlm. 63
2
Ibid., hlm. 66
digunakan. Santri tidak hanya mempelajari ilmu keagamaan tetapi juga ilmu-ilmu umum
sehingga menjadikannya santri yang mempunyai pengetahuan luas, mengingat ilmu
umum juga tidak kalah penting dengan perkembangan masyarakat, dengan begitu santri
kelak menjadi generasi yang mempunyai kemampuan mandiri, baik sebagai cendekiawan
muslim, ulama, pemimpin, berwawasan kebangsaan dan berpengetahuan global.
Menurut pemikiran Imam Ghazali dalam pencariannya ilmu itu dibagi menjadi 2 yaitu
ilmu Fardhu’Ain yang wajib dipelajari oleh semua orang Muslim, yaitu ilmu agama.
Kedua, ilmu Fardhu Kifayah yang dipelajari oleh sebagian Muslim untuk memudahkan
urusan duniawi, seperti ilmu hitung/matematika, Kedokteran,Teknik, Ilmu pertanian dan
Industri. Dari pemikiran Imam Ghazali itulah rama kiai Mustholih bersama rama kiai
Chasbullah Badawi yang merupakan pengasuh ponpes Al-Ihya ‘Ulumaddin pada saat itu,
dan dibantu oleh dewan kiai untuk mendirikan pendidikan formal dari tingkat TK sampai
Perguruan Tinggi.3
KH Mustolih pengasuh pondok pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan Cilacap
Jawa Tengah adalah ulama yang corak pemikirnya sangat dipengaruhi oleh Al Ghazali.
Hal ini sangat wajar karena pondok pesantren tinggalan ayahnya yakni KH Badawi
Hanafi bernama Al-Ihya ‘Ulumaddin yang diambil dari karya monumental Imam
Ghozali yaitu kitab Ihya Ulumidin.4
Setelah ayahanda (KH. Badawi Hanafi) wafat pada tahun 1959, KH. Mustholih
Badawi meneruskan kiprah dan perjuangan KH. Badawi hanafi bersama adiknya KH
Chasbullah, dengan dibantu kerabat lainnya.5Dari sinilah penulis akan memulai
penelitian yang berjudul Peran KH. Ahmad Mustholih Badawi Dalam Pengembangan
Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin 1959-1999.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan memberi batasan untuk bahan yang
akan dikaji, agar tidak terlalu luas dan sesuai dengan penelitiannya. Maka dari itu,
penelitian ini akan dibatasi pada Peran KH. Ahmad Mustholih Badawi Dalam
Pengembangan Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Cilacap 1959-1999. Fokus kajian
penelitian ini akan dibahas yang diuraikan dalam beberapa rumusan masalah, yakni :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Cilacap ?

3
Abdul Fatah, Mengenal Guruku,KH. Ahmad Mustholih Badawi, (Cilacap : Ihya Media, 2017), hlm. 51
4
Abdul Fatah, Relasi Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali dan KH. Mustholih, Jurnal Tawadhu’ Vol. 3 no. 1
(Tegal : IBN Tegal, 2019), hlm. 787
5
Abdul Fatah, Mengenal Guruku,KH. Ahmad Mustholih Badawi, (Cilacap : Ihya Media, 2017), hlm. 15.
2. Bagaimana biografi KH. Ahmad Mustholih Badawi ?
3. Bagaimana peran KH. Ahmad Mustholih Badawi dalam pengembangan Pondok
Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan batasan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan secara singkat peran KH. Ahmad Mustholih Badawi
dalam mengembangkan Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin.
Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Memberikan informasi tentang berdirinya Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin
Cilacap
2. Memberikan pengetahuan tentang peran KH. Ahmad Mustholih Badawi dalam
proses pengembangan Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin
D. Landasan Teori
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah biografi. Secara formal
biografi adalah sejarah tertulis tentang kehidupan seseorang, demikian menurut Kamus
Webster. Oxford English Dictionary nyaris sepakat, namun tidak seratus persen. Catatan
tertulis tentang kehidupan seorang individu, merupakan definisi kedua yang digunakan
oleh kamus ini.6
Biografi dapat disusun berdasarkan kepada dokumen atau materi lainya dalam
konteks tertentu. Artinya, dalam model biografi, subjek penelitian dapat berupa orang
yang masih hidup atau dapat pula orang yang sudah tidak ada (meninggal dunia),
sepanjang data yang relevan dapat diperoleh oleh peneliti dari dokumen yang tersedia.7
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial. Teori ini
dikemukakan oleh Peter Burke. Teori ini menjelaskan bahwa peranan sosial adalah salah
satu konsep sosiologi yang paling sentral didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau
norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam
struktur sosial.8
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode historis. Kualitatif
adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau
6
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm 194-
195.
7
Haris Herdiansyah, Metodologi Peneliian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), hlm 64-65.
8
Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, terj Mestika Zed dan Zulfani (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001),
hlm 68.
komputer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau
sejarah. Penelitian dengan menggunakan metode historis ini mempunyai ciri khas yakni
periode waktu yang bermakna bahwa kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai,
kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu. Penelitian ini
menggunakan metode historis karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan
sejarah. Selain itu metode ini dipilih karena tema yang menjadi kajian dalam penelitian
ini berhubungan dengan peristiwa yang telah berlalu 9 yaitu tentang Peran KH. Ahmad
Mustolih Badawi Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin 1959-
1999. Adapun metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat
tahapan, yaitu : heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi
(penafsiran fakta sejarah), dan historiografi (penulisan sejarah).10
1. Heuristik
Heuristik merupakan mengumpulkan data atau informasi yang berasal dari
sumber-sumber sejarah. Sumber sejarah dibagi menjadi tiga, yaitu sumber
tertulis, sumber lisan, dan sumber benda (artefak).11 Tahapan ini sangat
penting, karena dengan mengumpulkan data mengenai KH. Ahmad Mustholih
Badawi peneliti dapat mendeskripsikan peran-peran yang dilakukan oleh KH.
Ahmad Mustholih Badawi.
2. Verifikasi
Setelah melakukan pengumpulan data, maka tahap berikutnya adalah
verifikasi atau kritik sumber. Pada tahap ini terdapat dua kritik yaitu kritik ekstern
dan kritik intern. Kritik ekstern adalah kritik yang dilakukan dengan mengamati
tampilan fisik suatu data tersebut, baik dari sisi kertas, gaya penulisan, tinta,
atribusi, identifikasi. kritik ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data yang ada
itu otentik alias asli. Setelah melakukan kritik ekstern, data juga harus dikritik
secara intern. Kritik intern adalah pengujian data dengan meninjau dari pihak
pemilik sumber sejarah.12
3. Interpretasi

9
Eka widyasari, Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung: Suatu Tinjauan
Sosial Budaya Tahun 1988-2000, (Universitas Pendidikan Indonesia, 2013)
10
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana, 2013), hlm. 69.
11
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 73.
12
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 108.
Interpretasi atau penafsiran dilakukan terhadap data yang sudah kita peroleh.
Interpretasi dibagi menjadi dua macam yaitu analisis atau menguraikan dan
sintesis atau menyatukan.13
4. Historiografi
Tahapan/kegiatan menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imaginatif masa
lampau itu sesuai dengan jejak-jejaknya. Dengan perkataan lain, tahapan
historiografi itu ialah tahapan kegiatan penulisan. Hasil penafsiran atas fakta-fakta
itu kita tuliskan menjadi suatu kisah sejarah yang selaras.14
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penelitian ini tersusun menjadi lima bab yang dapat mempermudah
peneliti dalam menyusun pembahasan penelitian. Bab pertama merupakan pendahuluan
yang berisi tntang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas tentang gambaran Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin
Cilacap. Pembahasan dalam bab ini meliputi sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-
Ihya ‘Ulumaddin Cilacap.
Bab ketiga membahas tentang biografi KH. Ahmad Mustholih Badawi. Dalam bab ini
akan dijelaskan mengenai riwayat hidup KH. Ahmad Mustholih Badawi dari masa kecil
hingga wafatnya KH. Ahmad Mustholih Badawi.
Bab keempat membahas tentang peran KH. Ahmad Mustholih Badawi dari awal
mengasuh pondok pesantren pada tahun 1959 hingga 1999. Selanjutnya pada bab kelima
yaitu penutup. Dalam bab ini membahas kesimpulan dan saran.

13
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 78-79.
14
Nina Herlina, Metode Sejarah, (Bandung: Satya Historika, 2020), hlm. 30.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung, 2011. Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta:


Ombak
Burke, Peter, 2001. Sejarah dan Teori Sosial, terj Mestika Zed dan Zulfani, Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Fatah, Abdul, 2017. Mengenal Guruku,KH. Ahmad Mustholih Badawi, Cilacap : Ihya
Media
Fatah, Abdul, 2019. Relasi Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali dan KH. Mustholih,
Jurnal Tawadhu’ Vol. 3 no. 1, Tegal : IBN Tegal.
Herdiansyah, Haris, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika
Nina Herlina, 2020. Metode Sejarah, Bandung: Satya Historika
Kuntowijoyo, 2013. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana
Mu’id, Abdul, 2019. Peranan Pondok Pesantren Di Era Modern. Gresik: IAl
Qomaruddin Bungah Gresik
Sarwono, Jonathan, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006
Widyasari, Eka. 2013. Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1988-2000,
Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai