Anda di halaman 1dari 24

Tugas: Kegawatdaruratan Sistem II

Dosen: David Niven L, SKM, M.Kes

PENDIDIKAN KESEHATAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER PADA

DIABETES MELITUS

OLEH

KELOPOK III

NISMAYANTI
HESMINA PUSPITA SARI
SUSIYANTI HUSMAN
SADAHISMAN
ARHAM

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

2017

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul ” Pendidikan Kesehatan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada Diabetes

Melitus“ dan alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen untuk

menunjang mahasiswa agar dapat lebih memahami mengenai Pendidikan Kesehatan

Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada Diabetes Melitus.

Namun, saya menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi yang dibahas, mengigat akan pengetahuan dan

kemampuan yang saya miliki masih terbatas, Untuk itu kritik dan saran dari semua

pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam

menyelesaikan makalah ini khususnya dosen yang telah memberikan kepercayaan

kepada kami untuk menyusun makalah ini, beserta temen-teman.

Kendari, 31 Oktober

2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus
1. Defenisi Diabetes Melitus
2. Klsifikasi Diabetes Melitus
3. Etiologi Diabetes Melitus
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
5. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus
B. Konsep Pencegahan Primer, Skunder, Dan Tersier Pada Diabetes Melitus
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegahan Tersier

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu problema kesehatan yang sangat serius melanda dunia saat ini adalah

penyakit diabetes. Diseluruh dunia saat ini, jumlah penderita diabetes mencapai 200

juta orang. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi metabolik seperti diabetes

ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK).

Hiperglikemia jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang

kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).

Komplikasi diabetes dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang

tepat.

Ada beberapa tipe DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya.

DM tipe I yaitu diabetes yang tergantung pada insulin (IDDM), DM tipe II yaitu DM

yang tidak tergatung pada insulin (NIDDM). Komplikasi diabetes dapat terjadi pada

setiap individu dengan diabetes tipe I atau tipe II. Kurang lebih 5-10 % penderita

mengalami diabetes tipe I, sedangkan 90-95 % diabetes tipe II (Brunner dan Sudarth,

2006). Di AS diabetes merupakan penyebab utama kebutaaan yang baru diantara

penduduk berusia 25-74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi diluar

trauma kecelakaan. Pada pasien dengan penyakit diabetes melitus kemampuan tubuh

4
untuk bereaksi terhadap insulin menurun. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia

yang dapat menyebabkan komplikasi metabolik seperti diabetes ketoasidosis dan

sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka

panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal

dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).

Mengingat besarannya masalah penyakit diabetes melitus ini maka penting upaya

pencegahan baik pencegahan primer, sekunder dan tersier dalam penanganan dan

pencegahan yang dijadikan salah satu kebijakan kesehatan nasional di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

bagaimana tingkat pencegahan pada primer, sekunder, dan tersier pada kasus

diabetes melitus

C. Tujuan Penulisan

untuk meningkatkan pola pikir mahasiswa tentang konsep pencegahan primer,

sekunder dan tersier pada kasus diabetes melitus.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DIABETES MELITUS

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh

ketiadaan absolut insulin insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, E. J., 2001)

Diabetes Melitus (DM) adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat)

yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut (Doenges, 2000).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer, Suzanne C.,

2002)

Berdasarkan beberapa pengertian diabetes melitus diatas maka penulis

menyimpulkan penyakit diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan

suatu penyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,

protein, dan lemak serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi

insulin dan karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

a. Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM)

6
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya

berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya

dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen.

Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat

dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya usia

muda.

b. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus, NIDDM)

Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana

mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak yang

dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena

ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita dari

pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih lanjut dan wanita

umumnya hidup lebih lama

3. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau

sindrom tertentu).

Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas yang

menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi

Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa

yaitu:

1) Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG)

2) Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

7
3. Etiologi Diabetes Melitus

Menurut Smeltzer (2002) etiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari

tiap-tiap tipenya.

1. Diabetes tipe I:

a) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA. Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini

terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen

berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

b) Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-

sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan

destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II

8
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Resistensi insulin adalah

turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan

perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu

mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Faktor genetik memegang peranan

dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis

menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko

pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.

b. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang

akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas

disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas

untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak.

c. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga juga menjadi salah satu factor penyebeb terjadinya diabetes

melitus tipe II.

4.Patofisiologi Diabetes Melitus

Insulin dihasilkan oleh kelenjar pancreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan

glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme karbohidrat,

9
protein dan lemak. Insulin membantu transpor glukosa ke dalam sel dan membantu

pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel sebagai sumber energi sekunder.

Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan terjadi gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak, dimana glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan

tetap dalam kompartemen vaskuler yang kemudian terjadilah hiperglikemia dengan

demikian akan meningkat konsentrasinya dalam darah. Terjadinya hiperglikemia

akan menyebabkan osmotic diuresis yang kemudian menimbulkan perpindahan

cairan tubuh dari rongga interseluler ke dalam rongga interstisiil kemudian ke ekstra

sel. Terjadinya osmotic diuretik menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui

urin (poliuria) sehingga sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala polidipsi (rasa

haus). Terjadinya poliuria menyebabkan hilangnya potassium dan sodium secara

berlebihan sehingga terjadi gangguan keseimbangan eletrolit.

Dengan tidak adanya glukosa yang mencapai sel maka sel akan mengalami

kekurangan makanan sehingga menimbulkan gejala polipagia (rasa lapar berlebihan /

makan secara berlebihan ), fatigue, berat badan menurun. Dengan adanya

peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus

karena melebihi ambang renal sehingga menyebabkan lolos dalam urin (glikosuria).

Pada ketoasidosis muncul karena sel tidak memperoleh glukosa untuk metabolisme

seluler oleh karena tidak adanya insulin. Dengan demikian untuk memperoleh energi

maka lemak dipecah menjadi asam lemak dan glikoserol oleh hati dipecah lagi

menjadi benda-benda keton dan apabila berlebihan muncul sebagai ketonuria.

5. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus

10
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan

tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat

perhatian adalah:

a. Keluhan Klasik

a) Banyak Kencing (Poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak

kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu

penderita, terutama pada waktu malam hari.

b) Banyak Minum (polidipsia)

Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar

melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa

haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa

haus itu penderita banyak minum.

c) Banyak makan (polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus

karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar

yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.

b. Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus

menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan penurunan

prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam

11
darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk

menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil

dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan

lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

c. Keluhan Lain

a) Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu

malam hari, sehingga menggangu tidur.

b) Gangguan Penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang

mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat

melihat dengan baik.

c) Gatal/Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan daerah

lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya

bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang

sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

B. KONSEP PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER.

1. Pencegahan Primer

a) Pengertian

12
Suatu upaya yang ditujukan kepada orang-orang sehat dan kelompok resiko

tinggi yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk menderita suatu

penyakit tertentu.Upaya ini dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode

pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.

b) Tujuan

Untuk mencegah timbulnya penyebab penyakit dan faktor resikonya dari

penyakit pada individu yang beresiko terkena suatu penyakit atau pada populasi

umum.

c) Sasaran

Sasaran asuhan keperawatan adalah orang-orang yang belum menderita suatu

penyakit, individu sehat.

d) Bentuk Kegiatan

Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan

atau pendidikan kesehatan pada masyarakat luas melalui lembaga swadaya

masyarakat dan lembaga social lainnya.

1.     Promosi Kesehatan

1)     Pendidikan kesehatan, penyuluhan

2)     Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan

13
3)     Penyediaan perumahan yang sehat

4)     Rekreasi yg cukup

5)     Pekerjaan yg sesuai

6)     Konseling perkawinan

7)     Genetika

8)     Pemeriksaan kesehatan berkala

2.     Perlindungan Khusus

1) Imunisasi

2) Kebersihan perorangan

3) Sanitasi lingkungan

4) Perlindungan terhadap kecelakaan akibat kerja

5) Penggunaan gizi tertentu

6) Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker

7) Menghindari zat-zat alergenik

2. Pencegahan Sekunder

a) Pengertian

Merupakan suatu upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit

sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala penyakit (pathogenesis awal)

dengan tujuan proses penyakit tidak berkelanjutan.

b) Tujuan

14
Menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta penanganan sesegera

mungkin sehingga komplikasi dapat dicegah.

c) Sasaran

Pasien yang sudah menderita suatu penyakit dan klien yang beresiko terhadap

penyakit tertentu.

d) Bentuk Kegiatan

Skrining atau check up kesehatan serta pengobatan dengan pemeriksaan khusus

yang bertujuan untuk:

1.     Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut

2.     Mencegah penyebaran penyakit menular

3.     Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan

4.     Memperpendek masa ketidakmampuan

5.     Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit.

Klien harus bekerjasama dengan suatu tim yang akan membantunya dalam

proses pengobatan sehingga tujuannya tercapai. Manajemen dilakukan oleh tim

disiplin ilmu yang melibatkan dokter, perawat, dan ahli gizi tidak lupa didukung oleh

motivasi keluarga.

3. PencegahanTersier

a) Pengertian

15
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir

periode pathogenesis) yang ditujukan untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi

penyakit tertentu.

b) Tujuan

Mencegah progresi dari pada komplikasi, menurunkan kelemahan dan kacatatan

untuk tidak menjurus kepada penyakit organ dan kegagalan organ.

c) Sasaran

Pada orang - orang yang telah menderita suatu penyakit.

d) Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatannya adalah rehabilitasi, Rehabilitas adalah usaha untuk

mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi

sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,

semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.

Rehabilitas ini terdiri dari:

1.   Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-

maksimalnya.

2.   Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan

perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya

16
cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini

bekas penderita perlu mendapat bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam

masyarakat.

3.   Rehabilitasi sosia vakasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam

masyarakat agar kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan

kemampuan dan dan ketidak mampuan.

4.   Rehabilitasi aesthetis

Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa

keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat

dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Usaha pengembalian bekas

penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap

anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka, (fisik,

mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses

penyesuaian dirinya didalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini. Sikap

yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang

berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.

Tingkat Pencegahan Pada Penyakit Diabetes Melitus

1. Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus

17
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya pencegahan

yang dilakukan saat proses penyakit diabetes melitus belum dimulai (pada periode

prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit diabetes melitus.

Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya yang

ditujukan kepada orang-orang sehat dan yang termasuk ke dalam kategori beresiko

tinggi, yaitu orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes melitus tapi

berpotensi terkena diabetes melitus.

Sasaran pada penyakit diabetes melitus adalah orang-orang yang belum

terkena penyakit diabetes melitus dan orang-orang yang beresiko terkena penyakit

diabetes melitus.

Tujuannya yaitu untuk mengurangi insiden penyakit diabetes melitus dengan

cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya. Pencegahan primer

terdiri dari:

Upaya –upaya yang dilakukan dalam Pencegahan primer diabetes melitus

meliputi:

1)     Penyuluhan Kesehatan

a. Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang yaitu:

 Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah.

 Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana

b. Mempertahankan berat badan normal.

18
c. Melakukan kegiatan jasmani atau olahraga yang cukup sesuai umur dan

kemampuan.

2. Pencegahan sekunder pada penyakit diabetes melitus

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit

diabetes melitus sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit

(patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit diabetes melitus tidak berlanjut dan

mencegah komplikasi dari diabetes melitus.

Sasaran pencegahan sekunder pada diabetes melitus adalah masyarakat yang

sudah terdiagnosis terkena penyakit diabetes melitus.

Tujuan pencegahan sekunder pada diabetes melitus yakni menghentikan proses

penyakit diabetes melitus lebih lanjut dan mencegah komplikasi

Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan meliputi:

a. Skrining dan chek up kesehatan untuk menemukan penderita diabetes melitus

sedini mungkin yakni dengan pemeriksaan glukosa darah.

b. Pengobatan.

c. Diet dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta membatasi

makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana.

d. Pengendalian berat badan yanni dengan mempertahankan berat badan normal.

e. Olahraga yang cukup sesuai umur dan kemampuan.

f. Penyuluhan mengenai penyakit diabetes mellitus

g. Terapi insulin untuk diabetes mellitus.

h. Pencegahan komplikasi akut dan kronis.

19
3. Pencegahan tersier pada diabetes melitus

Pencegahan tersier pada penyakit diabetes adalah pencegahan yang dilakukan

saat proses penyakit diabetes mellitus sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan

tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan penderita diabetes mellitus ke

status sehat.

Sasaran pencegahan tersier pada penyakit diabetes mellitus adalah penderita

penyakit diabetes mellitus.

Tujuan pencegahan tersier adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan,

memperkecil penderitaan dan membantu penderita diabetes mellitus untuk melakukan

penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi.

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitas. Rehabilitasi terdiri dari:

a) Rehabilitasi fisik

Agar bekas penderita diabetes mellitus memperoleh perbaikan fisik

semaksimal-maksimalnya.

b) Rehabilitasi mental

Agar bekas penderita diabetes mellitus dapat menyesuaikan diri dalam

hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan

terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.

Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapat bimbingan kejiwaan sebelum kembali

kedalam masyarakat.

20
c) Rehabilitasi sosia vakasional

Tujuannya supaya bekas penderita diabetes mellitus menempati suatu

pekerjaan/jabatan dalam masyarakat agar kapasitas kerja yang semaksimal-

maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan dan ketidak mampuan.

d) Rehabilitasi aesthetis

Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa

keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat

dikembalikan. Usaha pengembalian bekas penderita diabetes mellitus ini kedalam

masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat

untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka, (fisik, mental dan

kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya

didalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan

dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan

unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.

21
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang

komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak

serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin dan karena

adanya peningkatan kadar gula dalam darah.

Ada beberapa tipe DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya.

DM tipe I yaitu diabetes yang tergantung pada insulin (IDDM), DM tipe II yaitu DM

yang tidak tergatung pada insulin (NIDDM). Komplikasi diabetes dapat terjadi pada

setiap individu dengan diabetes tipe I atau tipe II. Keadaan ini menimbulkan

hiperglikemia yang dapat menyebabkan komplikasi metabolik seperti diabetes

ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK).

22
Hiperglikemia jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang

kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).

B. Saran

Untuk mengaplikasikan praktek keperawatan profesional secara teoritis dan

praktis. Untuk meningkatkan Tingkatan pencegahan pada penyakit diabetes melitus

perlu dipahami sebagai bagian dari peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth J. Corwin, (2001). Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Hegner, Barbara R. , (2003). Asisten Keperawatan: suatu pendekatan proses

keperawatan, edisi 6, Jakarta: EGC

Long C. Barbara (1996). Perawatan Medikal Bedah Volume 3, Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson, (2005). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit,

Vol. 2, Jakarta: EGC.

Ratna Mahdiana , Tora Book . (2010). “ Mencegah Penyakit Kronis “

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G bare, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,

Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

23
24

Anda mungkin juga menyukai